Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan tablet paracetamol
secara granulasi basah.
A. Dasar Teori
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan
penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel, 2005)
Metode pembuatan tablet dibagi menjadi metode granulasi dan kempa langsung..
Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan partikel-
partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Metode granulasi ini
terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering.
a. Granulasi Basah
Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran
serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan
granul (Siregar, Chorles J.P., 2008).
Dalam proses granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur
homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak
menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses
pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang
dipakai pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai
pada tingkat yang optimum (Lachman, 1986).
Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan
dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994).
Adapun fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari massa
cetak tablet, memadatkan bahan-bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak memisah,
mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan memperbaiki penampakan tablet.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat
dibagi sebagai berikut: Menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah,
pengayakan adonan lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran
bahan pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).
Keuntungan granulasi basah :
a. Dapat digunakan untuk tablet dengan sistem pelepasan zat aktif terkendali.
b. Mencegah seregrasi komponen sehingga diperoleh sediaan dengan keseragaman
kandungan yang baik.
c. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dan sulit dikompres
d. Meningkatkan atau memperbaiki distribusi keseragaman kandungan.
e. Distribusi dan keseragaman kandungan baik bagi zat aktif yang mudah larut dan dosis kecil.
f. Dapat meningkatkan kompresibilitas dan kohesifitas serbuk dengan penambahan
bahan pengikat.
g. Untuk serbuk dengan BJ yang rendah (voluminous) sehingga dapat mencegah
kontaminasi silang.
h. Serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara (debu dari serbuk).
i. Memperoleh aliran yang lebih baik.
j. Mendapatkan berat jenis yang sesuai.
k. Mengontrol pelepasan.
l. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
m. Zat warna dapat lebih homogen karena terlebih dahulu dilarutkan dalam cairan pengikat.
Paracetamol 500 mg
Amprotab (10%) 75 mg
Laktosa 92 mg
Mg stearat 7,5 mg
Talk 15 mg
Amprotab 37,5 mg
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari
butiran, warna putih atau kelabu.
Kegunaan : Glidan
D. Penimbangan
(a−b)
dan setelah disinari b maka kadar air x 100%.
a
G. Hasil Pengujian
1. Waktu alir dan sudut istirahat
Waktu alir : 2,5 detik
Tinggi (h) : 0,4 cm
Berat yang jatuh pada corong pada waktu air : 1,586 g
Jari-jari timbunan granul : 6 cm
Sudut istirahat granul :
h
Tg ɑ =
r
0,4
Tg a =
6
Tg a = 0,06
Tg a = 3,4330
2. Indeks Penampatan (volume mampat)
V0 = 17,5
V1 = 17
(V 0 ˗ V 1)
%T = X 100%
V0
(17,5 ˗ 17)
%T = X 100%
17,5
0,5
%T = X 100%
17,5
%T =0,028 %
3. Penentuan kadar air granul
Kadar air granul berdasarkan alat moisture balance yaitu :
- Kadar air yang telah menguap : 98,97 %
- Kadar air granul : 1,03%
Kadar air granul berdasarkan bobot granul sebelum di oven dan sesudah di oven yaitu:
(10,433 – 8,150)
x 100%.
10,433
2,283
x 100% = 0,21%
10,433
H. Pembahasan
Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran
serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan
granul. Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini ialah metode granulasi basah
karena parasetamol memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil terhadap lembab selain itu
dikarenakan untuk memperbaiki sifat alir granul dari paracetamol karena paracetamol
memiliki bentuk serbuk yang sangat halus. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi
basah, akan dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding dengan
cara granulasi kering.
Dalam pembuatan tablet yang dilakukan, selain bahan aktif parasetamol maka
ditambahkan juga bahan eksipien yaitu dari mucilago amili sebanyak 10% sebagai pengikat,
amprotab 10% sebagai bahan penghancur, laktosa sebagai pengisi (diluent). Bahan tersebut
merupakan fase dalam bahan tambahan pembuatan tablet paracetamol.
Metode granulasi basah dilakukan terlebih dahulu dengan penambahan zat aktif yaitu
paracetamol, zat pengisi laktosa dan penambahan bahan penghancur dan bahan pengikat
mucilago amili diaduk menggunakan mortir dan stamper sampai menjadi massa granul yang
baik baru kemudian diayak. Penambahan bahan pengisi laktosa ini dimaksudkan untuk
memperbesar volume massa agar mudah dicetak, sedangkan penambahan amprotab sebagai
bahan ppenghancur yang memiliki kekuatan pada aksi kapiler yang akan menarik cairan
kedalam tablet dan di harapkan dapat mempercepat waktu hancur tablet sehingga
mempermudah paracetamol untuk melarurt, dan penambahan mucilago amili berguna untuk
memberikan daya adhesi pada massa serbuk saat granulasi serta menambah daya kohesi pada
bahan pengisi. Setelah kalis, dilakukan pengayakan.
Setelah diperoleh granul, langkah selanjurtnya yaitu dilakukan evaluasi granul. Yang
diperlu diperhatikan sebelum evaluasi granul yaitu mencatat bobot granul sebelum dan
sesudah dievaluasi. Evaluasi granul yang dilakukan meliputi : Waktu alir dan sudut istirahat,
Indeks Penampatan (volume mampat), dan Penentuan kadar air granul.
Pertama, waktu alir dan sudut istirahat. Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mengalir dari sejumlah granul melalui lubang corong yang diukur adalah sejumlah zat yang
mengalir dalam suatu tertentu. Berdasarkan hasil praktikum di dapatkan waktu alir tablet 2,5
detik. Hal ini menunjukkan bahwa waktu alir granul yang didapat tidak sesuai dengan syarat
karena aliran grnaul dikatakan baik bila memiliki kecepatan 10 g/detik. Sudut istirahat adalah
sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk tersebut
mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit. Alat yang biasa digunakan adalah corong.
Semakin kecil sudut diam ,aka semakin mudah serbuk tersebut mengallir. Berdasarkan hasil
praktikum di dapatkan sudut istirahat sebesar 3,4330. Hal ini menunjukkan bahwa sudut
istirahat yang dihasilkan tidak sesuai standar, karena sudut diam yang baik yaitu 25-450.
Katiga, Penentuan kadar air granul. Kadar air dalam tablet akan mempengaruhi daya serap
granul yang kemudian berpengaruh pada waktu hancur tablet. Jika tablet memiliki kadar air
yang berlebih, maka tablet juga akan mudah ditumbuhi oleh mikroba. Pada penentuan kadar
granul dilakukan dengan 2 cara, yaitu menggunakan alat (moisture balance) dan juga di
hitung manual. Kadar air granul yang di hasilkan oleh moisture balance yaitu 1,03% dan
kadar air yang telah menguap 98,97%. Sedangkan hasil pada hitung manual didapatkan
sebesar 0,21%. Jadi, kadar air garanul yang di hasilkan memenuhi syarat, karena kadar air
yang di terima kurang dari 5% (2-2,33).
I. Kesimpulan
Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran
serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan
granul. Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini ialah metode granulasi basah
karena parasetamol memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil terhadap lembab, selain itu
dikarenakan untuk memperbaiki sifat alir granul dari paracetamol karena paracetamol
memiliki bentuk serbuk yang sangat halus. Dalam pembuatan tablet paracetamol dilakukan
beberapa pengujia. Pada pengujian granul meliputi waktu alir dan sudut istirahat, indeks
penampatan (volume mampat), dan penentuan kadar air granul. Dari pengujian tersebut yang
memenuhi syarat yaitu indeks penampatan (volume mampat) dan penentuan kadar air granul,
sedangkan yang tidak memenuhi syarat yaitu waktu alir dan sudut istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M., 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : EGC Press
Ansel,Howard C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV, Jakarta: Universitas
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi Ketiga. Vol
II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994. hal. 1355