3. Usul :
4. Perhitungan Dosis :
5. Teori Pendukung :
ISO hal 345
6. Perhitungan :
− Kasa rangkap 2 : 0,75 g
− Berat obat : 4 × 0,75 g = 3 g
Jadi
1 30
a. Framicetin Sulfat : 100 × 3 𝑔 = 0,03𝑔 pengenceran = 50
× 500 mg = 300mg
b. Basis : 3 g – 0,3 g = 2,7 g
• Vaselin = 1,35 g
• Adeps lanae = 1,35 g
7. Sterilisasi alat dan bahan :
KOMPOSISI
Framicetin sulfate B.P. 1% yang diserap pada kasa pembalut
steril.
INDIKASI
Luka bakar, trauma, Infeksi kulit sekunder, luka dan
sirkumsisi.
CARA PEMAKAIAN
Bila perlu luka harus dibersihkan terleboh dahulu, kemudian
digunakan selembar tulle dengan ukuran yang sesuai
menutup luka tersebut. Ketika membalut luka yang bernanah,
tulle harus menutup seluruh luka. Jika mengeluarkan cairan
terus menerus sebaiknya tulle diganti paling sedikit sekali
sehari.
PERINGATAN PERHATIAN
Pada kebanyakan kasus, peyerapan antibiotika dapat
diabaikan. Namun apabila luas area tubuh yang mengalami
luka bakar mencapai 30% atau lebih, kemungkinan terjadinya
autotoksisitas pada pemakaian jangka panjang harus
diwaspadai.
EFEK SAMPING
Sesintivitas silang terhadap framycetin sulfate dapat terjadi
pada pasien yang telah diketahui alergi terhadap antibiotik
turunan streptomisin (neomycin, paramomycin,kanamycin).
KONTRAINDIKASI
Hipersensiti terhadap framycetin atau komponen lainnya.
4. Nat. Chlorida
Mudah larut dalam air
(FI III hal 403)
5. Kalium Chlorida
Mudah larut dalam air
(FI III hal 329)
6. Kalsium Chlorida
Sangat mudah larut dalam
air (FI III hal 120)
3. Usul :
1. Penambahan Volume 10% (Karena penyaringan)
2. Penambahan Norit 0,1 (Untuk menghilangkan pirogen)
3. Bahan dilebihkan 5% (Karena diserap norit)
4. Perhitungan Dosis :
5. Teori Pendukung :
1. Wattimena II hal 134-135
2. Farmakope Indonesia Edisi III tahun 1979
6. Perhitungan :
Volume dalam sediaan 500 ml maka diperoleh :
550
• NaOH = 500
× 0,57 𝑔 = 0,627 𝑔 + 5% = 0,658 𝑔
550
• NaCl = 500
× 3 = 3,3 + 5% = 3,465
550
• KCl = 500
× 0,2 = 0,22 + 5% = 0,231
550
• CaCl2 = 500
× 0,2 = 0,22 + 5% = 0,231
Perhitungan Isotonis
1. Langkah 1 : Jumlah NaCl agar isotonis pada sediaan 500 ml
= 0,9/100 X 500 ml = 4,5 gram
2. Langkah 2 : Jumlah nilai NaCl dalam sediaan
PTb
A. Asam Laktat = 0,41 (FI V hal1790)
B. Kalium Chlorida = 0,76 (FI V hal 1799)
C. Kalsium Chlorida = 0,51 (FI V hal 1799)
Rumus W x E
D. Asam Laktat = 0,41 x 1,38 = 0,5658
E. Kalium Chlorida = 0,76 x 0,231 = 0,756
F. Kalsium Chlorida = 0,51 x 0,231 = 0,118
3. Langkah 3 :
= 4,5 - (0,5658 + 0,756 + 0,118) = 4,5 - 1,4408 = 3,06 gr
7. Sterilisasi alat dan bahan :
KESFA – RL Infus
Setiap 500 ml larutan mengandung :
Asam Laktat 1,2 ml
Natrium Chlorida 0,57 g
Natrium Chlorida 3g
Kalium Chlorida 0,2
Kalsium Chlorida 0,2
Asam Chlorida encer qs
Water for injection ad 500 ml
FARMAKOLOGI
RINGER LAKTAT merupakan larutan infus untuk memelihara keseimbangan atau mengganti
elektrolit dan cairan tubuh. Kalsium merupakan zat yang penting bagi integritas fungsional sistem
saraf, otot dan tulang. Kalsium berperan dalam mengatur fungsi jantung, fungsi ginjal, respirasi,
koagulasi darah, permeabilitas kapiler dan membran sel. Kalsium juga membantu dalam pelepasan
dan penyimpanan neurotransmitter dan hormon, peningkatan asam amino, absorpsi vitamin B12
dan sekresi lambung. Kalium berfungsi untuk memelihara fungsi ginjal dan keseimbangan asam-
basa. Konsentrasi kalium intrasel yang tinggi dibutuhkan untuk proses metabolisme sel. Natrium
berfungsi membantu memelihara keseimbangan cairan tubuh. Klorida merupakan anion terpenting
dalam memelihara keseimbangan elektrolit.
INDIKASI
RINGER LAKTATdiindikasikan untuk pengobatan kekurangan cairan dimana rehidrasi secara oral
tidak mungkin dilakukan.
KONTRA-INDIKASI
Hipernatremia
INTERAKSI OBAT
Preparat Kalium dan Kalsium akan meningkatkan efek digitalis.
DOSIS
Dosis tergantung pada usia, berat badan dan keadaan klinis penderita.
PENYIMPANAN
Simpan pada suhu di bawah 30° C
a. Uji Organoleptis
Mengetahui penampilan fisik sediaan
b. Uji Ph
pH yang baik adalah kapasitas dapar yang dimilikinya memungkinkan penyimpanan lama
dan darah dapat menyesuaikan diri. Dapat dinyatakan memenuhi syarat uji pH sediaan infus
harus masuk pada rentang pH yakni 7,35-7,45. Jika sediaan cairan infus pH-nya diatas 7
dapat menimbulkan terjadinya nekrosis (rusaknya sel jaringan) dan hemilisa. Bila pH sediaan
dibawah 3, jaringan akan mengalami rasa sakit atau iritasi ( FI IV hal 1039 – 1040 )
c. Uji Kebocoran
Untuk memeriksa keutuhan kemasan agar terjaga sterilitas dan volume serta kestabilan
sediaan
d. Uji Kejernihan
Untuk melihat apakah larutan tersebut jernih dan bebas dari kotoran atau tidak maka itu perlu
dilakukan uji kejernihan secara visual
e. Uji Pirogenitas
Untuk mengetahui sediaan yang dibuat tersebut sudah bebas dari partikel asing yang
berbahaya atau pirogen atau belum