I. Tujuan Percobaan
benar
II. Pendahuluan
Sekarang ini berbagai bentuk sediaan obat dapat kita jumpai dipasaran.
Diantaranya adalah sediaan injeksi yang termasuk sediaan steril. Disini kami
membuat sediaan injeksi yang merupakan sediaan yang sangat penting bagi dunia
kesehatan. Karena pada keadaan sakit yang dianggap kronis, pemberian obat
minum sudah tidak maksimal lagi, sehingga perlu dan sangat penting untuk di
mengurangi rasa sakit pada pasien, sebab sediaan injeksi bekerja secara cepat,
dimana obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah dan akan bekerja secara
optimal pada bagian yang sakit. Sediaan injeksi merupakan salah satu contoh
sediaan steril, jadi keamanan dan kebersihan sediaan juga telah di uji.
Disini sediaan injeksi yang kita buat adalah sediaan injeksi aminopillin,
penyakit asma yang sudah tahap kronis, dimana penggunaan obat minum sudah
tidak efektif lagi, sehingga harus ditolong dengan pemberian injeksi. Dalam
1
pasarannya injeksi aminophyllin yang beredar mengandung aminophyllin 10
injeksi.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang digunakan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit
yang dapat bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Jika volume dosis
tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida
dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen. (Farmakope Indonesia Edisi III
halaman 13)
Bentuknya berupa larutan, sedangkan bentuk suspensi atau emulsi tidak boleh
diberikan melalui rute ini, sebab akan menyumbat pembuluh darah vena yang
bersangkutan. Injeksi dibuat isotonis, tetapi jika terpaksa dapat sedikit hipertonis
(disuntikkan secara lambat atau perlahan-lahan dan tidak memengaruhi sel darah);
2
volume antara 1-10 ml. Injeksi intravena yang diberikan dalam dosis tunggal
harus bebas pirogen, tidak boleh mengandung bakterisida, jernih, dan isotonis.
1. Keseragaman bobot
2. Keseragaman volume
3. Pirogenitas
4. Sterilitas
5. Penyimpanan
6. Penandaan
1. Harus aman dipakai, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek
toksik. Pelarut dan bahan penolong harus dicoba terlebih dahulu pada hewan
2. Jika obat suntik berupa larutan, maka harus jernih, bebas dari partikel-partikel
3
3. Sedapat mungkin isohidris, yaitu mempunyai pH = 7,4, agar tidak terasa sakit
tekanan osmosis darah atau cairan tubuh, agar tidak terasa sakit dan tidak
jangan hipotonis.
5. Harus steril, yaitu bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen maupun yang
pengatur tonisiras).
sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat,
4
kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping
obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu kinerja dari zat aktif obat.
parenteral adalah volume yang sesuai dengan rute pemberian obat.Rute intravena
adalah satu-satunya rute yang dapat menerima sediaan dalam volume besar (lebih
2. Pemilihan pembawa
5
Klorida majemuk, Injeksi Glukosa, campuran gliserol dan etanol. Zat
3. Zat tambahan
pengkhelat.
6
4. Bentuk/tipe khusus sediaan parenteral adalah:
Suspensi
Emulsi
teofilin. Pada serangan asma, obat ini digunakan sebagai injeksi intravena.
Teofilin memiliki khasiat berdaya spasmolitik terhadap otot polos, khususnya otot
juga menstimulasi SSP dan pernapasan, serta bekerja diuretis lemah dan singkat.
Untuk efek optimal diperlukan kadar dalam darah dari 10-15 mcg/ml, sedangkan
pada 20 mcg/ml sudah terjadi efek toksik. (Obat-Obat Penting halaman 652).
