Dalam percobaan ini yakni injeksi Aminophylin, dimana yang dimaksud injeksi
adalah suatu sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
disuspensikan atau dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Injeksi dilakukan dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah
obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam dosis
tunggal atau wadah dosis ganda (Anonim, 1979).
Perhitungan tonisitas dilakukan untuk mengetahui apakah larutan bersifat
isotonis, hipertonis atau hipotonis. Isotonis adalah suatu keadaan dimana tekanan
osmose larutan obat yang sama dengan tekanan osmose tunuh kita (darah, air mata).
Sedang hipotonis adalah keadaan dimana tekanan osmostis larutan obat kurang dari
tekanan osmotis cairan tubuh. Hipertonis adalah tekanan osmotis larutan obat lebih
dari tekanan osmotis cairan tubuh. Tekanan osmotik diartikan sebagai gaya yang
dapat menyebabkan air atau bahan pelarut lainnya melintas masuk melewati membran
semipermeable ke dalam larutan pekat. Dari hasil perhitungan didapatkan tonisitas
larutan adalah 0,257 < 0,28, artinya larutan tersebut hipotonis, yang dapat
menyebabkan cairan dari luar sel masuk ke dalam sel menyebabkan menggelembung
dan pecah, dan ini bersifat irreversible dan berbahaya. Sel yang pecah akan ikut dalam
aliran darah dan terjadi penyumbatan pembuluh darah. Cara mengisotoniskan larutan
berdasarkan atas perhitungan turunnya titik beku dan penyeimbangan tekanan
osmotik larutan terhadap cairan osmotik. Untuk mencapai keadaan isotonis, maka
perlu ditambahkan NaCl. Setelah dihitung jumlah massa yang ditambahkan sebanyak
0,736 g/L untuk mencapai isotonis. Tonisistas merupakan keadaan cairan yang
mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan cairan tubuh (Voight, 1995).
Injeksi aminophylin dikemas dalam wadah dosis tunggal, yakni suatu wadah
kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk
pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak ditutup rapat
kembali dengan jaminan tetap steril. Dalam pembuatan sediaan injeksi aminophylin,
diperlukan aqua bebas CO2 untuk melarutkan theophylin. Dimana theophylin bersifat
sukar larut air, tapi mudah larut dalam air panas, mudah larut dalam alkali hidroksida
dan dalam Amonium hidroksida (Anonim, 1995). Jika adanya asam karbonat, maka
theophylin tidak akan larut dan masih terbentuk serbuk hablur putih. Selain itu
Aminophylin akan mudah terurai. Formula lain yang diperlukan dalam percobaan ini
yakni etilendiamin yang berfungsi untuk menambah kelarutan teofilin. Dan untuk
kedua larutan ini perlu dicampur sampai benar-benar jernih, karena bila larutan tidak
jernih maka dikhawatirkan ketika obat dinjeksikan kedalam tubuh akan terbentuk
emboli dan terjadi rasa nyeri.
Pemeriksaan pH dengan menggunakan pH stik bertujuan untuk meningkatkan
stabilitas injeksi aminopilin supaya tidak terjadi kristalisai, mengurangi rasa sakit dan
iritasi juga mencegah pertumbuhan bakteri, karena jika pH terlalu asam/basa sangat
mudah ditumbuhi bakteri. Untuk hasil percobaan uji kontrol kualitasnya diketahui
bahwa pH sebesar 9 - 10, ini sesuai dengan pH yang diinginkan yakni antara 9,5 - 9,6.
Untuk penggunaan karbon adsorben yang telah diaktifkan dalam percobaan ini
bermaksud untuk mengikat partikel dan pyrogen dalam larutan sehingga larutan bisa
jernih. Pengaktifan karbon adsorben bertujuan agar penyerapan terhadap partikel
benar-benar maksimal. Dan larutan dimasukkan dalam ampul.
Sterilisasi pada percobaan ini dilakukan dengan sterilisasi uap dengan autoclave
dan menggunakan uap air dengan tekanan tinggi. Mekanisme penghancuran bakteri
oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein
esensial organisme tersebut. Adanya uap air yang panas dalam sel mikroba,
menimbulkan kerusakan pada temperatur yang relatif rendah.( Ansel, 1989)
Pada uji kebocoran, diketahui tidak ada ampul yang bocor, kebocoran ditandai
dengan adanya warna biru di dalam ampul. Uji kebocoran ini dilakukan untuk
memastikan bahwa ampul yang digunakan benar-benar baik kondisinya. Jika terdapat
kebocoran akan ada kemungkinan obat untuk keluar, sehingga dosis yang didapatkan
tidak sesuai dengan dosis yang diinginkan. Selain itu adanya kebocoran dapat
menyebabkan partikel asing masuk, partikel ini dapat berupa mikroorganisme atau
pirogen, yang menandakan bahwa larutan tersebut tidak lagi steril.
