Kegunaan : Lubrikan
PH : 6,5
Kegunaan : Pengisi
Ukuran cangkang :
Serbuk yang menempati cangkang = BJ × Volume cangkang
= 0,4732 g × 0,68 = 0,3217
PERHITUNGAN GRANULASI
Dosis zat aktif : granul yang mengisi cangkang x dosis zat aktif / bobot kapsul
: 0,2233 gram x 250 mg / 0,4998 gram = 111,6946 gram
Aturan pakai : dosis zat aktif (teoritis)/dosis zat aktif (praktik) x 1 kapsul
: 250 mg / 111,6946 gram x 1 kapsul = 2,2382 ~ 2 kapsul
PENIMBANGAN
CARA KERJA
CARA KERJA
Metode Non Granulasi :
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang masing-masing bahan.
3. Dimasukkan Asetosal dan digerus halus,
ditambahkan laktosa dan mg.Stearat lalu di gerus ad homogen.
4. Dilakukan uji sifat alir dan uji bobot jenis (ditentukan kerapatan nyata serbuk campuran).
5. Dimasukkan campuran serbuk ke dalam cangkang kapsul dan dibersihkan.
6. Dilakukan uji evaluasi kapsul (keseragaman bobot dan waktu hancur).
7. Dimasukkan kapsul ke dalam botol, diberi etiket dan diserahkan.
CARA KERJA
Metode Granulasi :
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang masing-masing bahan yang akan digunakan.
3. Dimasukkan asetosal dan digerus halus,
lalu ditambahkan laktosa dan mg. stearat digerus ad homogen.
4. Ditambahkan etanol 96% sebagai pengikat secukupnya,
dicampur ad kompak.
5. Granul basah diayak dengan pengayak no 12 mesh
yang dibawah nya sudah diberikan kertas coklat sebagai alas nya.
6. Granul yang telah diayak dikeringkan di dalam oven
dengan suhu 40-60°C dengan waktu 30 menit.
CARA KERJA
Metode Granulasi :
7. Granul kering diayak kembali dengan pengayak no 16 mesh
yang dibawahnya sudah diberikan kertas coklat sebagai alasnya.
8. Dilakukan evaluasi mutu granul (uji sifat alir dan uji bobot jenis),
ditentukan kerapatan nyata granul.
9. Dimasukkan granul ke dalam cangkang kapsul dan dibersihkan.
10. Dilakukan uji evaluasi kapsul (keseragaman bobot dan waktu hancur).
11. Dimasukkan ke dalam wadah, diberi etiket, brosur, dikemas dan diserahkan.
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1. Kapsul adalah sediaan padat yang terbungkus dalam satu cangkang keras maupun lunak yang dapat
larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang
sesuai.
2. Pada percobaan kali ini digunakan Asetosal sebagai bahan aktif karena memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang baik.
3. Mg. stearat digunakan sebagai lubrikan (pelicin) yang bertujuan untuk mengurangi gesekan antara
cangkang kapsul dan meningkatkan sifat alir campuran serbuk
PEMBAHASAN
4. Laktosa digunakan sebagai pengisi yang bertujuan untuk mencukupkan massa kapsul sampai pada
bobot yang diinginkan.
5. Uji evaluasi granul sangat penting dilakukan, bertujuan untuk memperoleh massa granul dengan
mempunyai karakteristik yang baik, dan memenuhi persyaratan sesuai dengan literatur. Uji evaluasi
kapsul yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah uji evaluasi bobot jenis dan uji evaluasi sifat alir
(secara langsung dan tidak langsung).
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Menurut farmakope indonesia edisi VI tahun 2020 halaman 53, Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling
besar (000). Umumnya ukuran nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Ada juga kapsul
gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE), yang memberikan kapasitas isi lebih besar
tanpa peningkatan diameter.
2. Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran atau granul. Butiran gula inert dapat dilapisi dengan
komposisi bahan aktif dan penyalut yang memberikan profil lepas lambat atau bersifat enterik. Sebagai alternatif, bahan
aktif bentuk pelet dan kemudian disalut. Bahan semipadat atau cairan dapat juga cairan dimasukkan dalam kapsul, salah
satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran.
3. Formulasi serbuk sering membutuhkan penambahan zat pengisi, lubrikan dan glidan pada bahan aktif untuk
mempermudah proses pengisian kapsul. Formulasi dan metode pengisian, terutama derajat kepadatan, dapat mempengaruhi
laju pelepasan obat. Penambahan bahan pembasah pada massa serbuk, biasa dilakukan jika bahan aktif bersifat hidrofobik.
4. Keuntungan bentuk sediaan kapsul adalah bentuknya menarik dan praktis, tidak berasa
sehingga bisa menutup rasa dan bau obat yang kurang enak, mudah ditelan dan
cepat hancur/ larut dalam perut sehingga cepat segera diabsorbsi (diserap) usus, dokter dapat
memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan obat dan dengan dosis
yang berbeda beda menurut kebutuhan seorang pasien, dan kapsul dapat diisi dengan cepat
tidak memerlukan bahan penolong seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin
mempengaruhi absorbsi bahan obatnya.
5. Kerugian dari sediaan kapsul adalah tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-
pori cangkang tidak menahan penguapan, tidak untuk zat-zat higroskopis, tidak untuk zat-
zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul, tidak untuk balita, dan tidak bisa dibagi (misal 1⁄2
kapsul) (Widianto, Gatot, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 1979
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2020
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Farmestika-
Komprehensif.pdf