Disusun oleh :
Tujuan :
I. PRAFORMULASI
1. Tinjuaan farmakologi bahan obat
a. Indikasi
Diphenhidramin memiliki khasiat antihistamin yang disertadi
dengan efek sedative dan muskarinik (Martindale 36th ed p. 577)
Diphenhidramin digunakan sebagai gejala alergi, termasuk
urtikaria dan angiodema, rhinititis dan konjungtivitis dan keusakan
kulit pruritik. Diphenhidramin juga dapat digunakan sebagai
antiemetik dalam pengobatan mual dan muntah, pencegahan dan
pengobatan motion sickness, vertigo dengan berbagai penyebab,
serta sebagai antimuskarinik pada penyakit parkinson (Martindale
36th ed p. 577-588)
b. Kontraindikasi
Tidak dapat diberikan kepada pasien penderita asma, pasien yang
hipersenstivitas terhadap diphenhidramin HCl, anak-anak dan ibu
hamil (Martindale 36th ed p. 562-563)
Tidak boleh diberikan pada bayi yang baru lahir karena dapat
terjadi efek antimuskarinik karena organ hati dan liver yang belum
terbentuk dengan sempurna (Martindale 36th ed p. 562)
c. Efek Samping
Deperesi SSP,sakit kepala, antimuskarinik seperti mulut
kering,sekeresi saluran pernafasan yang menebal, penglihatan
kabur, kesulitan atau retensi urin, kinstipasi dan peningkatan
refluks lambung. Kadang-kadang terjadi efek gastrointestinal dari
antihistamin sepeerti mual, muntah, diare atau nyeri epigastrium.
(Martindale 36th ed p. 561)
2. Tinjauan Sifat Fisikokimia Bahan Obat
a. Kelarutan
Mudah larut dlam air (FI VI p.401)
1:1 dalam air (Martindale 36th ed p. 577)
b. Stabilitas
Terhadap Cahaya : tidak stabil cahaya, jika terkena cahaya
perlahan-lahan warna zat menjadi gelap (FI VI P.401)
Terhadap suhu : tidak stabil terhadap suhu tinggi, akan melebur
pada suhu ± 167-172°C disimpan pada suhu 15-30°C (FI IV p.330)
Terhadap pH : stabil pada pH 4,0 sampai 6,0 dalam larutan air
(Martindale 36th ed p. 577), pH sediaan 4,0-6,5 (FI VI p.403)
Terhadap oksigen : tidak stabil terhadap udara, simpan dalam
wadah kedap udara (Martindale 36th ed p. 577)
c. OTT (Inkompatibilitas)
Inkompatibilitas dengan amphotericin B, cefametazole sodium,
cefalotin sodium, hydrocortisone sodium succinare, beberapa
barbiturate yang larut air, beberapa media kontras dan larutan asam
atau alkali kuat. (Martindale 36th ed p. 577)
d. Cara penggunaan dan Dosis
Dosis Oral Diphenhydramine HCl
Anak usia 2-6 tahun : 6,25 mg per 4-6 jam.
Anak usia 6-12 tahun : 12,5 mg – 25 mg per 4-6 jam
Dosis Diphenhydramine HCl
Anak-anak : 5mg/kg/hari dalam 4 dosis terbagi maksimum 300mg
dalam 24 jam
Konsentrasi 1% atau 5% : 10-50 mg untuk beberapa pasien,
namun jika diperlukan dapat diberikan dosis 100 mg. Dosis
maksimal 400 gram per hari. (Martindale ed 38th p. 626)
II. FORMULASI
1. Permasalahan dan Penyelesaian
a. Diphenhidramin HCl tidak stabil terhadap cahaya
Penyelesaian : dikemas dalam wadah coklat (vial berwarna coklat) dan terlindung
cahaya
b. Diphenhidramin HCl tidak stabil terhadap udara
Penyelesaian : ditambahakan antioksidan dan chelating agent, diberi wadah vial
coklat. Waktu menimbang diphenhidramin HCl digunakan kaca arloji
c. Bahan aktif tidak bisa disterilkan dengan sterilisasi akhir (otoklaf)
Penyelesaian : dapat diatasi dengan cara sediaan disterilkan dengan membrane
filter diameter 0,2 µm (tidak ada sterilisasi akhir, tapi menggunakan teknik
aseptik)
2. Formulasi
a. (Formularium Nasional edisi II p.113)
R/ Diphenhidramin HCl 10 mg
Aq pro injection ad 1 ml
Pembungkusan :
masing-masing alat dibungkus dalam kantong yang terbuat dari kertas
perkamen dan tuliskan nama alat & nama kelompok anda
c) Tahap-tahapan sterilisasi
c.1. Sterilisasi alat-alat dengan oven pada suhu 180°C selama 30 menit
(kaca arloji ∅ 5 cm, beaker glass, labu erlenmayer, kaca arloji 8 cm, corong pengaduk
kaca, pinset, sendok logam, sendok porselin, ampl, aluminium foil).
