I. Tujuan Percobaan
1. Dapat menentukan kadar glukosa dalam sampel dengan spektrofotometri
2. Dapat memahami metode penentuan kadar glukosa
3. Dapat melakukan pemeriksaan kadar glukosa sehingga dapat mendiagnosis
kondisi patologis
(Sreeranjit, 2003).
1. Diabetes tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel b
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
2. Diabetes tipe II
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
3. Diabetes gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon
plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang
menderita diabetes gestasional akan kembali normal.
Alat Bahan
Pipet 0,5 mL dan 1,0 mL Darah NaF atau serum
Mikropipet Enzim (GOD,peroksidase)
Tabung reaksi Aquadest
Spektrofotometer 492nm-546nm Standar
Reagen warna
TCA 8%
V. Prosedur
Dilarutkan enzim dengan pelarutnya sampai tercampur dengan baik, kemudian
disiapkan tabung reaksi yang berisi larutan tes, larutan standar, dan larutan blangko.
Dimasukkan larutan tes yang beisi reagen 1 mL dan serum 10 µL, pada larutan
standar dimasukkan reagen 1 mL dan larutan standar 10 µL. kemudian pada pada
tabung blangko dimasukkan aquadest 10 µL dan reagen 1 mL, lalu di kocok sampai
rata dan disentrifuga dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
Disiapkan tabung reaksi yang berisi supernatan dan reagen. Pada tabung tes
dimasukkan supernatan 100 µL dan reagen warna 1,0 µL, dan pada tabung standar
dimasukkan supernatan 100 µL dan reagen warna 1,0 µL, lalu pada tabung reaksi
blangko dimasukkan reagen warna 1,0 µL. Kemudian dibiarkan selama 10 menit
pada suhu ruangan. Lalu dibaca absorbansi dari larutan tes dan standar terhadap
blangko pada panjang gelombang 505nm (492-546).
Pengujian Absorbansi
Standar 0,241
Uji 1 0,105
Uji 2 0,296
Uji 3 0,972
Uji 4 0,340
Uji 5 0,221
Standar
Blangko
0.105
Glukosa uji 1 : 0.241 𝑥 100 = 43.57 𝑚𝑔/𝑑𝐿
0.296
Glukosa uji 2 : 0.241 𝑥 100 = 122.82 𝑚𝑔/𝑑𝐿
0.972
Glukosa uji 3 : 0.241 𝑥 100 = 403.32 𝑚𝑔/𝑑𝐿
0.340
Glukosa uji 4 : 0.241 𝑥 100 = 141.08 𝑚𝑔/𝑑𝐿
0.221
Glukosa uji 5 : 0.241 𝑥 100 = 91.70 𝑚𝑔/𝑑𝐿
Standar Defiansi
√∑1[xn – x]2 + ∑2[xn – x]2 + ∑3[xn – x]2 + ∑4[xn – x]2 + ∑5[xn – x]2
n−1
√[43.57−160.498]2+[122.82−160.498]2+[403.32−160.498]+[141.08−160.498]+[91.70−160.498]2
= 5−1
= 140.68
Simpangan Baku Relatif (SBR)
𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑓𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖
= x 100%
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑗𝑖
140.68
= 160.498 x 100%
= 87.65%
VII. Pembahasan
Metode enzimatik yang digunakan adalah GOD-PAP, metode ini merupakan reaksi
kolometri enzimatik oleh pengukuran pada daerah visible. Glukosa oksidase
mengkatalisasi oksidasi glukosa sehingga membentuk asam glukanoat dan
peroksidase, kemudian peroksidase direaksikan dengan 4-aminoantipirin membentuk
quinoneimina yang berwarna dan diukur pada daerah serapan 400 nm (Sacher, 2004).
