Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam kehidupan sehari-hari baik pada manusia maupun hewan istilah


antibiotik sudah tidak asing untuk didengerkan. Antiboitik ialah zat yang
dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapat dibuat
secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba
khususnya yang merugikan manusia.
Antibiotik adalah suatu zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama
fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba
lain. Antibiotika berasal dari bahasa latin yaitu anti yang artinya lawan dan
bios yang artinya hidup, berarti antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan
mikroorganisme hidup tertuama fungi dan bakteri ranah, yang memiliki
kahsiat mematikan atau mengahambat pertumbuahan banyak bakteri dan
beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil
(Agoes, A. 1990).
Antibiotik memiliki banyak golongan dan jenis yang beranekaragam.
Obat antibiotik ini dapat digunakan baik dalam tubuh hewan maupun dalam
tubuh manusia. Dalam prosesnya di dalam tubuh obat ini nantinya akan
memberikan suatu efek ( farmakodinamik) terhadap tubuh. Penggunaan Obat
ini tidak selalu menguntukan tetapi juga bisa merugikan, untuk itu sebelum
menkonsumsi obat ini sebaiknya memperhatikan instruksi dari obat tersebut.

Dalam dunia farmasi, sediaan antibiotika banyak digunakan sebagai


terapi untuk berbagai penyakit infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri
gram positif maupun bakteri gram negatif. Meski demikian, beberapa turunan
antibiotika juga dapat digunakan sebagai antikanker karena bersifat pancidal.

1
B. Rumusan masalah
1.1 Apakah pengertian dari antibiotika ?
1.2 Apakah penggolongan dari antibiotika ?
1.3 Bagaimana proses farmakokinetika obat dari antibiotika ?
1.4 Bagaimana interaksi obat dari antibiotika ?

C. Tujuan
1.1 Mengetahui pengertian dari antibiotika
1.2 Mengetahui penggolongan dari antibiotika
1.3 Mengetaui proses farmakokinetika obat dari antibiotika
1.4 Mengetahui interaksi obat dari antibiotika

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Antibiotika

2
Pada tahun 1929 Alexander Fleming secara tidak sengaja menemukan
sifat antibakteria dari penisilin. Penemuan ini kemudian dianggap sebagai
tonggak kelahiran era antibiotika modern. Meski demikian, penisilin baru
dipergunakan dalam terapi infeksi pada tahun 1939 oleh Florey dan Chain, dan
sejak saat itulah eksploitasi terhadap penemuan ini baru benar-benar terealisasi.
Berabad-abad yang lalu, manusia telah mempelajari berbagai macam ramuan
yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi topical, yang saat ini
diasumsikan bahwa ramuan tersebut efektif mengobati infeksi karena adanya
bahan-bahan antibiotika dalam ramuan tersebut.

Istilah antibiotika berasal dari kata antibiosis yang berarti ‘melawan


hidup’. Istilah ini digagas oleh Ied Vuillemin yang mendefinisikan antibiosis
sebagai konsep biologis kelangsungan hidup, dimana suatu organisme
menghancurkan organisme lainnya demi bertahan hidup. Pada tahun 1942,
Waksman mendefinisikan antibiotika sebagai bahan kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan atau
mematikan mikroorganisme. Definisi inilah yang kemudian digunakan hingga
saat ini. Meski demikian dengan berkembang pesatnya antibiotika, maka
dibuatlah batasan-batasan pengertian mengenai antibiotika.

Sehingga suatu bahan kimia digolongkan ke dalam


antibiotika bilamana bahan kimia tersebut :
1. Merupakan produk metabolisme, meskipun dalam produksinya dilakukan
melalui sintesa kimia;
2. Merupakan produk sintesa yang diproduksi sebagai struktur analog dari
antibiotika alamiah;
3. Dapat menghambat pertumbuhan satu atau lebih mikroorganisme;
4. Efektif pada konsentrasi rendah

