Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan segala hidayah, taufik dan nikmat-Nya, sehingga penulisan dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Al-Islam
Bandung ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah pada baginda Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat, dan sampai
kepada umatnya hingga akhir zaman.
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian profesi apoteker di Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.
Dalam penyusunan laporan ini banyak memperoleh dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, terima kasih dan penghargaan disampaikan
kepada yang terhormat :
1. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt. selaku Ketua Sekolah Tinggi Farmasi
Bandung.
2. Drs. Rahmat Santoso, M.Si., MH.Kes., Apt. selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.
3. Dr. As’ari Nawawi., M.Si., Apt selaku pembimbing dari Program Studi
Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Farmasi Bandung yang telah
meluangkan, pikiran dan perhatiannya untuk memberikan masukan dan
bimbingan pengarahan dengan tulus kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA).
4. Eni Syofiah, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing di Rumah Sakit Al-
Islam Bandung.
5. Seluruh staf Karyawan Rumah Sakit Al-Islam Bandung.
6. Kedua orang tua tercinta serta keluarga besar yang senantiasa memberikan
do’a, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun materil.
7. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan selama ini.
8. Serta semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya
penulisan laporan ini.
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan
pahala yang terbaik dari sisi Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang
bersifat evaluatif untuk kemajuan dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga
penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Al-Islam ........................................................................................ 43
LAMPIRAN ........................................................................................................ 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
SAKIT AL ISLAM…………………………………………….. 73
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah
Sakit ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi
dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di rumah sakit.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di rumah sakit.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
di rumah sakit.
Berbagai definisi rumah sakit terdapat dalam beberapa pustaka. Ada yang
memberi definisi berdasarkan bentuk fisik, ada yang berdasarkan sifat kuantitatif
dari pelayanannya, dan adapula yang berdasarkan maksud dan misinya. Definisi
yang umum sebagai berikut :
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit atau bagian
rumah sakit yang melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang dipimpin oleh
seorang apoteker yang profesional, kompeten dan berwenang secara hukum
dalam menyelenggarakan fasilitas pelayanan kefarmasian yang antara lain
adalah perencanaan, pengadaan, menyediakan dan mengelola semua aspek
mengenai obat dan perbekalan kesehatan di rumah sakit untuk penderita
yang dirawat di rumah sakit, baik rawat inap maupun rawat jalan.
1) Pengorganisasian
Pengorganisasian Rumah Sakit harus dapat menggambarkan
pembagian tugas, koordinasi kewenangan, fungsi dan tanggung jawab
Rumah Sakit. Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus
mencakup penyelenggaraan pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan
manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan
dengan menjaga mutu.
2) Sumber Daya Manusia (SDM)
1) Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai
dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku.
H. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh
Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi
(TFT) di Rumah Sakit.
Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:
a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit
b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
dan kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow
moving)
b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu
tiga bulan berturut-turut (death stock)
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
I. Administrasi
c. Administrasi Penghapusan
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan unit kerja dalam
memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai
kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari
dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit,
Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila
diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain
di dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan
Obat.
Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker,
apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun
apabila diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter.
AL ISLAM BANDUNG
Rumah Sakit Al-Islam adalah rumah sakit swasta yang terbentuk hasil
kerja sama dengan BKSWI (Badan Kerja Sama Wanita Islam). BKSWI adalah
organisasi masa Islam yang beranggotakan ibu-ibu yang aktif dalam pengajian di
wilayah kota Bandung.
Ibu- ibu pengajian ini bertekad untuk membangun sebuah rumah sakit
islam, maka dari itu terbentuklah rumah sakit Al-Islam yang didalamnya
melaksanakan pelayanan berdasarkan nilai-nilai islam. Perencanaan pembangunan
rumah sakit ini telah lama, mulai di Jl. Awibitung – Cicadas-Bandung yaitu rumah
sakit bersalin.
Dengan tekad dan usaha yang gigih supaya dapat membangun instalasi
untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya untuk umat islam, maka pada
tanggal 1 Agustus 1990, Rumah Sakit Al-Islam yang terletak di Jl Soekarno Hata
Nomor 644 Bandung mulai dioprasikan. Pada awal berdiri, Rumah Sakit Al-Islam
Bandung hanya memiliki luas bangunan sekitar 1200 m2 dan hanya memiliki 28
tempat tidur. Pada tahun 1994 di bangun gedung firdaus untuk meningkatkan
kapasitas menjadi 90 tempat tidur. Kemudian menyusul dibangunnya gedung
raudhoh dan ruang VIP.
