Anda di halaman 1dari 22

I.

Nama dan Kekuatan Sediaan


1.1. Suppositoria (Sofisitoria)
Bisakodil 10 mg/4 g sediaan
1.2. Ovula (Ovia)
Povidone 0.4 g/ 4 g sediaan

II. Prinsip Percobaan


Pembuatan suppositoria dan ovula dengan menggunakan metode
penuangan dan pelelehan berdasarkan sifat dan suhu lebur dari zat aktif dan zat
tambahan.

III. Tujuan Percobaan


3.1. Dapat membuat sediaan suppositoria dan ovula
3.2. Dapat menghitung bilangan pengganti untuk suppositoria
3.3. Dapat membuat sediaan suppositoria dan ovula yang baik berdasarkan hasil
evaluasinya

IV. Preformulasi Zat Aktif


4.1. Bisakodil (C22H190O4N)
Bm : 361,40
Suppo mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari dan tidak lebih
110% yang tertera di etiket.
Pemerian : Serbuk hablur , putih/hampir putih , tidak berbau , tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air , larut 100 bagian etanol 95%
dalam 35 bagian kloroform dan 170 bagian eter.
Titik Lebur :133-135 0C.
Stabilitas : Suppo harus disimpan pada suhu kurang dari 300C.
Interaksi Obat : Efektivitas bisakodil berkurang bila diberikan bersama-sama
famotidine, ranitidin .
Indikasi : Laksavarium , persiapan sigmodioskopi , radiologi , proskopi.
Dosis : DL = 5-10mg/ 1x pemakaian.
Mekanisme farmakologi : Mengiritasi langsung otot polos , usus besar
(terhidrolisis enzim intestinal dan koloni, bakteri
membentuk metabolitaktif BHPM) otot polos
berkontraksi , meningkatkan seksresi dan menghasilkan
efek penghancur.

Aturan pakai : Suppo dewasa dan anak >13th 1 suppo (10 mg)

Anak 6-10th 1×1 suppo (5mg)

Kontraindikasi : Pasien dengan sakit perut akut apendiatis/ sakit perut yang
tak terdiagnosa pasien dengan obstruksi usus.

Efek Samping : Pemberian suppositoria rectal dapat menyebabkan iritasi&


rasa terbakar pada mukosa rectum & protitis usus

Aturan simpan : Wadah tertutup rapat , terlindung dari cahaya

Kategori otot : Obat bebas terbakar

(FI edisi III, 1979; hal: 115)

4.2. Povidone
BM : 364,95 g/mol
Pemerian : Serbuk putih / putih kekuningan bebrbau lemah tidak berbau ,
higrokopis .
Kelarutan : Mudah larut dalam air dalam etanol 95% dan dalam
kloroform.
Wadah penyimpanan : Tertutup rapat , tidak tembus cahaya tidak disimpan
>300C
Indikasi : Infeksi topical yang terjair operasi , luka bakar ringan , luka
bakar, vagina minor.
Titik lebur : 3000C
pH :2
Stabilitas : Stabil pada suhu 80-130 0C , mudah terurai dengan adanya
udaradari luar, dapat bercampur dengan air , stabil bila disimpan
ditempat kering.
Interaksi Obat : Harus dikonsultasikan lebih dulu
Inkompatibiltas : Dengan aktivitas antimikroba dapat mereduksi pH tinngi 5
larutan benzoate.
Dosis : 10% , 7,5% , 1%
Mekanisme farmakologi : setelah kontak dengan jaringan maka iodium akan
dilepaskan secara perlahan dengan aktivitas
menghambat metabolisme enzim bakteri sehingga
mengganggu multifungsi bakteri
Aturan pakai : Vaginitis (2×1 hari selama 5 hari berturut-turut)
Pencegahan (2×1 minggu)
Kontraindikasi : Pasien hipertensif terhadap iodium pasien dengan luka bakar
Efek samping : Dapat menyebabkan iitasi , hipotirodisme terjadi pada bayi
Kategori obat : Obat bebas
(FI edisi III .hal 510)

