E-ISSN 2722709X
http://ojs.stikes-muhammadiyahku.ac.id/index.php/herbapharma
ABSTRAK
Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb) adalah umbi yang memiliki kandungan zat yang
bermanfaat meliputi antioksidan, vitamin C, air, antibakteri dan flavonoid. Flavonoid merupakan
tabir surya alami untuk mencegah kerusakan kulit akibat radikal bebas. Saffron (Crocus sativus
L.) merupakan rempah - rempah yang termahal di dunia dengan rasa khas paitnya. Saffron
digunakan sebagai pewarna alami yang berasal dari crocetin, glucosyl esters, dan the crocins.
Saffron mengandung crocin yaitu salah satu bahan pewarna karotenoid yang membuat warna
kuning keemasan. Facemist termasuk ke dalam kosmetik penyegar kulit (freshner). Fungsi
utama penyegar adalah menyegarkan kulit wajah, mengangkat sisa minyak dari kulit yang
dimungkinkan masih ada, serta desinfektan ringan dan sekaligus dapat membantu menutup
pori-pori kembali. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan ekstrak etanol buah
bengkuang dengan menggunakan pewarna alami saffron dan dilakukan uji evaluasi meliputi uji
organoleptik, uji pH, uji bobot jenis, uji daya sebar semprot, uji kondisi semprotan dan uji waktu
kering sehingga dapat diketahui konsentrasi sediaan facemist yang baik. Jenis penelitian yang
dilakukan yaitu eksperimental dilaboratorium dengan membuat 5 formulasi yang terdiri dari F0
sebagai basis facemist, F1 dengan konsentrasi ekstrak etanol buah bengkuang sebesar 1 g, F2
3 g, F3 5 g, dan F4 7 g. Dari hasil uji evaluasi sediaan F4 merupakan formula yang paling baik.
Kata Kunci: Antioksidan, bengkuang,facemist,saffron.
ABSTRACT
Jicama (Pachyrhizus erosus (L.) Urb) is a tuber that contains useful substances including
antioxidants, vitamin C, water, antibacterial, and flavonoids. Flavonoids are natural sunscreens
to prevent skin damage from free radicals. Saffron (Crocus sativus L.) is the most expensive
spice in the world with its distinctive pait flavor. Saffron is used as a natural dye derived from
crocetin, glucosyl esters, and crocins. Saffron contains crocin, a carotenoid coloring agent that
makes a golden yellow color. Facemist is a skin freshener (freshener) cosmetic. The main
function of a freshener is to refresh facial skin, remove residual oil from the skin that may still be
present, as well as a mild disinfectant, and at the same time help close pores again. This
research was conducted to formulate the ethanol extract of the yam fruit using saffron natural
dyes and the evaluation included organoleptic test, pH test, specific gravity test, spray
dispersion test, spray condition test, and dry time test so that a good facemist concentration
could be found. The type of research carried out was experimental in the laboratory by making 5
formulations consisting of F0 as a facemist's basis, F1 with a concentration of 1 g of yam fruit
ethanol extract, F2 3 g, F3 5 g, and F4 7 g. From the evaluation results F4 is the best formula.
Keywords:Antioxidants, facemist, jicama, saffron.
49 Farmasi 2021;3(2): 48-55
PENDAHULUAN
Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb) adalah umbi yang memiliki kandungan -
kandungan zat yang bermanfaat. Kandungan zat meliputi antioksidan, vitamin C, air, antibakteri
dan flavonoid. Flavonoid merupakan tabir surya alami untuk mencegah kerusakan kulit akibat
radikal bebas dan zat fenolik efektif untuk menghambat proses pembentukan melanin (Putra
dan Sitiatava, 2012). Dari hasil skrining fitokimia (Apristasari et al., 2018) bengkuang
mengandung beberapa senyawa yaitu flavonoid, saponin dan alkaloidSaffron (Crocus Sarivus
L.) merupakan rempah - rempah yang termahal di dunia dengan rasa khas pahitnya. Rasa
khas pahit dari saffron disebabkan karena zat kimia bernama monoterpene glycoside
picrocrocin dan aroma khas saffron karena adanya senyawa volatil aglycone safrana. Saffron
digunakan sebagai pewarna alami yang berasal dari crocetin, glucosyl esters, dan the crocins.
Saffron mengandung crocin yaitu salah satu bahan pewarna karotenoid yang membuat warna
kuning keemasan (Zeka et al., 2015). Senyawa fenolik dan karotenoid yang ada dalam saffron
adalah sumber yang paling penting untuk aktivitas antioksidan. Bunga Saffron yang terdiri dari 6
kelopak bunga, 3 benang sari berwarna kuning dan 3 putik bunga. Hal yang membuat bunga
saffron mahal terletak pada putik bunga. Dalam bunga saffron putik bunga relatif sedikit untuk
menjadi rempah-rempah. Satu kg rempah - rempah saffron membutuhkan sekitar 158.000 -
300.000 bunga saffron. Saffron mengandung crocetin yang berasal dari hidrolisis crocin.