B. Penggolongan Antibiotika

3
1. Berdasarkan Spektrum Aktivitasnya
Berdasarkan spektrum aktivitasnya, antibiotika dibagi menjadi dua yaitu
(1) antibiotika spektrum luas dan (2) antibiotika spektrum sempit.
Antibiotika spektrum luas merupakan antibiotika yang efektif terhadap
bakteri gram positif dan gram negatif. Adapun obat-obat yang tergolong
dalam antibiotika spektrum luas diantaranya adalah tetrasiklin, amfenikol,
aminoglikosida, makrolida, rifampisin, ampisilin, amoksisilin,
bakampisilin, karbenisilin, hetasilin, pivampisilin, sulbenisilin, tikarsilin,
dan sebagian sefalosporin.
Adapun antibiotika spektrum sempit merupakan antibiotika yang efektif
hanya pada bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja. Adapun
pembagian antibiotika spektrum sempit beserta contoh obatnya yakni :
 Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram positif yakni
basitrasin,eritromisin, benzilpenisilin, penisilin G prokain,
penisilin V, fenetisilin K, metisilin Na, nafsilin Na, Oksasilin Na,
Kloksasilin Na, dikloksasilin Na, floksasilin, linkosamida, asam
fusidat.
 Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram negative yakni
kolistin, polimiksin B sulfat, sulfomisin.
 Antibiotika yang efektif terhadap mycobacteriaceae yakni
streptomisin, kanamisin, sikloserin, rifampisin, viomisin,
kapreomisin.
 Antibiotika yang efektif terhadap jamur yakni griseofulvin,
nistatin, amfoterisin B dan kandisidin.
 Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (antikanker) yakni
aktinomisin, bleomisin, aunorubisin, doksorubisin, mitomisin,
mitramisin.
2. Berdasarkan Mekanisme Kerjanya
Penggolongan atau klasifikasi antibiotika berdasarkan mekanisme
kerjanya dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Antibiotika yang menghambat sintesa dinding sel bakteri contohnya
penisilin, sefalosporin, karbapenem, vankomisin, basitrasin,
fosfomisin dan isoniazid

4
b. Antibiotika yang bekerja langsung pada membran sel bakteri,
mempengaruhi permeabilitas membran dan menyebabkan kebocoran
sel, contohnya polimiksin dan daptomisin.
c. Antibiotika yang menghambat pembentukan DNA/RNA, contohnya
kuinolon dan rifampin
d. Antibiotika yang menghambat pembentukan protein pada ribosom
contohnya eritromisin, klindamisin, sinercyd, pleuromutilin yang aktif
pada ribosom sub unit 50S, aminoglikosida, gentamisin, streptomisin,
tetrasiklin, glycylcyclin aktif pada ribosom sub unit 30S dan linezolid
yang aktif baik pada ribosom 50S dan 30S.
e. Antibiotika yang menghambat sintesa asam folat di dalam sitoplasma
contohnya sulfonamida dan trimetoprim.
3. Berdasarkan Struktur Kimianya
Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi
enam kelompok yakni :
a. Antibiotik β laktam
b. Aminoglikosida
c. Tetrasiklin
d. Polipeptida
e. Makrolida
f. Linkomisin

a. Antibiotik β laktam

antibiotika golongan β laktam terbagi 2 kelompok yaitu

 antibiotika turunan penicillin


 antibiotika turunan sefalosporin

Antibiotika Turunan Penisilin

Penisilin merupakan antibiotika paling penting yang pertama kali diekstraksi


dari Penicillium notatum. Selanjutnya, untuk produksi komersial digunakan P.

5
chrysogenum karena menghasilkan lebih banyak penisilin. Struktur dasar penisilin
terdiri atas cincin thiazolidin yang menyatu dengan cincin β lactam, seperti
ditampilkan pada Gambar 2.2. Kedua cincin ini merupakan inti dari turunan penisilin
serta diberi nama 6-amino-penicillanic acid (6-APA). Berbagai turunan penisilin
semisintetis kemudian diproduksi dengan memodifikasi rantai samping yang terikat
pada 6-APA. Baik rantai samping dan 6-APA, keduanya penting untuk aktivitas
antibakteri dari turunan penisilin.

Struktur dasar penisilin

Antibiotika turunan Penisilin dapat diklasifikan lebih lanjut menjadi 5 yaitu:

1. Penisilin yang peka terhadap penisilinase


Ciri atau karakteristik penisilin yang peka terhadap penisilinase adalah:

 memiliki potensi yang baik melawan staphylococcus dan streptococcus;


 berguna melawan beberapa coccus gram positif;
 tidak efektif terhadap basilus gram negatif.
contoh:

6
2. Aminopenisilin
Ciri atau karakteristik Aminopenisilin adalah:

 memiliki spektrum aktivitas yang luas melawan bakteri gram negatif dan
gram positif;
 tidak efektif terhadap pseudomonas aeruginosa.
Contoh:

7
3. Antipseudomonal penisilin (carboxy penicillin)
Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok
antipseudomonal penisilin (carboxy penicillin)

8
4. Ureidopenisilin
Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok
Ureidopenisilin

5. Turunan Penisilin lainnya


Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok turunan
penisilin lainnya

9
Hubungan struktur aktivitas turunan penisilin

Penisilin alami telah mengalami banyak modifikasi pada molekulnya untuk


membuat turunan penisilin baru dengan sifat yang lebih baik, diantaranya :

Penisilin yang tahan asam, karena adanya gugus penarik electron seperti
gugus fenoksi yang terikat pada rantai samping amino. Gugus tersebut mencegah
penataulangan penisilin menjadi asam penilat yang terjadi dalam suasana asam.
Penisilin yang tahan terhadap β-laktamase, karena adanya gugus meruah
(bulky) pada rantai samping amino, misalnya cincin aromatic yang pada kedudukan
orto mengandung gugus halogen atau metoksi
Penisilin dengan spektrum luas yaitu karena ada gugus hidrofil seperti
NH2 pada rantai samping sehingga penembusan obat melalui pori saluran protein
membran terluar bakteri gram-negatif menjadi lebih besar.
Penisilin yang aktif terhadap bakteri gram negatif dan Pseudomonas
aeruginosa disebabkan adanya gugus asidik pada rantai samping seperti COOH,
SO3H, dan – NHCO-.
Penisilin yang bekerja sebagai prodrug (pra-obat), didapatkan melalui
cara-cara berikut ini :

10
 dibuat dalam bentuk garamnya, contoh: prokain penisilin G, dan benzatin
penisilin G;
 menutupi gugus amino bebas, missal yang terdapat pada struktur ampisilin,
dengan membentuk garam amida yang akan diurai kembali pada in vivo
contoh : piperasilin, azlosilin, mezlosilin dan apalsilin;
 membentuk ester pada gugus karboksil yang terikat pada atom C3, contoh :
bakampisilin, pivampisilin, dan talampisilin.

Antibiotika golongan sefalosporin

Sefalosporin pertama kali diekstraksi dari jamur Cephalosporium


acremonium padatahun 1948 oleh Pro Tzu, Newton dan Abraham (1953). Produk
utama adalah sefalosporin C, dari molekul inilah berbagai modifikasi dilakukan untuk
mendapatkan berbagai turunan sefalosporin yang digunakan hingga sekarang. Adapun
struktur kimia dari sefalosporin C

Penggolongan Sefalosporin

Turunan sefalosporin dapat dikelompokkan berdasarkan struktur kimia,


penggunaan klinis, spektrum antibakteri dan ketahanan terhadap penisilinase, yakni :

 Sefalosporin yang diberikan secara oral : sefalexin, sefradin, dan sefaklor;


 Sefalosporin yang diberikan secara parenteral : sefalotin, sefasetril, sefazedon.
 Turunan ini sensitive terhadap β-laktamase;
 Sefalosporin yang resisten terhadap β-laktamase dan diberikan secara
parenteral : sefuroksim, sefamandol, sefoksitin;
 Sefalosporin yang tidak stabil secara metabolis : sefalotin dan sefapirin.
Turunan sefalosporin berdasarkan system generasi dibedakan menjadi empat
kelompok yakni sefalosporin generasi I, II, III, IV. Masing-masing generasi
sefalosporin diuraikan sebagai berikut.

11
Obat-obat Sefalosporin Generasi I memiliki aktivitas yang tinggi terhadap bakteri
gram positif namun aktivitasnya rendah terhadap bakteri gram negatif. Obat-obat
yang masuk dalam Sefalosporin Generasi I

Obat-obatan golongan cephalosporin generasi 1

12
Sefalosporin Generasi II
Turunan Sefalosporin Generasi II ini lebih aktif terhadap bakteri gram negatif
dan tidak terlalu aktif terhadap bakteri gram positif bila dibandingkan dengan
Sefalosporin Generasi I. Obat-obat yang masuk dalam Sefalosporin Generasi II

Sefalosporin Generasi III


Obat-obat yang termasuk kelompok Sefalosporin Generasi III ini kurang aktif
melawan bakteri gram positif dibandingkan generasi pertama, tapi memiliki spektrum
yang lebih luas terhadap bakteri gram negative

contoh obat-obatan sefalosporin generasi III

13
Sefalosporin Generasi IV
Obat-obat dalam kelompok Sefalosporin Generasi IV ini memiliki spektrum yang
lebih luas dalam melawan bakteri dibandingkan turunan sefalosporin sebelumnya.