Pada tahun 1997 Rumah Sakit Al-Islam telah memiliki gedung tambahan
berupa gedung perawatan enam lantai yang diberi nama gedung Ibnu Sina. Pada
tahun 2002-2003 dilakukan renovasi gedung rawat jalan yang terdiri dari tiga
lantai dengan sumbangan dari berbagai pihak, dan pada tahun 2003 RSAI telah
mendirikan medical chek up centre. Kemudian pada tahun 2007 dibangun ruang
rawat inap, perinatologi, dan juga HCU.
Visi jangka panjang : “sukses akhirat”. Visi jangka pendek :“sukses visi
pribadi dan keluarga, sukses visi rumah sakit”. Visi Rumah sakit Al-Islam
Bandung adalah “Menjadi Instalasi yang Unggul, Terpercaya dan Islami dalam
Pelayanan dan Pengelolaan Rumah Sakit”.
1. Karakter Inner
Kasih Sayang
Bersih
Jujur
Tanggung Jawab
Disiplin
Kerjasama
Ridho Allah
2. Karakter Outher
Senyum
Salam
Sapa
Sopan/santun
Gesit
Responsif
Terima Kasih
3. Penampilan Pribadi Karyawan
Ada kesamaan dalam berfikir, bersikap, bertutur bahasa.
Ada kesamaan dalam penampilan fisik.
Ada kesamaan dalam budaya organisai
Ada kesamaan tujuan, visi, dan misi.
Beretika dan prilaku : 4SGRT (Senyum, salam, sapa,
sopan/santun, gesit, responsif, dan terima kasih).
3.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam Bandung
Visi instalasi farmasi rumah sakit Al-Islam adalah “Menjadi Instalasi yang
Unggul, Terpercaya dan Islami dalam Pelayanan dan Pengelolaan Farmasi Rumah
Sakit”.
Struktur organisasi
Volume kerja atau beban kerja.
Untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja berdasarkan volume atau
beban kerja di RSAI yaitu menggunakan metode WISN (Work Indicator
Staff Need) sehingga akan diketahui karyawan yang dibutuhkan berdasarkan
standar kerjanya.
Aspek pengetahuan
Aspek keterampilan
Aspek sikap
Semua ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja para
pegawai, sehingga pelayanan yang diberikan oleh RSAI dapat terjaga
kualitasnya, sesuai dengan misinya yaitu menjadi instalasi yang unggul,
terpercaya, dan islami.
Untuk pegawai baru ada program orientasi selama 3 bulan, dengan
sistem penilaian menggunakan sistem bobot yang akan di kalkulasikan dan
akan menjadi bahan pertimbangan penerimaan pegawai baru. Jika nilainya
memenuhi maka akan diangkat menjadi pegawai tetap.
Untuk pegawai lama diberikan pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkatkan soft skill, meningkatkan kemapuan dasar dan
meningkatkan pengetahuan tentang kefarmasian.
1. Seleksi obat
Salah satu tugas apoteker adalah seleksi obat, yaitu proses memilih jenis,
menetapkan obat-obat standar yang dilakukan oleh PFT, dimana hasil
seleksi obat menghasilkan suatu formularium rumah sakit.
2. Perencanaan
Perencanaan adalah mengenai pemilihan jenis, jumlah perbekalan
farmasi yang dibutuhkan atau yang harus disediakan oleh IFRS sesuai
dengan kebutuhan dan anggaran yang ada di rumah sakit.
3. Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan merealisasikan perbekalan farmasi sesuai
yang telah direncanakan atau proses pembelian kepada distributor sesuai
dengan yang telah disepakati.
4. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan dalam penerimaan perbekalan farmasi
sesuai dengan pesanan, kemudian barang yang sudah diterima diperiksa
kesesuaian jenis dan jumlah barang.
5. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan melaksanakan penyimpanan perbekalan
farmasi dari bagian penerimaan sesuai dengan :
Berdasarkan kelompok barang.
Berdasarkan bentuk sediaan.
Berdasarkan jenis sediaan.
Narkotika / psikotropika.
Stabilitas suhu.
6. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan kebutuhan perbekalan
farmasi ke gudang satelit dan gudang floor stock untuk kebutuhan pasien
rawat inap.
3.2.10 Pendidikan dan Pelatihan di IFRS Al-Islam
Pelayanan Farmasi rawat jalan di RSAI yaitu kegiatan yang meliputi aspek
klinis dan non klinis.