V. Preformulasi Zat Tambahan


5.1. Oleum cacao / lemak coklat (F1. III. 453)
Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic rasa khas
lemak, agak rapuh.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95 %)p, mudah larut dalam kloroform
p, dalam eter p, dan dalam eter minyak tanah.
Khasiat : Zat tambahan.
Titik lebur : 33-34 0C
Stabilitas : Pemanasan >360C dapat menurunkan solidifikasi sehingga

terjadi perubahan menstabil

Inkompatibel : Asam lemal bebas , dapat merusak mutu

Penyimpanan : Wadah tertutup baik

Fungsi : Basis supositoria

5.2. Gliserin (C3H803)


BM : 92,09 g/mol
Pemerian : Jernih tidak berwarna, tidak berbau , cairan higrokopis ,
kental, rasa manis.
Titik didih : 290 0C
Titik leleh : 17,8 0C
Stabilitas : Gliserin higrokopis, tidak rentan oksidasi di penyimpanan
kondisi biasa tetapi Terurai oleh pemanasan dengan akrolein
toksik. Campuran gliserin dengan air, etanol (95%) dan
propilen glikol stabil secara kimia.
Penyimpanan : Di wadah redap udara , sejuk dan kering
Inkompatibilitas : Gliserin dapat meledak jika dicampur zat pengoksidasi kuat
seperti kromium trioksida
Fungsi : Basis ovula , pelarut
(Rowe , et al. 2009 :283-285)
5.3. Gelatin
Pemerian : Kuning muda, cairan seperti kaca rapuh , tidak berbau , tidak
berasa bisa tersedia dalam bentuk serbuk.

Kelarutan : Tidak larut dalam aseton , kloroform , etanol (95%), eter dan
methanol larut dalam gliserin, asam dan alkali gelatin larut
dalam air >40 0C.

Stabilitas : Gelatin kering stabil diudara , gelatin cair stabil jika disimpan
dikondisi sejuk.
Fungsi : Basis Ovula
(Rowe, et. al. 2009:278)

5.4. Aquadest
Pemerian : Cair , tidak berwarna tidak berbau
Titik didih : 1000C
pH :7
Fungsi : Pelarut
(Kibbe, orthur edisi III )

VI. Preformulasi Wadah Kemasan


Kemasan yang digunakan adlaah alumunium foil karena bersifat inert
sehingga tidak akan bereaksi dengan sediaan alumunium foil bersifat dapat
menghalangi cahaya bau mikroba dan kelembapan karena struktur alumunium
foil sangat rapat sehingga cocok digunakan untuk sediaan supositoria dan ovula
(Endah, 2002).
VII. Analisis Pertimbangan Formula
7.1. Suppositoria
Bisakodil : Merupakan zat aktif yang digunakan untuk mengatasi
konstipasi, alasan dibuat suppositoria karena dapat meberikan
efek terapi yang lebih cepat dibandingkan penggunaan secara
oral dimana jika penggunaan secara oral harus melewati proses
absrobsi terlebih dahulu.
Oleum cacao : Digunakan sebagai basis suppo karena oleum cacao dapat
meleleh pada suhu tubuh tetapi tetap padat dan bertahan pada
suhu kamar.
7.2. Ovula
Povidone : Sebagai zat aktif yang berfungsi sebagai antiseptik alasan
povidone dibuat sediaan ovula adalah karena digunakan sebagai
antiseptik daerah vagina.
Gliserin : Gliserin digunakan untuk amolien untuk mempermudah
penggunaan dan mencegah hidrasi kulit pada daerah vagina.
Gelatin : Gelatin tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi melarut dalam
sekresi tubuh.
Aquadest : Untuk melarutkan bahan karena akuades adalah pelarut yang
aman untuk digunakan.

VIII. Formula
8.1. Suppositoria
R/ Bisakodil 10mg
Oleum cacao ad 100%
m.f. suppo.No.XII @4g
8.2. Ovula
R/ Povidone 10%
Gliserin 70%
Gelatin 14%
Aquadest ad 100%

IX. Perhitungan dan Penimbangan


9.1. Suppositoria

Bisakodil 10 mg
Ol. Cacao 100%
m.f. Supo. No. XII @4gram
Kalibrasi Suppositoria

 Perhitungan
Bisakodil = 10 mg
Ol. Cacao = 100% x 4 gram = 4 gram
 Penimbangan

Zat 1 Suppositoria
Bisakodil 10 mg
Ol. Cacao 4 gram

9.2. Ovula

Povidone 10%
Gliserin 70%
Gelatin 14%
Aquadest ad 100%
m.f. Ovula. No. XII @4gram
 Perhitungan
10
1. Povidone = 100 𝑥4 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,4 𝑔𝑟𝑎𝑚

2. Basis = 100%-10% = 90% x 4 gram = 3,6 gram


70
- Gliserin = 100 𝑥3,6 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 2,52 𝑔𝑟𝑎𝑚
14
- Gelatin = 100 𝑥3,6 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,504 𝑔𝑟𝑎𝑚

