Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN I

PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA

I. Tujuan Percobaan
1. Dapat menentukan kadar glukosa dalam sampel dengan spektrofotometri
2. Dapat memahami metode penentuan kadar glukosa
3. Dapat melakukan pemeriksaan kadar glukosa sehingga dapat mendiagnosis
kondisi patologis

II. Teori Percobaan


Darah adalah cairan yang terdapat dalam tubuh yang berfungsi mengangkut zat-
zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus dan
bakteri. Darah terdiri dari beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45 % bagian
dari darah dan 55 % yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium
cairan darah yang disebut plasma darah (Waterbury, 1998).
Serum merupakan cairan darah yang berwarna kuning. Didalam serum terdapat
dua protein yaitu albumin dan globullin. Antibodi berada di dalam serum
dikarenakan Antibodi golongan darah merupakan protein globulin, yang
bertanggung jawab sebagai kekebalan tubuh alamiah untuk melawan antigen
asing.Komposisi serum sama dengan plasma yaitu 91% air, 8% protein, dan 0,9%
mineral. Akan tetapi didalam serum tidak ada faktor pembekuan (fibrinogen).
Dikarenakan serum tidak diberi anti koagulan, fibrinogen dapat diubah menjadi
benang-benang fibrin sehingga terjadi pembekuan darah. Dimana antikoagulan ini
mengikat kalsium sebagai faktor pembekuan sehingga fibrinogen tidak di ubah
menjadi benang –benang fibrin (Gandasoebrata, 2004).
Karbohidrat adalah suatu senyawa yang terdiri atas atom–atom karbon,
hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki rumus umum (CH2O)n. Sebagai
contoh, molekul glukosa mempunyai rumus kimia C6H12O6. Karbohidrat yang
berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil
metabolisme karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat dalam darah, sedangkan
glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel- sel
pada jaringan otot sebagai sumber energi (Poedjiadi dan Titin 2007).
Glukosa tebentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen di hati dan otot rangka (Joyce, 2007). Glukosa adalah suatu gula enam
karbon yang sederhana. Glukosa dalam makanan sebagian besar terdapat dalam
bentuk disakarida (secara kimiawi terikat ke molekul gula lain) dan sebagai kanji
polisakarida kompleks. Dalam mukosa usus halus, disakarida diuraikan menjadi
monosakarida oleh enzim yang disebut disakaridase. Kanji diuraikan oleh amilase
yang dikeluarkan oleh pankreas dan juga oleh kelenjar air liur. Gula diserap di usus
dalam bentuk monosakarida (Irawan, 2007).

Adapun struktur glukosa yaitu :

(Sreeranjit, 2003).

Penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan


yang tidak kuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Jika terjadi
peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia), berarti insulin yang beredar tidak
mencukupi atau tidak berfungsi dengan baik (resisten) dan kondisi inilah yang
disebut sebagai DM. Kadar gula darah puasa yang mencapai lebih dari 125 mg/dL
biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes (Joyce, 2007).

Macam-macam tipe diabetes melitus menurut (Brunner & Suddarth, 2002) :

1. Diabetes tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel b
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
2. Diabetes tipe II
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
3. Diabetes gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon
plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang
menderita diabetes gestasional akan kembali normal.

Adapun terapi diabetes melitus yaitu :

1. Terapi non farmakologi


Menurut PERKENI (2011), terapi non farmaokologi meliputi edukasi, terapi
gizi, latihan jasmani dan pengendalian gula darah. Pada pasien DM tipe 2 yang
terpenting adalah mengubah pola hidup terlebih dahulu, kemudian diteruskan
dan dibantu dengan pengobatan secara farmakologi.
2. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi meliputi obat-obatan yang digunakan oleh pasien, baik
itu itu pemberian diabetik oral, insulin, atau kombinasi keduanya.
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
Menurut (Sugondo, 2006) dalam Farmakoterapi pada pengendalian glikemia
diabetes melitus tipe 2. Obat-obat diabetes oral adalah sebagai berikut:
Sulfonilurea, Glinid, Biguanid, tiazolidinedion, acarbose,
b. Insulin
Insulin dibagi menjadi 4 macam, yang pertama insulin kerja pendek (short
acting), Kedua kerja sedang (intermediate acting), Ketiga adalah insulin
kerja panjang (long acting), Terakhir adalah insulin infasik (short and
intermediate acting) (Sugondo, 2006).

Spektrofotometer sering digunakan di laboratorium klinik karena dianggap


sebagai alat yang paling tepat untuk menggambarkan kadar glukosa darah. Tak
heran spektrofotometer dijadikan sebagai standar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pengukuran glukosa darah dengan spektrofotometer menggunakan prinsip
enzimatik yang lebih spesifik untuk glukosa yaitu perubahan enzimatik glukosa
menjadi produk dihitung berdasarkan reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai
reaksi terakhir dari serangkaian reaksi kimia (Anthony, 2008).