1. Penerimaan resep
2. Pemberian no antrian resep
Pemberian nomor antrian resep terdiri dari dua rangkap, satu untuk pasien
dan yang satunya lagi untuk petugas pelayanan perbekalan farmasi untuk
mencegah terjadinya kesalahan pelayanan.
3. Pengkajian Resep
a. Kesesuaian administrasi
Pengkajian resep berdasarkan kesesuaian administrasi meliputi:
Nama dokter
No SIK
Paraf dokter
Tanggal resep
Nama pasien
Umur pasien
Berat badan pasien
b. Kesesuaian Farmasetik
Pengkajian resep berdasarkan kesesuaian farmasetik meliputi:
Nama obat
Kekuatan obat
Jumlah obat
Aturan pakai
Bentuk sediaan
c. Kesesuaian klinik
Pengkajian resep berdasarkan kesesuaian klinik meliputi :
Ketepatan indikasi
Kontra indikasi
Duplikasi
Interaksi
4. Perhitungan Harga
Perhitungan harga di RSAI dilakukan berdasarkan sistem komputerisasi.
5. Konfirmasi Pasien
Apabila pasien setuju, maka faktur obat di cetak, kemudian pasien membayar
obat atas resep di kassa.
6. Pencetakan Etiket
Pembuatan etiket di RSAI dilakukan berdasarkan sistem komputerisasi, dan
apabila pasien belum melakukan pembayaran, etiket secara otomatis tidak
akan bisa dicetak, karena datanya belum masuk.
7. Pengambilan / penyiapan Obat
Untuk pengambilan obat sesuai dengan yang tertera dalam resep, dan untuk
jumlah obat yang di ambil di lihat di faktur sesuai dengan jumlah yang telah
di bayar oleh pasien. Pengambilan obat berdasarkan sistem FEFO (First
Expire First Out).
8. Pengemasan dan Pemberian Etiket
Dalam proses pengemasan di cek terlebih dahulu antara etiket dan obat,
sebelum di kemas dan diberi etiket.
9. Dilakukan Pengecekan Akhir oleh QC
Di cek kesesuaian antara faktur dengan resep, jenis obat, jumlah obat dan
aturan pemakaian. Periksa berdasarkan 5T yaitu : tepat pasien, tepat dosis,
tepat indikasi, tepat rute pemberian dan tepat signatura.
10. Penyerahan obat
Penyerahan obat merupakan kegiatan pemberian obat kepada pasien dengan
disertai pemberian informasi terkait dengan obat yang diterima pasien.
Aspek non klinis yaitu setiap kegiatan yang tidak berhubungan langsung
dengan pasien, yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan perbekalan farmasi,
diantaranya yaitu :
1. Seleksi Obat
2. Perencanaan
3. Pengadaan
4. Penerimaan
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian
3.4 Pelayanan Farmasi Rawat Inap di RSAI
Pelayanan informasi obat adalah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga farmasi
sesuai dengan kewenangannya untuk memberikan informasi secara akurat, tidak
bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesional kesehatan lainnya
dan pasien.
TUGAS KHUSUS
4.1.1 Pendahuluan
Pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), pengarsipan resep dan faktur
penjualan ataupun faktur mutasi termasuk hal yang harus dikelola dengan baik.
Sebuah Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang mempunyai tingkat pelayanan resep
dan jumlah pasien yang banyak, membutuhkan sistem pengarsipan yang teratur,
dimana arsip yang telah disimpan dapat dicari dan ditemukan kembali dengan
cepat dan mudah.
Untuk itu dilakukan analisis terhadap pengelolaan arsip berupa resep dan
faktur di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam Kota Bandung agar pengelolaan
arsip atau sistem kearsipan dapat tertata secara sistematis dan efektif.
1. Arsip
A. Pengertian Arsip
Secara terminologis, arsip, warkat atau records merupakan informasi yang
direkam dalam bentuk atau medium apapun, dibuat, diterima, dan dipelihara
oleh suatu organisasi atau lembaga atau badan atau perorangan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan (Walne, 1988: 128). Sedangkan menurut UU No. 7
Tahun 1971 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan Pasal 1 disebutkan,
yang dimaksud arsip adalah naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh
Lembaga-lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintahan dalam bentuk corak
apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka
pelaksanaan kegiatan pemerintah.
B. Tujuan Pengarsipan
a. Menjaga keselamatan bahan(dokumen/warkat) pertanggung jawaban.
b. Menyimpan warkat secara sistematis.
c. Mempermudah menemukan warkat pada saat diperlukan.
d. Menjaga atau memelihara kelestarian dan kerahasiaan arsip.
e. Meningkatkan efesiensi dan efektifitas
C. Jenis Pengarsipan
Menurut Bhavati ( 2014), arsip dibedakan menjadi berbagai jenis arsip, baik
berdasarkan bentuk fisik, berdasarkan masalah, kepemilikan, berdasarkan sifat,
dan berdasarkan fungsinya.
1. Jenis arsip berdasarkan bentuk fisiknya
a. Arsip berbentuk lembaran. contoh: surat, kuitansi, faktur, dll
b. Arsip tidak berbentuk lembaran atau arsip elektronik. contoh: disket,
flash disk, cd, dvd, dll
2. Jenis arsip berdasarkan masalahnya
a. Financial record, arsip berkaitan dengan masalah keuangan, contohnya,
kuitansi, giro, cek.
b. Inventory record, arsip yang berhubungan dengan masalah barang
inventaris. Contoh catatan tentang jumlah barang, merk, ukuran, harga.
c. Personal record, arsip yang berhubungan dengan masalah kepegawaian.
Contoh: surat lamaran kerja, curriculum vitae, absensi, dll.
d. Sales Record, arsip yang berhubungan dengan masalah penjualan.
Contoh: daftar agen distributor, daftar penjualan barang.
e. Production record, arsip yang berhubungan dengan masalah produksi.
Contoh: arsip tentang jenis bahan baku, jenis alat yang digunakan. dll
3. Jenis arsip berdasarkan pemiliknya
a. Lembaga Pemerintahan, meliputi Arsip Nasional di Indonesia (Arsip
Nasional Republik Indonesia). Arsip Nasional di setiap ibu kota Daerah
Tingkat I (Arsip Nasional Daerah).
b. Instansi Pemerintah atau Swasta yang meliputi arsip primer, arsip
sekunder, arsip sentral dan arsip unit.
4. Jenis arsip berdasarkan sifatnya
a. Arsip tidak penting, arsip hanya memiliki kegunaan informasi, contoh
surat undangan.
b. Arsip biasa, arsip yang semula penting kemudian tidak berguna lagi pada
saat informasinya sudah berlalu. Contoh: surat lamaran kerja.
c. Arsip penting, arsip yang memiliki hubungan dengan masa lalu dan masa
yang akan datang. Contoh: surat perjanjian.
d. Arsip sangat penting, arsip yang dapat dijadikan alat pengingat selama-
lamanya (bernilai sejarah/ilmiah). Contoh: naskah proklamasi.
e. Arsip rahasia, arsip yang hanya boleh diketahui oleh orang tertentu saja
dalam organisasi. Contoh: hasil penilaian pegawai.
5. Jenis arsip berdasarkan fungsinya
a. Arsip dinamis, diantaranya adalah arsip aktif, arsip semi aktif, arsip
inaktif.
b. Arsip statis, yaitu arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk
perencanaan penyelenggaraan kehidupan berbangsa pada umumnya,
maupun untuk penyelenggaraan administrasi negara.
D. Asas-Asas Kearsipan
Asas kearsipan adalah pedoman dalam penyelenggarakan kegiatan
pengurusan surat yang disesuaikan dengan kedudukan unit kerja dalam suatu
kantor atau organisasi.
a. Asas Sentralisasi
Asas Sentralisasi adalah penyelenggarakan kearsipan dipusatkan pada suatu
bagian organisasi atau unit kerja tersendiri ,yakni semua warkat atau dokumen
disimpan dalam suatu tempat atau ruang dan dikelola oleh suatu unit tersendiri
/ terpusat pada bagian kearsipan.
b. Asas Desentralisasi
Asas Desentralisasi ialah penyelengaraan kearsipan tidak dipusatkan pada
satu unit atau bagian organisasi tetapi penyimpanan surat/warkat dilakukan
pada bagian secara sendiri-sendiri / per unit ada.
c. Asas Gabungan
Asas gabungan ialah penyelenggarakan, pengelolaan arsip dengan
memadukan kelebihan asas sentralisasi dan desentralisasi sehingga kelemahan
dari kedua asas dapat diminimalisir. Pada pelaksanaannya, selama
arsip/dokumen masih digunakan (Aktif) disimpan oeh masing-masing bagian
per unit, setelah arsip/dokumen In Aktif baru diserahkan kebagian pusat
kearsipan atau pusat unit.