- Aquadest = 3,6 gram – ( 2,52 +0,504 ) gram


= 0,576 gram
 Penimbangan

Zat 1 Ovula 15 Ovula


Povidone 0,4 gram 0,4 gram x 15 = 6 gram
Gliserin 2,52 gram 2,52 gram x 15 = 3,78 gram
Gelatin 0,504 gram 0,504 gram x 15 = 7,56 gram
Aquadest 0,576 gram 0,576 gram x 15 = 8,64 gram

X. Perhitungan Bilangan Pengganti

Diketahui : Bobot basis 100% 2414,2 mg

Bobot basis 100% + Zat Aktif 2497,4 mg

 Cara I (Rumus)

(𝐺1−𝐺2)100
F= +1
𝐺2(𝑥)

(2414,2−2497,4)100
= +1
2497,4 (10)

−83,2 𝑥 100
= + 1 = 0,66
24974

Jadi bilang pengganti zat aktif adalah 0,66


 Cara II (Manual)

Jadi bobot zat aktif dalam suppo = 10% x 2497,4 = 249,74

Bobot basis dalam suppo 10% zat aktif = 2497,4 – 249,74 = 2247,66

Bobot basis yang digunakan oleh 2497,4 zat aktif = 2414,2 – 2247,66

= 166,54mg

166,54
Bobot basis yang digantikan untuk 1 gram zat aktif = = 0,66
249,74

Jadi bilang pengganti zat aktif adalah 0,66

 Kesetaraan zat aktif dalam basis


Bisakodil 10 mg x 0,66 = 0,6 mg
Artinya 10 mg zat aktif bisakodil Dallam 1 suppositoria menggantikan 6,6
mg ol.cacao ≈ 0,0066 gram

 Basis yang digunakkan yaitu


Bobot suppo 100% basis – berat basis yang digunakan zat aktif
= 2,4142 gram – 0,0066 gram = 2,4076 gram ≈ 2407,6 mg/suppo
 Penimbangan

Zat 1 Suppositoria 12 Suppositoria


Bisakodil 10 mg 120 mg
Ol. Cacao 2407,6 mg 28891,2 mg
XI. Prosedur Pembuatan
Kalibrasi alat dan penentuan bilangan pengganti
Sebelum pembuatan suppo dan ovula dilakukan terlebih dahulu
kalibrasi alat dan penentuan bilangan pengganti dengan cara dimasukkan basis
saja kedalam alat yang telah dipanaskan dan diolesi paraffin cair kemudian
dibirkan selama 5 menit pada suhu ruang lalu dimasukkan kedalam frezeer dan
setelah memadat dipisahkan dari alat kemudian ditimbang.

Pembuatan suppositoria dan ovula


Disapkan semua alat dalam keadaan bersih dan kering dan ditimbang
bahan bahan yang akan digunakan sesuai dengan hasil perhitungan dan
penimbangan formula kemudian cetakan dipanaskan diatas penangas air dalam
keadaan terbuka kemudian dilakukan peleburan basis diatas penangas air
menggunakan cawan penguap lalu setelah basis melebur dengan sempurna
dimasukkan zat aktif dan bahan lainnya dan dicampurkan sampai homogeny
kemudian cetakan yang sudah dipanaskan diolesi oleh paraffin cair dan
kemudian dituangkan massa suppo dan ovula kedalam cetakan dan didiamkan
selama 5 menit disuhu ruangan kemudian dimasukkan kedalam freezer sampai
15 menit kemudian dikeluarkan dari freezer lalu dipisahkan sediaan untuk
dievaluasi.
XII. Evaluasi dan Data Pengamatan
12.1 Uji Homogenitas
Penafsiran Hasil: Sediaan yang baik tidak akan tampak penumpukan
zat aktif (padatan) pada suatu tempat.
Tabel 12.1 Hasil Evaluasi Homogenitas

Sediaan ke- Supositoria Ovula

1 Homogen Homogen
2 Homogen Homogen
3 Homogen Homogen
Kesimpulan:
Sediaan Supositoria dan Ovula yang dibuat merupakan sediaan yang baik
yaitu homogen. Sehingga sediaan yang dibuat telah memenuhi syarat.

