Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI NATRIUM BENZOAT SEBAGAI BAHAN PELICIN

TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN B KOMPLEK


UNTUK ANJING

Kusumaningrat, I.A.V.(1), Prasetya, IG.N.J.A.(1), Dewantara Putra, IG.N.A.(1)


(1)
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
vita_ningrat88@yahoo.com

ABSTRACT

The influence of sodium benzoate increment as lubricant in the dog’s B-complex vitamin tablet
formulation has been carried out. In the formula, sodium benzoate was added in the concentration of 1%, 3% and
6%.
The result showed that the increment of sodium benzoate in formula with varying concentration would
influence the hardness, liberated time and the fragility of tablet. The increment of 1%, 3% and 6% concentration
of sodium benzoate produced about 17,07 – 23,23 minutes of liberated time. For the hardness and fragility of
tablet, the concentration of 1%, 3% and 6% sodium benzoate produced the hardness about 4,25 – 5,46 Kg and
about 0,13% - 0,66% of fragility.
The second formula which the sodium benzoate was added about 3% was the optimum formula, because it
had almost the same value for liberated time, hardness, and fragility compare with the standard tablet.

Key words : concentration, sodium benzoate, lubricant, liberated time, B complex vitamin, dog

PENDAHULUAN cetak langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan


Perkembangan ilmu kefarmasian tidak hanya tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik
terbatas pada pelayanan produk untuk kesehatan bagi zat aktif dan eksipien yang akan dibuat tablet.
manusia tetapi juga bagi hewan yang disebut farmasi Formulasi tablet umumnya mengandung zat aktif,
veteriner. Peluang industri obat veteriner sangat luas bahan pengikat, bahan pelicin, bahan pengisi, bahan
dan terbuka. (Moghimi, 2009). pewarna, bahan perasa dan bahan penghacur
Salah satu produk dari farmasi veteriner yang (Lachman, 2008). Untuk menghasilkan tablet yang
memiliki peluang pasar yang besar khususnya di bulat utuh maka kontak antar permukaan bahan dan
provinsi Bali adalah produk kesehatan untuk anjing. kontak dengan dinding mesin harus diminimalisir
Anjing merupakan binatang yang paling populer dengan cara penambahan zat pelicin (lubricant)
untuk dijadikan sebagai binatang peliharaan, karena (Lachman, 2008).
memiliki sifat jinak dan mudah dilatih (Anonim, Zat pelicin (lubricant) terdiri dari tiga bagian
2009). Untuk membuat anjing agar kelihatan sehat menurut cara kerjanya yaitu pelicin (lubricant),
dan gagah perlu diberikan suatu vitamin, diantaranya pelincir (glidan) dan anti lengket (antiadherent).
vitamin B komplek yang berfungsi sebagai penambah Pelicin (lubricant) bertujuan untuk mengurangi
nafsu makan. gesekan tablet dengan dinding die dan antara dinding
Pada pembuatan formula vitamin B komplek die dengan dinding punch sehingga mempermudah
untuk anjing dipilih bentuk sediaan tablet. Sediaan pengeluaran tablet, contohnya talk, magnesium stearat
tablet memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dan natrium benzoat. Pelincir (glidan) berfungsi
dengan sediaan lainnya, diantaranya lebih murah, memperbaiki daya luncur massa atau granul yang
lebih ringan dan lebih kompak serta pengemasan dan ditabletasi dan menjamin bahwa bahan yang
transportasi lebih mudah dan murah. Sediaan tablet ditabletasi mudah mengalir dari sepatu pengisi ke
itu sendiri adalah sediaan bentuk padat yang dalam ruang cetak, contohnya talk dan pati (Voigt,
mengandung zat aktif dengan atau tanpa bahan 1995). Sedangkan anti lengket (antiadherent)
tambahan. Pada hewan, tablet yang sering diberikan berfungsi mengurangi lengketnya granul pada
adalah jenis bolus yaitu tablet besar yang digunakan permukaan punch atau dinding die, contohnya talk,
untuk hewan besar seperti sapi, kambing dan kerbau. magnesium stearat dan kanji (Lachman, 2008).
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam Natrium benzoat bersifat mudah larut air.
metode, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan Konsentrasinya sebagai lubrikan tablet berkisar antara
1
2-5% (Rowe, 2003) karena pada konsentrasi tersebut B. Tablet vitamin B komplek dengan konsentrasi
baik untuk mencegah capping/laminating dalam natrium benzoat 3%
proses pencetakan tablet, dibandingkan bahan pelicin Ditimbang bahan yaitu vitamin B1 3450 mg,
yang lain. Namun belum diketahui konsentrasi vitamin B6 3450 mg, vitamin B12 13,80 mg, asam