Struktur Sefalosporin

hubungan struktur dan aktivitas turunan sefalosporin adalah sebagai berikut:

o Turunan sefalosporin memiliki struktur inti yang sama, kecuali pada


rantai samping pada posisi C7 dan C3. Modifikasi substituen pada C-3
dilakukan untuk mendapatkan sifat fisika kimia yang lebih baik, dan

14
modifikasi substituent pada posisi C7 untuk mengubah spektrum
aktivitasnya.
o Adanya gugus pendorong electron pada posisi C3 dapat meningkatkan
aktivitas antibakteri.
o Aktivitas biologis sangat bergantung pada rantai samping yang terikat
pada posisi C7. Substitusi gugus metoksi pada posisi C7 seperti pada
sefamisin dapat meningkatkan ketahanan terhadap β laktamase.
o Pergantian isosterik dari atom S pada cincin dihidrotiazin dengan atom
O menghasilkan oksasefamisin atau oksasefem, menunjukkan
spektrum antibakteri yang lebih luas.

b. Aminoglikosida

Aminoglikosida merupakan antibiotika yang memiliki satu atau lebih gula


amino yang terhubung pada cincin aminosititol melalui ikatan glikosida. Antibiotika
golongan ini umumnya merupakan antibiotika spektrum luas dengan aktivitas yang
lebih tinggi dalam melawan bakteri gram negatif dibandingkan gram positif.
Streptomycin merupakan antibiotika aminoglikosida pertama yang diisolasi dari
Streptomyces griseus oleh Waksman dkk pada tahun 1944.

Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Aminoglikosida

15
Antibiotika turunan aminoglikosida umumnya terdiri atas dua atau lebih gula
amino yang terhubung melalui ikatan glikosida dengan 1,3 diaminosiklo heksana
(aminosiklisito). Dengan demikian aminoglikosida memiliki dua struktur utama yang
penting yakni gula amino dan cincin aminosiklisito. Pada hampir semua
aminoglikosida cincin tersebut adalah 2-deoksi streptamin, kecuali pada streptomisin
dan dehidrostreptomisin, dimana cincin tersebut adalah streptidin. Berikut penjelasan
lebih lanjut tentang struktur utama turunan aminoglikosida.

c. Tetrasiklin

Antibiotika turunan tetrasiklin merupakan turunan oktahidronaftasen yang


terbentuk oleh gabungan 4 buah cincin, serta memiliki 5 atau 6 pusat atom C
asimetrik. Turunan tetrasiklin merupakan antibiotika poten yang memiliki aktivitas
berspektrum luas baik terhadap bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif.
Oleh karena itu tetrasiklin merupakan obat pilihan untuk berbagai macam penyakit
infeksi.

Penggolongan Tetrasiklin

Tetrasiklin dapat dikelompok ke dalam tetrasiklin alami, tetrasiklin semi-


sintetis, dan protetrasiklin. Adapun obat-obat serta struktur kimia ketiga kelompok
turunan tetrasiklin tersebut yakni :

Tetrasiklin alami

Tetrasik;in sintetis

16
hubungan struktur dan aktivitas turunan Tetrasiklin :

 Cincin D harus merupakan cincin aromatic dan cincin A harus tersubstitusi


pada setiap atom karbonnya dengan tepat untuk kepentingan aktivitasnya.
 Cincin B dan C dapat mentoleransi perubahan substituent selama system keto
enol (C11, C12,12a) tidak berubah dan terkonjugasi pada cincin fenol D.
 Cincin B,C,D fenol, merupakan system ketoenol yang sangat penting dan
cincin A harus memiliki system keto enol yg terkonjugasi.
 Secara spesifik cincin A mengandung trikarbonil, suatu gugus ketoenol pada
posisi C1,2 dan 3. Struktur kimia penting lainnya untuk aktivitas antibakteri
adalah pada gugus amin pada posisi C4 pada cincin A.

d.. Polipeptida
Antibiotika turunan polipeptida memiliki struktur polipeptida yang kompleks,
yang resisten terhadap protease hewan dan tumbuhan. Antibiotika ini juga memiliki
gugus lipid selain gugus amino yang tidak dimiliki oleh hewan dan tumbuhan. Obat-
obat golongan ini adalah basitrasin polimiksin , ampomisin, tirotrisin, dan
vankomisin.

Struktur basitrasin dan polimiksin

17
e. Makrolida

Antibiotika turunan makrolida merupakan antibiotika yang sangat bermanfaat


khususnya untuk terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif
baik dalam bentuk coccus maupun basilus. Antibiotika ini juga efektif melawan
bakteri gram negatif coccus, khusunya Neisseria spp. Antibiotika turunan makrolida
ini pada umumnya dihasilkan oleh Streptomyces sp dan mempunyai 5 bagian struktur
dengan karakteristik sebagai berikut:

 Cincin lakton yang besar, biasanya mengandung 12-17 atom Gugus keton
 Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dengan cincin
lakton
 Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton.
 Gugus dimetilamino pada residu gula yang menyebabkan sifat basa dari
senyawa dan memungkinkan untuk dibuat bentuk garamnya

Obat-obat ynag termasuk golongan turunan makrolida adalah erythromisin,


oleandomisin, klaritromisin, fluritromisin, diritromisin, dan azitromisin.

f. Linkomisin

Turunan linkomisin merupakan senyawa bakteriostatika, yang pada kadar tinggi


dapat bersifat bakterisid. Senyawa ini dapat diisolasi dari Actinomycetes,
Streptomyces dan

18
Hubungan struktur molekul dan aktivitas antibiotik dari turunan linkomisin sebagai
berikut:

 N-demetilasi memberikan aktivitas melawan bakteri gram


negative. 67
 Bertambahnya panjang rantai substituent propil hingga n-heksil pada posisi
C4 pada gugus pirolidin meningkatkan aktivitas in vivo.
 Thiometil eter pada gugus thiolinkosamida adalah penting untuk aktivitas
antibakteri.
 Modifikasi struktur pada posisi C7 , seperti penambahan 7-S kloro, atau 7R-
OCH3 akan mengubah sifat fisikokimia obat dan mempengaruhi sifat
farmakokinetika dan spektrum aktivitasnya. Efek samping yg umumnya
terjadi adalah ruam kulit, mual, muntah dan diare.

f. Lain – lain
Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini adalah kloramfenikol, rifampisin
dan mupirosin. Masing-masing antibiotik dari golongan lain-lain ini dijelaskan
sebagai berikut:
1. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotika spektrum luas yang bersifat
bakteriostatik. Obat ini merupakan obat pilihan untuk pengobatan demam
tifoid akut yang disebabkan oleh Salmonella sp. Kloramfenikol diisolasi dari
Streptomyces venezuele oleh Ehrlich et al pada tahun 1947. Kemampuan

19
kloramfenikol menembus system saraf pusat menjadikannya alternative untuk
pengobatan meningitis dan sebagai anti riketsia.

Gambar struktur kloramfenikol

Hubungan struktur dan aktivitas kloramfenikol dijelaskan sebagai berikut:


 Modifikasi gugus p-nitrofenol dapat dilakukan melalui beberapa cara yakni :
a. Penggantian gugus nitro oleh substituent lainnya akan menurunkan aktivitas
antibakteri.
b. Pemindahan posisi gugus nitro dari posisi para juga akan menurunkan
aktivitas antibakteri.
c. Penggantian gugus fenil oleh gugus alisiklik akan menghasilkan senyawa
yang kurang poten.
 Modifikasi pada rantai samping dikloroasetamida, rantai samping dihalogen
lainnya akan menghasilkan senyawa yang kurang poten, meski aktivitas
utama tetap ada.
 Modifikasi 1,3 propanadiol , bila gugus alkohol pada C1 diubah akan
menurunkan aktivitas. Sehingga adanya gugus alkohol pada senyawa ini
penting untuk aktivitas antibakterinya.

2. Rifampicin
Rifampisin diisolasi dari fermentasi kultur Nocardia mediterranea dan
merupakan antibiotika dengan spektrum aktivitas yang luas. Pada umumnya
rifampisin digunakan sebagai obat antituberkulosis. Gambar struktur
rifampicin dapat di lihat di bawah ini:

20
C. Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Pemahaman mengenai sifat farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik


sangat diperlukan untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotic secara tepat. Agar
dapat menunjukkan aktivitasnya sebagai bakterisida ataupun bakteriostatik, antibiotik
harus memiliki beberapa sifat berikut ini:

1. Aktivitas mikrobiologi. Antibiotik harus terikat pada tempat ikatan


spesifiknya (misalnya ribosom atau ikatan penisilin pada protein).
2. Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi kadar
antibiotik semakin banyak tempat ikatannya pada sel bakteri.
3. Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang cukup
memadai agar diperoleh efek yang adekuat.
4. Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlah minimal obat yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Secara umum terdapat
dua kelompok antibiotik berdasarkan sifat farmakokinetikanya, yaitu;

a. Time dependent killing. Lamanya antibiotik berada dalam darah dalam kadar di
atas KHM sangat penting untuk memperkirakan outcome klinik ataupun
kesembuhan. Pada kelompok ini kadar antibiotic dalam darah di atas KHM paling
tidak selama 50% interval dosis.

21
Contoh antibiotik yang tergolong time dependent killing antara lainenisilin,
sefalosporin, dan makrolida).

b. Concentration dependent. Semakin tinggi kadar antibiotika dalam darah


melampaui KHM maka semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap bakteri. Untuk
kelompok ini diperlukan rasio kadar/KHM sekitar 10. Ini mengandung arti bahwa
rejimen dosis yang dipilih haruslah memiliki kadar dalam serum atau jaringan 10 kali
lebih tinggi dari KHM. Jika gagal mencapai kadar ini di tempat infeksi atau
jaringanakan mengakibatkan kegagalan terapi. Situasi inilah yang selanjutnya
menjadi salah satu penyebab timbulnya resistensi.

D. Interaksi dan Efek Samping Obat

Pemberian antibiotik secara bersamaan dengan antibiotik lain, obat lain atau
makanan dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Efek dari interaksi yang
dapat terjadi cukup beragam mulai dari yang ringan seperti penurunan absorpsi obat
atau penundaan absorpsi hingga meningkatkan efek toksik obat lainnya. Sebagai
contoh pemberian siprofloksasin bersama dengan teofilin dapat meningkatkan kadar
teofilin dan dapat berisiko terjadinya henti jantung atau kerusakan otak permanen.
Demikian juga pemberian doksisiklin bersama dengan digoksin akan meningkatkan
efek toksik dari digoksin yang bisa fatal bagi pasien. Data interaksi obat-antibiotik
sebagaimana diuraikan di bawah ini.

DATA INTERAKSI OBAT-ANTIBIOTIK

A.Sefalosporin

Obat Interaksi

Antasida Absorpsi sefaklor dan sefpodoksim dikurangi oleh antasida


Antibakteri Kemungkinan adanya peningkatan risiko nefrotoksisitas bila
sefalosporin diberikan bersama aminoglikosida

22
Antikoagulan Sefalosporin mungkin meningkatkan efek antikoagulan
kumarin

Probenesid Ekskresi sefalosporin dikurangi oleh probenesid (peningkatan


kadar plasma)

Obat ulkus Absorpsi sefpodoksim dikurangi oleh antagonis histamin H2


peptik
Antibakteri menginaktivasi vaksin tifoid oral
Vaksin

B.Penisilin

Allopurinol Peningkatan risiko rash bila amoksisilin atau ampisilin


diberikan bersama allopurinol

Antibakteri Absorpsi fenoksimetilpenisilin dikurangi oleh neomisin; efek


penisilin mungkin diantagonis oleh tetrasiklin

Antikoagulan Pengalaman yang sering ditemui di klinik adalah bahwa INR


bisa diubah oleh pemberian rejimen penisilin spektrum luas
seperti ampisilin, walaupun studi tidak berhasil
menunjukkan interaksi dengan kumarin atau fenindion

Sitotoksik Penisilin mengurangi ekskresi metotreksat (peningkatan risiko


toksisitas)

Relaksan otot Piperasilin meningkatkan efek relaksan otot nondepolarisasi dan


suksametonium

Probenesid Ekskresi penisilin dikurangi oleh probenesid (peningkatan


kadar plasma
Sulfinpirazon Ekskresi penisilin dikurangi oleh sulfinpirazon

Vaksin Antibakteri menginaktivasi vaksin tifoid oral

23
C. Aminoglikosida

Obat Interaksi

Agalsidase alfa Gentamisin mungkin menghambat efek agalsidase alfa dan beta
dan (produsen agalsidase alfa dan beta menganjurkan untuk
beta menghindari pemberian secara bersamaan)

Analgetik Kadar plasma amikasin dan gentamisin pada neonatus


mungin ditingkatkan oleh indometasin

Antibakteri Neomisin mengurangi absorpsi fenoksimetilpenisilin; peningkatan


risiko nefrotoksisitas bila aminoglikosida
diberikan bersama kolistin atau polimiksin; peningkatan
risiko nefrotoksisitas dan ototoksisistas bila aminoglikosida
diberikan bersama kapreomisin atau vankomisin; kemungkinan
peningkatan risiko nefrotoksisitas bila aminoglikosida diberikan
bersama sefalosporin
Antikoagulan Pengalaman di klinik menunjukkan bahwa INR mungkberubah
bila neomisin (diberikan untuk kerja lokal diusus) diberikan
bersama kumarin atau fenindion

Antidiabetika Neomisin mungkin meningkatkan efek hipoglikemik


akarbosa, juga keparahan efek gastrointestinalnya akan meningkat

Antijamur Peningkatan risiko nefrotoksisitas bila aminoglikosida


diberikan bersama amfoterisin

Bifosfonat Peningkatan risiko hipokalsemia bila aminoglikosida


diberikan bersama bifosfonat

Glikosida Neomisin mengurangi absorpsi digoksin; gentamisin


jantung mungkin meningkatkan kadar digoksin plasma

Siklosporin Peningkatan risiko nefrotoksisitas bila aminoglikosida


diberikan bersama siklosporin

Sitotoksik Neomisin mungkin mengurangi absorpsi metotreksat;

24
neomisin menurunkan bioavailabilitas sorafenib;
peningkatan risiko nefrotoksisitas dan mungkin juga
ototoksisitas bila aminoglikosida diberikan bersama
senyama platinum

Diuretika Peningkatan risiko ototoksisitas bila aminoglikosida


diberikan bersama loop diuretic

Relaksan otot Aminoglikosida meningkatkan efek relaksan otot nondepolarisasi


dan suksametonium
Parasimpatomimetika Aminoglikosida mengantagonis egek
neostigmin dan piridostigmin
Takrolimus Peningkatan risiko nefrotoksisitas bila aminoglikosida
diberikan bersama takrolimus
Vaksin Antibakteri menginaktivasi vaksin oral tifoid

D. Kuinolon

Obat Interaksi
Analgetik Kemungkinan peningkatan risiko konvulsi bila kuinolon
diberikan bersama NSAID, produsen siprofloksasin memberi
anjuran untuk menghindari premedikasi dengan analgetika
opioid (penurunan kadar siprofloksasin plasma) bila
siprofloksasin digunakan untuk profilaksis bedah

Antasid Absorpsi siprofloksasin, levofloksasin, moksifloksasin,


norfloksasin, dan ofloksasin dikurangi oleh antasida

Antiaritmia Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila levofloksasin atau


moksifloksasin diberikan bersama amiodaron – hindari
pemberian secara bersamaan; peningkatan risiko aritmia
ventrikel bila moksifloksasin diberikan bersama disopiramid –
hindari pemberian secara bersamaan

Antibakteri Peningkatan risiko artimia ventrikel bila moksifloksasin


diberikan bersama eritromisin parenteral – hindari pemberian
secara bersamaan; efek asam nalidiksat mungkin diantagonis
oleh nitrofurantoin
Antikoagulan Siprofloksasin, asam nalidiksat, norfloksasin, dan
ofloksasin meningkatkan efek antikoagulan kumarin

25
levofloksasin mungkin meningkatkan efek antikoagulan
kumarin dan fenindion

Antidepresan Siprofloksasin menghambat metabolisme duloksetin hindari


penggunaan secara bersamaan; produsen agomelatin
menganjurkan agar menghindari pemberian siprofloksasin;
peningkatan risiko aritmia ventrikel bila moksifloksasin
diberikan bersama antidepresan trisiklik – hindari pemberian
secara bersamaan
Antidiabetik Norfloksasin mungkin meningkatkan efek glibenklamid

Antiepilepsi Siprofloksasin meningkatkan atau menurunan kadar


fenitoin plasma
Zinc Absorpsi siprofloksasin, levofloksasin, moksifloksasin,
norfloksasin, dan ofloksasin dikurangi oleh zinc
Vaksin Antibakteri menginaktivasi vaksin tifoid oral
Obat ulkus Absorpsi siprofloksasin, levofloksasin, moksifloksasin,
peptik norfloksasin, dan ofloksasin dikurangi oleh sukralfat

Teofilin Kemungkinan peningkatan risiko konvulsi bila


kuinolon diberikan bersama teofilin; siprofloksasin dan
norfloksasin meningkatkan kadar teofilin plasma

Strontium Absorpsi kuinolon dikurangi oleh strontium ranelat


ranelat (produsen strontium ranelat menganjurkan untuk
menghindari penggunaan secara bersamaan)

Sevelamer Bioavailabilitas siprofloksasin dikurangi oleh sevelamer

Probenesid Ekskresi siprofloksasin, asam nalidiksat, dan


norfloksasin diturunkan oleh probenesid (peningkatan
kadar plasma)

isetionat Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila


moksifloksasin diberikan bersama pentamidin isetionat
– hindari penggunaan secara bersamaan

Mungkin menurunkan bioavailabilitas mikofenolat


Pentamidin

26
Mikofenolat

Relaksan otot Norfloksasin mungkin meningkatkan kadar tizanidin


plasma (peningkatan risiko toksisitas); siprofloksasin
meningkatkan kadar tizanidin plasma (peningkatan
risiko toksisitas) – hindari penggunaan secara
bersama-sama

Absorpsi kuinolon dikurangi oleh lanthanum


Lanthanum (diberikan minimal 2 jam sebelum atau 4 jam sesudah
lanthanum)

Besi Absorpsi siprofloksasin, levofloksasin, moksifloksasin,


norfloksasin, dan ofloksasin dikurangi oleh zat besi
oral
Dopaminergik Siprofloksasin meningkatkan kadar rasagilin plasma;
siprofloksasin menghambat metabolisme ropinirol
(peningkatan kadar plasma).
Agonis 5HT1: kuinolon mungkin menghambat
metabolisme zolmitriptan (menurunkan dosis
zolmitriptan)

Produk susu Absorpsi siprofloksasin dan norfloksasin dikurangi


oleh produk susu

Sitotoksik Asam nalidiksat meningkatkan risiko toksisitas melfalan;


siprofloksasin mungkin menurunkan
ekskresi metotreksat (peningkatan risiko toksisitas);
siprofloksasin meningkatkan kadar erlotinib plasma;
peningkatan risiko aritmia ventrikel bila levofloksasin
atau moksifloksasin diberikan bersama arsenik
trioksida

Klopidogrel Siprofloksasin mungkin menurunkan efek antitrombotik


klopidogrel

Siklosporin Peningkatan risiko nefrotoksisitas bila kuinolon diberikan


bersama siklosporin

Garam kalsium Absorpsi siprofloksasin dikurangi oleh garam kalsium

27
Beta-bloker Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila moksifloksasin
diberikan bersama sotalol – hindari pemberian secara
bersamaan

Atomoksetin Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila


moksifloksasin diberikan bersama atomoksetin

Antipsikosis Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila


moksifloksasin diberikan bersama benperidol –
produsen benperidol menganjurkan agar menghindari
penggunaan secara bersamaan; peningkatan risiko
aritmia ventrikle bila moksifloksasin diberikan
bersama droperidol, haloperidol, fenotiazin, pimozid,
atau zuklopentiksol – hindari penggunaan secara
bersamaan; siprofloksasin meningkatkan kadar
klozapin plasma; siprofloksasin mungkin
meningkatkan kadar olanzapin plasma

Antimalaria Produsen artemeter/lumefantrin menganjurkan agar


menghindari kuinolon; peningkatan risiko aritmia
ventrikel bila oksifloksasin diberikan bersama
klorokuin dan hidroksiklorokuin, meflokuin, atau
kuinin – hindari penggunaan secara bersama-sama

Antihistamin Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila oksifloksasin


diberikan bersama mizolastin – hindari penggunaan
secara bersamaan

28
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A,. 1990. Penggunaan Antibiotik dan Infeksi Nosokomial. Majalah Medika.
Nomor 8 (16), 642 – 645.
Cartika, Harpolita, 2016, Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi-KIMIA FARMASI,
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No.2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik

29

Anda mungkin juga menyukai