Saffron telah diteliti bisa untuk antioksidan dan saffron telah menyumbang untuk kebutuhan
antioksidan yang terus meningkat (Jadouali et al., 2018).Facemist termasuk ke dalam
kosmetik penyegar kulit (freshner). Fungsi utama penyegar adalah menyegarkan kulit wajah,
mengangkat sisa minyak dari kulit yang dimungkinkan masih ada, serta desinfektan ringan
dan sekaligus dapat membantu menutup pori - pori kembali. Penyegar diproduksi sesuai
jenis pembersih yang mengacu pada jenis kulit wajah (Apristasari et al.,2018).Dalam penelitian
ini dibuat sediaan facemist karena sediaan facemist memiliki kelebihan jika dibandingkan
dengan sediaan lainnya. Sediaan facemist mudah digunakan dan dibawa kemana-mana, serta
sediaan facemist lebih cepat meresap ke dalam kulit. Hasil penelitian facemist Apristasari
(2018) penggunaan ekstrak kubis ungu dan bengkuang menghasilkan warna kuning kecoklatan
dengan kadar antioksidan rata-rata sebesar 56%. Oleh karena itu pada penelitian selanjutnya
digunakan pewarna alami saffron untuk facemist. Formulasinya diharapkan dapat memberikan
warna yang lebih menarik. Selain itu, kandungan fenolik dan flavonoid pada saffron di harapkan
dapat menambah efek antioksidan yang dapat ditingkatkan bila dikombinasikan dengan
bengkuang.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian jenis eksperimental laboratorium.
Farmasi 2021;3(2): 48-55 50
Sampel
Buah bengkuang di peroleh dari pasar Tradisional Krucuk Kecamatan Kramatmulya
Kabupaten Kuningan yang di panen langsung oleh petani di daerah Cilimus. sebelum dijadikan
sampel, buah bengkuang dipilih yang baik dan segar kemudian diperiksa secara organoleptis
meliputi pemeriksaan penampilan, warna dan bau dari buah bengkuang sedangkan saffron di
peroleh dari Taqychan Saffron Grup.
Prosedur Penelitian
Pengolahan sampel
Buah bengkuang di peroleh dari pasar Tradisional Krucuk, Kecamatan Kramatmulya,
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang dipanen langsung oleh petani di daerah Cilimus. Saffron
diperoleh dari Taqychan Saffron Grup. kemudian dilakukan determinasi tanaman di
Laboratorium Pengujian Bahan Herbal STIKes Muhammadiyah Kuningan yang bertujuan untuk
mengetahui kebenaran dari jenis tanaman tersebut. Buah bengkuang dipilih yang baik dan
segar. Kemudian disortasi dan dicuci agar bersih. Setelah itu dirajang dengan cara dipotong
kecil-kecil kemudian dihaluskan dengan menggunakan blander yang selanjutnya dapat
dilakukan maserasi.
Proses ekstraksi
Enam ratus gram buah bengkuang direndam dengan etanol 96% sebanyak 3000 mL,
kemudian diinapkan selama 3 x 24 jam. Setelah didapatkan ekstrak dalam bentuk filtrat,
selanjutnya dilakukan proses penguapan pelarut, dimana pelarut diuapkan dengan
waterbath.diperoleh ekstrak kental buah bengkuang sebanyak 47 g.
yang kemudian diuapkan di waterbath untuk memperoleh ekstrak kental. Hasil dari ekstrak
kental yaitu 47 gram.
Bentuk Sedikit kental Sedikit kental Sedikit kental Sedikit kental Sedikit kental
Kuning Kuning
Kuning
Warna Bening jernih Sedikit putih keemasan keemasan
keemasan
sedikit cerah cerah
Sedikit Bau khas Bau khas
Aroma Tidak berbau Bau khas buah
berbau buah buah buah
Dari hasil pengamatan organoleptik yang meliputi pengamatan terhadap bentuk warna
dan bau diperoleh hasil dimana bentuk dari kelima formula sama yaitu sedikit kental sedangkan
warna dari setiap formula berbeda dimana F0 berwarna bening jernih, F1 berwarna sedikit
putih, F2 berwarna kuning keemasan, F3 berwarna kuning keemasan sedikit cerah dan F4
berwarna kuning keemasan cerah. Perbedaan warna pada setiap formula dipengaruhi oleh
konsentrasi pewarna saffron yang digunakan pada setiap formula yang berbeda-beda, dan
aroma yang dihasilkan pada setiap formula berbeda dimana F0 tidak berbau, F1 sedikit berbau
buah, F2 bau khas buah, F3 bau khas buah dan F4 bau khas buah. Dari kelima formula yang
dibuat berdasarkan hasil pengamatan secara organoleptik formula 4 merupakan formula yang
paling baik.