optimal Natrium benzoat sebagai pelicin formulasi folat 10,35 mg, natrim benzoate 4500 mg, CMC Na
tablet vitamin B komplek. Oleh karena itu perlu 10% 15000 mg, laktosa 115051,2 mg dan pati jagung
dilakukan penelitian untuk mencari konsetrasi 7500 mg. Dibuat solution CMC Na dengan cara
optimum penggunaan natrium benzoat sebagai pelicin menambah serbuk CMC Na ke dalam Aquades
pada formulasi tablet vitamin B komplek, dimana dengan perbandingan 1:30 lalu diamkan 30 menit agar
variasi konsentrasi natrium benzoat yang diuji adalah CMC Na mengembang dan menghasilkan cairan
1%, 3%, dan 6%. Konsentrasi optimum ditentukan kental yang tidak berwarna kemudian dituang ke zat
berdasarkan karakteristik fisik tablet yang dihasilkan aktif ditambahkan laktosa dan pati jagung, diayak
yaitu tablet harus memiliki penampilan yang baik, dengan ayakan No.10 lalu dioven 24 jam dengan 400
bobot yang seragam, kekerasan, kerapuhan dan setelah dikeringkan lalu di ayak dengan ayakan No.12
waktu hancur sesuai dengan syarat yang ditentukan kemudian ditambahkan bahan pelicin yaitu natrium
untuk anjing sehingga mendapatkan hasil yang benzoat. Selanjutnya uji granul (100gram) dan dicetak
optimum. lalu uji tablet.
C. Tablet vitamin B komplek dengan konsentrasi
BAHAN DAN METODE natrium benzoat 3%
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian Ditimbang bahan yaitu vitamin B1 3450 mg,
ini adalah vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12, asam vitamin B6 3450 mg, vitamin B12 13,80 mg, asam
folat, natrium benzoat, CMC Na, laktosa dan pati folat 10,35 mg, natrim benzoat 9000 mg, CMC Na
jagung. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini 10% 15000 mg, laktosa 110551,2 mg dan pati jagung
adalah : Pengayak mesh no 10 dan 12, Mesin cetak 7500 mg. Dibuat solution CMC Na dengan cara
tablet “single punch”, Alat penguji kekerasan tablet menambah serbuk CMC Na ke dalam Aquades
(Erweka type TBH 225), Alat penguji kerapuhan dengan perbandingan 1:30 lalu diamkan 30 menit agar
tablet (Impact Durability Tester, Erweka type CMC Na mengembang dan menghasilkan cairan
TA/TAD) dan Alat penguji waktu hancur (Abrassion kental yang tidak berwarna kemudian dituang ke zat
Tablet Tester, Erweka type TAR/TARD), stopwatch, aktif ditambahkan laktosa dan pati jagung, diayak
seperangkat alat pengukur kecepatan alir dan sudut dengan ayakan No.10 lalu dioven 24 jam dengan 400
diam. setelah dikeringkan lalu di ayak dengan ayakan No.12
kemudian ditambahkan bahan pelicin yaitu natrium
Prosedur Penelitian benzoat. Selanjutnya uji granul (100gram) dan dicetak
1.Pembuatan tablet vitamin B komplek lalu uji tablet.
A. Tablet vitamin B komplek dengan konsentrasi 2. Evaluasi granul
natrium benzoat 1% A. Pengujian kelembaban granul
Ditimbang bahan yaitu vitamin B1 3450 mg, Ditimbang lima gram granul yang telah
vitamin B6 3450 mg, vitamin B12 13,80 mg, asam dikeringkan dan kemudian dikeringkan kembali di
folat 10,35 mg, natrim benzoat 1500 mg, CMC Na dalam oven pada suhu 1050C selama 15 menit.
10% 15000 mg, laktosa 118051,2 mg dan pati jagung Selanjutnya diukur berat granul yang telah
7500 mg. Dibuat solution CMC Na dengan cara dikeringkan tersebut dan dihitung kandungan
menambah serbuk CMC Na ke dalam Aquades lembabnya yang dinyatakan dalam % MC (Moisture
dengan perbandingan 1:30 lalu diamkan 30 menit agar Content).
CMC Na mengembang dan menghasilkan cairan B. Pengujian laju alir dan sudut diam granul
kental yang tidak berwarna kemudian dituang ke zat Ditimbang 100 gram granul kemudian
aktif ditambahkan laktosa dan pati jagung, diayak dimasukkan ke dalam corong gelas yang ujung
dengan ayakan No.10 lalu dioven 24 jam dengan 400 bawahnya ditahan penyekat dan diratakan.
setelah dikeringkan lalu di ayak dengan ayakan No.12 Selanjutnya dicatat dan dihitung sudut diam serta
kemudian ditambahkan bahan pelicin yaitu natrium waktu yang diperlukan oleh seluruh massa yang
benzoat. Selanjutnya uji granul (100gram) dan dicetak mengalir melalui corong.
lalu uji tablet. C. Pengujian bobot jenis dan kompresibilitas granul
Bobot jenis granul yang diuji adalah bobot jenis
nyata dan bobot jenis mampat.
2
a. Bobot jenis nyata akhir batas waktu seperti yang tertera dalam
Ditimbang serbuk zat uji yang telah dikeringkan monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet.
sebanyak 100 gram (W). Kemudian dimasukkan ke Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet
dalam gelas ukur 200 ml dan dicatat volumenya (V). atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian
Selanjutnya dihitung bobot jenisnya. dengan 12 tablet lainnya (Depkes RI,1995).
b. Bobot jenis mampat E. Penampilan tablet
Ditimbang serbuk zat uji yang telah dikeringkan Uji terhadap penampilan tablet dapat dilakukan
sebanyak 100 gram (W). Kemudian dimasukkan ke uji yang meliputi bentuk tablet, bau, warna, diameter
dalam gelas ukur 200 ml dan dicatat volumenya (V). dan ketebalan tablet (Anonim, 1979).
Setelah itu dilakukan pengetukan hingga volumenya 4.Analisis data
konstan. Selanjutnya dicatat volumenya (V) dan Dalam metodologi penelitian dilakukan
dihitung bobot jenisnya. rancangan penelitian yang digunakan adalah
c. Kompresibilitas Granul rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3
Persen kompresibilitas dihitung berdasarkan data perlakuan dan 3 pengulangan. Data dianalisa dengan
yang diperoleh dari pengukuran bobot jenis nyata dan uji sidik ragam, bila terdapat perbedaan yang nyata
bobot jenis mampat. dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.
3. Evaluasi tablet
A. Keseragaman Bobot HASIL DAN PEMBAHASAN
Diambil 20 tablet secara acak kemudian A. Evaluasi Granul
ditimbang seluruhnya dengan seksama dan dihitung 1. Evaluasi Kelembaban Granul Vitamin B Komplek
bobot rata-ratanya. Jika ditimbang satu persatu tidak Tabel 4.1 Rata-rata Kelembaban Granul
Evaluasi Kelembaban (%)
boleh lebih dari dua tablet bobotnya menyimpang dari No Karakteristik
P1 P2 P3
bobot rata-rata tabletnya lebih besar 5% dan tidak satu Granul
tablet bobot rata-ratanya lebih besar dari 10% 1 x ± SD 1,09 ± 0,03 1,17 ± 0,16 1,21 ± 0,11
(Anonim, 1979).
Keterangan :
B. Kekerasan tablet P1 = Formula B Komplek tablet yang menggunakan Na benzoat 1%
Diambil 20 tablet secara acak kemudian sebagai pelicin
P2 = Formula B Komplek tablet yang menggunakan Na benzoat 3%
ditentukan satu persatu kekerasannya dengan cara sebagai pelicin
skala yang tertera pada plat dibuat nol dan tablet P3 = Formula B Komplek tablet yang menggunakan Na benzoat 6%
diselipkan pada alat tersebut dengan posisi tegak dan sebagai pelicin
penekan diputar perlahan-lahan sampai tablet pecah.
Angka yang menunjukkan skala tersebut adalah Rata–rata kelembaban granul B komplek tablet
kekerasan tablet dalam satuan kilogram sedangkan yang diberi natrium benzoat sebagai pelicin dengan
tablet yang baik kekerasannya antara 4 kg-8 kg konsentrasi 1% (P1), konsentrasi 3% (P2) dan
(Parrot dan Saski, 1977). konsentrasi 6% (P3) ditunjukkan oleh Tabel 4.1.
C. Kerapuhan tablet Rata–rata kelembaban granul B komplek tablet
Diambil 13 tablet secara acak kemudian dengan natrium benzoat sebagai pelicin sebesar 1,09 ±
dibersihkan dengan kuas dan ditimbang dengan 0,03 % (P1), 1,17 ± 0,16 % (P2) dan 1,21 ± 0,11 %
seksama. (P3).
Tablet yang sudah ditimbang dimasukkan Hasil uji sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji
kedalam alat kemudian diputar dengan kecepatan 25 Wilayah Berganda Duncan mengenai kelembaban
rpm selama 4 menit setelah itu tablet dikeluarkan, granul B komplek tablet dapat dilihat Tabel 4.2.
dibersihkan dan ditimbang kembali.
Tabel 4.2 Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan Tingkat
Selisih bobot yang didapat dibagi dengan bobot Kelembaban granul B Komplek Tablet yang diberi Na
mula-mula menunjukkan nilai kerapuhan tablet benzoat berbagai Konsentrasi sebagai Pelicin
tersebut yang dinyatakan dalam persen dimana tidak Perlakuan Rata-rata kelembaban Signifikan P=0,05
P1 1,09 a
boleh lebih dari 1% kerapuhan (Nurono, 1992). P2 1,17 a
D. Waktu hancur P3 1,21 a
Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P>0,05).
dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap
tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º Hasil uji wilayah Berganda Duncan mengenai
sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan evaluasi kelembaban granul ketiga formula
cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada
3
menunjukkan bahwa granul P1 (1% Na Benzoat) konsentrasi 6% (P3) ditunjukkan oleh Tabel 4.3.
memiliki kadar air yang sama dengan granul P2 dan Rata–rata sudut diam B komplek tablet yang diberi
P3 (P>0,05). Ketiga granul memiliki kelembaban natrium benzoat sebagai pelicin sebesar 26,57 ± 0
yang memenuhi persyaratan yaitu kandungan lembab (P1), 26,89 ± 0,57 (P2) dan 30,25 ± 0 (P3).
