Anda di halaman 1dari 6

II.

4 Faktor fisikokimia
a. Organoleptis
Uji organoleptik berfungsi untuk menilai mutu bahan mentah yang
digunakan untuk pengolahan dan formula yang digunakan untuk
menghasilkan produk. Selain itu, dengan adanya uji organoleptik, produsen
dapat mengendalikan proses produksi dengan menjaga konsistensi mutu dan
menetapkan standar tingkat atau kelas-kelas mutu. Tidak boleh ada warna
pada zat tambahan dalam sediaan injeksi, kecuali zat aktif yang sudah
berwarna. Penambahan zat warna tambahan dikhawatirkan menimbulkan plak
pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyumbatan aliran darah,
sehingga bisa berbahaya bagi kesehatan.

b. Kelarutan
Semua sifat fisika atau kimia bahan aktif langsung atau tidak langsung
akan dipengaruhi oleh kelarutan. Dalam larutan ideal, kelarutan bergantung 
pada suhu lebur. Hubungan dengan pembuatan sediaan injeksi yaitu sediaan
harus larut dalam pembawanya sehingga ketika sediaan tersebut di suntikkan
efek terapinya bisa tercapai dengan cepat.

c. Ph
pH pada injeksi harus sama atau mendekati dengan pH darah. Isohidris
yaitu pH larutan sama dengan pH darah. Kalau bisa pH sama dengan pH
darah, tapi tidak selalu, tergantung pada stabilitas obat.
pH yang baik adalah kapasitas dapar yang dimilikinya memungkinkan
penyimpanan lama dan darah dapat menyesuaikan diri serta pH ideal = 7,4
sesuai pH darah. Bila pH > 9 terjadi nekrosis pada jaringan dan bila pH < 3
sangat sakit waktu disuntikkan. (pH harus disesuaikan dengan bahan aktif
bukan disesuaikan dengan pH tubuh karena adanya toleransi jika pH tersebut
masi dalam rentan tidak terlalu jauh tetapi jika pH disesuaikan dengan tubuh
maka akan merusak bahan aktif tersebut sehingga tidak memberikan efek
terapi yang yg maksimal)

d. Ukuran partikel
Salah satu persyaratan sediaan injeksi adalah jika berupa larutan harus
larut sempurna. Harus jernih yang berarti tidak ada partikel padat, kecuali
yang berbentuk suspensi. Bila berupa emulsi, partikel tidak boleh lebih besar
dari 0,5 μm. Pemberian injeksi berupa suspensi ataupun emulsi boleh
diberikan dengan alasan pemberian dalam volume yang kecil / sedikit.
e. Viskositas
Dalam sediaan injeksi, viskositas sangat berpengaruh karena jika
sediaan injeksi terlalu kental maka akan susah disuntikkan, ada beberapa
sediaan injeksi yang dibuat kental yang dimaksudkan memberikan terapi lepas
lambat.
f. Cahaya dan suhu
Cahaya dan suhu erat hubungannya dengan tampat/wadah
penyimpanan obat/bahan obat. Cahaya dan suhu dapat mempengaruhi
kestabilan obat sehingga dalam hal penyimpanan obat sangat perlu sekali
diperhatikan karakteristik dari obat/bahan obat yang akan disimpan. Contoh
vitamin C harus disimpan dalam wadah terlindung cahaya.

II.5 Kekurangan dan Kelebihan

Sediaan injeksi merupakan sediaan parenteral. Pemberian obat secara


parenteral memiliki keuntungan dan kelemahan tersendiri, yaitu sebagai berikut:
 Keuntungan
1. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat karena respons fisiologis
dapat segera tercapai.
2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
3. Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna.
4. Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinalis dapat dihindari.
5. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang sedang
dalam keadaan koma.
6. (Stefanus Lukas, 2011)
 Kelemahan
1. Rasa nyeri pada saat disuntik, apalagi jika harus diberikan berulang kali.
2. Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut disuntik.
3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hamper tidak mungkin diperbaiki,
terutama sesudah pemberian intravena.(Stefanus Lukas, 2011)

II.6 Cara-cara pemberiaan sediaan parenteral

1.    Subkutan atau pemberian dibawah kulit (s.c), yaitu disuntikkan

kedalam tubuh melalui bagian yang sedikit mengandung lemak dan

masuk kedalam jaringan dibawah kulit. Volume pemberiannya jarang

melewati 1 ml, sedapat mungkin isotonis dan isohidris, karena sediaan

yang menimpan dari isotonisnya dapat menimbulkan rasa nyeri atau

nekrosis dan absorpsi dari zat aktifnya tidak optimal.

2.    Intra muskular (i.m) yaiutu suntikan kedalam jaringan otot, pada

umumnya pada otot pantat atu paha. Tempat suntikan sebaiknya sejauh

mungkin dari saraf-saraf utama atau pembuluh darah utama. Kerusakan

akibat suntikan intra0muskular biasanya berkaitan dengan titik tempat

jarum ditusukkakn dan dimana obat ditempatkan. Kerusakan ini meliputi


paralisis akibat rusaknya saraf, abses, emboli, terkelupasnya kulit, dan

pembentuakn parut.

3.    Intra vena (i.v) yaitu disuntikkan langsung kedalam pembuluh darah

vena. Larutannya biasanya dalam jumlah kecil (kurang dari 5 ml)

sebaiknya isotonic dan isohidris. Khusus pemberian dengan cara infus,

harus isotonic, isohidris dan bebas pirogen. Tidak ada fase absorbsi,

karena obatnya langsung masuk kedalam pembuluh darah vena, onset of

action cepat. . (Latifah dan natsir, 2009;12-17)

BAB III

PENUTUP

III.I KESIMPILAN

sediaan parenteral adalah sediaan yang digunakan tanpa melalui mulut atau
dapat dikatakan obat dimasukkan ke dalam tubuh selain saluran cerna
(langsung ke pembuluh darah) sehingga memperoleh efek yang cepat dan
langsung sampai sasaran. Misal suntikan atau insulin..
Evaluasi Sediaan parenteral
 Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah
 Penetapan pH
 Bahan Partikulat dalam Injeksi
 Uji Kebocoran
 Uji Kejernihan dan Warna
 Uji Keseragaman Sediaan
Faktor fisiko kimia pembuatan sediaan parenteral kelarutan, pH, pembawa,
cahaya/suhu dan faktor kemasan/ wadah
Persyaratan sediaan parenteral terdiri atas : sesuai antara kandungan bahan
obat yang ada didalam sediaan dengan pernyataan tertulis pada etiket dan
tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan akibat kerusakan obat
secara kimiawi dan sebagainya, penggunaan wadah yang cocok, sehingga
tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril, tersatukan tanpa terjadi
reaksi, bebas kuman, bebas pirogen, isotonis, isohidris dan bebas partikel
melayang

III.2 SARAN

Saya sebagai penyusun makalah ini sangat mengaharapkan kritikan dan


saran dari para pembaca yang bersifat konstruktif demi  perbaikan isi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta

Lukas, Stefanus. 2011. Formulasi Steril. Edisi revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi

Priyambodo, B. .2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka


Utama

https://materigizidandietsemester2.wordpress.com/2015/05/22/pemberian-obat-
parenteral-injeksi/ ( diakses tanggal 05 maret 2017 )

https://www.academia.edu/9709495/sediaan_steril ( diakses tanggal 05 maret 2017 )

Anda mungkin juga menyukai