Uji pH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan indikator pH universal yaitu dengan
memasukkan indikator pH universal kedalam sediaan. Hasil pengukuran pH facemist ekstrak
etanol buah bengkuang dengan menggunakan pewarna alami saffron dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
53 Farmasi 2021;3(2): 48-55
Dari hasil pengujian pH dari keempat formula tersebut yaitu 6. Sehingga sediaan
facemist telah memenuhi kriteria pH kulit yaitu 4,5 – 6,5 (Djajadisastra dan Dessy, 2009).
Bobot jenis sediaan facemist lebih besar dari bobot jenis air, dimana bobot jenis
tersebut dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi ekstrak etanol buah bengkuang dan
pewarna saffron yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol buah bengkuang
dan pewarna saffron yang digunakan maka akan semakin besar pula bobot jenis dari sediaan
facemist tersebut. Bobot jenis air bernilai 1 g/mL (Yunita, 2019). Pada semua formula bobot
jenisnya memenuhi standar karena bobot jenis dari kelima formula lebih besar dari bobot jenis
air.
Dari hasil pengujian daya sebar semprot terhadap kelima formula diperoleh hasil F0 6,5
cm dan terdapat hasil yang sama yaitu pada F1, F2 dan F3 dengan daya sebar semprot 5 cm.
Sedangkan pada F4 daya sebar semprotnya yaitu 6 cm. Daya sebar semprot yang baik untuk
sediaan facemist yaitu antara 5-7 cm (Kamishita, Miyazaki dan Okuno, 1992). Sehingga daya
sebar semprot yang baik yaitu pada formula 4.
Farmasi 2021;3(2): 48-55 54
Hasil pengujian kondisi semprotan yang dilakukan terhadap kelima formula diperoleh
hasil baik pada semua formula. Hal ini dikarenakan semua formula dapat menyemprot keluar
seragam dan dalam bentuk partikel kecil sesuai dengan standar kondisi semprotan yang baik
(Kamishita, Miyazaki dan Okuno, 1992).
Dari hasil pengujian waktu kering sediaan facemist memiliki waktu kering yang berbeda-
beda pada setiap formula. Kelima formula memenuhi standar waktu kering dimana standar
waktu kering yang baik yaitu kurang dari 5 menit (Kamishita, Miyazaki dan Okuno, 1992).
Formula dengan waktu kering paling baik yaitu pada formula 4 yaitu 3 menit 30 detik.
SIMPULAN
Ekstrak etanol buah bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urb) dengan menggunakan
pewarna alami saffron (Crocus sativus L.) dapat diformulasikan dalam sediaan
facemist.Evaluasi sediaan facemist ekstrak etanol buah bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)
Urb) dengan menggunakan pewarna alami saffron (Crocus sativus L.) meliputi uji organoleptik,
uji pH, uji bobot jenis, uji daya sebar semprot, uji kondisi semprotan dan uji waktu kering.
Berdasarkan hasil evaluasi sediaan yang telah dilakukan, formula 4 merupakan formula yang
paling baik.
REFERENSI
Apristasari, O. et al. (2018) ‘ANTIOXIDANT AND FACIAL MOISTURIZER’.
Djajadisastra, J. dan Dessy, N. (2009) ‘Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak Nerii Folium dalam
Sediaan Anti Jerawat’, Jurnal Farmasi Indonesia, 4, pp. 210–216.
55 Farmasi 2021;3(2): 48-55
Fitriansyah et al. (2016) ‘Formulasi dan evaluasi spray gel fraksi etil asetat pucuk daun teh hijau
(Camelia sinensis [L.] Kuntze) sebagai antijerawat’, PHARMACY : Jurnal Farmasi
Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 13, pp. 202–2016.
Jadouali, S. . et al. (2018) ‘Chemical characterization and antioxidant compounds of flower
parts of Moroccan crocus sativus L’, J. Saudi Soc. Agric, 03, p. 007.
Kamishita, T., Miyazaki, T. dan Okuno, Y. (1992) ‘Spray Gel Base and Spray Gel Preparation
Using Thereof’, Toko Yakuhin Kogyo Kabushiki Kaisha.
Putra dan Sitiatava, R. (2012) Optimalkan Kesehatan Wajah dan Kulit dengan Bengkuang. Diva
press.
Yunita, A. (2019) Pengaruh Carbomer 940 Pada Sediaan Gel Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum
sanctum L.) Sebagai Anti Nyamuk. STIkes Muhammadiyah Kuningan.
Zeka, K. et al. (2015) ‘Petals of Crocus sativus L. as a potential source of the antioxidants
crocin and kaempferol. Fitoterapia’, 107, pp. 128–134.