atau kelembaban yang baik adalah antara 1%-5% Hasil uji sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji
(Lachman et al., 2008). Wilayah Berganda Duncan mengenai sudut diam
2. Evaluasi Laju Granul Vitamin B Komplek granul B komplek tablet dapat dilihat Tabel 4.5
Tabel 4.3 Rata-rata Kecepatan Laju Alir Granul, Sudut Diam dan
Kompresibilitas Granul B Komplek Tablet yang Diberi Tabel 4.5 Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan Sudut Diam granul
Natrium Benzoat Sebagai Pelicin B Komplek Tablet yang diberi Na benzoat berbagai
Perlakuan Konsentrasi sebagai Pelicin
Sifat Alir P1 P2 P3 Perlakuan Rata-rata sudut diam Signifikan P=0,05
Granul (Rata-rata ± (Rata-rata ± (Rata-rata ± P1 26,57 a
SD) SD) SD) P2 26,89 a
Laju Alir P3 30,25 b
Granul 5,04 ± 0,28 5,35 ± 0,16 5,41 ± 0,22 Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
(gram/detik) berbeda nyata (P>0,05).
Sudut Diam ( 0 ) 26,57 ± 0 26,89 ± 0,57 30,25 ± 0
Kompresibilitas Hasil uji wilayah Berganda Duncan mengenai
8,67 ± 0,41 11,13 ± 1,35 12,05 ± 1,90
(%)
Keterangan : evaluasi sudut diam granul ketiga formula
P1 = Formula B Komplek tablet yang menggunakan Na benzoat 1% menunjukkan bahwa granul P1 (1% Na Benzoat)
sebagai pelicin tidak berbeda nyata dengan P2 (P>0,05), akan tetapi
P2 = Formula B Komplek tablet yang menggunakan Na benzoat 3%
sebagai pelicin nyata lebih rendah dibandingkan P3 (P<0,05). Ketiga
P3 = Formula B Komplek tablet yang menggunakan Na benzoat 6% formula tersebut telah memenuhi persyaratan sudut
sebagai pelicin
diam granul yang baik yaitu memiliki sudut diam
Rata-rata laju alir granul B komplek tablet yang kurang dari 30oC dan tidak lebih dari 40oC (Banker
diberi natrium benzoat sebagai pelicin dengan
dan Anderson, 1994).
konsentrasi 1% (P1), konsentrasi 3% (P2) dan
4. Evaluasi Kompresibilitas Granul Vitamin B
konsentrasi 6% (P3) ditunjukkan oleh Tabel 4.3.
Komplek
Rata–rata laju alir B komplek tablet dengan natrium
Rata-rata kompresibilitas granul B komplek tablet
benzoat sebagai pelicin sebesar 5,04 ± 0,28
yang diberi natrium benzoat sebagai pelicin dengan
gram/detik (P1), 5,35 ± 0,16 gram/detik (P2) dan 5,41 konsentrasi 1% (P1), konsentrasi 3% (P2) dan
± 0,22 gram/detik (P3).
konsentrasi 6% (P3) ditunjukan oleh Tabel 4.3. Rata–
Hasil uji sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji
rata kompresibilitas B komplek yang diberi Natrium
Wilayah Berganda Duncan mengenai waktu alir
benzoat sebagai pelicin sebesar 8,67 ± 0,41 % (P1),
granul B komplek tablet dapat dilihat Tabel 4.4.
11,13 ± 1,35% (P2) dan 12,05 ± 1,90 % (P3).
Tabel 4.4 Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan Laju Alir granul B
Hasil uji sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji
Komplek Tablet yang diberi Na benzoat berbagai Wilayah Berganda Duncan mengenai kompresibilitas
Konsentrasi sebagai Pelicin granul B komplek tablet dapat dilihat Tabel 4.6.
Perlakuan Rata-rata kelembaban Signifikan P=0,05
P1 5,04 a Tabel 4.6 Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan kompresibilitas
P2 5,35 a granul B Komplek Tablet yang diberi Na benzoat
P3 5,41 a berbagai Konsentrasi sebagai Pelicin
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak Perlakuan Rata-rata kompresibilitas Signifikan P=0,05
berbeda nyata (P>0,05). P1 8,67 a
P2 11,13 ab
Hasil uji wilayah Berganda Duncan mengenai P3 12,05 b
evaluasi laju alir granul ketiga formula menunjukkan Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P>0,05).
bahwa granul P1 (1% Na Benzoat) memiliki kadar air
yang sama dengan granul P2 dan P3 (P>0,05). Ketiga Hasil uji wilayah Berganda Duncan mengenai
granul memiliki laju alir yang memenuhi persyaratan evaluasi kompresibilitas granul ketiga formula
yaitu laju alir yang baik adalah antara 4-10 gram/detik menunjukkan bahwa granul P1 (1% Na Benzoat)
(Lachman et al., 2008). tidak berbeda nyata dengan P2 (P>0,05), akan tetapi
3. Evaluasi Sudut Diam Granul Vitamin B Komplek P2 nyata lebih rendah dari P3 (P<0,05). Nilai
Rata-rata sudut diam granul B komplek tablet kompresibilitas dibawah 15% biasanya memberikan
yang diberi natrium benzoat sebagai pelicin dengan sifat alir yang baik dan diatas 15% menunjukkan
konsentrasi 1% (P1), konsentrasi 3% (P2) dan
4
kemampuan alir yang buruk (Aulton, 2002). Dari
ketiga formula yang diuji hasil indeks pengetapannya
lebih kecil dari 15% sehingga granul dari ketiga
formula memiliki sifat alir yang baik.