Sedangkan untuk uji bebas partikel diketahui hasil yang positif tidak terdapat
partikel asing. Ini berarti larutan tersebut dapat digunakan karena tidak
dikhawatirkan menimbulkan emboli dan menyebabkan rasa nyeri. Partikel ini biasanya
adalah bahan yang tidak larut dan secara tidak langsung terdapat dalam sediaan.
Adanya partikel asing dalam sediaan menandakan bahwa larutan tersebut tidak jernih,
karena adanya kontaminasi partikel asing, sehingga bila diamati lebih teliti dalam
sediaan tersebut keruh dengan partikel asing.
IX. KESIMPULAN
1. Larutan injeksi aminophyllin tersebut bersifat hipotonis yaitu 0,257 < 0,28, yang
artinya larutan tersebut memiliki tekanan osmotis larutan obat kurang dari tekanan
osmotis cairan tubuh.
2. Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa larutan injeksi layak dipakai karena
memiliki pH 9 – 10 yang artinya memasuki range, tidak ada kebocoran ampul, dan
tidak ada partikel asing pada larutan.
X. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta
Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Ansel, Howard. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. UI Press : Jakarta.
Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajari Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan,
emulsi, suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih
dahulu sebelum digunakan.
Syarat-syarat obat suntik :
1. Aman
2. Harus jernih
3. Tidak berwarna
4. Sedapat mungkin isohidris
5. Sedapat mungkin isotonis
6. Harus steril
7. Bebas pirogen
Injeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspensi) kedalam tubuh untuk tujuan
terapetik atau diagnostic. Injeksi dapat dilakukan langsung kedalam aliran darah,kedalam
jaringan dan organ. Jika hanya sejumlah relative kecil larutan dimasukkan kedalam
organismus(misalnya 1,2,5 sampai 20mL) dikatakan sebagai injeksi (injection = memasukkan
kedalam injectabilia).sebaliknya jika digunakan sejumlah besar larutan (misalnya1 atau
beberapa liter) , dikatalkan sebagai infuse(infusion = penuangan kedalam infundibilia).
Bentuk-bentuk tadi dinyatakan sebagai pemasukan parenteral obat( par enteron = diluar usus)
kebalikannya dari penerapan enteral yang berlangsung melalui saluran lambung-usus.
(Voight,1984)
Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang
dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum
digunakan,menunjukkan pemebrian leawat suntikan seperti berbagai sediaan yang diberikan
dengan di suntikkan. Kata ini berasal dari kata Yunani, para dan enteron berrati diluar usus
halus dan merupakan rute pemberian lain dari rute oral. Pirogen adalah senyawa organic yang
menimbulkan demam,berasal dari pengotoran mikroba dan merukan penyebab banyak reaksi-
reaksi febril yang timbul pada penderita yang menerima suntikan intravena.
(Ansel, 1989)
Persyaratan Bagi Larutan Injeksi
- Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam
sediaan , tidak terjadi penguranga efek selama penyimpanan akibat perusakan oabat secara
kimia dan sebagainya.
- Penggunaan wadah yang cocok,yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril
tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi anatar bahan oabat dan material dinding wadah.
- Tersatukan tanpa terjadi reaksi. Untuk itu beberapa factor yang paling mementukan
adalah : bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara fsiologis, tidak
netral,isotonic,isohidri, bebas bahan pelayang.
(Voight,1984)
Sediaan paranteral adalah bentuk sediaan untuk injeksi atau sediaan untuk infuse.
Injeksi dapat dilakukan langsung kedalam aliran darah, kedalam jaringan atau organ.
Ada keuntungan dan kelemahan pemeberian obat secara parenteral, yaitu :
Keuntungan :
1. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat.
2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
3. Bioavailibilitas sempuran atau hamper sempurna.
4. Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinalis dapat dihindarka.
5. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang sedang dalam
keadaan koma.
Kelemahan :
1. Rasa nyeri pada saat disuntik, apalagi kalau harus bdiberikan beriulang kali.
2. Memeberikana efek fisiologis pada penderita yang takut disuntik.
(Lukas stefanus,2006)
PEMBAHASAN CARA KERJA
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspense atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral,
disuntikkan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit
atau selaput lendir ( Lukas, 2006)
Aminofilin merupakan campuran stabil dari teofilin dan etilendiamin, dimana
etilendiamin memberikan kelarutan yang tinggi dalam air. Aminofilin merpakan basa
lemah dengan pKa 5,0 dan mudah larut dalam air jika nilai pH turun menjadi dibawah 8.
Injeksi aminofilin mempunyai pH 8,6-9,0 (Anonim 2007).
PEMBAHASAN
Tujuan percobaan kali ini adalah untuk memahami cara pembuatan injeksi aminofilin
dan cara menguji kualitas dari sediaan steril yang dibuat. Dibuat injeksi aminofilin 2,4%
dimana di dalam sediaan mengandung zat aktif aminofilin yang tibuat dari teofilin sebanyak
2,4 gram/100 ml. Injeksi aminofilin berfungsi sebagai bronkodilator dalam pengobatan asma,
empisema, kegagalan jantung kongesif dan relaksan otot polos.