III. Data Fisik dan Kimia


3.1. Aquadest
Pemerian : cairan, tidak berwarna dan tidak memiliki bau
BM : 18.02 g/mol
pH : 6.0 – 8.0 pada suhu 250C
TD/TL : 1000C / 00C
3.2. 4-aminoantipirin
Pemerian : bubuk padat, tidak berbau, berwarna kuning gelap
pH : 7.1
BJ : 0.808
Pencegahan : (kulit) cuci dengan air banyak, (mata) bilas hati-hati dengan air
3.3. TCA 8%
Pemerian : padat, berwarna putih, berbau cuka
pH : 1.2
TD : 1960C
BJ : 1.620
Kelarutan : larut dalam air
Penanganan : (terhirup) hirup udara segar, (kulit) tinggalkan semua pakaian yang
terkontaminasi, (mata) bilas dengan air secara hati-hati
3.4. GOD
Pemerian : bubuk, berwarna kuning dan tidak bau
Penanganan : (terhirup) hirup udara segar, (tertelan) cari bantuan medis, (kulit dan
mata) basuh dengan air yang banyak
3.5. Peroksidase
Pemerian : cairan bening, tidak berwarna
pH : kurang dari 3.0
TD/TL : 1080C / -520C
Kelarutan : larut air
Penanganan : (kulit) basuh dengan sabun dan air, (mata) basuh dengan air 15 menit,
(tertelan) beri beberapa gelas air minum
IV. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Pipet 0,5 mL dan 1,0 mL Darah NaF atau serum
Mikropipet Enzim (GOD,peroksidase)
Tabung reaksi Aquadest
Spektrofotometer 492nm-546nm Standar
Reagen warna
TCA 8%
V. Prosedur
Dilarutkan enzim dengan pelarutnya sampai tercampur dengan baik, kemudian
disiapkan tabung reaksi yang berisi larutan tes, larutan standar, dan larutan blangko.
Dimasukkan larutan tes yang beisi reagen 1 mL dan serum 10 µL, pada larutan
standar dimasukkan reagen 1 mL dan larutan standar 10 µL. kemudian pada pada
tabung blangko dimasukkan aquadest 10 µL dan reagen 1 mL, lalu di kocok sampai
rata dan disentrifuga dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
Disiapkan tabung reaksi yang berisi supernatan dan reagen. Pada tabung tes
dimasukkan supernatan 100 µL dan reagen warna 1,0 µL, dan pada tabung standar
dimasukkan supernatan 100 µL dan reagen warna 1,0 µL, lalu pada tabung reaksi
blangko dimasukkan reagen warna 1,0 µL. Kemudian dibiarkan selama 10 menit
pada suhu ruangan. Lalu dibaca absorbansi dari larutan tes dan standar terhadap
blangko pada panjang gelombang 505nm (492-546).

VI. Hasil Pengamatan

Kadar standar : 100 mg/dL

Pengujian Absorbansi
Standar 0,241
Uji 1 0,105
Uji 2 0,296
Uji 3 0,972
Uji 4 0,340
Uji 5 0,221
Standar

Blangko

0.105
 Glukosa uji 1 : 0.241 𝑥 100 = 43.57 𝑚𝑔/𝑑𝐿
0.296
 Glukosa uji 2 : 0.241 𝑥 100 = 122.82 𝑚𝑔/𝑑𝐿
0.972
 Glukosa uji 3 : 0.241 𝑥 100 = 403.32 𝑚𝑔/𝑑𝐿
0.340
 Glukosa uji 4 : 0.241 𝑥 100 = 141.08 𝑚𝑔/𝑑𝐿
0.221
 Glukosa uji 5 : 0.241 𝑥 100 = 91.70 𝑚𝑔/𝑑𝐿

Rata-Rata nilai uji : 160.498 mg/dL

 Standar Defiansi
√∑1[xn – x]2 + ∑2[xn – x]2 + ∑3[xn – x]2 + ∑4[xn – x]2 + ∑5[xn – x]2
n−1
√[43.57−160.498]2+[122.82−160.498]2+[403.32−160.498]+[141.08−160.498]+[91.70−160.498]2
= 5−1

= 140.68
 Simpangan Baku Relatif (SBR)
𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑓𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖
= x 100%
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑗𝑖
140.68
= 160.498 x 100%

= 87.65%

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemeriksaan kadar glukosa.


Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan cara kimia maupun enzimatik.
Glukosa dapat mereduksi oksidator kimia dan membentuk warna kompleks yang
kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu, sedangkan metode enzimatik
menggunakan glukosida oksidase untuk reaksi oksidasi sehingga glukosa
membebaskan hidrogen peroksida (Darwis, 2005).

Metode enzimatik yang digunakan adalah GOD-PAP, metode ini merupakan reaksi
kolometri enzimatik oleh pengukuran pada daerah visible. Glukosa oksidase
mengkatalisasi oksidasi glukosa sehingga membentuk asam glukanoat dan
peroksidase, kemudian peroksidase direaksikan dengan 4-aminoantipirin membentuk
quinoneimina yang berwarna dan diukur pada daerah serapan 400 nm (Sacher, 2004).