B. Evaluasi Tablet
1. Penampilan Fisik Tablet
Penampilan umum suatu tablet diperlukan untuk
mengontrol keseragaman antar bahan serta antara
Gambar 4.3 Granul dan Tablet formula III (Natrium benzoat 6%)
tablet satu dengan yang lainnya (Lachman et al.,
Keterangan :
2008). Pada penampilan fisik tablet, bentuk 1 = gambar granul formula III
permukaan tablet adalah bulat pipih, halus, dan tidak 2 = gambar tablet formula III
mengalami capping. Dalam hal ini tablet telah
memenuhi persyaratan pada uji kelembaban granul 2 Uji Keseragaman Bobot
sebelumnya, sehingga pada proses pencetakan granul Rata–rata keseragaman bobot B komplek tablet
tidak lengket pada cetakan. Warna dari tablet vitamin yang diberi Natrium benzoat sebagai pelicin dengan
B komplek adalah kuning muda, yang merupakan konsentrasi 1% (P1), konsentrasi 3% (P2) dan
warna campuran dari zat aktif. Bau tablet vitamin B konsentrasi 6% (P3) ditunjukan oleh Tabel 4.8. Rata–
komplek adalah tajam, karena zat aktif, yaitu vitamin rata keseragaman bobot B komplek tablet dengan
B komplek berbau tajam. Tablet memiliki ketebalan natrium benzoat sebagai pelicin sebesar 499,88 ± 6,25
3,2 mm dengan diameter 12 mm dengan warna gram (P1), 497,75 ± 5,59 gram (P2) dan 498,95 ±
kuning keputihan dan memiliki bau khas vitamin B 6,58 gram (P3).
komplek. Berikut ini merupakan gambar granul dan
tablet vitamin B komplek tiap formula. Tabel 4.8 Rata-rata Keseragaman Bobot B Komplek Tablet yang
Diberi Natrium Benzoat sebagai Pelicin