12.2 Uji Penampilan (Organoleptis)


Penafsiran Hasil: Pada sediaan yang baik tidak ditemukan hal-hal yang
disebutkan di prosedur (Keretakan, Lubang eksudat, dan Pembengkakan
basis).
Tabel 12.2 Hasil Evaluasi Organoleptis

Sediaan ke Keretakan Lubang Eksudat Pembengkakan Basis

1 +
Supositoria 2
3
1 +
Ovula 2 +
3 +
Keterangan: + (Ada) ; - (Tidak ada)
Kesimpulan:
Supositoria yang telah dibuat sudah memenuhi syarat organoleptis.
Sedangkan, Ovula yang dibuat tidak memenuhi syarat karena terdapat lubang
eksudat di tiap sediaan yang diuji.

12.3 Uji Keseragaman Bobot


Penafsiran Hasil: Tidak lebih dari 2 sediaan yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata sebesar > 5%, dan tidak ada satupun sediaan
yang bobotnya menyimpang > 10%.
Tabel 12.3 Hasil Evaluasi Keseragaman bobot

Sediaan ke- Supositoria (g) Ovula (g)

1 2,2698 4,0501
2 2,3192 4,0355
3 2,3202 4,0363
4 2,3743 4,0329
5 2,3496 4,0655
6 2,1038 4,0637
7 2,2966 4,0678
8 2,3685 4,0711
9 2,3495 4,0522
10 2,3128 4,0428
Rata- Rata 2,30643 4,05179
Perhitungan Rentang Bobot :
1. Supositoria
5 % × 2,30643 g = 0,11 g
Rentang bawah = 2,30643 g – 0,11 g = 2,19 g
Rentang atas = 2,30643 g + 0,11 g = 2,41 g
Rentang bobot supo untuk simpangan 5 % = 2,19 g – 2,41 g
10 % × 2,30643 g = 0,23 g
Rentang bawah = 2,30643 g – 0,23 g = 2,07 g
Rentang atas = 2,30643 g + 0,23 g = 2,53 g
Rentang bobot supo untuk simpangan 10 % = 2,07 g – 2,53 g
2. Ovula
5 % × 4,0579 g = 0,20 g
Rentang bawah = 4,0579 g – 0,20 g = 3,85 g
Rentang atas = 4,0579 g + 0,20 g = 4,25 g
Rentang bobot supo untuk simpangan 5 % = 3,85 g – 4,25 g
10 % × 4,0579 g = 0,40 g
Rentang bawah = 4,0579 g – 0,40 g = 3,65 g
Rentang atas = 4,0579 g + 0,40 g = 4,45 g
Rentang bobot supo untuk simpangan 10 % = 3,65 g – 4,45 g

Kesimpulan:
 Suppositoria yang dibuat telah memenuhi syarat karena hanya ada 1 sediaan
yang menyimpang dari bobot rata-rata >5% dan tidak ada satupun sediaan yang
menyimpang dari bobot rata-rata >10%.
 Ovula yang dibuat telah memenuhi syarat karena bobot masing-masing ovula
tidak ada yang menyimpang dari bobot rata-rata.

12.4 Uji Kisaran dan Waktu Meleleh


Tabel 12.4 Hasil Evaluasi Kisaran dan Waktu Leleh

Sediaan ke Waktu Leleh Suhu (⁰C)

1 0:28 - 3:15 30 - 40 ⁰C
Supositoria 2 0:24 - 3:15 24 - 41 ⁰C
3 0:29 - 3:09 25 - 40 ⁰C
1 0:57 - 3:17 30 - 40 ⁰C
Ovula 2 0:50 - 3:09 30 - 40 ⁰C
3 0:43 - 2:57 31 - 40 ⁰C
Keterangan: Waktu dalam menit
Kesimpulan:
 Hasil evaluasi supositoria yang dibuat, untuk waktu leleh memenuhi syarat
karena kurang dari 30 menit. Sedangkan untuk suhu leleh tidak memenuhi syarat
karena lebih dari 37°C.
 Hasil evaluasi ovula yang dibuat, untuk waktu leleh sudah memenuhi syarat
karena kurang dari 60 menit. Sedangkan untuk suhu leleh tidak memenuhi syarat
karena lebih dari 37°C.

