JUDUL PRAKTIKUM
Injeksi Ampul Fenobarbital
II. PENDAHULUAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Injeksi biasanya diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan
sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke
dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda. (Farmakope Indonesia Ed III hal
13).
Pada umumnya pemberian dengan cara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja
obat yang cepat, bagi pasien yang tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima
pengobatan secara oral atau bila obat itu sendiri tidak efektif dengan cara pemberian
lain. (Ansel hal 399).
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan
syaraf pusat yang timbul spontan dan berulang dengan episode singkat dengan gejala
utama kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini biasanya disertai kejang
(konvulsi), hiperaktivitas otonomik, gangguan sensorik atau psikis dan selalu disertai
gambaran letupan EEG (abnormal dan eksesif). Antikonvulsi (antikejang) digunakan
untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi dan bangkitan non-epilepsi. Hingga
kini ada 16 obat antiepilepsi dan obat-obat tersebut digolongkan dalam 5 golongan
kimiawi, yakni hidantoin, barbiturat, oksazolidindion, suksimid dan asetil urea.
Bromida obat pertama yang digunakan untuk terapi epilepsi telah ditinggalkan karena
ditemukannya berbagai antiepilepsi baru yang lebih efektif. Fenobarbital diketahui
memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang berarti efek antikonvulsinya tidak berkaitan
langsung dengan efek hipnotiknya (Farmakologi dan Terapi Ed. 5 hal. 179).
Fenobarbital asam 5,5 fenil-etil barbiturate merupakan senyawa organik pertama
yang digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya membatasi penjalaran
aktivitas dan bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Fenobarbital masih
merupakan obat antikonvulsi pilihan karena cukup efektif, murah. Dosis efektifnya
relative rendah. Efek sedative, dalam hal ini dianggap efek samping, dapat diatasi
1
dengan pemberian stimulan sentral tanpa mengurangi efek antikonvulsi. (Farmakologi
dan Terapi Ed. 5 hal. 185).
2
yang terkendali
dan terlindung
dari cahaya. (Drug
Information 88 hal
1111 & Handbook
on Injectable
Drugs hal 1044)
OTT:
Inkompatibel
dengan Na
cephalothin,klorpr
omazin HCl,
klindamisin fosfat,
dipenhidramin
HCl, efedrin
sulfat, insulin,
kanamisin sulfat,
Na penitoin,
tiamin HCl dan
yang lainnya
berdasarkan pH
(Martindale 28 hal
811).
pH:
Fenobarbital
sodium 9,2-10,2
dan injeksi
fenobarbital
sodium 9,2-10,2
(FI V hal 441)
Titik Lebur:
174-178° (FI IV
3
Hal 659).
B. Zat Tambahan
4
sejuk (Handbook of
Pharmaceutical
excipients hal 17)
OTT:
Dengan oksidator,
aldehid dan wadah
alumunium
(Handbook of
Pharmaceutical
excipients hal 17)
Propilenglik Pemerian : Fungsi: Autoklaf (Handbook of
Cairan kental, jernih,
ol Pelarut campur Pharmaceutical Excipient
tidak berwarna; rasa
(Handbook Konsentrasi: hal. 592)
khas; praktis tidak
of 10-60% (Handbook of
berbau; menyerap air
Pharmaceuti Pharmaceutical
pada udara lembab
cal Excipient Excipient hal. 592)
(FI V hal 1070)
hal. 592)
Kelarutan :
Dapat bercampur
dengan air (FI V hal
1070).
Stabilitas :
Pada ruang sejuk,
PPG stabil pada
wadah yang tertutup
rapat. PPG stabil
secara kimia ketika
dicampur dengan
alkohol (95%),
glicerin dan air)
(Handbook of
Pharmacetical
excipients hal 592)
Berat Jenis :
1,038 (Handbook of
Pharmacetical
5
excipients hal 592)
OTT:
Pottasium
permanganat
(Handbook of
Pharmaceutical
excipients hal 592)
Aqua pro Pemerian: Fungsi: Autoklaf (FI IV Hal 112-
injeksi Cairan jernih tidak Sebagai zat pembawa 113)
(FI IV Hal berwarna, tidak injeksi (FI IV Hal 112-
112-113) berbau 113)
(FI IV Hal 112-113)
Stabilitas :
Uji yang tertera pada
uji keamanan hayati
(FI III Hal 97)
C. Teknologi Farmasi
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan
steril.Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai
akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini
menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan
kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat
diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba.(Lachman hal.1254).