Dalam pembuatan sediaan injeksi aminofilin, harus diperhatikan parameter-
parameter: sediaan harus steril; bebas partikel; bebas pirogen dan mikroorganisme; stabil;
isotonis dan isohidris; mengandung pelarut yang netral secara fisiologis dan jernih. Dibuat
isotonis untuk mencegah terjadinya lisis sel akibat hipotonis atau sel tubuh
menjadi
mengkerut karena hipertonis. Bebas pirogen dan mikroorganisme (steril) untuk mencegah
aktifnya sistem imun yang akhirnya menyebabkan alergi.
Pembuatan injeksi aminofilin dibuat dari teofilin yang dilarutkan dalam akuades
bebas CO
2
dengan bantuan etilendiamin untuk melarutkan. Teofilin memiliki sifat sukar larut
dalam air dan bersifat endotermis. Etilendiamin bersifat volatil. Teofilin dan etilendiamin
akan bereaksi sebagai berikut:
theophyllin
2.H
2
O
+
ethylene diamine
aminophyllin
2
+
H
2
O
Percobaan dimulai dengan menghitung tonisitas formula, dimana diharapkan
didapat sediaan yang isotonis. Berdasar perhitungan, formula yang dibuat belum isotonis
dengan angka nilai yang belum setara dengan 9% NaCl atau 0,9/100 ml, sehingga perlu
ditambahkan NaCl sebanyak 0,473 gram. Injeksi aminofilin yang dibuat bersifat tidak
stabil, dimana dengan adanya asam akan memecah aminofilin menjadi teofilin dan
etilendiamin. Teofilin yang terpecah akan membentuk kristal yang tak larut dan
berbahaya karena dapat menyumbat aliran darah. Maka dari itu digunakan akuades bebas
CO
2
untuk melarutkan teofilin. Adanya kandungan CO
2
pada akuades akan dapat
membentuk asam dengan reaksi sebagai berikut:
CO
2
+H
2
O H
2
CO
3
H
2
CO
3
H
+
+ HCO
3
-
HCO
3
-
H
+
+ CO
3
2-
Akuades bebas CO
2
sudah disediakan namun dalam pembuatannya dibuat dengan
mendidihkan akuades. Setelah mendidih kemudian ditutup dengan rapat/kapas untuk
menyerap kandungan CO
2
di udara. Teofilin harus dilarutkan dengan akuades yang
mendidih agar dapat larut sempurna karena sifatnya yang endotermis dan sukar larut.
Etilendiamin digunakan untuk membantu kelarutan teofilin dengan membuat
suasana basa pada pH sekitar 9,2 - 9,6. Etilendiamin seharusnya ditimbang menggunakan
botol timbang karena sifatnya yang volatil. Kemudian dilarutkan dengan akuades hangat.
Kemudian dicampurkan secara cepat ke dalam teofilin sambil terus diaduk agar dapat
larut dengan sempurna. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu takar dan di ad
sampai 100 ml.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan larutan ke dalam ampul kaca. Setiap
ampul berisi larutan sebanyak 10 ml. Ampul ditutup dengan cara dilas sehingga menjadi
tertutup rapat lalu disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121(C selama 20 menit.
Kemudian setelah dingin dilakukan uji kualitas sediaan, yaitu uji pH, uji kebocoran dan
uji partikel asing.
Uji pH dilakukan untuk melihat apakah ada perubahan pH dari sebelum dan
sesudah sterilisasi dengan autoklav. Dari uji tersebut didapat tidak ada perubahan pH. pH
larutan sekitar 9. Pada uji kebocoran, ampul direndam dalam larutan metilen blue. Jika
terdapat kebocoran, maka akan terlihat ada warna biru di dalam ampul. Dari uji tersebut
tidak didapat adanya kebocoran sediaan. Pada uji partikel asing, sediaan diamati dibawah
lampu dengan latar hitam untuk melihat adanya partikel berwarna terang dan latar putih
untuk melihat adanya partikel berwarna gelap. Dari uji ini tidak didapat adanya partikel
asing dalam sediaan.
G. KESIMPULAN
1. Praktikan memahami cara pembuatan sediaan steril injeksi aminofilin.
2. Sediaan dinilai sudah baik dilihat dari hasil uji-uji yang dilakukan meliputi uji pH,
kebocoran dan partikel asing.
H. DAFTAR PUSTAKA
Anief,M.,2005, Farmasetika, UGM Press, Yogyakarta, hal.193.
Anonim,2007, http://www.pharmainfotech.co.nz/manual/formulation/aminophyllin.html
diakses tanggal 10 Mei 2013.
Ansel,H.,1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Universitas Indonesia,
Jakarta, hal.411-414.