Anda di halaman 1dari 26

IDENTIFIKASI SENYAWA OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK:*

A. Pendahuluan
1. Definisi Antibiotik
 Antibiotika merupakan bahan kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki
kemampuan menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme.
 Suatu bahan kimia digolongkan kedalam antibiotik, jika:
1) merupakan produk metabolisme, meskipun dalam produksinya dilakukan melalui
sintesa kimia;
2) merupakan produk sintesa yang diproduksi sebagai struktur analog dari antibiotika
alamiah;
3) dapat menghambat pertumbuhan satu atau lebih mikroorganisme;
4) efektif pada konsentrasi rendah.

2. Penggolongan Antibiotik
Berdasarkan Struktur Kimia
a. Antibiotika β laktam
Antibiotika β laktam terdiri atas 2 sub kelompok yaitu (1) antibiotika turunan penisilin
dan (2) antibiotoka turunan sefalosporin.
1) Antibiotik turunan penisilin
 Struktur dasar penisilin terdiri atas cincin thiazolidin yang menyatu dengan
cincin β lactam.
 Kedua cincin tersebut merupakan inti dari turunan penisilin serta diberi nama
6-amino-penicillanic acid (6-APA).
 Berbagai turunan penisilin semisintetis kemudian diproduksi dengan
memodifikasi rantai samping yang terikat pada 6-APA. Baik rantai samping
dan 6-APA, keduanya penting untuk aktivitas antibakteri dari turunan
penisilin.
 Contoh: penisilin G, Penisilin V, pheneticillin
Antibiotik turunan penisilin diklasifikasikan lebih lanjut, yaitu:
a) Penisilin yang peka terhadap penisilinase
Karakteristik:
 memiliki potensi yang baik melawan staphylococcus dan streptococcus;
 berguna dalam melawan beberapa coccus gram positif
 tidak efektif terhadap basilus gram negatif

Antibiotik turunan penisilin yang peka terhadap penisilinase: Methicillin, Oxacillin,


Cloxacillin, Dicloxacillin, Floxacillin, dan Nafcillin,

b) Aminopenisilin
Karakteristik:
 Memiliki spektruum aktivitas yang luas melawan bakteri gram negatid dan
gram positif
 Tidak efektif terhadap pseudomonas aeruginosa

Antibiotik kelompok aminopenisilin: Ampisilin, amoxicillin, dan talampiolin

c) Antipseudomonal penisilin (carboxy penicillin)


Antibiotik: Carbenicillin, Indanyl carbenicillin, Ticarcillin
d) Ureidopenisilin
Antibiotik: Aziocillin, piperacillin
e) Turunan penisilin lainnya
Antibiotik: quinicillin, amidinopencillins (Mecillinam), azidocillin, bacampicillin

Hubungan struktur aktivitas turunan penisilin


 Penisilin yang tahan asam, karena adanya gugus penarik electron seperti gugus
fenoksi yang terikat pada rantai samping amino. Gugus tersebut mencegah
penataulangan penisilin menjadi asam penilat yang terjadi dalam suasana asam.
 Penisilin yang tahan terhadap β-laktamase, karena adanya gugus meruah (bulky)
pada rantai samping amino, misalnya cincin aromatic yang pada kedudukan orto
mengandung gugus halogen atau metoksi
 Penisilin dengan spektrum luas yaitu karena ada gugus hidrofil seperti NH2
pada rantai samping sehingga penembusan obat melalui pori saluran protein
membran terluar bakteri gram-negatif menjadi lebih besar
 Penisilin yang aktif terhadap bakteri gram negatif dan Pseudomonas aeruginosa
disebabkan adanya gugus asidik pada rantai samping seperti COOH, SO3H, dan –
NHCO-.
 Penisilin yang bekerja sebagai prodrug (pra-obat)
contoh : bakampisilin, pivampisilin, dan talampisilin.

2) Turunan Sefalosporin
 Struktur dasar sefalosporin terdiri atas cincin dihidrotiazin yang menyatu
dengan cincin β lactam.
 Kedua cincin tersebut merupakan inti dari turunan sefalosporin serta diberi
nama 7-amino-sefalosporanat acid (7-ACA).

Turunan sefalosporin berdasarkan system generasi dibedakan menjadi empat


kelompok yakni sefalosporin generasi I, II, III, IV.
a) Generasi I
 memiliki aktivitas yang tinggi terhadap bakteri gram positif
 memiliki aktivitas rendah terhadap bakteri gram negatif.
Obat-obatan: cephaloridine, cephalothin, cephapirin, cephalexin,
cephaloglycine, cefadroxil, cephadrine, cefazolin, cephadrine
b) Generasi II
 Lebih aktif terhadap bakteri gram negatif dan tidak terlalu aktif terhadap
bakteri gram positif bila dibandingkan dengan Sefalosporin Generasi I.
Obat-obatan: cefamandole, cefoxitine, cefuroxime, cefaclor, cefonicid
c) Generasi III
 kurang aktif melawan bakteri gram positif dibandingkan generasi pertama
 memiliki spektrum yang lebih luas terhadap bakteri gram negatif.
Obat-obatan: ceftizoxime, cefotoxime, ceftazidime, ceftriaxsone,
cefmenoxime
d) Generasi IV
 memiliki spektrum yang lebih luas dalam melawan bakteri dibandingkan
turunan sefalosporin sebelumnya.
Obat-obatan: cefepime, cefpirome