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral, mata, dan irigasi.
Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi,
karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam
tubuh. karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling
efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi
mikroba dan dari komponen toksis,dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau
luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan dalam produk
ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi apakah
fisik, kimia, mikrobiologis. (Lachman hal 1292).
6
Pemanasan Lembap. Untuk sterilisasi panas, pemanasan lembap lebih efektif
daripada pemanasan kering. Tetapi harus diingat bahwa siklus pemanasan lembap
normal tidak menghancurkan pirogen. Sebagaimana telah diketahui, pemanasan lembap
menyebabkan koagu- i protein sel pada temperatur yang jauh lebih rendah daripada
pema- nasan kering. Di samping itu kapasitas panas uap jauh lebih besar diban- ding
kapasitas panas dari udara panas. Pada titik kondensasi (titik em- bun), uap
membebaskan energi panas sama besar dengan panas karena pehguapan. Jumlah ini
kira-kira 540 kalori per gram pada 100°C (212°F) dan 524 kalori per gram pada 121°C
(250°F). Sebaliknya energi panas yang dibebaskan oleh udara kering panas kira-kira
hanya 1 kalori per gram udara untuk tiap derajat pendinginan. Oleh karena itu, ketika
uap jenuh mengenai objek yang dingin dan terkondensasi, uap jenuh ini membe- baskan
kira-kira 500 kali jumlah energi panas yang dibebaskan oleh udara panas dengan berat
yang sama. Akibatnya objek ini dipanaskan jauh lebih cepat oleh uap. Di samping itu,
bila digunakan uap di bawah tekanan, maka terhadap objek yang sedang dipanaskan
dikenakan uap panas yang persediaannya cepat berubah. Hal ini terjadi karena tekanan
di bawałh mana uap itu digunakan, maupun karena vakum parsial yang dihasilkan pada
tempat itu dimana uap terkondensasi karena volume uao menyusut kira-kira 99% ketika
uap terkondensasi.( Lachman halaman 1266-1267)
Ampul adalah wadah yang kedap udara berbentuk silindris terbuat dari gelas, yang
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar dengan ukuran nominal adalah 1,
2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul merupakan wadah takaran
tunggal oleh karena jumlah total cairan ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi
(Voight Hal 464). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan injeksi
dalam ampul, antara lain:
1. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk injeksi subkutan dan volume besar
2. Jika diperlukan dapat ditambahkan dapar untuk mempertahankan stabilitas pH
3. Pengisian ke dalam ampul menggunakan buret, dimana ujung buret disterilkan
terlebih dahulu dengan alkohol 70% dan buret dibilas dengan larutan obat yang akan
diisi.
Wadah dan tutup wadah untuk injeksi di buat dari kaca atau plastik, tidak boleh
bereaksi dengan obat atau mempengaruhi khasiatnya dan tidak memberikan zarah kecil
serta harus memungkinkan melakukan pemeriksaan isinya dengaan mudah. Wadah kaca
ditutup kedap dengan cara meleburkan mulut wadah atau dengan cara lain yang cocok
(Farmakoe Indonesia Edisi III hal 17-18).
7
Volume pada etiket Volume tambahan yang dianjurkan
Cairan encer Cairan kental
0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml
1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml
2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml
5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml
10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml
20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml
30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml
50,0 ml atau lebih 2% 3%
(Farmakope Indonesia edisi IV hal 1044)
D. Farmakologi
Fenobarbital mempunyai aksi obat dari sedative hipnotik barbiturate. Fenobarbital
menghasilkan efek antikonvulsan pada dosis subhipnotik. Zat ini menurunkan konsentra
si serum bilirubin pada neonatal dan pasien dengan hiperbilirubinemia konginetal nonhe
molitik terkonjugasi serta pasien dengan intrahepatic kolestasis kronis, akibat dari indu
ksi glukonil transferase, enzim yang terkonjugasi dengan bilirubin ( Drug Information 8
8 hal 1227)
E. Farmakodinamik
Barbiturat tidak dapat mengurangi rasa nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran, dan
dosis kecil barbiturate dapat meningkatkan reaksi terhadap rangsangan nyeri. Pada bebe
rapa individu, dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa sakit, barbiturate tidak
menyebabkan efek sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delir
ium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan. (Farmakologi d
an Terapi hal 148)
F. Farmakokinetik
Absorbsi
Barbiturat bentuk garam natriumnya diabsorbsi lebih cepat daripada bentuk asam
bebasnya, terutama bila diberikan sebagai sediaan cair. Mula kerja bervariasi antara 10-
60 menit.