2,teofilin dan juga zat yang merangsang aktivitas adenilat siklase (agonis beta-
cAMP dalam otot polos saluran napas.Teofilin memiliki relaksasi otot polos dan
7
sedang,kurang efektif dibandingkan agonis beta-2 dalam merelaksasikan saluran
napas yang berkontriksi.Karena kisaran terapi yang sempit (10-20 mg/l) dan efek
Mekanisme kerja :
Indikasi :
Efek toksik :
8
c. Pada SSP :hiperventilasi,sakit kepala,insomnia,gelisah,agitasi,kejang dan
Dosis : oral 2-4 dd 175-350mg dalam bentuk tablet salut (tanpa dikunyah);
pada serangan hebat i.v 240 mg, rektal 2-3 dd 360 mg. Dosis maksimal : 1,5 g
IV. Formulasi
Pemerian Butir atau serbuk, putih atau agak kekuningan, bau lemah
Kelarutan Larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan mungkin
9
Stabilita Menyerap karbondioksida dengan melepaskan teofilin (FI Ed
IV Hal 90)
Panas Stabil
Hidrolisis -
Cahaya Terlindung dari cahaya karena dapat berubah warna (TJP XV)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. .(FI
Kesimpulan :
Kemasan : Ampul
Natrium Klorida (FI ED III Hal 403, HOPE 6th ed, hal. 637-640)RM
NaCl
BM 58,44
10
Kelarutan Etanol : Sedikit larut, Etanol (95%) : 1 dari 250, Gliserin 1 dari
10, Air 1 bagian dalam 2,8, atau 1 dalam 2,6 bagian air pada
100°C.
disimpan.
hidroksietil
11
Air untuk Injeksi (FI Ed III Hal 112 ) RM.H2O BM 18,02
Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan
Kegunaan Pelarut
Inkompatibilitas Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang
12
amoniak
Kegunaan Pengatur pH
Inkompatibilitas -
I. PENDEKATAN FORMULA
a. Perhitungan Tonisitas
E aminofilin = 0,170
( )
13
III. PENIMBANGAN
Penimbangan
1 Aminophillin 1,25 g
3 Etilendiamin 0,1 g
IV. STERILISASI
a. Alat
14
(autoklaf) menit
(autoklaf) menit
kering(Oven)
kering(Oven)
kering(Oven)
kering(Oven)
kering(Oven)
70%
kering(Oven)
70%
(autoklaf) menit
15
Membran Filtrasi Sterilisasi panas basah 1210C selama 15
2
0,45 µm (autoklaf) menit
b. Wadah
selama 2 jam
c. Bahan
V. PROSEDUR PEMBUATAN
RUANG PROSEDUR
16
Sterilisasi Alat
Penimbangan
Pencampuran Bahan
Grade C 2. Bersihkan meja kerja dan sarung tangan dengan alkahol 70%.
17
larut, lalu kaca arloji tempat menyimpan aminophillin dibilas dengan
6.Siapkan ampul yang akan diisi.Isi ampul dengan gas inert sebelum
18
7.Masukkan larutan aminophillin injeksi kedalam ampul dengan
Sterilisasi Akhir
19
diatas latar putih, jika jernih
perlu disorot
menggunakan senter.
sediaan dengan
menggunakan cara
2. Bebas
Uji Partikulat visual dan 5
partikel(-)
menggunakan latar
bantu
Tidak ada
dasar sebagai
dasar.
20
Volume
tidak
kurang dari
volume
yang
tertera
dalam
wadah bila
diuji satu
ml di
dalam
kurang dari
jumlah
volume
wadah
yang
tertera
pada etiket
21
bila isi
digabung
Mengukur pH
5. menggunakan
pH universal
dengan cara
dicelupkan
disamakan
dengan warna
yang ada
diwadah pH
universal
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum sediaan steril kali ini kami membuat formulasi sediaan
fisika, kimia dan biologi serta keahlian untuk aplikasi-aplikasi tersebut. Prinsip
22
pengaruh rute pemberian obat,pemilihan pembawa,zat tambahan,bentuk/tipe
intravena. Pemilihan rute ini kami pilih karena efek farmakologi dari aminophillin
asma yang membutuhkan efek obat yang cepat. Pemilihan pembawa kami
gunakan air untuk injeksi karena kelarutan aminophillin larut dalam lebih kurang
5 bagian air. Zat tambahan yang kami tambahkan adalah natrium klorida dan
adalah masalah yang perlu diperhatikan karena secara teoritis diinginkan larutan
larutan yang diberikan secara iv,isotonisitas larutan kurang begitu penting selama
penyesuaian larutan obat didalam darah. Selain itu ditambahkan pula etilendiamin
sterilisasi akhir dan filtrasi. Sesuai dengan yang tertera pada Formularium
Nasional. Cara ini dipilih karena sifat fisika kimia dari bahan aktif dan zat
tambahan dalam formulasi ini tahan panas. Selama proses pembuatan sediaan
aminophillin injeksi tidak ada kendala. Aminophillin dapat larut dengan baik
begitu juga dengan natrium klorida larut dengan baik dalam air untuk injeksi.