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut:
waktu pemanasan : pkl ( menit)
waktu kesetimbangan : pkl ( menit)
waktu pembinasaan : pkl ( menit)
waktu tambahan jaminan sterilitas : pkl ( menit)
waktu pendinginan : pkl ( menit)
c.2. Sterilisasi alat-alat dengan otoklaf pada suhu 115°C selama 30 menit
(Gelas ukur,corong dan kertas saring, pipet tetes, tali)
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut:
waktu pemanasan : pkl ( menit)
waktu pengeluaran udara : pkl ( menit)
waktu menaik : pkl ( menit)
waktu kesetimbangan : pkl ( menit)
waktu pembinasaan : pkl ( menit)
waktu tambahan jaminan sterilitas : pkl ( menit)
waktu menurun : pkl ( menit)
waktu pendinginan : pkl. ( menit)
d) Pemasangan label bersih dan steril pada setiap masing-masing-masing kantong alat
e) Cara kerja
Ruang C
1. Membersihkan meja dengan alcohol 70% dan lap menggunakankasa steril.
2. Menyalakan api spiritus.
3. Mentara kaca rloji, menimbnag Diphenhydramine HCl sebanyak 150 mg dan
menutup menggunakan kaca arloji.
4. Mentara kaca arloji, menimbang Na Metabsulfat sebanyak 3 mg.
5. Mentara kaca arloji, menimbang NaCl sebanyak 220 mg.
Ruang A
1. Menyalakan LAFC : kabel dicolokkan dalam stopkontak dan menkan tombol
“ON” dengan menaikkan tombol berwarna hitam ke atas, fan di “ON” kan
lampu UV di “ON” kan dengan minimal 15-30 menit kemudian ganti
menggunakan lampu neon.
2. Membersihikan LAFC dengan alcohol 70% lalu lap menggunakan kasa steril
pada 6 sisi.
3. Menyemprot wadah api spiritus dengan alcohol 70% lalu masukkan dalam
LAFC dan biarkan sampai kering.
4. Alat yang sudah disterilkan, disemprot dengan alcohol 70%, kemudian
masukkan dalam LAFC.
5. Bahan-bahan yang sudah ditimbang di ruang C dimasukkandalam LAFC.
6. Membuat pengenceran Na Metabisulfit :
a) Menimbang 50 mg Na Metabisulfit pada kaca arloji, lalu
dimasukkan dalam beaker glass (kelarutan 1:1,9)
b) Mengukur 10 ml aqua pro injeksi dengan gelas ukur 10 ml.
c) Mencampur (a) dan (b) kemudian aduk ad larut dalam beaker
glass 50 ml.
d) Mengambil ( c ) sebanyak 1 ml dengan gelas ukur 5 ml (dalam
1 ml mengandung 5 mg Na Metabisulfit dan di ad kan10 ml)
e) Mengambil (d) sebanyak 6 ml(3mg/5mg x 10 ml = 6 ml )
7. Menimbang Diphenhydramine HCl sebanyak 150 mg dan menimbang Na
Metabisulfit sebanyak 6 ml, kemudian campur ke dalam beaker glass 100 ml
(kelarutan 1:1 dalam air)
8. Melarutkan NaCl (kelarutan 1:28)
a) Mengukur aqua pro injeksi sebanyak 5 ml dengan bantuan
gelas ukur 10 ml.
b) Memasukkan NaCl sebanyak 191 mg dalam beaker glass 50
ml.
c) Mencampur (a) dan (b), kemudian aduk ad homogeny danlarut
dalam beaker glass 50 ml
9. Mencampur (7) dan (8) ad homogeny dalam beaker glass 100 ml.
10. Melakukan pengecekan pH dengan indicator universal.
11. Meng ad kan no (9) sebanyak 30 ml dalam gelas ukur 50 ml.
12. Mengambil sebanyak 9,5 ml no (11) dan filtrasi menggunakan membrane
filter 0,22µm, ditampung dalam vial coklat, lalu ditutup dengan karet yang
sesuai.
13. No (12) diikat champagne 1 kali, kemudian tutup menggunakna alumunium
foil, dan ditali pita pada leher vial.
14. Melakukan langkah (12) dan (13) untuk vial ke 2 dan vial ke 3.
15. Melakukan uji bubble point test untuk membrane filter 0,22µm (ruang kelas
II)
a. Mengisi udara dalam spuit ijeksi sebanyak 10 ml, kemudian pasang
kembali filter yang telah digunakan.
b. Menyiapkan beaker glass dengan isi aquadest.
c. Masukkan dalam beaker glass yang berisi aquadest + filter holder,
kemudian masukkan ke bagian tengah beaker glass dengan tegak
lurus.
d. Mendorong pelan udara dalam spuit injeksi sehingga keluar
gelembung udara pertama kari dari ujung filter holder dan alat ditahan
pada bagian yang didorong tadi. (ciri-ciri gelembung udara : bergerak
ke permukaan air, keluar dari samping membrane filter).
e. Jika sisa udara dalam spuit injeksi 2 ml, maka ukuran pori- pori
terbesar adalah 0,2 µm, ada kemungkinan sediaan menjadi tidak steril
atau pemasangan membrane filter tidak tepat. (Apabila gelembung
udara yang keluar dari bagian bawah filter holder, melainkan dari
samping maka cara pemasangan alat tidak tepat).
16. Memberi etiket dan brosus, kemudian masukkan dalam kemasan sekunder
17. Tidak dilakukan sterilisasi akhir karna bahan sudah tersaring
IV. WADAH
Vial coklat 9 ml yang terlindung dari cahaya dan kedap udara kemudian diberi
labelmerupakan wadah primer.
Brosur
Label/etiket
Kemasaan