Keseragaman Bobot Tablet (mg)


Hasil
P1 P2 P3
x ± SD 499,88 ± 6,25 497,75 ± 5,59 498,95 ± 6,58
Batas 5% 524.8733 522.6333 523.8967
atas 10% 549.87 547.5267 548.8433
Batas 5% 475.0367 472.86 474.0033
bawah 10% 449.8933 447.9733 449.0533
Gambar 4.1 Granul dan Tablet formula I (Natrium benzoat 1%) Keterangan :
Keterangan : P1 = Formula B Komplek tablet yang menggunakan Na benzoat 1%
1 = gambar granul formula I sebagai pelicin
2 = gambar tablet formula I P2 = Formula B Komplek tablet yang menggunakan Na benzoat 3%
sebagai pelicin
P3 = Formula B Komplek tablet yang menggunakan Na benzoat 6%
sebagai pelicin

Hasil uji sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji


Wilayah Berganda Duncan mengenai keseragaman
bobot B komplek tablet dapat dilihat Tabel 4.9
Tabel 4.9 Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan Keseragaman
Bobot B Komplek Tablet yang diberi Na benzoat
berbagai Konsentrasi sebagai Pelicin
Gambar 4.2 Granul dan Tablet formula II (Natrium benzoat 3%) Perlakuan Rata-rata keseragaman bobot Signifikan
Keterangan : P=0,05
1 = gambar granul formula II P1 499,88 a
2 = gambar tablet formula II P2 497,75 a
P3 498,95 a
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P>0,05).

