DASAR TEORI
A. PENDAHULUAN
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan
melalui
beberapa
rute
pemberian
yaitu
intravena,
intraspinal,
pemanasan pada wadah akhir, namun harus diingat bahwa ada bahan yang
tidak tahan terhadap pemanasan. Untuk itu dapat dilakukan teknik
aseptic.Larutan yang mengandung bakteri gram positif-negatif dapat saja
memberikan reaksi demam atau pirogenik walaupun larutan injeksi
tersebut steril. Reaksi demam atau pirogen ini disebabkan oleh adanya
fragmen dinding sel bakteri yang disebut endotoksin. Adanya
endotoksin yang ditandai dengan reaksi demam itu merupakan pertanda
bahwa selama proses produksi terjadi kontaminasi mikroba pada produk.
Oleh sebab itu dalam proses produksi sediaan parenteral diisyaratkan halhal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sediaan parenteral adalah sediaan yang digunakan tanpa melalui
mulut atau dapat dikatakan obat dimasukkan ke dalam tubuh selain saluran
cerna (langsung ke pembuluh darah) sehingga memperoleh efek yang
cepat dan langsung sampai sasaran. Misal suntikan atau insulin.
Sediaan parenteral volume besar merupakan sediaan yang
diklasifikasikan berdasarkan jumlah volume cairan yang diinjeksikan dan
volume cairan berdasarkan tiap-tiap wadah yang volume wadahnya dapat
berkisar dari 50-2000 ml, meskipun ukuran yang biasanya tersedia adalah
150, 250, dan 1000.( Menurut DOM Martin, Hal:973)
Larutan iv volume besar ditujukan untuk injeksi yang dimaksudkan
untuk penggunaan intravena. Large volume solution dikemas dalam wadah
berisi 100ml atau lebih. Larutan steril volume besar termasuk yang
digunakan untuk irigasi atau dialisis. Mereka dapat dikemas dalam wadah
dalam wadah yang dikosongkan dengan cepat, mengandung suatu volume
lebih dari 1000ml.( Encyclopedia of Pharmaceutical Technology,hal. 201)
Infuse intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi,
bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah,
disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relative banyak.
( Menurut FI III, hal: 12)
Infuse adalah larutan dalam jumlah besar, terhitung mulai dari 10
ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan
peralatan yang cocok.
( Lukas ,hal 73).
B. Rute Pemberian
Rute pemberian sedian parenteral atau injeksi dimuat dalam
beberapa pustaka, antara lain Farmakope Indonesia, Formularium
Nasional kedua pustaka tersebut di dalam antara kurung dan lain
sebagainya. Pengetahuan tentang rute pemebrian ini bukan dimaksudkan
agar dapat menyuntikkan dengan benar, tetapi untuk farmasis lebih
ditekankan pada persyaratan produk ditinjau secara farmasis Persyaratan
farmasetik yang dimaksud antara lain pemilihan wadah dengan ukuran
yang tepat, penentuan pH, pemilihan bahan pengawet dan penetapan
tonisitas. Untuk jelasnya dapat diikuti uraian masing-masing rute
pemberian injeksi.
pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v sejenisnya. Cara ini disebut
hipodermoklisis, dalam hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti
terjadi iritasi maka pemberiannya harus hati-hati. Cara ini dpata
dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 ml sampai 1 liter.
2. Pemberian intramuskuler
Intramuskuler artinya diantara jaringan otot. Cara ini keceparan
absorbsinya terhitung nomor 2 sesudah intravena. Jarum suntik
ditusukkan langsung pada serabut otot yang letaknya dibawah lapisan
subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan bagian atas. Volume
injeksi 1 samapi 3 ml dengan batas sampai 10 ml (PTMvolume
injeksi tetap dijaga kecil, biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik
digunakan 1 samai 1 inci. Problem klinik yang biasa terjadi adalah
kerusakan otot atau syaraf, terutama apabila ada kesalahan dalam teknik
pemberian (ini penting bagi praktisi yang berhak menyuntik). Yang
perlu diperhatikan bagi Farmasis anatara lain bentuk sediaan yang dapat
diberikan intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe m/a atau a/m,
suspensi dalam minyak atau suspensi baru dari puder steril. Pemberian
intramuskuler memberikan efek depot (lepas lambat), puncak
konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam. Faktor yang
mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot (im) anatar lain :
rheologi produk, konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa,
bahan pembawa, volume injeksi, tonisitas produk dan bentuk fisik dari
produk. Persyaratan pH sebaiknya diperhatikan, karena masalah iritasi,
tetapi dapat dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi ukuran partikel
kurang dari 50 mikron.
3. Pemberian intravena
Penyuntikan langsung ke dalam pembuluh darah vena untuk
mendapatkan efek segera. Dari segi kefarmasian injeksi IV ini boleh
dikata merupakan pilihan untuk injeksi yang bila diberikan secara
intrakutan atau intramuskuler mengiritasi karena pH dan tonisitas
terlalu jauh dari kondisi fisiologis. Kelemahan cara ini adalah karena
kerjanya cepat, maka pemberian antidotum mungkin terlambat. Volume
pemberian dapat dimulai Dari 1 ml hingga 100 ml, bahkan untuk infus
dapat lebih besar dari 100 ml. Kecepatan penyuntikan samapi 5 ml
4. Pemberian intrathekal-intraspinal
Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa
temapt. Cara ini berbeda dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian
ini mensyaratkan sediaan dengan kemurniaannya yang sangat tinggi,
karena dearah ini ada barier (sawar) darah sehingga daerahnya
tertutup.Sediaan intraspinal anastesi biasanya dibuat hiperbarik yaitu
cairannya mempunyai tekanan barik lebih tinggi dari tekanan
barometer. Cairan sediaan akan bergerak turun karena gravitasi, oleh
sebab itu harus pada posisi pasien tegak.
5. Intraperitoneal
Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara
cepat diabsorbsi. Sediaan intraperitoneal dapat juga diberikan secara
intraspinal, im,sc, dan intradermal.
6. Intradermal
Cara penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume
pemberian lebih kecil dan sc, absorbsinya sangat lambat sehingga onset
yang dapat dicapai sangat lambat.
7. Intratekal
Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan
serebrospinal. Digunakan untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga
untuk anestesi spinal. Intratekal umumnya diinjeksikan secara langsung
MAKALAH
SEDIAAN PARENTERAL VOLUME BESAR
Di susun oleh:
Nurhaida mahamuddin
G 701 12 042
Melia kurniawati
G 701 12 044
Zulfiani
Andi musfirah
Mia audina
Hartono
Nurnaningsih
G 701 12 046
G 701 12 048
G 701 12 050
G 701 12 052
G 701 12 054