Hubungan struktur aktivitas sefalosporin


a. Turunan sefalosporin memiliki struktur inti yang sama, kecuali pada rantai
samping pada posisi C7 dan C3. Modifikasi substituen pada C-3 dilakukan untuk
mendapatkan sifat fisika kimia yang lebih baik, dan modifikasi substituent pada
posisi C7 untuk mengubah spektrum aktivitasnya.
b. Adanya gugus pendorong electron pada posisi C3 dapat meningkatkan aktivitas
antibakteri.
c. Aktivitas biologis sangat bergantung pada rantai samping yang terikat pada posisi
C7. Substitusi gugus metoksi pada posisi C7 seperti pada sefamisin dapat
meningkatkan ketahanan terhadap β laktamase.
d. Pergantian isosterik dari atom S pada cincin dihidrotiazin dengan atom O
menghasilkan oksasefamisin atau oksasefem, menunjukkan spektrum antibakteri
yang lebih luas.

b. Aminoglikosida
Aminoglikosida merupakan antibiotika yang memiliki satu atau lebih gula amino yang
terhubung pada cincin aminosititol melalui ikatan glikosida. Antibiotika golongan ini
umumnya merupakan antibiotika spektrum luas dengan aktivitas yang lebih tinggi dalam
melawan bakteri gram negatif dibandingkan gram positif.

Hubungan struktur kimia turunan aminoglikosida


Antibiotika turunan aminoglikosida umumnya terdiri atas dua atau lebih gula amino yang
terhubung melalui ikatan glikosida dengan 1,3 diaminosiklo heksana (aminosiklisito).
Dengan demikian aminoglikosida memiliki dua struktur utama yang penting yakni gula
amino dan cincin aminosiklisito.

c. Tetrasiklin
Turunan tetrasiklin merupakan antibiotika poten yang memiliki aktivitas berspektrum luas
baik terhadap bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif.
 tetrasiklin alami: tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, bromotetrasiklin,
deksametiltetrasiklin, deksametiklortetrasiklin
 tetrasiklin semi-sintetis: doksisiklin, minosiklin, metasiklin, meklosiklin, sansiklin
 protetrasiklin: rolitetrasiklin, limesiklin, klomosiklin, apisiklin, pipasiklin, guamesiklin,
meglusiklin

Hubungan struktur aktivitas turunan tetrasiklin

 Cincin D harus merupakan cincin aromatic dan cincin A harus tersubstitusi pada setiap
atom karbonnya dengan tepat untuk kepentingan aktivitasnya.
 Cincin B dan C dapat mentoleransi perubahan substituent selama system keto enol (C11,
C12,12a) tidak berubah dan terkonjugasi pada cincin fenol D.
 Cincin B,C,D fenol, merupakan system ketoenol yang sangat penting dan cincin A harus
memiliki system keto enol yg terkonjugasi.
 Secara spesifik cincin A mengandung trikarbonil, suatu gugus ketoenol pada posisi C1,2
dan 3. Struktur kimia penting lainnya untuk aktivitas antibakteri adalah pada gugus amin
pada posisi C4 pada cincin A.

d. Polipeptida
Antibiotika turunan polipeptida memiliki struktur polipeptida yang kompleks, yang resisten
terhadap protease hewan dan tumbuhan. Antibiotika ini juga memiliki gugus lipid selain
gugus amino yang tidak dimiliki oleh hewan dan tumbuhan. Obat-obat golongan ini adalah
basitrasin, polimiksin, ampomisin, tirotrisin, dan vankomisin.

e. Makrolida
Antibiotika turunan makrolida merupakan antibiotika yang sangat bermanfaat khususnya
untuk terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif baik dalam bentuk
coccus maupun basilus. Antibiotika ini juga efektif melawan bakteri gram negatif coccus,
khusunya Neisseria spp. Antibiotika turunan makrolida ini pada umumnya dihasilkan oleh
Streptomyces sp
Obat-obat: erythromisin, oleandomisin, klaritromisin, fluritromisin, diritromisin, dan
azitromisin.
f. Linkomisin
Turunan linkomisin merupakan senyawa bakteriostatika, yang pada kadar tinggi dapat
bersifat bakterisid. Senyawa ini dapat diisolasi dari Actinomycetes, Streptomyces dan
lincolnensis
g. Golongan lain
1 Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotika spektrum luas yang bersifat bakteriostatik.

Hubungan struktur dan aktivitas kloramfenikol

 Modifikasi gugus p-nitrofenol dapat dilakukan melalui beberapa cara yakni :

a. Penggantian gugus nitro oleh substituent lainnya akan menurunkan aktivitas


antibakteri.

b. Pemindahan posisi gugus nitro dari posisi para juga akan menurunkan aktivitas
antibakteri.

c. Penggantian gugus fenil oleh gugus alisiklik akan menghasilkan senyawa yang
kurang poten.

 Modifikasi pada rantai samping dikloroasetamida, rantai samping dihalogen


lainnya akan menghasilkan senyawa yang kurang poten, meski aktivitas utama
tetap ada.
 Modifikasi 1,3 propanadiol , bila gugus alkohol pada C1 diubah akan
menurunkan aktivitas. Sehingga adanya gugus alkohol pada senyawa ini penting
untuk aktivitas antibakterinya.

2 Rifampisin
Rifampisin diisolasi dari fermentasi kultur Nocardia mediterranea dan merupakan
antibiotika dengan spektrum aktivitas yang luas.

B. Identifikasi Senyawa Obat Golongan Antibiotik


1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan pengamatan sifat fisik obat secara langsung, yang menggunakan
indera, meliputi bentuk, warna, rasa, bau masing masing sampel obat yang diidentifikasi
2. Pemanasan pada cawan porselin
Dengan melakukan pemanasan, zat zat tersebut dapat mencair, memadat, dan menguap, atau
segera menyublim. Adapula, zat yang dapat terbakar pada pemanasan
3. Uji Kelarutan
Zat mempunyai kelarutan yang berbeda-beda terhadap beberapa pelarut. Dengan mengamati
kelarutannya dalam keadaan dingin dan panas dalam pelarut aquadest, asam (HCl), basa
(NaOH), dan alkohol
4. Reaksi Identifikasi
Menggunakan pereaksi yang dapat bereaksi dengan senyawa yang dianalisis dan dapat
menimbulkan gejala-gejala yang dapat diamati seperti adanya perubahan warna, terbentuk
endapat, terbentuk kristal yang spesifik dan lain lain
Alat: Bahan:
1. H2SO4 pekat
1. Penjepit tabung
2. Aseton
2. Batang pengaduk
3. HNO3 pekat
3. Beaker glass
4. Indikator Muxeride
4. Kertas lakmus
5. Pereaksi Marquis
5. Cawan porselen
6. FeCl3 1%
6. Bunsen spiritus
7. Reagen Fujiwara
7. Plat tetes
8. Reagen piridin
8. Tabung reaksi
9. KOH 5%
9. Pipet tetes
10. Pereaksi Dragendorf
11. Pereaksi Mayer
12. Pereaksi Fehling
13. Pereaksi Nessler
14. Pereaksi Fujiwara
Pembuatan Reagen: 15. Pereaksi Roux
16. Pereaksi Diazo
1. Asam Klorida encer
Diketahui HCl di botol konsentrasi= 37%
BJ = 1,19 g/ml
BM = 36,5
Akan dibuat HCl 1 N dalam 100 mL, maka perhitungannya:
N = BJ x 10 x v = 1,19 g/mL x 10 x 1 = 12, 06 N
BM 36,5
Pengenceran:
N1 x V1 = N2 x V2
12,06 x V1 = 1 x 100
V1 = 8,29 mL = 8,3 mL
Cara pembuatan:
1) Labu ukur diisi dengan 25 ml aquadest, kemudian larutan HCl pekat dipipet sebanyak 8,3
ml, dimasukkan ke dalam labu ukur secara perlahan melalui dinding labu (untuk
menghindari perubahan panas yang spontan).
2) Digojok sebentar kemudian ditambahkan aquadest ad tanda batas meniscus bawah dari
labu ukur 100 mL. ditunggu dingin
3) Disimpan dalam botol reagen gelap, diberi label.

2. Asam Sulfat Encer


Diketahui asam sulfat dalam botol konsentrasi dalam botol = 95-97%, diambil konsentrasi
96%.
BJ = 1,84 g/mL
BM= 98,08
Akan dibuat H2SO4 1 N dalam 100 mL
N = BJ x 10 x v = 1,84g/mL x 10 x 2 = 36 N
BM 98,08
N1 x V1 = N2 x V2
36 N x V1 = 1 x 100
V1 = 2,77 mL = 2,8 mL
Cara Pembuatan:
1) Labu ukur 100 ml diisi aquadest terlebih dahulu sebanyak 25 mL
2) Ditambahkan 2,8 ml larutan H2SO4 pekat secara perlahan melalui dinding labu ukur
(ditambahkan H2SO4 pekat setelah aquadest= untuk menghindari perubahan panas yang
spontan karena ketika mencampur larutan pekat kadang melepaskan sejumlah panas.
Agar panas tersebut dapat dihilangkan, maka ditambahkan terlebih dahulu aquadest. Jika
air yang ditambahkan ke asam sulfat pekkat, panas yang dilepaskan sedemikian besar
yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat
memercik. Apabila percikan terkena kulit maka kulit akan rusak.
3) Larutan digojok sebentar kemudian ditambahkan aquadest ad batas meniscus bawah labu
ukur 100 mL.
4) Setelah dingin, pindahkan larutan ke botol reagen, kemudian diberi label.
3. Aseton
Aseton dibuat secara langsung maupun tidak langsung dari propena. Secara umum, melalui
proses kumena, benzena dialkilasi dengan propena dan produk proses kumena
(isopropilbenzena) dioksidasi untuk menghasilkan fenol dan Aseton:
C6H5CH(CH3)2 + O2 → C6H5OH + OC(CH3)2
Konversi di atas terjadi melalui zat antara kumena hidroperoksida, C6H5C(OOH)(CH3)2.
Aseton juga diproduksi melalui propena yang dioksidasi langsung dengan menggunakan
katalis Pd(II)/Cu(II)

4. Reagen Fujiwara
Mencampurkan 2 ml reagen NaOH dengan 1 mL piridin, kemudian ditambahkan sampel
kloramfenikol dalam reagen, panaskan dalam suhu 100 derajat celcius selama 2 menit.