23
baik. Pada saat pemeriksaan pH larutan injeksi didapat nilai pH sebesar 6,0.
aqua pro injeksi, namun nilai pH tidak berubah. Hal ini dikarenakan etilendiamin
filtrasi 0,22 µm.Namun filtrasi tidak dilakukan pada proses pembuatan karena
tetapi kedalam vial 10 ml,karena untuk ampul tidak dapat dilakukan penutupan
dimasukkan kedalam vial kemudian disterilisasi akhir pada ruang grade C dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit dengan tekanan 15 psi.
Setelah sediaan disterilisasi lakukan penandaan pada etiket diruang grade C. Dari
Evaluasi sediaan
24
a. Uji kejernihan
putih, jika perlu disorot menggunakan senter,jumlah sample yang diamati 5 vial,
uji.
b. Uji Partikulat
menggunakan cara visual dan menggunakan latar belakang putih serta senter
sebagai alat bantu, syarat harus bebas partikel(-), jumlah sampel yang diuji 5 vial,
hasil pengamatan tidak terdapat partikulat sehingga sediaan dianggap lulus uji
partikulat.
c. Uji Kebocoran
Sediaan dibalik dengan posisi tutup dibawah dan diberi dasar kertas lalu
diamati apakah ada cairan yang keluar (kebocoran) dengan tanda basahnya kertas
dasar,syarat pengujian tidak ada kebocoran dengan ditandai tidak basahnya kertas
yang digunakan sebagai dasar, jumlah sediaan yang diuji 5, hasil pengamatan
tidak terdapat vial yang bocor sehingga sediaan dianggap lulus uji kebocoran.
kemudian diukur jumlah cairannya. Syarat pengujian volume tidak kurang dari
volume yang tertera dalam wadah bila diuji satu persatu atau bila wadah volume 1
ml dan 2 ml di dalam kurang dari jumlah volume wadah yang tertera pada etiket
25
bila isi digabung, jumlah sediaan yang diuji 1 vial dan hasil pengamatan didapat
e. Uji pH
sediaan dan kemudian disamakan dengan warna yang ada diwadah pH universal
syarat harus sesuai pH target sediaan dimana pH target sediaan sebesar 8,6
jumlah sediaan yang diuji sebanyak 1 vial sedang hasil pengamatan pH yang
didapat sebesar 6,0 sehingga sediaan dianggap tidak memenuhi uji pH.
VIII. KESIMPULAN
sebagai berikut:
injeksi adalah cara sterilisasi akhir yaitu filtrasi menggunakan membrane filter
26
0,45 µm sebanyak 2 kali dan 0,22 µm sebanyak 1 kali dan autoklaf pada suhu
121o C selama 15 menit pada tekanan 15 psi karena bahan dalam formula tahan
pemanasan.
adalah hanya pada uji pH tidak memenuhi pH yang diinginkan yaitu 8,6. Hal ini
evaluasi lainnya yakni uji kejernihan, uji partikulat, uji kebocoran, uji volume
27
IX. DAFTAR PUSTAKA
Moh. Anief. 1990. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press :
Yogyakarta
edisi III,
Than Hoan Tjay dan Rihana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting edisi VI,
28
LAPORAN PRAKTIKUM
AMINOPHILLIN INJEKSI
Disusun oleh :
Tuti Sriatun
P17335112220
29
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN FARMASI
30