Hasil uji wilayah Berganda Duncan mengenai


evaluasi keseragaman bobot ketiga formula
5
menunjukkan bahwa granul P1 (1% Na Benzoat) Tabel 4.11 Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan Tingkat
memiliki keseragaman yang sama dengan granul P2 Kekerasan B Komplek Tablet yang diberi Na benzoat
berbagai Konsentrasi sebagai Pelicin
dan P3 (P>0,05). Rata – rata kekerasan
Perlakuan Signifikasi (P=0,05)
Hasil evaluasi keseragaman bobot tablet (kg)
ditunjukkan pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa P0 6,75 c
P1 4,25 a
ketiga formula tablet memenuhi persyaratan P2 4,89 ab
Farmakope Indonesia Edisi III (Depkes RI, 1979), P3 5,46 b
yaitu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya Keterangan: huruf yang sama dalam kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (P>0,05)
lebih dari 5% dan tidak ada satu tablet pun yang
bobotnya lebih dari 10%.
4 Uji Kerapuhan Tablet
3 Uji Kekerasan Tablet Rata–rata kerapuhan B komplek tablet yang
Rata–rata kekerasan B komplek tablet yang diberi diberi natrium benzoat sebagai pelicin dengan
natrium benzoat sebagai pelicin dengan konsentrasi konsentrasi 1% (P1), konsentrasi 3% (P2), konsentrasi
1% (P1), konsentrasi 3% (P2), konsentrasi 6% (P3) 6% (P3) dan produk acuan (P0) ditunjukan oleh Tabel
dan produk acuan (P0) ditunjukan oleh Tabel 4.10. 4.10. Rata–rata kerapuhan B komplek tablet dengan
Rata–rata kekerasan B komplek tablet dengan natrium natrium benzoat sebagai pelicin sebesar 0,66 ± 0,04 %
benzoat sebagai pelicin sebesar 4,25 ± 0,06 kg (P1), (P1), 0,15 ± 0,03 % (P2), 0,13 ± 0,01 % (P3), dan
4,89 ± 0,37 kg (P2), 5,46 ± 0,59 kg (P3), dan 6,75 ± 0,39 ± 0,17 % (P0).
0,72 kg (P0). Hasil sidik ragam tingkat kerapuhan B komplek
tablet menunjukkan bahwa Na benzoat sebagai
Tabel 4.10 Rata–rata Kekerasan, Kerapuhan dan Waktu Hancur B pelicin berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
Komplek Tablet yang diberi Natrium Benzoat sebagai kerapuhan tablet.
Pelicin Untuk mengetahui pengaruh perbedaan
Rata–rata ± SD
Perlakuan Waktu hancur
konsentrasi Na benzoat yang digunakan sebagai
Kekerasan ( kg) Kerapuhan (%) pelicin pada pembuatan B komplek tablet terhadap
(menit)
P0 6,75 ± 0,72 0,39 ± 0,17 21,57 ± 2,01 tingkat kerapuhan dilakukan Uji Wilayah Berganda
P1 4,25 ± 0,06 0,66 ± 0,04 17,07 ± 0,60
P2 4,89 ± 0,37 0,15 ± 0,03 19,33 ± 0,92
Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 4.12.
P3 5,46 ± 0,59 0,13 ± 0,01 23,23 ± 1,12 Dari hasil Uji Wilayah Berganda Duncan (Tabel
4.12) pengaruh berbagai konsentrasi Na benzoat
sebagai pelicin terhadap tingkat kerapuhan
Hasil sidik ragam tingkat kekerasan B komplek menunjukkan bahwa rata–rata kerapuhan tablet
tablet menunjukkan bahwa Na benzoat sebagai perlakuan P1 sangat nyata lebih tinggi dibandingan
pelicin berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap P2, P3 dan P0 (P<0,01). Selanjutnya kerapuhan tablet
kekerasan tablet. B komplek konsentrasi Na benzoat 3% (P2) tidak
Untuk mengetahui pengaruh perbedaan berbeda nyata dibandingkan dengan kerapuhan tablet
konsentrasi Na benzoat yang digunakan sebagai B komplek konsentrasi 6% (P3) (P>0,05), akan tetapi
pelicin pada pembuatan B komplek tablet terhadap nyata lebih rendah dibandingkan P0 (P<0,05). Hal ini
tingkat kekerasan dilakukan Uji Wilayah Berganda disebabkan karena pada tablet P3 mempunyai daya
Duncan yang hasilnya disajikan pada tabel 4.11. pertahanan yang baik terhadap guncangan dan
gesekan sehingga dari hasil kerapuhan ini maka
Dari hasil Uji Wilayah Berganda Duncan (Tabel dihasilkan kekerasan yang baik juga (Lachman,
4.11) pengaruh berbagai konsentrasi Na benzoat 2008).
sebagai pelicin terhadap tingkat kekerasan Tabel 4.12 Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan Tingkat
menunjukkan bahwa rata–rata kekerasan tablet Kerapuhan B Komplek Tablet yang diberi Na benzoat
perlakuan P1, P2 dan P3 nyata lebih rendah berbagai Konsentrasi sebagai Pelicin.
Rata–rata Kerapuhan Signifikasi (P)
(P<0,05) dibandingkan dengan produk acuan (P0), Perlakuan
(%) 0,05 0,01
akan tetapi perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan P0 0,39 b b
P2 (P>0,05), namun nyata lebih rendah dibandingkan P1 0,66 c c
P2 0,15 a ab
P3 (P<0,05). Selanjutnya kekerasan tablet B komplek P3 0,13 a a
konsentrasi Na benzoat 3% (P2) tidak berbeda nyata Keterangan : huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
dibandingkan dengan kekerasan tablet B komplek berbeda nyata (P>0,05)
konsentrasi 6% (P3) (P>0,05).