Distribusi
8
Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat lewat plasenta. Barbiturat yang sangat
larut lemak, akan ditimbun di jaringan dan otot. Kecuali barbiturat yang kurang larut
lemak seperti fenobarbital akan di metabolisme dan dikonjugasi di hati.
Metabolisme
Barbiturat yang hidrofilik seperti fenobarbital di metabolisme dan/atau dikonjugasi
hampir sempurna di hati sebelum diekskresikan lewat ginjal. Oksidasi gugusan pada ato
m C-5 merupakan metabolisme yang terutama menghentikan aktivitas biologisnya.
Dalam beberapa hal (misalnya pada fenobarbital), N-glukosilasi merupakan jalur
metabolisme penting.
Ekskresi
Kira-kira 25 % fenobarbital dan hampir semua aprobarbital diekskresi ke dalam urin
dalam bentuk utuh. Ekskresinya dapat ditingkatkan dengan diuresis osmotik atau
alkalinasi urin (Farmakologi dan Terapi hal 150-151).
G. Indikasi
Barbiturat masih digunakan pada terapi darurat kejang, seperti tetanus, eklamsia, sta
tus epilepsy, perdarahan serebral dan keracunan konvulsan.Fenobarbital paling sering di
gunakan karena aktivitas antikonvulsinya, tapi mula kerja obat ini kurang cepat, bahkan
pada pemberian IV masih dibutuhkan waktu 15 menit / lebih untuk mencapai kadar pun
cak di otak. Fenobarbital digunakan untuk mengobati hiperbilirubinemia dan kemicterus
pada neonates, karena penggunaannya dapat menaikkan glukoronitransferase hati dan ik
atan bilirubin Y protein. Efek fenobarbitaal pada metabolisme dan ekskresi garam empe
du telah dipakai untuk pengobatan kasus kolestasis tertentu (Farmakologi dan Terapi hal
152)
H. Interaksi Obat
Kombinasi barbiturate dengan depresan SSP lain misalnya etanol akan meningkatka
n efek depresinya; Antihistamin, isoniazid, metilfenidat, dan penghambat MAO juga da
pat menaikkan efek depresi barbiturate (Farmakologi dan Terapi hal 151)
I. Kontraindikasi
9
Barbiturat tidak boleh diberikan pada pasien alergi barbiturate, penyakit hati atau gi
njal, hipoksia dan penyakit Parkinson. Barbiturate juga tidak boleh diberikan kepada pas
ien psikoneuritik tertentu, karena dapat menambah kebingungan di malam hari, yang ter
jadi pada pasien usia lanjut. (Farmakologi dan Terapi hal 152)
J. Efek Samping
1. Eksitasi paradoksal
Pada beberapa individu, pemakaian ulang barbiturate (terutama fenobarbital) lebih
menimbulkan eksitasi daripada depresi. Idiosinkrasi ini relative umum terjadi diantara p
asien usia lanjut dan terbelakang.
2. Hangover
Gejala ini merupakan residu depresi SSP setelah efek hipnotik berakhir. Efek residu
mungkin berupa vertigo, mual, muntah atau diare.
3. Rasa nyeri
Menimbulkan mialgia, neuralgia, artrargia, terutama pada pasien psikoneuritik yang
menderita insomnia. pemakaian dalam keadaan nyeri, (terutama fenobarbital dan N-des
metil barbiturate) menimbulkan eksitasi daripada depresi.
4. Hipersensitivitas
Reaksi alergi terutama pada individu yang menderita asma, urtikaria, angioedema, d
an keadaan serupa. Jarang terjadi dermatosis eksfoliativa yang berakhir fatal pada pengg
unaan fenobarbital (Farmakologi dan Terapi hal 151).