XIII. Pembahasan
13.1. Suppositoria
Pada percobaan pertama dilakukan pembuatan suppositoria dengan zat
aktifnya bisakodil. Menurut farmakope edisi IV, suppositoria adalah sediaan
dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria
sangat berguna bagi pasien dengan kondisi yang tidak memungkinkan dengan
terapi obat secara peroral, misalnya pada pasien muntah, mual, tidak sadar,
anak-anak, orang tua yang sulit menelan dan selain itu juga dapat menghindari
metabolisme obat di hati (Voigt, 1984). Biasanya suppositoria diberikan untuk
mendapatkan efek lokal ataupun sistemik. Tujuan utama dari penggunaan
suppositoria ini yaitu untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja
awal akan lebih cepat karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung
masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah sehingga obat dapat langsung masuk
ke dalam saluran darah dan efeknya akan lebih cepat daripada panggunaan obat
secara oral. Adapun macam-macam suppositoria berdasarkan tempat
penggunaan, bobot dan bentuk: (a) Suppositoria rektum, suppositoria untuk
rektum biasanya dengan jari tangan untuk dewasa berbentuk lonjong seperti
torpedo dan biasanya mempunyai bobot 2 g. Untuk bayi dan anak-anak, ukuran
dan beratnya setengah dari ukuran dan berat untuk orang dewasa (Ansel, 1989).
(b) Suppositoria vaginal, suppositoria vaginal mempunyai berat 5 g, berbentuk
bulat dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air. Untuk suppositoria vagina
khususnya vaginal insert atau tablet vaginal, kadang juga disebut pessaries yang
diolah secara kompresi dapat dimasukkan lebih jauh kedalam saluran vagina
dengan bantuan alat khusus (Ansel, 1989). (c) Suppositoria uretra, suppositoria
uretra disebut juga bougi, berbentuk runcing seperti pensil. Suppositoria untuk
laki-laki beratnya 4 g dan paanjangnya 100 sampai 15 mm, untuk wanita
masing-masing suppositoria 2 g dan panjang 60 sampai 75 mm.
Pada pengerjaan suppositoria dilakukan dua proses yaitu basis saja dan
basis + zat aktif. Kemudian pada pembuatan sediaan suppositoria diperlukan
bilangan pengganti untuk menentukan jumlah bahan obat yang digantikan oleh
satu bagian bobot basis suppositoria karena ada perbedaan bobot jenis antara
bahan obat dengan bobot jenis basis walaupun volume suppositoria dari suatu
cetakan besarnya seragam. Tujuan bilangan pengganti ini dilakukan agar
diperoleh keseragaman kandungan zat aktif dalam sediaan, sehingga efek
terapinya tercapai.
Pada percobaan ini suppositoria dibuat menggunakan bahan aktif
Bisakodil dengan basis oleum cacao. Bisakodil sebagai pencahar, digunakan
secara jangka pendek untuk mengobati sembelit. Obat ini juga digunakan untuk
mengosongkan usus sebelum operasi dan pemeriksaan seperti prosedur X-ray
menggunakan barium enema. Bisakodil dibuat bentuk sediaan suppositoria
untuk tercapai efek lokalnya sebagai pencahar. Posisi penggunaan suppositoria
biskodil sebagai pencahar dengan cara berbaring di sisi kiri dan menaikkan lutut
kanan ke dada. Dosis bisakodil yang digunakan dalam sediaan sebesar 10 mg
sudah sesuai dengan dosis terapinya sebagai pencahar.
Bahan dasar atau basis yang digunakan untuk membuat suppositoria
harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Basis yang digunakan
merupakan basis berminyak atau berlemak yaitu lemak coklat. Basis lemak
coklat dipilih karena basis ini tidak toksik, lunak, tidak reaktif dan meleleh pada
suhu tubuh karena memiliki titik leleh 30-35 °C. Akan tetapi lemak coklat
memiliki kelamahan yaitu mudah tengik, meleleh pada udara panas, menjadi
cair bila dicampur dengan obat-obat tertentu dan pemanasan yang lama,
trisomerasi dengan titik leleh yang lebih rendah.
Ketika pembuatan, cetakan suppositoria dipanaskan terlebih dahulu
diatas penangas air tujuannya agar pada saat penuangan larutan obat kedalam
cetakan, karena prosesnya yang lama diharapkan basis tidak langsung
membeku. Kemudian pada cetakan tersebut diolesi paraffin cair sebagai
pelumas untuk menghilangkan lemak dan mengurangi friksi pada proses