5. Reagen Nessler
A KI 25 g
Aquades 25 mL
B HgI2 11 g
Aquades 175 mL
(diperoleh larutan jenuh)
C NaOH 5N 100 mL
Tambahkan secara perlahan larutan jenuh B ke dalam larutan A sampai berlebih sedikit yang
ditandai dengan terbentuknya endapan. Kemudian ditambahkan larutan C. dan encerkan
sampai volume larutan menjadi 500 mL. diamkan beberapa lama, dan ambil cairan yang
jernihnya.

6. Reagen Marquis
Formaldehida 10 mL
Asam Sulfat Pekat 50 mL
1) Asam sulfat pekat di dalam tabung reaksi
2) Tambahkan formalin atau formaldehida secara perlahan melalui dinding tabung reaksi
7. Indikator Murexide
Murexide (NH4C8H4N5O6, atau C8H5N5O6.NH3), juga disebut purpurate amonium, adalah
garam amonium dari asam purpura. Murexide dapat dibuat dengan memanaskan alloxantin
dalam gas amonia sampai 100 °C, atau dengan uramil mendidih (5-aminobarbituric acid)
dengan oksida merkuri Murexide dalam keadaan kering. Murexide berbentuk serbuk
berwarna ungu kemerahan, sedikit larut dalam air. Dalam larutan, akan berwarna kuning
dalam larutan asam kuat dan berwarna ungu-kemerahan dalam larutan asam lemah,
berwarna biru-ungu dalam larutan alkali.
Cara pembuatan:
1) Timbang 1 gram murexide
2) Masukkan ke dalam labu ukur 100 mL
3) Masukkan aquadest ad tanda batas meniscus bawah labu ukur 100 mL
4) Dikocok ad homogen dan siap digunakan

8. Pereaksi Roux
Na Nitroprussid 10 g
Aquadest 100 mL
NaOH 2 mL
KMnO4 5 mL
Cara Pembuatan: Na Nitroprussid dilarutkan dengan aquadest kemudian ditambahkan
NaOH dan KMnO4 akan terbentuk endapan, endapan disaring, dimasukkan ke dalam botol
reagen coklat.

9. Pereaksi Fehling
A CuSO4.5H2O 34,66 g
H2SO4 pekat 5 mL
Aquadest
Alirkan perlahan H2SO4 ke dalam gelas kimia berisi 100 mL aquades sambil
sesekali diaduk kemudian dimasukkan garam tembaga kedalamnya. Setelah melarut,
encerkan dengan aquadest sampai volume larutan menjadi 500mL dan pindahkan
pereaksi ini ke botol reagen (larutan Fehling A)
B KNaC4H4O6.4H2O (Kalium-natrium-tartrat) murni 173 g
NaOH murni 50 g
Aquadest
Siapkan 250 mL aquadest di dalam gelas kimia 600 mL. NaOH (setelah
ditimbang) segera dilarutkan ke dalam aquadest, kemudian larutkan garam tartrat,
dan encerkan larutan ini sampai volume larutan menjadi 500mL (larutan Fehling B).

10. Pereaksi Diazo A dan B


Diazo A:
Asam Sulfanilat 1 gram
HCl 4N 60 mL
Aquadest 40 mL
Asam sulfanilat dilarutkan dalam 60 mL HCl 4N, kemudian ditambahkan aquadest sebanyak
40 mL.

Diazo B:
NaNO2 0,7 gram
Aquadest 100 mL
Larutkan NaNO2 dalam 100 mL aquadest.

11. Pereaksi Mayer


A HgCl2 1,358 gram
Aquades 60 mL
B KI 5 gram
Aquadest 10 mL
Tuangkan larutan A ke dalam larutan B, encerkan dengan aquadest sampai volume larutan
menjadi 100 mL

12. Pereaksi Dragendorf


Bismut (III) Nitrat 0,8 gram
Asam nitrat pekat 20 mL
Kalium Iodida 27,2 gram
Aquadest
Ditimbang bismuth (III) nitrat seberat 0,8 gram dan dilarutkan ke dalam 20 mL asam nitrat
pekat. Pada wadah lain ditimbang seberat 27,2 gram kalium iodide lalu dilarutkan dalam 50
mL aquadest, kemudian kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah
sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan aquadest sampai 100 mL.

Idenifikasi Klorahmfenikol

REAKSI IDENTIFIKASI KLORAMFENIKOL

1. Uji Fujiwara
Uji fujiwara dilakukan dengan cara sampel kloramfenikol dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Ditambahkan 2 ml reagen fujiwara dan 1 ml reagen piridin. Lalu dipanaskan pada
suhu 100oC selama 2 menit degan pengocokkan, dan diamati perubahan warna yang
terjadi . Hasil dari reaksi menggunakan reagen fujiwara adalah terbentuknya larutan
berwarna merah.
Warna merah pada lapisan piridin,menunjukkan menunjukkan adanya senyawa yang
memiliki paling tidak dua atom halogen yang terikat pada suatu atom karbon, ini sesuai
dengan rumus senyawa Kloramfenikol yaitu C11H12Cl12N2O5 yang menunjukkan
adanya ikatan 2 atom halogen yaitu Cl.
2. Uji Nessler
Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan pereaksi ke dalam
tabung yang berisi yang berisi sampel. Campuran dipanaskan pada suhu 100oC di atas
penangas air, kemudian diperiksa selama 10 menit sekali apakah terjadi perubahan
warna kemudian amati perubahan warna yang terjadi.
Reagensia Nessler digunakan untuk menguji adanya senyawa amida alifatik, yang
ditunjukkan dengan reaksi positif berupa perubahan warne menjadi warna coklat jingga.
Warna cokelat jingga dihasilkan dari amida alifatik dan tioamida.
3. Reaksi kristal: - aseton air
- Letakkan sedikit serbuk sampel di atas kaca preparat, lalu dilarutkan dengan aseton
- Biarkan hingga mengering
- Ditambahkan air
- Diamati di bawah mikroskop
Pembentukan kristal kloramfenikol dilakukan dengan metode kristalisasi aseton-air yang
berprinsip rekristalisasi. Dengan penetesan tersebut aseton akan menguap dan senyawa
kloramfenikol akan membentuk kristal karena tidak dapat terlarut dalam aquadest.

Identifikasi Tetrasiklin

Tetrasiklin ( C22H24N2O8 )
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam udara, tetapi bentuk garam natrium atau garam HCl
nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil
sedangkan dalam bentuk larutan umumnya tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
Tetrasiklin digunakan sebagai obat infeksi saluran pernapasan bagian bawah- eksaserbasi PPOK,
pneumonia (baik pneumonia tipikal maupun atipikal), dan infeksi lain seperti tifus, antraks dan
profilaksis malaria. Dan dapat juga digunakan sebagai antibiotikum.

Tetrasiklin (FI Edisi V, Halaman 1257)

- Pemerian : Serbuk hablur, kuning; tidak berbau. Stabil di udara tetapi pada pemaparan
dengan cahaya matahari kuat menjadi gelap. Dalam larutan dengan pH lebih kecil dari 2,
potensi berkurang, dan cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida.
- Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam larutan asam encer dan
dalam larutan alkali hidroksida; sukar larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam
klroform dan dalam eter.
- Identifikasi : Pada 0,5 mg zat tambahkan 2 ml asam sulfat P: terjadi warna merah
keunguan. Tambahkan larutan ke dalam 1 ml air: tenjadi wama kuning. D. Buat larutan
zat dalam metanol P yang mengandung tetrasiklin hidroklorida 1 mg per ml. Lakukan
penetapan menggunakan Metode II seperti tertera pada Identflkasi Tetrasiklin .
Uji Identifikasi Tetrasiklin
1. Reaksi dengan Asam Pekat
Prinsip : Senyawa golongan antibiotika bila direaksikan dengan H 2SO4 pekat akan menghasilkan
senyawa kompleks berwarna yang tidak stabil hal ini yang menyebabkan warna yang dihasilkan pada
setiap senyawa antibiotic berbeda-beda. Dan ini bersifat reversible dengan penambahan air. Dan reaksi
dengan asam pekat ini merupakan reaksi spesifik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah
suatu senyawa tersebut termasuk kedalam golongan antibiotik.

Prosedur : Jika 0,5 mg zat ditambahkan2 ml H2SO4pekatakan menghasilkan warna ungusampai merah
ungu, jika dencerkan dangan air atau dibiarkan berubah menjadi kuning. Larutan zat ditambahkan
dengan 1 tetes larutan FeCl31% akan menghasilkan warna coklat atau merah coklat.

Reaksi :
Hasil :
a) Tetrasiklin HCl (Sampel) + H2SO4 pekat menghasilkan warna ungu, diencerkan akan terjadi warna
kuning + FeCl3 1 % sebanyak 1 tetes, akan terjadi warna ungu yang lama-lama akan berubah
menjadi coklat atau merah.
b) Tetrasiklin HCl (Sampel) + HNO3 pekat menghasilkan warna jingga coklat, diencerkan akan
berubah warna menjadi jingga.

2. Reaksi dengan Pereaksi marquis

Prinsip : Pereaksi Marquis sangat umum dalam analisa kualitaif. Pereaksi ini adalah perpaduan antara
Asam Sulfat Pekat dengan Formalin ( Cair ).

Prosedur : Diambil 3-5 mg serbuk zat, dimasukkan dalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 tetes formalin
dan 1 ml asam sulfat pekat. Diamati warna yang terjadi.

Hasil : tetrasiklin ketika direaksikan dengan reagensia (pereaksi marquis) menghasilkan hasil spesifik
yaitu warna hitam dengan cincin hijau ketika bereaksi dengan pereaksi marquis. Menunjukkan hasil
positif karena tetrasiklin memiliki cincin aromatis terkonjugasi sehingga dapat melakukan resonansi.

3. Pemeriksaan Kandungan C,H,O,N

Amine primer Alifatis

- Reaksi sentol : adisi dengan carbon disulfide


- Cara kerja : larutan senyawa amine alifatis dilarutkan di dalam etanol lalu dituangi dengan
karbon disulfide sama banyak, dipanaskan sampai kelebihan CS 2 menguap, pada sisa larutan
tambahkan HgCl2, tercium bau khas menunjukkan adanya amine primer alifatik.