10
3. (Drug Information 88 Hal 1113)
Fenobarbital Na 130 mg
Alkohol 10%
Propylene glycol 67,8%
Aqua pro injeksi q.s
B. Formula Jadi
Berdasarkan Drug Information 88 Hal 1113
Tiap ampul mengandung:
Fenobarbital Na 130 mg
Alkohol 10 %
Propilen glikol 67,8 %
Aqua pro injeksi ad 1 mL
11
6. Sediaan dikemas dalam bentuk ampul dikarenakan sediaan digunakan dalam dosis
tunggal di mana penggunaan sediaan hanya satu kali pemakaian. Selain itu, untuk
mencegah kontaminasi sehingga sterilitas sediaan dapat terjamin.
7. Pada sediaan injeksi phenobarbital sodium digunakan wadah ampul coklat. Hal ini
dikarenakan stabilitas phenobarbital sodium injeksi harus terlindung dari cahaya
sehingga sediaannya harus digunakan ampul yang berwarna coklat agar tidak
mempengaruhi kestabilan sediaan injeksi fenobarbital Na.
Bahan :
Fenobarbital Na
Propilen glikol
Alkohol
Aqua pro injeksi
12
4 (Desinfection,
Batang pengaduk, spatula,
Direndam alkohol selama sterilization and
pinset, kaca arloji, penjepit
30 menit preservation hal
besi
233)
5 Farmakope
Direbus air mendidih
Karet pipet tetes Indonesia
selama 30 menit
edisIII, hal 18
ii. Penimbangan
13
Etanol 2 ml
Aqua pi 1,84 ml
14
VIII. EVALUASI
A. IPC (In Process control)
1. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
- Metode : Visual
- Cara kerja : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan cahaya
yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan menggunakan latar
belakang hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
- Syarat : semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat dibuang
dari infus volume besar, batas 50 partikel 10µm dan tidak lebih besar, serta 5
partikel > 25µm/ml
B. QC (Quality Control)
1. Penetapan kadar fenobarbital (Farmakope Indonesia edisi V hal 442) (tidak
dilakukan).
Metode uji : lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi.
- Dapar pH 4,5 : Larutkan lebih kurang 6,6 g natrium asetat trihidrat P dan 3,0 ml
asam asetat glasial P dalam 1000 ml air; jika perlu, atur pH hingga 4,5 ± 0,1 dengan
asam asetat glasial P.
- Fase gerak : Buat campuran Dapar pH 4,5-metanol P (3 : 2), saring dan
awaudarakan.
- Larutan baku internal : Timbang saksama sejumlah kafein, larutkan dalam campuran
metanol P-Dapar pH 4,5 (1 : 1) hingga kadar lebih kurang 125 μg per ml.
15
- Larutan baku : Timbang saksama lebih kurang 15 mg Fenobarbital BPFI, masukkan
ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 25 ml Fase gerak dan jika perlu sonikasi
agar larut. Tambahkan 15,0 ml Larutan baku internal, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda, hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,3 mg per ml.
- Larutan uji : Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan lebih kurang 65 mg
fenobarbital natrium, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 15,0 ml
Larutan baku internal, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
- KCKT : Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detekor 254 nm dan
kolom 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak analit dan
puncak baku internal tidak kurang dari 1,2, faktor ikutan puncak analit dan puncak
baku internal tidak lebih besar dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0 %.
- Syarat : Injeksi Fenobarbital Natrium mengandung Fenobarbital Natrium,
C12H11N2NaO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah
yang tertera pada etiket.
4. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
- Metode : Visual
- Cara kerja : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan cahaya
yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan menggunakan latar
16
belakang hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
- Syarat : semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat
dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10µm dan tidak lebih besar, serta
5 partikel > 25µm/ml
IX. Pengemasan
Wadah : Ampul coklat 1 ml
Kotak : Dus
Brosur dan etiket : Terlampir
X. Daftar Pustaka
17
3. Reynold, James EF. 2009. Martindale The Extra Pharmacopeia. 36th edition.
London: The Pharmaceutical Press.
4. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. 2007.
Farmakologi dan Terapi ed. 5. Jakarta: Universitas Indonesia.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia ed III.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.Farmakope Indonesia ed IV.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
7. Evory MC, Gerald K.1988.Drug Information 88. USA: American Society of
Health System Pharmacist.
8. Lucas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril, Yogyakarta : Penerbit Andi.
9. Trissel, LA, Handbook on Injectable Drugs 10th edition, Maryland: American
society of Health-System Pharmacist.
10. Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta
:Gadjah Mada University Press.
11. Wade, Ainley et al. 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Washington
D.C: American Pharmaceutical Association.
18