pengeluaran. Basis lemak coklat dipanaskan diatas penangas air sampai
setengah meleleh lalu diangkat dari penangas dan diaduk hingga meleleh
seluruhnya. Hal ini dilakukan karena bila dipanaskan pada suhu tinggi, lemak
coklat mencair sempurna seperti minyak tetapi akan kehilangan semua inti
kristalnya yang berguna untuk memadat, sehingga bila dipanaskan pada suhu
yang terlalu tinggi dikhawatirkan akan merusak inti kristalnya dan sediaan
suppositoria tersebut tidak dapat memadat. Bisakodil dimasukkan kedalam
lelehan basis oleum cacao karena kelarutan bisakodil lebih tinggi dalam basis
tersebut sehingga diharapkan dapat lebih homogen. Sediaan cair panas yang
sudah dihomogenkan kemudian dimasukkan kedalam cetakan panas dengan
menggunakan batang pengaduk. Penuangan menggunakan batang pengaduk
supaya tidak ada rongga-rongga udara agar bentuknya sempurna. Batang
pengaduk digunakan karena bahannya terbuat dari kaca, dan kaca bersifat inert
sehingga diharapkan tidak bereaksi dengan sediaan. Lemak coklat sangat cepat
membeku pada saat pengisian massa suppositoria ke dalam cetakan dan akan
terjadi penyusutan volume pada saat pendinginan hingga terbentuk lubang di
atas massa. Maka dari itu, pada saat melakukan pengisian cetakan harus diisi
berlebih dan kelebihanya dipotong setelah massa menjadi dingin.
Selanjutnya dilakukan uji evaluasi, uji evaluasi ini dilakukan untuk
mengetahui atau memeriksa kualitas dari sediaan yang dibuat, untuk
memastikan suppositoria memenuhi syarat dan layak untuk digunakan
pengguna. Uji evaluasi suppositoria yang dilakukan antara lain: uji
homogenitas, uji penampilan (organoleptik), uji keseragaman bobot, dan uji
kisaran dan waktu leleh.
Pertama dilakukan uji evaluasi homogenitas zat aktif dilakukan pada 3
sediaan dengan memotong sediaan secara longitudinal agar luas permukaan
yang terlihat lebih besar, kemudian sediaan yang dihasilkan dari ketiga sediaan
yang diujikan memiliki penyebaran zat aktif yang homogen, sehingga dapat
dikatakan sediaan suppositoria yang dibuat baik karena tidak menunjukkan
pemumpukan zat aktif atau padatan.
Kedua dilakukan uji penampilan (organoleptik) dilakukan dengan
melihat keadaan fisik sediaan menggunakan alat indera. Sediaan yang
dihasilkan tidak terdapat keretakan, tidak terdapat lubang eksudasi dan tidak
terdapat pembengkakan basis, hanya saja pada sediaan ke-1 terdapat keretakan,
sehingga sediaan suppositoria yang dibuat dapat dikatakan baik dan memenuhi
syarat karena hampir tidak adanya keretakan, lubang eksudasi dan
pembengkakan basis.
Ketiga dilakukan uji keseragaman bobot dengan cara menimbang
sebanyak 10 sediaan. Didapat bobot rata-rata suppositoria sebesar 2,30643 g.
Kemudian rentang bobot rata-rata suppositoria 5 % adalah 2,19 g – 2, 41 g dan
rentang bobot 10 % adalah 2,07 g – 2,53 g. Dari hasil bobot yang diperoleh dari
10 sediaaan hanya ada 1 sediaan yang yang menyimpang dari 5 % dan tidak
ada satupun bobot yang menyimpang dari 10 %, sehingga dapat dikatakan
sediaan suppositoria yang telah dibuat memenuhi syarat.
Keempat dilakukan uji kisaran dan waktu leleh untuk sediaan
suppositoria kisaran leleh adalah rentang suhu zat padat dari mulai meleleh
hingga meleleh sempurna. Sedangkan waktu leleh adalah waktu dari mulai zat
padat meleleh sampai meleleh sempurna. Waktu meleleh suppositoria diukur
dengan menggunakan thermometer dan stopwatch. Berdasarkan evaluasi
kisaran dan waktu leleh diperoleh pada sediaan suppositoria pertama kisaran
meleleh suhu awal 300C dan meleleh sempurna 400C, sedangkan waktu meleleh
28 detik sampai 3 menit 15 detik. Pada sediaan suppositoria kedua kisaran
meleleh suhu awal 240C dan meleleh sempurna 410C, sedangkan waktu meleleh
24 detik sampai 3 menit 15 detik. Pada sediaan suppositoria ketiga kisaran
meleleh suhu awal 250C dan meleleh sempurna 400C, sedangkan waktu meleleh
29 detik sampai 3 menit 09 detik. Berdasarkan waktu leleh suppositoria yang
dibuat memenuhi syarat karena kurang dari 60 menit sedangkan suhu leleh
tidak memenuhi syarat karena lebih dari 370C.