4. Reaksi dengan Pereaksi murexide


Reaksi ini positif untuk senyawa purin/ senyawa golongan xantin (teofilin, teobromin, kofein,
aminophyllin)
Cara Uji : zat + 1,5 ml H2O2 + 5 tetes H2SO4 Pekat, dipanaskan hingga kering. Kemudian sisa/
residu + beberapa tetes amoniak 6 N akan menghasilkan warna merah.

Reaksi dengan reagen lainnya :


5. Zat + Diazo A+ Diazo B+Na2CO3 → merah jingga
6. Zat + Benedict → ungu hijau
7. Zat + vanilin-H2SO4 → larutan hijau, dipanaskan → hijau lumut

OKSITETRASIKLIN
Oxytetracycline
C22H24N2O9.2H2O (Fi Edisi V, Hal 973)
- Pemerian : Serbuk hablur; kuning muda sampai cokelat muda; tidak berbau; stabil di udara, oleh
pengaruh cahaya matahari kuat warna berubah menjadi gelap. Dalam larutan dengan pH kurang
dari 2, potensi turun; cepat rusak oleh pengaruh alkali hidroksida.
- Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; mudah larut dalam asam
klorida 3 N dan dalam larutan alkali.
- Identifikasi : Campur I mg zat dengan 2 ml asarn sulfat P: terjadi warna merah terang.

Oksitetrasiklin atau (Terramycin) merupakan Serbuk kristal kuning, tidak berbau, rasa pahit,
hidgroskopis. Larutan dalam 2 bagian air menghasilkan jernih, dan jika dibiarkan menjadi keruh.

Uji identifikasi :
1. reaksi dengan pereaksi frohde : untuk senyawa yang mengandung cincin aromatis atau senyawa
nitrogen.
- Pereaksi: larutkan 0,5 g Amonium molibdat dalam 1,5 ml air tambahkan H2SO4 pekat sampai 100 ml
(dibuat baru).
- Cara (1): pada plat tetes letakkan sedikit sampel padat, tambahkan 1 tetes pereaksi, akan terbentuk
warna. Cara (2): 1 tetes larutan sampel ditambahkan 1 tetes larutan Amonium molibdat 0,5%, uapkan
sampai kering, lalu tambahkan 1 tetes H2SO4 pekat terbentuk warna.

2. Reaksi dengan Asam sulfat Pekat

Cara Uji : Zat + H2SO4 pekat → merah violet (warna muncul setelah 2 menit). Setelah 5 menit
tambahkan air ± 1 ml→ kuning.

2. Dengan FeCl3: untuk senyawa yang mengandung gugus fenol (mis: turunan tetrasiklin).
Prosedur : Zat + FeCl3 + etanol 96 % → coklat tua

STREPTOMISIN (C21H39N7O12)

A. Uji pendahuluan

1. Organoleptik

Bentuk dan warna : Serbuk putih

Bau : Tidak berbau

Rasa : Rasa agak pahit

2. Kelarutan

Larut dalam air, sangat sukar larut dalam alcohol, eter dan CHCl3.
3. Uji Keasaman

pH streptomisin : 4,5 - 7,0, jadi dapat memerahkan lakmus biru karena cenderung asam

B. Uji Golongan

1. Reaksi terhadap gugus guanidine: zat dipanaskan kering pada penangas gliserin sebesar
sampai 2500 , akan menghasilkan (NH3).

2. Zat dipanaskan dengan diacetil dan kalsium oksida menghasilkan warna merah jingga.

3. Reaksi sakaguchi: pada larutan 1 mg zat dalam 5 ml air ditambahkan 1 ml larutan NaOH 10%
dan 1 ml larutan a naftol 0,05% dalam etanol. Dinginkan pada + 150 , tambahkan 3 tetes larutan
natrium hipoklorit encer, terbentuk warna merah/merah ungu.

4. Maltol test: ½ mg zat dilarutkan dalam beberapa tetes air, tambahkan 1 tetes NaOH 1 N,
panaskan diatas penangas air selama 5 menit, kemudian didinginkan, selanjutnya ditambahkan 1
tetes larutan (100 mg besi (III) ammonium sulfat dalam 5 ml asam sulfat 1N atau HCl 1N yang
dibuat baru); terbentuk warna merah ungu atau merah tua.

5. Pada 1 tetes larutan zat 5% ditambahkan 1 ml air dan 1 tetes pereaksi Roux, terbentuk warna
merah delima; tambahkan 1 tetes asam asetat 2 N, warna berubah menjadi kuning. (Pereaksi
Roux: 1 g Natrium nitroprussid dilarutkan dalam 4 ml air, ditambahkan 1 ml NaOH 1 N dan 5 ml
KMnO4 0,3 %, diamkan 24 jam ditempat gelap, lalu disaring).

6. Pada 10 mg zat ditambah 1 ml NaOH 1N, panaskan di penangas air 5 menit, kemudian
didinginkan, lalu ditambahkan 1,5 ml HCl 7% dan 1 tetes larutan FeCl3, terbentuk warna ungu
intensif (=modifikasi Maltol test).