6
5 Uji Waktu Hancur Tablet Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Rata–rata kerapuhan B komplek tablet yang Alam Universitas Udayana yang telah membantu
diberi natrium benzoat sebagai pelicin dengan selama penelitian.
konsentrasi 1% (P1), konsentrasi 3% (P2), konsentrasi 2. Bapak IG.N.A. Dewantara Putra,S.Farm.,
6% (P3) dan produk acuan (P0) ditunjukan oleh Tabel Apt.,M.Sc selaku pembimbing I dan Bapak
4.10. Rata–rata waktu hancur B komplek yang diberi IG.N.Jemmy Anton P, S.Farm., Apt selaku
natrium benzoat sebagai pelicin selama 17,07 ± 0,60 pembimbing II atas segala tenaga, pikiran,
menit (P1), 19,32 ± 0,92 menit (P2), 23,22 ± 1,12 motivasi, perhatian, nasihat, saran dan waktu dari
menit (P3) dan 21,57 ± 2,01 menit (P0). awal penelitian ini.
Hasil sidik ragam waktu hancur B komplek tablet 3. Kepada seluruh keluarga besar Farmasi Udayana
menunjukkan bahwa Na benzoat sebagai pelicin yang telah membantu.
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap waktu hancur4. Kepada semua pihak yang namanya tidak bisa penulis
tablet. sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima
Untuk mengetahui pengaruh perbedaan kasih yang sebesar-besarnya.
konsentrasi Na benzoat yang digunakan sebagai5.
pelicin pada pembuatan B komplek tablet terhadap DAFTAR PUSTAKA
waktu hancur dilakukan Uji Wilayah Berganda Anonim. 2009. Bali Gelar Sensus Populasi Anjing.
Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 4.13. (serial online), (cited 2009 jan, 30). Available
Dari hasil Uji Wilayah Berganda Duncan (Tabel from: url: http//www.antaranews.com.
4.13) pengaruh berbagai konsentrasi Na benzoat Aulton, M., and Summers, M. 2002. Granulation in
sebagai pelicin terhadap waktu hancur menunjukkan Aulton, ME., Pharmaucetics the Science of
bahwa rata–rata waktu hancur tablet perlakuan P1 Dosage Form Design 2ndEdition. Churchill
nyata lebih cepat hancur dibandingkan P3 dan P0 Livingstone. London.
(P<0,05), namun tidak berbeda nyata dengan P2 Banker, G. S., Anderson N. R. 1986. Tablets (eds), in
(P>0,05). Selanjutnya waktu hancur tablet B komplek Lachman, C. L. Lieberman H. A., Kanig, J. L.
konsentrasi Na benzoat 6% (P3) lebih lama hancur (eds). The Theory and Practice of Industial
dibandingkan dengan waktu hancur tablet B komplek Pharmacy, Lea and Febiger. Philadelpia.
konsentrasi 1% (P1) (P<0,05), akan tetapi tidak Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III.
berbeda nyata dengan P0 (P>0,05). Waktu hancur Jakarta. 366, 493.
tablet B komplek P2 tidak berbeda nyata dengan P0 Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV.
(P>0,05). Jakarta. 4, 12, 57-58, 650, 1083-1085, 1165,
1182, 1209-1210.
Tabel 4.13 Hasil Uji Wilayah Berganda Duncan Waktu Hancur B Hussain, M. A., R. Chang, E. Sandefer, R. C. Page
Komplek Tablet yang diberi Na benzoat berbagai and G. A. Digenis. 2004. Evaluation of the in
Konsentrasi sebagai Pelicin.
Rata–rata Waktu hancur Signifikasi Vivo Disintegration of Solid Dosage Forms of
Perlakuan
(menit) (P=0,05) a Bile Acid Sequestrant in Dogs Using γ-
P0 21,57 bc Scintigraphy and Correlation to in Vitro
P1 17,07 a
P2 19,32 ab Disintegration. (serial online), (cited 2009 oct,
P3 23,22 c 14). Available from:
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak http://www.springerlink.com/content/r222u0g4
berbeda nyata (P>0,05)
6t254177/fulltext.pdf.
SIMPULAN
Lachman, L. Lieberman, H. A., Kanig, J. L. (editors).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka
2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri II
dapat disimpulkan bahwa penambahan pelicin Na
(Terjemahan) Edisi III. Universitas Indonesia
benzoat 1%,3% dan 6% adanya pengaruh terhadap
Press. 28-31, 107-113.
sifat fisik tablet dan konsentrasi efektif na benzoat
Moghimi, Hamid Reza. 2009. Veterinary Pharmacy,
adalah 3%.
a Dismissed Necessity. Iranian Journal of
Pharmaceutical Research, 227-229. Shaheed
UCAPAN TERIMA KASIH
Beheshti University of Medical Sciences and
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
Health Services.
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Nurono, S. 1992. Farmasetika (Pembuatan Buku dan
1. Bapak Dr.rer.nat I Made Agus Gelgel Wirasuta,
Monograf). Pusat Antar Universitas bidang
Apt., M.Si. selaku Ketua Jurusan Farmasi
7
Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung. 116, Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi
147-148, 152, 165-166. (Terjemahan) Edisi V, Cetakan II. Gajah Mada
Parrot, E. L, Saski. 1977. Experimental University Press. Yogyakarta Indonesia. 169-
Pharmaceutical Technology, 4th edition. 171, 173-174, 179, 201-203, 206-209.
Burgess Publishing Company, Minneapolis,
Minnesota. 73-85.
Rowe, Raymond C, Paul, J. W. 2003. Handbaook of
Pharmaceutical Exipients, Pharmaceutical
Press. London.

Anda mungkin juga menyukai