13.2. Ovula
Pada percobaan kedua dilakukan pembuatan ovula dengan zat Aktif
povidone. Ovula adalah sediaan padat yang umumnya berbentuk telur, mudah
melunak (lembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan
sebagai obat luar khusus untuk vagina. Bobot ovula 3-6 gram, umumnya 5 gram
(H.A. Syamsuni, 2006). Dimana pembuatan ovula akan dilakukan dengan
metode penuangan dan pelelehan berdasarkan sifat dan suhu lebur dari zat aktif
dan zat tambahan. Pada umumnya ovula digunakan pada efek local, tetapi
beberapa penelitian menunjukan ada beberapa obat yang dapat berdifusi
melalui mukosa dan masuk kedalam peredaran darah selain itu ovula juga
bertujuan untuk melawan infeksi yang terjadi pada sekitar alat kelamin wanita,
memperbaiki dan mengembalikan pada keadaan normal dari mukosa vagina
(Lachman, L. et al, 1994).
Zat aktif yang akan digunakan adalah Povidon yang merupakan
antimikroba yang digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh
Candida albicans dan Trichomonas (Iso vol 45, 2011) karena tujuan
penggunaanya untuk obat luar vagina maka sediaan yang akan dibuat adalah
sediaan local yaitu ovula. Adapun rancangan formula sediaan ovula yang akan
dibuat yaitu povidone 10 %, Gliserin 10 %, gelatin 14 % dan aquadest ad 100
%. Basis yang digunakan adalah basis campuran dari gliserin, gelatin dan air.
Karena ika dilihat dari zat aktif yang digunakan, povidone memiliki kelarutan
yang baik dalam air sehingga basis yang digunakan adalah jenis basis yang larut
air. Gliserin digunakan sebagai emolien, emolien sangat diperlukan dalam
ovula untuk mempermudaan penggunaan karena berfungsi sebagai pelumas
dan untuk mencegah hidrasi kulit pada daerah vagina (Balsam, 1975), gliserin
juga dapat digunakan untuk melunakkan gelatin pada proses pembuatan.
Gelatin digunakan sebagai basis karena ovula yang digunakan untuk tujuan
local sehingga adanya gelatin diharapkan mempunyai efek atau kontak yang
cukup lama, lebih lambat melunak dalam suhu kamar. Penambahan aquadest
juga sebagai penggenap basis serta sebagai pelarut yang digunakan untuk
melarutkan bahan aktif maupun bahan tambahan karena semua bahan dapat
bercampur dengan air sehingga ovula yang dibuat diharapkan dapat lebih
mudah bercampur dengan cairan tubuh.
Langkah awal yang dilakukan untuk membuat ovulasi yaitu menimbang
semua bahan sesuai perhitungan penimbangan, kemudian semua bahan
povidone, gliserin, gelatin dan air disatukan dalam cawan penguap dan
dipanaskan diatas penangas air. Selama pemanasan dilakukan pengadukan
untuk membuat bahan tercampur merata. Setelah bahan homogen dilakukan
penuangan kedalam alat cetak ovula yang sebelumnya telah dilumasi dengan
paraffin liquidum yang bertujuan untuk membuat masa ovula tidak lengket
pada alat cetak dan memudahkan ketika akan melepas ovula dari cetakan
sehingga bentuk ovula yang dihasilkan tidak mengalami kerusakan. Penuangan
masa ovula kedalam cetakan dilebihkan sedikit untuk menghindari penyusutan
volume masa. Kemudian cetakan dimasukkan kedalam lemari pendingin dan
setelah terbentuk konsistensi yang padat, masa ovula dikeluarkan dan dilakukan
evaluasi. Adapun evaluasi yang akan dilakukan yaitu evaluasi terhadap
homogenitas zat aktif, evaluasi penampilan (organoleptic), evaluasi keragaman
bobot, evaluasi kisaran dan waktu leleh.
Uji evaluasi dilakukan untuk mengetahui atau memeriksa kualitas dari
sediaan yang dibuat, untuk memastikan ovula memenuhi sifat fisiko kimia dan
telah layak untuk dipasarkan. Pertama dilakukan evaluasi homogenitas zat aktif
yang diujikan pada 3 sediaan ovula yang diambil secara acak dan dilakukan
dengan cara memotong ovula dengan rata secara vertical. Dan semua ovula
tersebut hasilnya homogen, sehingga dapat dikatakan sediaan ovula yang dibuat
baik karena tidak menunjukkan adanya penumpukan zat aktif atau padatan.
Kedua dilakukan evaluasi organoleptic yang dilakukan secara visual
dengan melihat ada atau tidaknya keretakan, lubang eksudasi cairan dan
pembengkakan basis terhadap 3 sediaan. Hasil yang didapat tidak ada keretakan
dan pembengkakan basis pada ketiga ovula, tetapi terdapat lubang eksudasi hal
ini dikarenakan pengolesan paraffin liquidum pada alat cetak kurang banyak
sehingga masa ovula yang terbentuk tidak rata dan terdapat lubang eksudasi
cairan. Dan dapat dikatakan ovula yang dibuat kurang baik karena terdapat
lubang eksudasi pada ketiga ovula.
Ketiga dilakukan evaluasi keseragaman bobot yang dilakukan terhadap
10 sediaan ovula yang ditimbang satu persatu kemudian bobotnya dirata
ratakan, dan diperoleh bobot rata rata ovula yaitu 4,05179 gram. Kemudian
rentang bobot rata rata ovula 5 % adalah 3,85 – 4,25 dan rentang bobot 10 %
adalah 3,65 – 4,45. Dari hasil bobot yang diperoleh dari 10 sediaan tidak ada
bobot yang menyimpang dari 5% dan 10% sehingga dapat dikatakan sediaan
ovula yang dibuat baik.
Keempat dilakukan evaluasi kisaran dan waktu leleh, kisaran leleh
adalah rentang suhu zat padat dari mulai meleleh hingga meleleh sempurna.
Sedangkan waktu leleh adalah waktu dari mulai zat padat meleleh sampai
meleleh sempurna. Waktu meleleh ovula diukur dengan menggunakan
thermometer dan stopwatch. Berdasarkan evaluasi kisaran dan waktu leleh
diperoleh pada ovula pertama kisaran meleleh suhu awal 300C dan meleleh
sempurna 400C, sedangkan waktu meleleh 57 detik sampai 3 menit 17 detik.
Pada ovula kedua kisaran meleleh suhu awal 300C dan meleleh sempurna 400C,
sedangkan waktu meleleh 50 detik sampai 3 menit 9 detik. Pada ovula ketiga
kisaran meleleh suhu awal 310C dan meleleh sempurna 400C, sedangkan waktu
meleleh 43 detik sampai 2 menit 57 detik. Berdasarkan waktu leleh ovula yang
dibuat memenuhi syarat karena kurang dari 60 menit sedangkan suhu leleh
tidak memenuhi syarat karena lebih dari 370C.
Kelebihan sediaan ovula dari pada oral yaitu dapat menghindari adanya
iritasi pada lambung, dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim
pencernaan, dan dapat digunakan untuk pasien yang sulit menelan atau tidak
sadar. Sedangkan kerugiannya yaitu tidak praktis dan saat penggunaan pasien
merasa tidak nyaman (H. A. Syamsuni, 2006).