7. Larutkan 10 mg zat dalam 2 ml pereaksi (0,1245 g DAB dilarutkan air, dan ditambahkan 0,2
ml FeCl3 (dibuat baru)), kemudian dipanaskan diatas penangas air 2 menit, akan menghasilkan
warna ungu.

8. Test terhadap sulfat positif yaitu dengan penambahan BaCl2 akan terbentuk endapan putih.
C. Uji Penegasan

Untuk golongan streptomisin sulfat [(C21H39N7O12)2.3H2SO4]

1. Zat + H2SO4  coklat merah


2. Zat + pereaksi Nessler  abu-abu hitam
3. Larutan zat dalam aseton + HCl encer berlebih + beberapa tetes FeCl3  ungu
4. Sublimasi : batang panjang / jarum

ERITROMISIN (C37H67NO13)

A. Uji Pendahuluan

1. Organoleptik

Bentuk dan warna : Serbuk hablur putih atau agak kuning

Bau : Tidak berbau

Rasa : Rasa agak pahit

2. Kelarutan

Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.

3. Uji Keasaman

pH eritromisin : 8,0 - 10,5, jadi dapat membirukan lakmus merah karena cenderung basa

B. Uji Golongan

1. Zat + air + H2SO4 pekat , kocok→ merah coklat


2. Zat + Nessler → abu-abu hitam
3. Zat + HNO3 pekat → kuning + air → hijau
4. Zat dalam air + 5 tts Cu(NO3)2 amoniakal biarkan 5 menit, kemudian panaskan→ abu-
abu coklat
5. Larutkan 3 mg Zat dalam 2 ml aseton dan HCl pekat→ jingga→ merah → ungu merah.
Bila ditambahkan kloroform dan dikocok, larutan kloroform menjadi ungu.
6. Zat + KMnO4  putih coklat keruh
7. Zat +FeCl3  kuning kehijauan
8. Zat + diazo A + diazo B + NaOH  gelembung gas putih
9. Zat +NaOh + HCl+FeCl3  kuning kehijauan

Amoxicillin

Rumus Bangun

a. Lar Zat dalam air + Fehling (Fehling A (Tembaga(II) sulfat atau CuSO4) dan larutan Fehling B
(KOH dan Natrium kalium tartarat) → ↓merah dengan larutan coklat
c. Zat + H2SO4 Pekat → kuning
d. Zat + HNO3 Pekat → kuning
e. Zat + pereaksi Diazo A & B → merah
b. Zat + FeCl3 → coklat
f. Lar zat dalam air + panaskan di penangas air 2 menit sambil tambahkan 5 tetes merkuri nitrit
dalam suasana asam → merah
g. Lar zat dalam air + CuSO4 dalam NaOH → ungu
h. Zat + Pb. Asetat → ↓ hitam
i. Reaksi kristal: aseton air, Mayer, Dragendorf.

Ampisillin

Rumus Bangun

a. suspensi zat dalam air + 2 ml Fehling + air → violet/ merah violet


b. Zat + HNO3 Pekat → kuning
c. Zat dalam alkohol + H2SO4 + resorsin, dipanaskan→ kuning hijau
d. Zat dalam alkohol + lart. Tembaga nitrat amoniakal, dipanaskan→ hijau-kuning tua
e. Zat + pereaksi Diazo A & B → merah
f. Zat + H2SO4 Pekat → kuning
g. zat dalam air + 2 ml Kalium Tembaga (II) Tartrat → violet
h. zat dalam air + CuSO4 dalam NaOH→ ungu
i. Zat + FeCl3→ coklat kuning/coklat
j. Zat + Pb. Asetat → ↓ hitam
k. Zat + kalium CuSO4-air (2:6) → ungu kemerahan
l. Reaksi kristal: aseton air, Mayer, Dragendorf.
n. Zat + 3 ml NaOH + 0,3 g hidroksilamin HCl, biarkan 5 menit + HCl 6 N sampai asam + 1 ml
FeCl3 ungu-merah kotor.
o. Reaksi kristal : Aseton Air.

Tiamfenikol

a. Zat + Marquis (Asam Sulfat Pekat danFormalin) → hijau lemah


b. Zat + Cuprifil→ biru
c. Zat + Carletti → ungu lemah
d. Zat + Deniges → ↓ putih
e. Zat + FeCl3→ Kuning terang
f. Zat + Azo→ merah
g. Zat + Nessler→ Kuning jingga
h. Zat + Mayer→ ↓ putih
i. Zat + Dragendorf→ kuning hijau
j. Zat dalam air + 5 tetes Cu(NH3)2(NO3)2, diamkan 5 menit, panaskan 2 menit → coklat abu-
abu
k. Zat dalam air + AgNO3 → tidak terbentuk endapan
l. Zat + p-DAB-HCl→ tidak berwarna, panaskan + Zn +HCl + p-DAB-HCl→ kuning
m. Zat dalam air + 2 ml NaOH 40% Pyridin, panaskan perlahan→ lapisan pyridin kuning terang,
lapisan air kuning ppt
n. Reaksi kristal: aseton air.

….

PERTANYAAN KELOMPOK 6

1. mengapa dari monografi, kelarutan serta pH amoxicillin dengan ampiciln hampir sama
persis? Apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi? shidiq
👉🏻
Jawab : karena amoxicillin dengan ampicillin itu merupakan antibiotik dengan golongan
yang sama yaitu golongan penisilin/ beta laktam sehingga memiliki monografi, kelarutan
serta pH yang hampirsama juga diakibatkan satu golongan dan satu turunan antibiotik.

2. Apa itu kumena pada pembentukan aseton? nadya


👉
Kumena merupakan senyawa organik yang didasarkan pada hidrokarbon aromatik dengan
substitusi alifatik. Senyawa ini adalah cairan tak berwarna yang mudah terbakar dengan titik
didih 152 °C. Hampir semua kumena yang diproduksi sebagai senyawa murni pada skala
industri dikonversi menjadi kumena hidroperoksida, yang merupakan zat antara dalam
sintesis bahan kimia industri yang penting lainnya, terutama fenol dan aseton.

3. Pada hasil uji nessler kloramfenikol, terdapat hasil pengamatan 10 menit kedua itu warna
orange yang terbentuk cenderung lebih pekat, apa penyebabnya? nijell
👉🏻
Jawab : reagen nessler digunakan untuk menguji adanya senyawa amida alifatik yang
ditunjukan dengan terbentuknya perubahan warna menjadi jingga-coklat. Semakin lama
waktu, maka semakin banyak amina yang bereaksi dengan reagen nessler maka semakin
banyak senyawa kompleks yang terbentuk dan semakin pekat warna yang dihasilkan.

4. untuk indentifikasi antibiotik, baiknya menggunakan metode apa? Shidiq


👉🏻
Jawab : jika ingin menguji berbagai antibiotik yang memiliki organoleptis yang hampir sama
dapat digunakan pengujian dengan asam, karena penambahan asam kedalama suatu anti
biotik dapat memberikan reaksi perubahan warrna yang spesifik dan berbeda untuk setian
antibiotiknya.

5. Apakah ada metode lain selain yang disebutkan untuk identifikasi eritromisin? Jika ada
apa saja? Rasita
👉
Jawab : Ada, dapat dengan pereaksi mayer dengan hasil adanya endapan, pereaksi
bouchardat dengan hasil berwarna hitam, pereaksi frohde dengan hasil berwarna putih
keruh, dan juga dengan pereaksi dragendorff dengan hasil berwarna hitam.

6. apakah ada pereaksi spesifik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi antibiotik
golongan tetrasiklin ? Okta
👉🏻
Jawaban :
Terdapat 4 pereaksi yang dapat menunjukkan reaksi spesifik dalam identifikasi tetrasiklin
yaitu :
- pereaksi liebermann : menghasilkan warna spesifik yaitu warna hitam dengan cincin
kecoklatan
- pereaksi mandelin : menghasilkan warna hitam dengan cincin orange
- pereaksi Marquis : menghasilkan warna hitam dengan cincin hijau
- pereaksi h2so4 : menghasilkan warna hitam dengan cincin kuning

7. apa tujuan pemanasan pada uji fujiwara? nijell


👉🏻
Jawab : Pemanasan pada uji fujiwara mengakibatkan putusnya cincin piridin yang
terkandung dalam senyawa piridin.
8. pada hubungan struktur aktivitas sefalosporin bagaimana bisa dapat menghasilkan
oksasefamisin atau oksasefem? nujim
(jarinunjuk) karena adanya pergantian dari atom S pada cincin dihidrotiazin dengan atom O
sehingga dapat menghasilkan oksasefamisin atau oksasefem, menunjukkan spektrum
antibakteri yang lebih luas

9. Mengapa pada uji streptomisin dengan metode sakaguchi dapat menghasilkan warna
merah atau merah keunguan? Rasita
👉
Jawab : Karena pada umumnya pereaksi sakaguchi itu bereaksi dengan gugus guanidine
yang mana dalam streptomisin juga terdapat gugus guanidine. Gugus guanidin merupakan
atom C yang mengikat N2 dengan ikatan tunggal dan mengikat N dengan ikatan ganda.
Dalam kondisi basa setelah ditambahkan NaOH 10%, alpha naphtol akan bereaksi dengan
gugus guanidin dalam streptomisin yang telah teroksidasi hipoklorit, menghasilkan senyawa
berwarna merah.

10. Apakah ada metode lain selain yang disebutkan dalam ppt tadi mengenai uji identifikasi
tetrasiklin ? Okta
👉🏻
Jawaban :
Ada beberapa metode lain contohnya yaitu zat dengan penambahan pereaksi Benedict
akan menghasilkan warna ungu hijau, dengan perekasi diazo A+ diazo B + Natrium
karbonat akan menghasilkan warna merah jingga. Dan dengan pereaksi vitalli-morin
menghasilkan warna merah ungu

11. Bagaimana cara mendapatkan penisilin yang bekerja sebagai prodrug? nujim
👉🏻
jawab :
 dibuat dalam bentuk garamnya, contoh: prokain penisilin G, dan benzatin
penisilin G;
 menutupi gugus amino bebas, missal yang terdapat pada struktur
ampisilin, dengan membentuk garam amida yang akan diurai kembali pada in vivo contoh :
piperasilin, azlosilin, mezlosilin dan apalsilin;
 membentuk ester pada gugus karboksil yang terikat pada atom C3,

Anda mungkin juga menyukai