Anda di halaman 1dari 26

BAB II

HUBUNGAN STRUKTUR-AKTIVITAS
OBAT-OBAT ANTIBIOTIKA

Bab II ini kita akan membahas mengenai antibiotika. Tahukah anda apa itu antibiotika?
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki
kemampuan menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme. Pada awalnya
antibiotika diisolasi dari mikroorganisme, dan dalam perkembangannya antibiotik kemudian
diproduksi massal melalui sintesa kimia.
Dalam dunia farmasi, sediaan antibiotika banyak digunakan sebagai terapi untuk
berbagai penyakit infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri gram positif maupun bakteri
gram negatif. Meski demikian, beberapa turunan antibiotika juga dapat digunakan sebagai
antikanker karena bersifat pancidal.
Adapun struktur kimia dari antibiotika sangatlah bervariasi. Antibiotika dikelompokkan
ke dalam beberapa kelompok sebagaimana yang akan dibahas pada Topik 1 dari Bab II ini. Di
dalam Bab II ini, kita akan membahas sejarah dan definisi antibiotika, penggolongan
antibiotika dan hubungan struktur aktivitas antibiotika.
Setelah Anda mempelajari materi yang disajikan dalam Bab Il ini dengan sungguh-
sungguh, maka di akhir proses pembelajaran Anda diharapkan mampu :
a. menjelaskan sejarah dan definisi antibiotika;
b. menjelaskan penggolongan antibiotika;
c. menjelaskan hubungan struktur aktivitas antibiotika.

1
Topik 1
Hubungan Struktur Aktivitas
Obat-obat Antibiotika

A. PENDAHULUAN

Pada pembelajaran kali ini kita akan membahas mengenai antibiotika. Masih ingatkah
anda sejarah penemuan antibiotika? Pada tahun 1929 Alexander Fleming secara tidak
sengaja menemukan sifat antibakteria dari penisilin. Penemuan ini kemudian dianggap
sebagai tonggak kelahiran era antibiotika modern. Meski demikian, penisilin baru
dipergunakan dalam terapi infeksi pada tahun 1939 oleh Florey dan Chain, dan sejak saat
itulah eksploitasi terhadap penemuan ini baru benar-benar terealisasi. Berabad-abad yang
lalu, manusia telah mempelajari berbagai macam ramuan yang digunakan untuk mengobati
penyakit infeksi topical, yang saat ini diasumsikan bahwa ramuan tersebut efektif mengobati
infeksi karena adanya bahan-bahan antibiotika dalam ramuan tersebut.
Istilah antibiotika berasal dari kata antibiosis yang berarti ‘melawan hidup’. Istilah ini
digagas oleh Ied Vuillemin yang mendefinisikan antibiosis sebagai konsep biologis
kelangsungan hidup, dimana suatu organisme menghancurkan organisme lainnya demi
bertahan hidup. Pada tahun 1942, Waksman mendefinisikan antibiotika sebagai bahan kimia
yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan
atau mematikan mikroorganisme. Definisi inilah yang kemudian digunakan hingga saat ini.
Meski demikian dengan berkembang pesatnya antibiotika, maka dibuatlah batasan-batasan
pengertian mengenai antibiotika. Sehingga suatu bahan kimia digolongkan ke dalam
antibiotika bilamana bahan kimia tersebut :
1. merupakan produk metabolisme, meskipun dalam produksinya dilakukan melalui
sintesa kimia;
2. merupakan produk sintesa yang diproduksi sebagai struktur analog dari antibiotika
alamiah;
3. dapat menghambat pertumbuhan satu atau lebih mikroorganisme;
4. efektif pada konsentrasi rendah.

Kita telah mempelajari mengenai sejarah dan definisi antibiotika. Bahasan selanjutnya
adalah mengenai penggolongan antibiotika. Antibiotika dapat diklasifikasikan berdasarkan
spektrum aktivitasnya maupun mekanisme kerja dan struktur kimianya. Mari kita bahas satu
per satu mengenai penggolongan antibiotika ini pada bahasan selanjutnya.

2
B. PENGGOLONGAN ANTIBIOTIKA

1. Berdasarkan spektrum aktivitasnya


Berdasarkan spektrum aktivitasnya, antibiotika dibagi menjadi dua yaitu (1) antibiotika
spektrum luas dan (2) antibiotika spektrum sempit. Antibiotika spektrum luas merupakan
antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Adapun obat-obat
yang tergolong dalam antibiotika spektrum luas diantaranya adalah tetrasiklin, amfenikol,
aminoglikosida, makrolida, rifampisin, ampisilin, amoksisilin, bakampisilin, karbenisilin,
hetasilin, pivampisilin, sulbenisilin, tikarsilin, dan sebagian sefalosporin.
Adapun antibiotika spektrum sempit merupakan antibiotika yang efektif hanya pada
bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja. Adapun pembagian antibiotika spektrum
sempit beserta contoh obatnya yakni :
 Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram positif yakni basitrasin,eritromisin,
benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, fenetisilin K, metisilin Na, nafsilin Na,
Oksasilin Na, Kloksasilin Na, dikloksasilin Na, floksasilin, linkosamida, asam fusidat.
 Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram negatif yakni kolistin, polimiksin B
sulfat, sulfomisin.
 Antibiotika yang efektif terhadap mycobacteriaceae yakni streptomisin, kanamisin,
sikloserin, rifampisin, viomisin, kapreomisin.
 Antibiotika yang efektif terhadap jamur yakni griseofulvin, nistatin, amfoterisin B dan
kandisidin.
 Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (antikanker) yakni aktinomisin, bleomisin,
daunorubisin, doksorubisin, mitomisin, mitramisin.

3
2. Berdasarkan mekanisme kerjanya
Klasifikasi atau penggolongan antibiotika berdasarkan mekanisme kerjanya ditampilkan
pada Gambar 2.1. berikut.

(Sumber : https://online.science.psu.edu/micrb106_wd/node/6053 )

Gambar 2.1. Penggolongan Antibiotika Berdasarkan mekanisme kerjanya

Penggolongan atau klasifikasi antibiotika berdasarkan mekanisme kerjanya dibagi menjadi 5


yaitu:
a. Antibiotika yang menghambat sintesa dinding sel bakteri, contohnya penisilin,
sefalosporin, karbapenem, vankomisin, basitrasin, fosfomisin dan isoniazid
b. Antibiotika yang bekerja langsung pada membran sel bakteri, mempengaruhi
permeabilitas membran dan menyebabkan kebocoran sel, contohnya polimiksin dan
daptomisin.
c. Antibiotika yang menghambat pembentukan DNA/RNA, contohnya kuinolon dan
rifampin
d. Antibiotika yang menghambat pembentukan protein pada ribosom, contohnya
eritromisin, klindamisin, sinercyd, pleuromutilin yang aktif pada ribosom sub unit 50S,
aminoglikosida, gentamisin, streptomisin, tetrasiklin, glycylcyclin aktif pada ribosom
sub unit 30S dan linezolid yang aktif baik pada ribosom 50S dan 30S.
e. Antibiotika yang menghambat sintesa asam folat di dalam sitoplasma contohnya
sulfonamida dan trimetoprim.

4
3. Berdasarkan struktur kimianya
Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi enam
kelompok yakni :
a. Antibiotika β laktam
b. Aminoglikosida
c. Tetrasiklin
d. Polipeptida
e. Makrolida
f. Linkomisin
g. Lain-lain

Pada pembahasan selanjutnya antibiotika akan dibahas berdasarkan struktur kimia


dan pembahasan hubungan struktur aktivitas disajikan pada tiap kelompok antibiotika.

a. Antibiotika β laktam
Antibiotika β laktam terdiri atas 2 sub kelompok yaitu (1) antibiotika turunan penisilin
dan (2) antibiotoka turunan sefalosporin.

1) Antibiotika Turunan Penisilin


Penisilin merupakan antibiotika paling penting yang pertama kali diekstraksi dari
Penicillium notatum. Selanjutnya, untuk produksi komersial digunakan P. chrysogenum
karena menghasilkan lebih banyak penisilin. Struktur dasar penisilin terdiri atas cincin
thiazolidin yang menyatu dengan cincin β lactam, seperti ditampilkan pada Gambar 2.2.
Kedua cincin ini merupakan inti dari turunan penisilin serta diberi nama 6-amino-penicillanic
acid (6-APA). Berbagai turunan penisilin semisintetis kemudian diproduksi dengan
memodifikasi rantai samping yang terikat pada 6-APA. Baik rantai samping dan 6-APA,
keduanya penting untuk aktivitas antibakteri dari turunan penisilin.

Figure 2.2. Struktur Dasar dan Rantai Samping Penisilin

5
Tabel 2.1. Penamaan turunan Penisilin berdasarkan rantai samping yang terikat pada 6-APA

Contoh dan penamaan turunan penisilin semisintesis berdasarkan rantai


sampung yang terikat pada 6-APA ditampilkan pada Tabel 2.1. berikut.
Klasifikasi Penisilin

Antibiotika turunan Penisilin dapat diklasifikan lebih lanjut menjadi 5 yaitu:

a) Penisilin yang peka terhadap penisilinase


Ciri atau karakteristik penisilin yang peka terhadap penisilinase adalah:
1. memiliki potensi yang baik melawan staphylococcus dan
streptococcus;
2. berguna melawan beberapa coccus gram positif;
3. tidak efektif terhadap basilus gram negatif.

6
Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang peka terhadap
penisilinase ditampilkan pada Tabel 2.2. berikut.

Tabel 2.2. Antibiotik turunan Penisilin yang peka terhadap penisilinase

b) Aminopenisilin
Ciri atau karakteristik Aminopenisilin adalah:
1. memiliki spektrum aktivitas yang luas melawan bakteri gram negatif
dan gram positif;
2. tidak efektif terhadap pseudomonas aeruginosa.

7
Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan
kelompok aminopenisilin ditampilkan pada Tabel 2.3.
berikut.

Tabel 2.3. Antibiotik turunan Penisilin yang termasuk


kelompok Aminopenisilin

8
c) Antipseudomonal penisilin (carboxy penicillin)
Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok
antipseudomonal penisilin (carboxy penicillin) ditampilkan pada Tabel 2.4.
berikut.

Tabel 2.4. Antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok antipseudomonal


penisilin (carboxy penicillin)

d) Ureidopenisilin
Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok
Ureidopenisilin ditampilkan pada Tabel 2.5. berikut.

Tabel 2.5. Antibiotik turunan Penisilin yang termasuk kelompok Ureidopenisilin

9
e) Turunan Penisilin lainnya
Contoh-contoh antibiotik turunan Penisilin yang merupakan kelompok
turunan penisilin lainnya ditampilkan pada Tabel 2.6. berikut.

Tabel 2.6. Antibiotik turunan Penisilin yang termasuk kelompok turunan penisilin

Hubungan struktur aktivitas turunan penisilin


Penisilin alami telah mengalami banyak modifikasi pada molekulnya untuk membuat
turunan penisilin baru dengan sifat yang lebih baik, diantaranya :
a. Penisilin yang tahan asam, karena adanya gugus penarik electron seperti gugus
fenoksi yang terikat pada rantai samping amino. Gugus tersebut mencegah
penataulangan penisilin menjadi asam penilat yang terjadi dalam suasana asam.
b. Penisilin yang tahan terhadap β-laktamase, karena adanya gugus meruah (bulky)
pada rantai samping amino, misalnya cincin aromatic yang pada kedudukan orto
mengandung gugus halogen atau metoksi
c. Penisilin dengan spektrum luas yaitu karena ada gugus hidrofil seperti NH 2 pada
rantai samping sehingga penembusan obat melalui pori saluran protein
membran terluar bakteri gram-negatif menjadi lebih besar.

10
d. Penisilin yang aktif terhadap bakteri gram negatif dan Pseudomonas aeruginosa
disebabkan adanya gugus asidik pada rantai samping seperti COOH, SO 3H, dan –
NHCO-.
e. Penisilin yang bekerja sebagai prodrug (pra-obat), didapatkan melalui cara-cara
berikut ini :
 dibuat dalam bentuk garamnya, contoh: prokain penisilin G, dan benzatin
penisilin G;
 menutupi gugus amino bebas, missal yang terdapat pada struktur ampisilin,
dengan membentuk garam amida yang akan diurai kembali pada in vivo
contoh : piperasilin, azlosilin, mezlosilin dan apalsilin;
 membentuk ester pada gugus karboksil yang terikat pada atom C3, contoh :
bakampisilin, pivampisilin, dan talampisilin.

2) Turunan Sefalosporin
Sefalosporin pertama kali diekstraksi dari jamur Cephalosporium acremonium pada
tahun 1948 oleh Pro Tzu, Newton dan Abraham (1953). Produk utama adalah sefalosporin C,
dari molekul inilah berbagai modifikasi dilakukan untuk mendapatkan berbagai turunan
sefalosporin yang digunakan hingga sekarang. Adapun struktur kimia dari sefalosporin C
ditampilkan pada Gambar 2.3. berikut.

Gambar 2.3. Struktur umum sefalosporin

Penggolongan Sefalosporin
Turunan sefalosporin dapat dikelompokkan berdasarkan struktur kimia, penggunaan
klinis, spektrum antibakteri dan ketahanan terhadap penisilinase, yakni :
1. Sefalosporin yang diberikan secara oral : sefalexin, sefradin, dan sefaklor;
2. Sefalosporin yang diberikan secara parenteral : sefalotin, sefasetril, sefazedon.
Turunan ini sensitive terhadap β-laktamase;
3. Sefalosporin yang resisten terhadap β-laktamase dan diberikan secara parenteral
: sefuroksim, sefamandol, sefoksitin;
4. Sefalosporin yang tidak stabil secara metabolis : sefalotin dan sefapirin.

11
Turunan sefalosporin berdasarkan system generasi dibedakan menjadi empat kelompok
yakni sefalosporin generasi I, II, III, IV. Masing-masing generasi sefalosporin diuraikan sebagai
berikut.
a. Sefalosporin Generasi I
Obat-obat Sefalosporin Generasi I memiliki aktivitas yang tinggi terhadap
bakteri gram positif namun aktivitasnya rendah terhadap bakteri gram
negatif. Obat-obat yang masuk dalam Sefalosporin Generasi I ditampilkan
pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Obat-obat Golongan Sefalosporin Generasi I

12
Tabel 2.8. Obat-obat Golongan Sefalosporin Generasi II

b. Sefalosporin Generasi II
Turunan Sefalosporin Generasi II ini lebih aktif terhadap bakteri gram
negatif dan tidak terlalu aktif terhadap bakteri gram positif bila
dibandingkan dengan Sefalosporin Generasi I. Obat-obat yang masuk dalam
Sefalosporin Generasi II ditampilkan pada Tabel 2.8. berikut.

c. Sefalosporin Generasi III


Obat-obat yang termasuk kelompok Sefalosporin Generasi III ini kurang
aktif melawan bakteri gram positif dibandingkan generasi pertama, tapi
memiliki spektrum yang lebih luas terhadap bakteri gram negatif. Adapun
obat-obat yang termasuk dalam golongan ini ditampilkan pada Tabel 2.9.
berikut.

13
Tabel 2.9. Obat-obat Golongan Sefalosporin Generasi III

d. Sefalosporin Generasi IV
Obat-obat dalam kelompok Sefalosporin Generasi IV ini memiliki spektrum
yang lebih luas dalam melawan bakteri dibandingkan turunan sefalosporin
sebelumnya. Obat-obat yang termasuk dalam Sefalosporin Generasi IV
ditampilkan pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10. Obat-obat Golongan Sefalosporin Generasi IV

Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Sefalosporin


Struktur umum turunan sefalosporin ditampilkan pada Gambar 2.4. berikut.

14
Gambar 2.4. Struktur umum turunan sefalosporin

Uraian tentang hubungan struktur dan aktivitas turunan sefalosporin adalah sebagai
berikut:
a. Turunan sefalosporin memiliki struktur inti yang sama, kecuali pada rantai
samping pada posisi C7 dan C3. Modifikasi substituen pada C-3 dilakukan
untuk mendapatkan sifat fisika kimia yang lebih baik, dan modifikasi
substituent pada posisi C7 untuk mengubah spektrum aktivitasnya.
b. Adanya gugus pendorong electron pada posisi C3 dapat meningkatkan
aktivitas antibakteri.
c. Aktivitas biologis sangat bergantung pada rantai samping yang terikat pada
posisi C7. Substitusi gugus metoksi pada posisi C7 seperti pada sefamisin
dapat meningkatkan ketahanan terhadap β laktamase.
d. Pergantian isosterik dari atom S pada cincin dihidrotiazin dengan atom O
menghasilkan oksasefamisin atau oksasefem, menunjukkan spektrum
antibakteri yang lebih luas.

b. Aminoglikosida
Aminoglikosida merupakan antibiotika yang memiliki satu atau lebih gula amino yang
terhubung pada cincin aminosititol melalui ikatan glikosida. Antibiotika golongan ini
umumnya merupakan antibiotika spektrum luas dengan aktivitas yang lebih tinggi dalam
melawan bakteri gram negatif dibandingkan gram positif. Streptomycin merupakan
antibiotika aminoglikosida pertama yang diisolasi dari Streptomyces griseus oleh Waksman
dkk pada tahun 1944. Adapun antibiotika aminoglikosida lainnya dan mikroorganisme
penghasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.11. berikut.

15
Tabel 2.11. Nama, Sumber, dan Mikroorganisme Penghasil Antibiotika Aminoglikosida
Nama Sumber Struktur Kimia

Streptomisin Streptomyces
griseus

Neomisin S. fradiae

Kanamisin S. kanamyeleticus

Gentamisin

Micromonospor
a purpura

Netilmisin Micromonospora
species

Tobramisin S. tenebrarius
(Nebramisin)

16
Framisetin S.decaris

17
Nama Sumber Struktur Kimia
(Soframisin)

Paramomisin S.rimosusdan
S.paramomycinus

Amikasin 1-L-(-)4-amino-
2hydroxybutyryl
kanamicin

Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Aminoglikosida


Antibiotika turunan aminoglikosida umumnya terdiri atas dua atau lebih gula amino
yang terhubung melalui ikatan glikosida dengan 1,3 diaminosiklo heksana (aminosiklisito).
Dengan demikian aminoglikosida memiliki dua struktur utama yang penting yakni gula amino
dan cincin aminosiklisito. Pada hampir semua aminoglikosida cincin tersebut adalah 2-deoksi
streptamin, kecuali pada streptomisin dan dehidrostreptomisin, dimana cincin tersebut
adalah streptidin. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang struktur utama turunan
aminoglikosida.

1. Gugus gula amino

Gambar 2.5. Gugus gula amino pada struktur utama turunan aminoglikosida

 Posisi C6 dan C2 merupakan target dari penginaktifan enzim bakteri. Ada sustitusi
metil pada C6 dapat meningkatkan resistensi enzim.
 Hilangnya gugus 3-OH atau 4-OH atau keduanya tidak mempengaruhi aktivitas
enzim.

18
2. Cincin aminosiklisitol

Gambar 2.6. Cincin aminosiklisitol pada struktur utama turunan aminoglikosida


 Asetilasi pada posisi C1 tidak menyebabkan hilangnya aktivitas.
 N-etilasi dari sisomisin menghasilkan netilmisin yang memperpanjang masa kerja
senyawa induk karena tahan terhadap penginaktifan oleh beberapa enzim
endogen.
 Hilangnya atom O dari gugus 5-OH sisomisin, menghasilkan 5-deoksisisomisin,
menyebabkan senyawa tahan terhadap enzim yang mengasetilasi gugus 3-amino.

c. Tetrasiklin
Antibiotika turunan tetrasiklin merupakan turunan oktahidronaftasen yang terbentuk
oleh gabungan 4 buah cincin, serta memiliki 5 atau 6 pusat atom C asimetrik. Turunan
tetrasiklin merupakan antibiotika poten yang memiliki aktivitas berspektrum luas baik
terhadap bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif. Oleh karena itu tetrasiklin
merupakan obat pilihan untuk berbagai macam penyakit infeksi.

Penggolongan Tetrasiklin
Tetrasiklin dapat dikelompok ke dalam tetrasiklin alami, tetrasiklin semi-sintetis, dan
protetrasiklin. Adapun obat-obat serta struktur kimia ketiga kelompok turunan tetrasiklin
tersebut yakni :

19
1. Tetrasiklin alami

Gambar 2.7. Struktur tetrasiklin alami


Nama-nama obat, gugus R1, R2, dan R3 pada tetrasiklin alami ditampilkan pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12. Nama-nama Obat Golongan Tetrasiklin Alami


No Nama Obat R1 R2 R3
1. Tetrasiklin -H - -H
2. Klortetrasiklin - CH3 -H
3. Oksitetrasiklin Cl - -
4. Bromotetrasiklin -H CH3 OH
5. Deksametiltetrasiklin - - -H
6. Deksametiklortetrasiklin Br CH3 -H
-H - -H
- CH3
Cl -H
-H

2. Tetrasiklin semi-sintetis

Gambar 2.8. Struktur tetrasiklin semi sintetis


Nama-nama obat, gugus R1, R2, R3 dan R4 pada tetrasiklin semi sintetis ditampilkan
pada Tabel 2.13.

20
Tabel 2.13. Nama-nama Obat Golongan Tetrasiklin Semi Sintetis
No Nama Obat R1 R2 R3 R4
1. Doksisiklin -OH -H -CH3 -H
2. Minosiklin -H -H -H -N-(CH3)2
3. Metasiklin -OH =CH2 - -H
4. Meklosiklin -OH =CH2 - -Cl
5. Sansiklin -H -H -H -H

3. Protetrasiklin

Gambar 2.9. Struktur Protetrasiklin


Nama-nama obat pada golongan protetrasiklin ditampilkan pada Tabel 2.13.

21
Tabel 2.13. Nama-nama Obat Golongan Protetrasiklin
No Nama R

1.Rolitetrasiklin

2.Limesiklin

3.Klomosiklin

4.Apisiklin

5.Pipasiklin
6. Guamesiklin
7. Meglusiklin

Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Tetrasiklin

Gambar 2.10. Struktur Turunan Tetrasiklin


Berikut penjelasan hubungan struktur dan aktivitas turunan Tetrasiklin :
 Cincin D harus merupakan cincin aromatic dan cincin A harus tersubstitusi pada
setiap atom karbonnya dengan tepat untuk kepentingan aktivitasnya.
 Cincin B dan C dapat mentoleransi perubahan substituent selama system keto
enol (C11, C12,12a) tidak berubah dan terkonjugasi pada cincin fenol D.
 Cincin B,C,D fenol, merupakan system ketoenol yang sangat penting dan cincin A
harus memiliki system keto enol yg terkonjugasi.

22
 Secara spesifik cincin A mengandung trikarbonil, suatu gugus ketoenol pada
posisi C1,2 dan 3. Struktur kimia penting lainnya untuk aktivitas antibakteri
adalah pada gugus amin pada posisi C4 pada cincin A.

d. Polipeptida
Antibiotika turunan polipeptida memiliki struktur polipeptida yang kompleks, yang
resisten terhadap protease hewan dan tumbuhan. Antibiotika ini juga memiliki gugus lipid
selain gugus amino yang tidak dimiliki oleh hewan dan tumbuhan. Obat-obat golongan ini
adalah basitrasin (Gambar 2.11.(a)), polimiksin (Gambar 2.11.(b)), ampomisin, tirotrisin, dan
vankomisin.

(a) (b)

Gambar 2.11. Struktur molekul (a) Basitrasin dan (b) Polimiksin

e. Makrolida
Antibiotika turunan makrolida merupakan antibiotika yang sangat bermanfaat
khususnya untuk terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif baik
dalam bentuk coccus maupun basilus. Antibiotika ini juga efektif melawan bakteri gram
negatif coccus, khusunya Neisseria spp. Antibiotika turunan makrolida ini pada umumnya
dihasilkan oleh Streptomyces sp dan mempunyai 5 bagian struktur dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Cincin lakton yang besar, biasanya mengandung 12-17 atom
2. Gugus keton
3. Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dengan cincin lakton
4. Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton.
5. Gugus dimetilamino pada residu gula yang menyebabkan sifat basa dari senyawa
dan memungkinkan untuk dibuat bentuk garamnya.
Obat-obat ynag termasuk golongan turunan makrolida adalah erythromisin,
oleandomisin, klaritromisin, fluritromisin, diritromisin, dan azitromisin. Struktur kimia dari
obat-obat tersebut ditampilkan pada Gambar 2.12. berikut.
Nama, Gugus R dan R1 dari beberapa obat golongan turunan makrolida ditampilkan pada
Tabel 2.14.