XIV. Kesimpulan
Sediaan suppositoria yang dibuat ditujukan untuk penggunaan lokal
karena mengandung zat aktif bisakodil yang digunakan sebagai pencahar.
Sediaan suppositoria yang dibuat tidak memenuhi syarat karena suhu leleh
suppositoria melebihi 37 °C.
Sediaan ovula yang dibuat ditujukan untuk penggunaan local karena
mengandung zat aktif povidone yang digunakan sebagai antiseptic pada vagina.
Sediaan ovula yang dibuat secara keseluruhan kurang baik karena terdapat 3
lubang eksudat cairan pada 3 ovula dan suhu leleh ovula melebihi 370C.

XV. Informasi Obat Standar


Bisakodil merupakan termasuk golongan obat bebas terbatas dengan
lambang bulatan berwarna biru artinya obat ini bisa diperoleh tanpa resep
dokter di apotek atau took-toko obat berizin resmi.
Povidone merupakan termasuk golongan obat bebas dengan lambing
bulatan berwarna hijau artinya obat ini bisa diperoleh tanpa resep dokter di
apotek atau took-toko obat berizin resmi.
XVI. Wadah dan Kemasan Jadi

XVII. Daftar Pustaka


Ansel, H.C. 1989. Pengatar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI Press.
Balsam, M. S., saragin, E. 1975. Cosmetics Science and Technology, Volume
I, second Edition, Wiley Interscience. New York : London.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Dirjen POM. 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : DepKes RI.
Iso Indonesia volume 5 tahun 2010-2011.
Kibbe, orthur H. 2000. Hand book of pharmaceutical excipient Edisi III. USA
: Pharmaceutical Press. USA
Lachman, L., & Lieberman, H. A. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi Kedua. Jakarta : UI Press.
Rowe, et al. 2009. Handbook of pharmaceutical excipients fifth edition. London : The
pharmaceutical press.
SydneyToronto. H. A. Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh
Soendani N.S. Yogyakarta : UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai