C. Formulasi
R/ ciprofloxacin 170 mg
Etil selulosa 85 mg
Laktosa 190 mg
Pasta pati 10% 40 mg
Talcum 6 mg
Magnesium stearate 4 mg
D. Perhitungan
Akan dibuat 1000 tablet dengan dosis 500 mg dan bobot 700 mg
Fase dalam ciprofloxacin 500 mg
Etil selulosa 0,85%
Laktosa 0,19%
Amilum 0,40%
Fase luar Talkum 0,6 %
Mg stearate 0,4%
Fase dalam (92%) ciprofloxacin 500 mg x 1000 = 500 g
Etil selulosa 0,85/100 x 700 = 5,95 g
Laktosa 0,19/100 X 700 = 1,33 g
Fase dalam 92/100 x 700 x 1000 – ( 500 g + 5,95 g + 1,33 g) = 136,72 g
Misal diperoleh granul 600 g dengan kandungan lembab 2%
Bobot granul tanpa lembab = 98/100 x 600 = 588 g
Bobot granul teoritis = 500 + 5,95 + 1,33 = 507 g
Jumlah tablet yang diperoleh = 588/507 g x 1000 tablet = 1.159,76 tablet
Bobot masa cetak = fase dalam + fase luar = 600 + 6,52 g = 606,52 g
Bobot per tablet 606,52/1.159,76 g = 0,52 g = 522 mg
E. Skema Pembuatan Tablet
Pasta pati, laktosa dan ciprofloxacin di campur ad homogen setelah itu di ayak dengan
ayakan
Talcum ditambah dikit demi sedikit ke dalam hasil ayakan sampai terbentuk massa granul
yang baik
Catat talcum yang digunakan, setelah itu masukkan etil selulosa dan mg stearate dan
campurkan ad homogen
Setelah itu ayak massa granul dengan ayakan no 12 mesh. Pisahlan massa granul yang telah
di ayak
F. Uji Evaluasi
1. Kompresi tablet bilayer
Butiran untuk lapisan pelepasan berkelanjutan dikompresi secara ringan
menggunakan mesin tablet pelubang tunggal dilengkapi dengan pukulan bulat, datar,
dan polos 6,5 mm. Di atas lapisan yang dikompresi ini, jumlah butiran yang
diperlukan untuk lapisan pelepasan cepat ditempatkan dan dikompresi lagi untuk
mendapatkan kekerasan tablet yang dihasilkan dalam kisaran 5–7 kg cm–2.
A. Preformulasi
1. Cera Alba
Pemerian : Zat padat lapisan tipis bening putih kekuningan bauk has lemah
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air agak sukar larut dalam etanol (95%) p
dingin larut dalam klorofom p dalam eter p hangat dalam minyak
lemak dan dalam minyak astiri
Suhu lebur : 62 smapai 64
Khasiat : Zat Tambahan
Larutkan cera alba yang telah ditimbang, masukkan ke dalam cawan porselen dan
letakkan diatas waterbath
Masukkan oleum cacao dan tunggu sampai melarut ad homogen
Setelah cera alba dan oleum cacao melarut masukkan zat aktif aduk ad homogen
Masukkan semua campuran kedalam cetakan suppo yang telah dilapisi paraffin liq
5. Uji Kekerasan
Suppositoria diuji menggunakan alat uji kekerasan suppositoria yang
diberikan beban 600 g pada alat uji sebagai massa dan pada saat yang sama stopwatch
diijalankan. Setiapmminterval 1 menit beban ditambah 200 g selama suppo belum
hancur. Stopwatch dihentikan bila suppo sudah hancur(beban sudah sampai batas
yang ditentukan). Beban maksimal 1600 g.
3. FORMULASI BEDAK TABUR
“Formulasi Sediaan Bedak Tabur dari Ekstrak Terpurifikasi Buah Tomat
(Solanum lycopersicum L.,)
A. Preformulasi
1. Zink oxydi (FI ED 3 HAL 636)
Pemerian : Serbuk amorf sangat halus putih atau putih kekuningan tidk berbau tidak
berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam dalam air dan dalam etanol 95% p larut dalam
asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksid
Khsiat : Antiseptikum local
2. Penimbangan Bahan
Zat aktif 0,5 % x 10000 = 5000 mg = 500 g
Zn stearate 7,8/100 x 647,5 g = 50,5 g
ZnO 11,1/100 x 647,5 g = 71,88 g
Kalsium karbonat : metil paraben = 647,5 – ( 500 g + 50,5 g + 71,88 g ) = 25,12 g
Kalsium karbonat ½ x 25,12 g = 12,56 g
Metil paraben ½ x 25,12 g = 12,56 g
Zink oksida diayak menggunakan ayakan no 100 mesh terlebih dahulu sebelum ditimbang
Masukkan metal paraben, zink stearat, zink oksida (yang telah diayak), kalsium karbonat
dan sebagian talcum gerus ad homogen (m1)
Pada lumpag lain dimasukkan talcum kedalam lumping dan di gerus untuk menutupi pori-
pori lumping agar ekstrak terpurifikasi tomat tidak masuk kedalam pori-pori lumping (m2)
Bahan di ayak dengan ayakan no 100 mesh, serbuk hasil ayakan berupa bedak tabur
kemudian dilakukan evaluasi (Rahim dkk, 2017)
F. Uji Evaluasi
1. Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk, warna,
dan bau. Pemeriksaan warna dilakukan dengan cara menggunakan panca indera.
Pemeriksaan bau dilakukan dengan cara mencium sediaan bedak tabur secara langsung
(Soekarto, 1990)
2. Uji pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu
dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH asam (pH
4,0) hingga alat menunjukkan harga pH. Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest, lalu
dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang bedak tabur
ekstrak terpurifikasi buah tomat 1 g dan dilarutkan dalam 10 ml aquadest. Kemudian
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan angka bergerak pada posisi
konstan. Pengukuran pH dilakukan sebanyak 3 kali lalu diambil nilai rata-ratanya
(Dirjen POM,
2014).
6. Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan pada manusia dengan cara uji tempel terbuka. Sediaan ditimbang
0,1 g dioleskan di pangkal lengan bagian dalam dengan diameter olesan 3 cm, dibiarkan
selama 1x24 jam setelah itu diamati gejala yang ditimbulkan (Rahim dkk, 2017).
Uji iritasi dibagi menjadi tiga tipe yaitu kriteria inklusi (sukarelawan yang kulitnya tidak
memiliki riwayat alergi), kritria eksklusi (sukarelawan yang memiliki riwayat alergi kulit
dan sedang menderita penyakit kulit), dan kriteria drop out.