Reaksi :
Glukosa + O2 + H2O → Asam glukonik +H2O2
2H2O2 + 4-Amino phenazone + phenol → quinoneimine + 4H2O
Pemeriksaan dengan metode GOD-PAP memiliki kelebihan, yaitu : presisi tinggi,
akurasi tinggi, spesifik, relatif bebas dari gangguan (kadar hematokrit, vitamin C, lipid,
volume sampel, dan suhu). Sedangkan kekurangannya adalah memiliki ketergantungan
pada reagen, butuh sampeldarah yang banyak, pemeliharaan alat dan reagen
memerlukan tempat yang khusus dan membutuhkan biaya yang cukup mahal.
Sedangkan pada cara strip memiliki kelebihan hasil pemeriksaan dapat segera
diketahui, hanya butuh sampel sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis dan
mudah dipergunakan jadi dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa butuh keahlian khusus.
Kekurangannya adalah akurasinya belum diketahui, dan memiliki keterbatasan yang
dipengaruhi oleh kadar hematokrit, interfensi zat lain (Vitamin C, lipid, bilirubin dan
hemoglobin), suhu, volume sampel yang kurang, dan strip bukan untuk menegakkan
diagnosa klinis melainkan hanya untuk pemantauan kadar glukosa (Suryaatmadja,
2003).
Pada praktikum kali ini terdapat sampel standar yang berisi reagen ditambah larutan
standar serta 5 sampel uji yang masing-masing berisi serum ditambah reagen. Reagen
yang digunakan yaitu 4-aminoantipirin yang berfungsi menimbulkan zat warna merah
antipirin quinoneimine yang intensitasnya sebanding dengan kadar glukosa yang
diukur secara spektrofotometrik. Sebelum sampel standar dan kelima sampel uji di
ukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri uv-vis, sampel-sampel tersebut
dibiarkan terlebih dahulu selama 10 menit pada suhu kamar yang bertujuan untuk
membiarkan pembentukan quinoneimina yang sempurna yang dikatalisis oleh 4-
aminoantipirin dan peroksidase. Lalu sampel-sampel tersebut diukur nilai
absorbansinya menggunakan spektrofotometri uv-vis, sehingga didapat nilai
absorbansi untuk sampel standar adalah 0.241, uji 1 yaitu 0.105, uji 2 yaitu 0.296, uji
3 yaitu 0.972, uji 4 yaitu 0.340 dan uji 5 yaitu 0.221. Dari kelima data absorbansi
sampel uji tersebut dihitung kadarnya dan kemudian dirata-ratakan sehingga diperoleh
kadar rata-rata sebesar 160.498 mg/dL dimana kadar tersebut melebihi kadar standar
yaitu hanya 100 mg/dL. Perbedaan hasil yang lebih besar tersebut dapat disebabkan
oleh adanya perbedaan jumlah volume sampel yang diujikan pada setiap sampel uji,
sehingga diduga mempengaruhi besarnya kadar glukosa yang diujikan. Kadar rata-rata
dihitung standar deviasinya dengan nilai sebesar 140,68 dan nilai SBR yang diperoleh
yaitu sebesar 87.65%, dimana nilai tersebut melebihi presentase nilai SBR yang baik
yaitu <2%. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh jumlah volume pada sampel uji yang
tidak akurat (lebih besar) sehingga nilai SBR nya melebihi 2%.
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan kali ini diperoleh hasil rata-rata uji yaitu 160.498 mg/dL dengan
nilai standar defiansinya yaitu 140.68, dan didapat pula nilai simpangan baku relatif
(SBR) nya yaitu sebesar 87.65%, dimana nilai SBR yang baik itu kurang dari 2%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai SBR yang kami peroleh tidak dikatakan
baik karena melebihi 2%.
Daftran Pustaka

Brunner & Suddarth. (1997). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:
Jakarta.

Darwis. (2005). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes


Mellitus. Jakarta: UI Press.
Irawan, M.A., 2007. Glukosa dan Metabolisme Energi. Sport Science Brief. 1(6): 125.

Kosasih, E.N dan A.S Kosasih. (2008). Tafsiran Hasil pemeriksaan Laboratorium
Klinik edisi kedua. Tangerang: Karisma Publishing Group.

PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


di Indonesia. Jakarta: PERKENI.

Poedjiadi A. Titin SFM. (2007). Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Sacher, A.R dan Richard, A. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Jakarta: EGC.
Sugondo. (2006). Obesitas Dalam buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi
IV. Jakarta: FK UI.

Suryaatmadja, M. 2003. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Jakarta:


Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sreeranjit,C. V. K. and Lal, J. J., (2003). Glucose : Properties and Analysis. In
Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition, 2nd Edition, Caballero, B. Trugo,
L.C., & Finglas, P.M.,Eds,. Academic Press.

Waterbury L. (1998). Hematology terjemahan Sugi Suhandi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai