PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
B. Rumusan masalah
1.1 Apakah pengertian dari antibiotika ?
1.2 Apakah penggolongan dari antibiotika ?
1.3 Bagaimana proses farmakokinetika obat dari antibiotika ?
1.4 Bagaimana interaksi obat dari antibiotika ?
C. Tujuan
1.1 Mengetahui pengertian dari antibiotika
1.2 Mengetahui penggolongan dari antibiotika
1.3 Mengetaui proses farmakokinetika obat dari antibiotika
1.4 Mengetahui interaksi obat dari antibiotika
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Antibiotika
2
Pada tahun 1929 Alexander Fleming secara tidak sengaja menemukan
sifat antibakteria dari penisilin. Penemuan ini kemudian dianggap sebagai
tonggak kelahiran era antibiotika modern. Meski demikian, penisilin baru
dipergunakan dalam terapi infeksi pada tahun 1939 oleh Florey dan Chain, dan
sejak saat itulah eksploitasi terhadap penemuan ini baru benar-benar terealisasi.
Berabad-abad yang lalu, manusia telah mempelajari berbagai macam ramuan
yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi topical, yang saat ini
diasumsikan bahwa ramuan tersebut efektif mengobati infeksi karena adanya
bahan-bahan antibiotika dalam ramuan tersebut.
B. Penggolongan Antibiotika
3
1. Berdasarkan Spektrum Aktivitasnya
Berdasarkan spektrum aktivitasnya, antibiotika dibagi menjadi dua yaitu
(1) antibiotika spektrum luas dan (2) antibiotika spektrum sempit.
Antibiotika spektrum luas merupakan antibiotika yang efektif terhadap
bakteri gram positif dan gram negatif. Adapun obat-obat yang tergolong
dalam antibiotika spektrum luas diantaranya adalah tetrasiklin, amfenikol,
aminoglikosida, makrolida, rifampisin, ampisilin, amoksisilin,
bakampisilin, karbenisilin, hetasilin, pivampisilin, sulbenisilin, tikarsilin,
dan sebagian sefalosporin.
Adapun antibiotika spektrum sempit merupakan antibiotika yang efektif
hanya pada bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja. Adapun
pembagian antibiotika spektrum sempit beserta contoh obatnya yakni :
Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram positif yakni
basitrasin,eritromisin, benzilpenisilin, penisilin G prokain,
penisilin V, fenetisilin K, metisilin Na, nafsilin Na, Oksasilin Na,
Kloksasilin Na, dikloksasilin Na, floksasilin, linkosamida, asam
fusidat.
Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram negative yakni
kolistin, polimiksin B sulfat, sulfomisin.
Antibiotika yang efektif terhadap mycobacteriaceae yakni
streptomisin, kanamisin, sikloserin, rifampisin, viomisin,
kapreomisin.
Antibiotika yang efektif terhadap jamur yakni griseofulvin,
nistatin, amfoterisin B dan kandisidin.
Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (antikanker) yakni
aktinomisin, bleomisin, aunorubisin, doksorubisin, mitomisin,
mitramisin.
2. Berdasarkan Mekanisme Kerjanya
Penggolongan atau klasifikasi antibiotika berdasarkan mekanisme
kerjanya dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Antibiotika yang menghambat sintesa dinding sel bakteri contohnya
penisilin, sefalosporin, karbapenem, vankomisin, basitrasin,
fosfomisin dan isoniazid
4
b. Antibiotika yang bekerja langsung pada membran sel bakteri,
mempengaruhi permeabilitas membran dan menyebabkan kebocoran
sel, contohnya polimiksin dan daptomisin.
c. Antibiotika yang menghambat pembentukan DNA/RNA, contohnya
kuinolon dan rifampin
d. Antibiotika yang menghambat pembentukan protein pada ribosom
contohnya eritromisin, klindamisin, sinercyd, pleuromutilin yang aktif
pada ribosom sub unit 50S, aminoglikosida, gentamisin, streptomisin,
tetrasiklin, glycylcyclin aktif pada ribosom sub unit 30S dan linezolid
yang aktif baik pada ribosom 50S dan 30S.
e. Antibiotika yang menghambat sintesa asam folat di dalam sitoplasma
contohnya sulfonamida dan trimetoprim.
3. Berdasarkan Struktur Kimianya
Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi
enam kelompok yakni :
a. Antibiotik β laktam
b. Aminoglikosida
c. Tetrasiklin
d. Polipeptida
e. Makrolida
f. Linkomisin
a. Antibiotik β laktam
5
chrysogenum karena menghasilkan lebih banyak penisilin. Struktur dasar penisilin
terdiri atas cincin thiazolidin yang menyatu dengan cincin β lactam, seperti
ditampilkan pada Gambar 2.2. Kedua cincin ini merupakan inti dari turunan penisilin
serta diberi nama 6-amino-penicillanic acid (6-APA). Berbagai turunan penisilin
semisintetis kemudian diproduksi dengan memodifikasi rantai samping yang terikat
pada 6-APA. Baik rantai samping dan 6-APA, keduanya penting untuk aktivitas
antibakteri dari turunan penisilin.
6
2. Aminopenisilin
Ciri atau karakteristik Aminopenisilin adalah:
memiliki spektrum aktivitas yang luas melawan bakteri gram negatif dan
gram positif;
tidak efektif terhadap pseudomonas aeruginosa.
Contoh:
7
3. Antipseudomonal penisilin (carboxy penicillin)
Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok
antipseudomonal penisilin (carboxy penicillin)
8
4. Ureidopenisilin
Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok
Ureidopenisilin
9
Hubungan struktur aktivitas turunan penisilin
Penisilin yang tahan asam, karena adanya gugus penarik electron seperti
gugus fenoksi yang terikat pada rantai samping amino. Gugus tersebut mencegah
penataulangan penisilin menjadi asam penilat yang terjadi dalam suasana asam.
Penisilin yang tahan terhadap β-laktamase, karena adanya gugus meruah
(bulky) pada rantai samping amino, misalnya cincin aromatic yang pada kedudukan
orto mengandung gugus halogen atau metoksi
Penisilin dengan spektrum luas yaitu karena ada gugus hidrofil seperti
NH2 pada rantai samping sehingga penembusan obat melalui pori saluran protein
membran terluar bakteri gram-negatif menjadi lebih besar.
Penisilin yang aktif terhadap bakteri gram negatif dan Pseudomonas
aeruginosa disebabkan adanya gugus asidik pada rantai samping seperti COOH,
SO3H, dan – NHCO-.
Penisilin yang bekerja sebagai prodrug (pra-obat), didapatkan melalui
cara-cara berikut ini :
10
dibuat dalam bentuk garamnya, contoh: prokain penisilin G, dan benzatin
penisilin G;
menutupi gugus amino bebas, missal yang terdapat pada struktur ampisilin,
dengan membentuk garam amida yang akan diurai kembali pada in vivo
contoh : piperasilin, azlosilin, mezlosilin dan apalsilin;
membentuk ester pada gugus karboksil yang terikat pada atom C3, contoh :
bakampisilin, pivampisilin, dan talampisilin.
Penggolongan Sefalosporin
11
Obat-obat Sefalosporin Generasi I memiliki aktivitas yang tinggi terhadap bakteri
gram positif namun aktivitasnya rendah terhadap bakteri gram negatif. Obat-obat
yang masuk dalam Sefalosporin Generasi I
12
Sefalosporin Generasi II
Turunan Sefalosporin Generasi II ini lebih aktif terhadap bakteri gram negatif
dan tidak terlalu aktif terhadap bakteri gram positif bila dibandingkan dengan
Sefalosporin Generasi I. Obat-obat yang masuk dalam Sefalosporin Generasi II
13
Sefalosporin Generasi IV
Obat-obat dalam kelompok Sefalosporin Generasi IV ini memiliki spektrum yang
lebih luas dalam melawan bakteri dibandingkan turunan sefalosporin sebelumnya.
Struktur Sefalosporin
14
modifikasi substituent pada posisi C7 untuk mengubah spektrum
aktivitasnya.
o Adanya gugus pendorong electron pada posisi C3 dapat meningkatkan
aktivitas antibakteri.
o Aktivitas biologis sangat bergantung pada rantai samping yang terikat
pada posisi C7. Substitusi gugus metoksi pada posisi C7 seperti pada
sefamisin dapat meningkatkan ketahanan terhadap β laktamase.
o Pergantian isosterik dari atom S pada cincin dihidrotiazin dengan atom
O menghasilkan oksasefamisin atau oksasefem, menunjukkan
spektrum antibakteri yang lebih luas.
b. Aminoglikosida
15
Antibiotika turunan aminoglikosida umumnya terdiri atas dua atau lebih gula
amino yang terhubung melalui ikatan glikosida dengan 1,3 diaminosiklo heksana
(aminosiklisito). Dengan demikian aminoglikosida memiliki dua struktur utama yang
penting yakni gula amino dan cincin aminosiklisito. Pada hampir semua
aminoglikosida cincin tersebut adalah 2-deoksi streptamin, kecuali pada streptomisin
dan dehidrostreptomisin, dimana cincin tersebut adalah streptidin. Berikut penjelasan
lebih lanjut tentang struktur utama turunan aminoglikosida.
c. Tetrasiklin
Penggolongan Tetrasiklin
Tetrasiklin alami
Tetrasik;in sintetis
16
hubungan struktur dan aktivitas turunan Tetrasiklin :
d.. Polipeptida
Antibiotika turunan polipeptida memiliki struktur polipeptida yang kompleks,
yang resisten terhadap protease hewan dan tumbuhan. Antibiotika ini juga memiliki
gugus lipid selain gugus amino yang tidak dimiliki oleh hewan dan tumbuhan. Obat-
obat golongan ini adalah basitrasin polimiksin , ampomisin, tirotrisin, dan
vankomisin.
17
e. Makrolida
Cincin lakton yang besar, biasanya mengandung 12-17 atom Gugus keton
Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dengan cincin
lakton
Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton.
Gugus dimetilamino pada residu gula yang menyebabkan sifat basa dari
senyawa dan memungkinkan untuk dibuat bentuk garamnya
f. Linkomisin
18
Hubungan struktur molekul dan aktivitas antibiotik dari turunan linkomisin sebagai
berikut:
f. Lain – lain
Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini adalah kloramfenikol, rifampisin
dan mupirosin. Masing-masing antibiotik dari golongan lain-lain ini dijelaskan
sebagai berikut:
1. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotika spektrum luas yang bersifat
bakteriostatik. Obat ini merupakan obat pilihan untuk pengobatan demam
tifoid akut yang disebabkan oleh Salmonella sp. Kloramfenikol diisolasi dari
Streptomyces venezuele oleh Ehrlich et al pada tahun 1947. Kemampuan
19
kloramfenikol menembus system saraf pusat menjadikannya alternative untuk
pengobatan meningitis dan sebagai anti riketsia.
2. Rifampicin
Rifampisin diisolasi dari fermentasi kultur Nocardia mediterranea dan
merupakan antibiotika dengan spektrum aktivitas yang luas. Pada umumnya
rifampisin digunakan sebagai obat antituberkulosis. Gambar struktur
rifampicin dapat di lihat di bawah ini:
20
C. Farmakokinetik dan Farmakodinamik
a. Time dependent killing. Lamanya antibiotik berada dalam darah dalam kadar di
atas KHM sangat penting untuk memperkirakan outcome klinik ataupun
kesembuhan. Pada kelompok ini kadar antibiotic dalam darah di atas KHM paling
tidak selama 50% interval dosis.
21
Contoh antibiotik yang tergolong time dependent killing antara lainenisilin,
sefalosporin, dan makrolida).
Pemberian antibiotik secara bersamaan dengan antibiotik lain, obat lain atau
makanan dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Efek dari interaksi yang
dapat terjadi cukup beragam mulai dari yang ringan seperti penurunan absorpsi obat
atau penundaan absorpsi hingga meningkatkan efek toksik obat lainnya. Sebagai
contoh pemberian siprofloksasin bersama dengan teofilin dapat meningkatkan kadar
teofilin dan dapat berisiko terjadinya henti jantung atau kerusakan otak permanen.
Demikian juga pemberian doksisiklin bersama dengan digoksin akan meningkatkan
efek toksik dari digoksin yang bisa fatal bagi pasien. Data interaksi obat-antibiotik
sebagaimana diuraikan di bawah ini.
A.Sefalosporin
Obat Interaksi
22
Antikoagulan Sefalosporin mungkin meningkatkan efek antikoagulan
kumarin
B.Penisilin
23
C. Aminoglikosida
Obat Interaksi
Agalsidase alfa Gentamisin mungkin menghambat efek agalsidase alfa dan beta
dan (produsen agalsidase alfa dan beta menganjurkan untuk
beta menghindari pemberian secara bersamaan)
24
neomisin menurunkan bioavailabilitas sorafenib;
peningkatan risiko nefrotoksisitas dan mungkin juga
ototoksisitas bila aminoglikosida diberikan bersama
senyama platinum
D. Kuinolon
Obat Interaksi
Analgetik Kemungkinan peningkatan risiko konvulsi bila kuinolon
diberikan bersama NSAID, produsen siprofloksasin memberi
anjuran untuk menghindari premedikasi dengan analgetika
opioid (penurunan kadar siprofloksasin plasma) bila
siprofloksasin digunakan untuk profilaksis bedah
25
levofloksasin mungkin meningkatkan efek antikoagulan
kumarin dan fenindion
26
Mikofenolat
27
Beta-bloker Peningkatan risiko aritmia ventrikel bila moksifloksasin
diberikan bersama sotalol – hindari pemberian secara
bersamaan
28
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A,. 1990. Penggunaan Antibiotik dan Infeksi Nosokomial. Majalah Medika.
Nomor 8 (16), 642 – 645.
Cartika, Harpolita, 2016, Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi-KIMIA FARMASI,
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No.2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik
29