23
Tabel 2.14. Nama, Gugus R dan R1 dari beberapa obat golongan turunan makrolida

Nama R R1
Eritromisin =O -H
Roksitromisin CH3OCH2CH2OCH2O- -H
Klaritromisin =O -CH3

f. Linkomisin
Turunan linkomisin merupakan senyawa bakteriostatika, yang pada kadar tinggi dapat
bersifat bakterisid. Senyawa ini dapat diisolasi dari Actinomycetes, Streptomyces dan

(Azithromisin)

Gambar 2.12. Struktur molekul obat golongan turunan makrolida


Lincolnensis.

Hubungan Struktur Aktivitas Turunan Linkomisin


Struktur molekul antibiotik dari golongan turunan Linkomisin ditampilkan pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13. Struktur molekul antibiotik dari golongan Linkomisin


Uraian hubungan struktur molekul dan aktivitas antibiotik dari turunan linkomisin diuraikan
sebagai berikut:
 N-demetilasi memberikan aktivitas melawan bakteri gram negative.

24
 Bertambahnya panjang rantai substituent propil hingga n-heksil pada posisi C4
pada gugus pirolidin meningkatkan aktivitas in vivo.
 Thiometil eter pada gugus thiolinkosamida adalah penting untuk aktivitas
antibakteri.
 Modifikasi struktur pada posisi C7 , seperti penambahan 7-S kloro, atau 7R-OCH 3
akan mengubah sifat fisikokimia obat dan mempengaruhi sifat farmakokinetika
dan spektrum aktivitasnya. Efek samping yg umumnya terjadi adalah ruam kulit,
mual, muntah dan diare.

g. Lain-lain
Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini adalah kloramfenikol, rifampisin dan
mupirosin. Masing-masing antibiotik dari golongan lain-lain ini dijelaskan sebagai berikut:

1) Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotika spektrum luas yang bersifat bakteriostatik. Obat
ini merupakan obat pilihan untuk pengobatan demam tifoid akut yang disebabkan oleh
Salmonella sp. Kloramfenikol diisolasi dari Streptomyces venezuele oleh Ehrlich et al pada
tahun 1947. Kemampuan kloramfenikol menembus system saraf pusat menjadikannya
alternative untuk pengobatan meningitis dan sebagai anti riketsia. Struktur kloramfenikol
dapat dilihat pada Gambar 2.14 dibawah ini.

Gambar 2.14. Struktur kloramfenikol

Hubungan struktur dan aktivitas kloramfenikol dijelaskan sebagai berikut:


 Modifikasi gugus p-nitrofenol dapat dilakukan melalui beberapa cara yakni :
a. Penggantian gugus nitro oleh substituent lainnya akan menurunkan
aktivitas antibakteri.
b. Pemindahan posisi gugus nitro dari posisi para juga akan menurunkan
aktivitas antibakteri.
c. Penggantian gugus fenil oleh gugus alisiklik akan menghasilkan senyawa
yang kurang poten.
 Modifikasi pada rantai samping dikloroasetamida, rantai samping dihalogen
lainnya akan menghasilkan senyawa yang kurang poten, meski aktivitas utama
tetap ada.
 Modifikasi 1,3 propanadiol , bila gugus alkohol pada C1 diubah akan menurunkan
aktivitas. Sehingga adanya gugus alkohol pada senyawa ini penting untuk
aktivitas antibakterinya.

25
2) Rifampisin
Rifampisin diisolasi dari fermentasi kultur Nocardia mediterranea dan merupakan
antibiotika dengan spektrum aktivitas yang luas. Pada umumnya rifampisin digunakan
sebagai obat antituberkulosis. Adapun struktur kimia dari rifampisin dapat dilihat pada
Gambar 2.15 di bawah ini :

Gambar 2.15. Struktur Rifampisin

26

Anda mungkin juga menyukai