Reaksi :
Glukosa + O2 + H2O → Asam glukonik +H2O2
2H2O2 + 4-Amino phenazone + phenol → quinoneimine + 4H2O
Pemeriksaan dengan metode GOD-PAP memiliki kelebihan, yaitu : presisi tinggi,
akurasi tinggi, spesifik, relatif bebas dari gangguan (kadar hematokrit, vitamin C, lipid,
volume sampel, dan suhu). Sedangkan kekurangannya adalah memiliki ketergantungan
pada reagen, butuh sampeldarah yang banyak, pemeliharaan alat dan reagen
memerlukan tempat yang khusus dan membutuhkan biaya yang cukup mahal.
Sedangkan pada cara strip memiliki kelebihan hasil pemeriksaan dapat segera
diketahui, hanya butuh sampel sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis dan
mudah dipergunakan jadi dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa butuh keahlian khusus.
Kekurangannya adalah akurasinya belum diketahui, dan memiliki keterbatasan yang
dipengaruhi oleh kadar hematokrit, interfensi zat lain (Vitamin C, lipid, bilirubin dan
hemoglobin), suhu, volume sampel yang kurang, dan strip bukan untuk menegakkan
diagnosa klinis melainkan hanya untuk pemantauan kadar glukosa (Suryaatmadja,
2003).
Pada praktikum kali ini terdapat sampel standar yang berisi reagen ditambah larutan
standar serta 5 sampel uji yang masing-masing berisi serum ditambah reagen. Reagen
yang digunakan yaitu 4-aminoantipirin yang berfungsi menimbulkan zat warna merah
antipirin quinoneimine yang intensitasnya sebanding dengan kadar glukosa yang
diukur secara spektrofotometrik. Sebelum sampel standar dan kelima sampel uji di
ukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri uv-vis, sampel-sampel tersebut
dibiarkan terlebih dahulu selama 10 menit pada suhu kamar yang bertujuan untuk
membiarkan pembentukan quinoneimina yang sempurna yang dikatalisis oleh 4-
aminoantipirin dan peroksidase. Lalu sampel-sampel tersebut diukur nilai
absorbansinya menggunakan spektrofotometri uv-vis, sehingga didapat nilai
absorbansi untuk sampel standar adalah 0.241, uji 1 yaitu 0.105, uji 2 yaitu 0.296, uji
3 yaitu 0.972, uji 4 yaitu 0.340 dan uji 5 yaitu 0.221. Dari kelima data absorbansi
sampel uji tersebut dihitung kadarnya dan kemudian dirata-ratakan sehingga diperoleh
kadar rata-rata sebesar 160.498 mg/dL dimana kadar tersebut melebihi kadar standar
yaitu hanya 100 mg/dL. Perbedaan hasil yang lebih besar tersebut dapat disebabkan
oleh adanya perbedaan jumlah volume sampel yang diujikan pada setiap sampel uji,
sehingga diduga mempengaruhi besarnya kadar glukosa yang diujikan. Kadar rata-rata
dihitung standar deviasinya dengan nilai sebesar 140,68 dan nilai SBR yang diperoleh
yaitu sebesar 87.65%, dimana nilai tersebut melebihi presentase nilai SBR yang baik
yaitu <2%. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh jumlah volume pada sampel uji yang
tidak akurat (lebih besar) sehingga nilai SBR nya melebihi 2%.
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan kali ini diperoleh hasil rata-rata uji yaitu 160.498 mg/dL dengan
nilai standar defiansinya yaitu 140.68, dan didapat pula nilai simpangan baku relatif
(SBR) nya yaitu sebesar 87.65%, dimana nilai SBR yang baik itu kurang dari 2%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai SBR yang kami peroleh tidak dikatakan
baik karena melebihi 2%.
Daftran Pustaka
Brunner & Suddarth. (1997). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:
Jakarta.
Kosasih, E.N dan A.S Kosasih. (2008). Tafsiran Hasil pemeriksaan Laboratorium
Klinik edisi kedua. Tangerang: Karisma Publishing Group.