E. Sistem Pengarsipan
Menurut Candrawati (2010), Sistem pengarsipan adalah cara pengaturan
atau penyimpanan arsip secara logis dan sistematis dengan memakai abjad,
numerik atau nomor, huruf ataupun kombinasi huruf dan nomor sebagai
identitas arsip yang terkait. Berikut adalah penjabaran dari masing-masing
sistem pengarsipan, yaitu :
Cara menemukan dan menentukan ciri atau tanda dari suatu dokumen yang
akan dijadikan petunjuk atau tanda pengenal (caption) untuk memudahkan
mengetahui tempat dokumen disimpan.
Adapun kata tangkap dapat berupa :
Nama orang
Nama perusahaan / organisasi
Nama tempat / daerah
Nama benda / barang
Istilah subyek atau angka (tergantung sistem pengarsipan yang dipakai)
Menentukan ciri atau tanda dengan cara menentukan urutan unit-unit atau
bagian dari kata tangkap yang akan disusun menurut abjad. Indeks adalah
sarana untuk menemukan kembali dengan cara mengidentifikasi surat tersebut
melalui penunjukan suatu tanda pengenal yang dapat membedakan surat satu
dengan surat yang lainnya, atau bagian dari suatu nama yang dijadikan tanda
pengenal surat. Kode adalah suatu tanda atau simbol yang diberikan atau yang
dibubuhkan pada lembaran arsip yang dapat dipakai untuk tanda penyimpanan
arsip. Koding adalah suatu kegiatan memberikan tanda atau simbol pada arsip.
Adapun fungsi dari kode atau simbol adalah menunjukkan isi yang terkandung
didalam arsip yang bersangkutan.
Prosedur yang harus dilaksanakan untuk mengarsipkan surat :
Membaca surat atau dokumen dengan teliti dan seksama
Periksa apakah surat sudah disertai dengan tanda siap untuk disimpan.
Menetapkan caption atau judul surat
Mengindeks tanda pengenal sesuai peraturan
Membuat petunjuk silang
Memberi kode surat
Menyortir, yaitu memilah-milah atau mengelompokkan arsip menjadi satu
kelompok menurut kode yang ada pada arsip.
Menyusun menurut susunan abjad.
Menyimpan arsip, yaitu mendapatkan arsip pada suatu tempat atau alat
penyimpanan.
A. Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan.
B. Tujuan Penulisan Resep
4.1.4 Pembahasan
Dalam perkantoran atau Rumah Sakit arsip digunakan untuk membantu dalam
penyediaan informasi. Mengingat peranan arsip yang begitu penting bagi
kehidupan berorganisasi, maka keberadaan arsip di kantor atau rumah sakit benar-
benar dapat mendukung dalam penyelesaian pekerjaan yang dilakukan semua
personil dalam organisasi. Tujuan kearsipan itu sendiri adalah menyediakan data
dan informasi secepat-cepatnya dan setepat-tepatnya kepada yang memerlukan.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan arsip yang efektif
dan efisien dengan cara memahami masalah apa yang terkandung didalam arsip.
Sistem penyimpanan arsip dikatakan baik apabila waktu arsip yang diperlukan
dapat diketemukan kembali dengan cepat dan tepat, sehingga diperlukan penataan
arsip yang sistematis dan efektif, karena sistem penyimpanan arsip tidak lepas dari
kegiatan penataan arsip dan penemuan kembali
Begitu pun di bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam Kota Bandung,
pengelolaan arsip berupa resep, faktur dan faktur mutasi menjadi perhatian dalam
pengelolaan arsip. Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al Islam Kota Bandung
menggunakan system desentralisisasi dimana arsip dikelola sendiri oleh pihak
farmasi. Tetapi, belum adanya standar prosedur operasional mengenai sistem
penyimpanan arsip resep dan faktur resep menjadi kendala dalam pengelolaan
arsip tersebut Selain itu, belum adanya keseragaman penandaan dalam box
penyimpanan arsip di setiap masing – masing satelit Instalasi Farmasi Rumah
Sakit sehingga menyulitkan dalam identifikasi arsip serta kurangnya pengawasan
dalam hal pendokumentasian pelaporan arsip dari masing – masing satelit.
Maka dari itu, harus dibuat standar prosedur operasional yang mengatur tata
cara pengarsipan dari mulai pencatatan, pengelolaan, penyimpanan dan
pemusnahan.
Setiap box arsip dari masing – masing satelit harus diberikan keterangan
berupa kode box arsip yang akan disimpan ke tempat pusat penyimpanan lihat
pada lampiran. Kode ini bertujuan untuk memudahkan dalam penyimpanan arsip
dengan menyusun sesuai nomor dan pada saat dibutuhkan dapat dengan cepat dan
tepat ditemukan. Pencantuman nomor dalam box arsip sebagai berikut :
Nomor Box/Nama Bagian/Jenis Dokumen/Periode/Bulan/Tahun
Contoh : 001/RAJAL1/A/01-20/VI/2015
Keterangan :
Januari I
Februari II
Maret III
April VI
Mei V
Juni VI
Juli VII
Agustus VIII
September IX
Oktober X
November XI
Desember XII
Nomor box di tulis dibagian pojok kanan box arsip, lihat pada gambar dibawah ini
:
Posisi penulisan
nomor box
Ukuran font untuk penulisan nomor pada box sebesar 50, penentuan ukuran
huruf ini bertujuan agar penulisan nomor pada box arsip di masing – masing
ruangan seragam.
4.1.5 Kesimpulan
Sistem penyimpanan arsip berupa resep, faktur resep dan sebagainya dari
masing – masing satelit dibendel dan dicantumkan nomor periode arsip.
Dimasukan kedalam box arsip dengan diberikan nomor box arsip agar
memudahkan dalam penemuan kembali arsip. Arsip/berkas yang telah diterima
dan telah melewati berbagai proses selanjutnya akan disimpan di tempat pusat
arsip. Penyimpanan Box arsip disusun berdasarkan klasifikasi sesuai dengan
kebijakan rumah sakit.
4.1.6 Saran
1. Pihak IFRS harus membuat kebijakan yaitu keseragaman dalam hal penulisan
nomor atau kode pada bendel dan box arsip.
BAB V
PEMBAHASAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
dilaksanakan di Rumah Sakit Al-Islam Bandung, ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan diantaranya :
6. Calon Apoteker dapat meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi,
posisi dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di
rumah sakit.
7. Calon apoteker dibekali wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah
sakit.
8. Calon apoteker diberikan kesempatan untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan praktek farmasi komunitas di rumah sakit.
9. Calon apoteker dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
10. Calon apoteker diberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan
kefarmasian yang ada di rumah sakit.
6.2 Saran
6. Rumah Sakit Al-Islam Bandung, 2012, Profil Rumah Sakit Al-Islam Bandung,
Bandung: Rumah Sakit Al-Islam Bandung.
LAMPIRAN 1
1. TRANSAKSI
Otorisasi harga
Otorisasi penyiapan
LAMPIRAN 3
INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT AL ISLAM BANDUNG
NOMOR : 001/RAJAL1/A/01-20/VI/2015
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGELOLAAN
RESEP DAN FAKTUR RESEP
PENGERTIAN
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien.
1. Pendistribusian PF di RSAI
2. Pengkajian Resep
3. Dispensing PF
PROSEDUR 1. Resep dan faktur resep dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama.
2. Resep yang berisi Narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan
tinta merah.
3. Resep yang berisi Psikotropika digaris bawah dengan tinta biru
4. Resep dan faktur resep dibendel setiap hari dan di bendel tiap bulan).
5. Bendel resep diberi tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan
disimpan di tempat yang telah ditentukan. (sesuia kebijakan masing –
masing satelit).
6. Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur
sehingga memudahkan untuk penulusuran resep.
LAMPIRAN 7
(LANJUTAN)
PROSEDUR 7. Simpan bendel resep perbulan pada box yang telah disediakan
dengan diberikan keterangan pada box.
8. Buat laporan pemeberitahuan kepada kepala IFRS dengan
mencantumkan kode arsip yang tercantum dalam box.
9. Resep yang diambil dari bendel pada saat penulusuran harus
dikembalikan pada bendel semula tanpa merubah urutan.
10. Resep yang telah disimpan selama 3 (tiga) tahun atau lebih,
dimusnahkan sesuai tata cara pemusnahan.
PEMUSNAHAN RESEP
PENGERTIAN
PEMUSNAHAN RESEP
resep.
STRUKTUR ORGANISASI
Wakil Direktur
Medis dan
Keperawatan
Kepala Bidang
Penunjang
Kepala
Instalasi
Farmasi RS