PERCOBAAN II
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
KELAS:2B FARMASI
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang ini berbagai bentuk sediaan obat dapat kita jumpai dipasaran. Diantaranya
adalah sediaan injeksi yang termasuk sediaan steril. Disini kami membuat sediaan injeksi
yang merupakan sediaan yang sangat penting bagi dunia kesehatan. Karena pada keadaan
sakit yang dianggap kronis, pemberian obat minum sudah tidak maksimal lagi, sehingga perlu
dan sangat penting untuk diberikan sediaan injeksi, karena akan sangat membantu untuk
mempercepat mengurangi rasa sakit pada pasien, sebab sediaan injeksi bekerja secara cepat,
dimana obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah dan akan bekerja secara optimal pada
bagian yang sakit. Sediaan injeksi merupakan salah satu contoh sediaan steril, jadi keamanan
dan kebersihan sediaan juga telah di uji.
Disini sediaan injeksi yang kita buat adalah sediaan injeksi aminophyllin, dimana di
dalam penggunaannya di indikasikan untuk pasien yang menderita penyakit asma yang
sudah tahap kronis, dimana penggunaan obat minum sudah tidak efektif lagi, sehingga harus
ditolong dengan pemberian injeksi. Dalam pasarannya injeksi aminophyllin banyak terdapat
dipasaran, hal inilah yang melatarbelakangi mengapa kita membuat sediaan injeksi.
B. Tujuan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi penyemprotan larutan (atau
suspensi) kedalam tubuh untuk tujuan terapetik atau diagnostic. Injeksi dapat dilakukan
langsung kedalam aliran darah, kedalam jaringan dan organ. Jika hanya sejumlah relative
kecil larutan dimasukkan kedalam organ (misalnya 1,2,5 sampai 20mL) dikatakan sebagai
injeksi (injection = memasukkan kedalam injectabilia). sebaliknya jika digunakan sejumlah
besar larutan (misalnya 1L atau beberapa liter) , dikatakan sebagai infuse(infusion =
penuangan kedalam infundibilia). Bentuk-bentuk tadi dinyatakan sebagai pemasukan
parenteral obat( par enteron = diluar usus) kebalikannya dari penerapan enteral yang
berlangsung melalui saluran lambung-usus (Voight,1984).
Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang
dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum
digunakan,menunjukkan pemberian lewat suntikan seperti berbagai sediaan yang diberikan
dengan di suntikkan. Kata ini berasal dari kata Yunani, para dan enteron berarti diluar usus
halus dan merupakan rute pemberian lain dari rute oral. Pirogen adalah senyawa organic yang
menimbulkan demam,berasal dari pengotoran mikroba dan merupakan penyebab banyak
reaksi-reaksi yang timbul pada penderita yang menerima suntikan intravena (Ansel, 1989).
Injeksi aminofilin mengandung Teofilina, C7 H8N4O2 , tidak kurang dari 73,5% dan
tidak lebih dari 88,25% dari jumlah yang tertera pada etiket. Identifikasi sejumlah volume
injeksi setara dengan lebih kurang 500mg amonofilina, enecerkan dengan air secukupnya
hingga lebih kurang 20mL. tambahkan sambil terus-menerus diaduk, 1mL asam klorida
encer P atau sekupmnya hingga teofilin mengendap sempuran, saring. Cuci endepan dengan
sedikit air dingin dan keringkan pada suhu 1030 C endapan memenuhi identikasi A dan B
yang tetera pada aminophylin dan mempunyai suhu lebur lebih kurang 2720. Keasaman –
kebasaan pH 9,5 sampai 9,6.
Syarat injeksi memenuhi syarat injeksi yang tertera pada injections. Penetapan kadar
Teofilina sejumlah volume injeksi yang diukur seksama setara denga lebih kuarang 300mg
aminofilina, masukkan kedalam labu Erlenmeyer 250mL, tambahkan air secupnya hingga
lebih kuarang 40mL , kemudain 8mL ammonia encer P, lnajutkan penetapan Teofilina
menurut cara yang tertera pada Aminophylinum, mulai dari tambahkan 20mL perak nitrat
0,1N. 1 mL perak nitrat 0,1N anatara denga 3,005mg C2 H8N2. Penyimpanan dalam wadah
dosis tunggal atau wadah dosis ganda, sebaiknya dalam wadah dosis tungal, terlindung dari
cahaya (Depkes RI,1979).
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Sedian injeksi merupakan sediaan yang steril (benar-benar harus terbebas dari
mikroorganisme), dimana sediaan tersebut di suntikkan perusakan pertahanan tubuh
(merobek jaringan kedalam kulit) atau melalui kulit atau selaput lendir. Aminophyllin
merupakan golongan xantin yang memiliki gugus metil dengan rumus kimia 2,6 dioksipurin.
Pada pembuatan injeksi aminophyllin digunakan air bebas CO2, air bebas CO2
digunakan agar stabilitas dari sediaan yang dibuat terjaga, jika digunakan aquadest biasa yang
mengandung CO2 akan menyebabkan masuknya gas CO2 ke pembuluh darah sehingga
pembuluh darah akan mengalami nekrosis (kerusakan jaringan). Kemudian aminophyllin
sebnyak 2,4g di larutkan kedalam air bebas CO2 sedikit demi sedikit sampai jernih.
Pada percobaan ini, digunkan cara sterilisasi dengan pemanasan basah yaitu dengan
autoklaf (uap jenuh). Depkes RI (1979 : 18) menyatakan bahwa sediaan injeksi dapat di
sterilkan dengan cara pemanasan dalam autoklaf pada suhu 115◦C atau 116◦C selama 20
menit jika volume wadah tidak lebih dari 100 mL atau pada suhu 115◦C atau 116◦C selama
30 menit jika volume wadah lebih dari 100 mL. Sterilisasi yaitu cara yang digunakan untuk
membunuh semua mikroorganisme hidup. Mekanisme dari pembunuhan mikroorganisme
dengan autoklaf adalah dengan cara denaturasi protein yang digunakan untuk pertumbuhan
dan reproduksi mikroorganisme selain itu dengan cara membran sel dilelehkan. Aktivitas
pembunuhan dari uap jenuh tinggi dan mampu menghilangkan (membunuh) semua
mikroorganisme juga spora yang tahan terhadap panas.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi,
atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan
2. Larutan injeksi aminophyllin tersebut bersifat hipotonis yaitu 0,103 < 0,28, yang artinya
larutan tersebut memiliki tekanan osmosis larutan obat kurang dari tekanan osmosis cairan
tubuh.
3. Carbo adsorben dapat menyerap bakteri pirogen penyebab panas.
4. Injeksi aminophyllin yang dibuat memiliki pH 9,6.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta.
Voigt, 1984, Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noeroto S., UGM
Press, Yogyakarta.