Anda di halaman 1dari 15

OBAT – OBAT ANTIMIKROBA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 FARMASI 18 A

ANDI ARTASYA JUMAIRAH 201802001

ANDI NUR IZNA 201802002

ANDI SYIFA SABILAH YAJIS 201802003

ADRIANI SANDY 201802004

AHMAD MURTADLA HAMID 201802005

ALMI 201802007

MANTASIA B 201802033

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

STIKES PELAMONIA MAKASSAR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antimikroba lebih baik bersifat bakterisidal daripada

bakteriostatik. Bakterisidal mempunyai efek membunuh

mikroorganisme. Bakteriostatik hanya menghambat pertumbuhan,

sehingga membutuhkan bantuan sistem kekebalan tubuh untuk

mencapai eradikasi infeksi secara total (Murwani, 2015).

Bakteri dapat menjadi sensitif atau resisten terhadap

antibakterial tertentu. Jika suatu bakteri sensitif terhadap suatu

senyawa, maka organisme itu akan dihambat atau dimusnahkan (Kee

and Hayes, 1996). Resistensi terhadap senyawa antimikroba bisa

didapat atau bawaan. Pada kasus bawaan, semua spesies bakteri

bisa resisten terhadap suatu obat sebelum bakteri kontak dengan obat

tersebut (Neal, 2006).

Obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri

lazim disebut sebagai antibiotika atau lebih luas lagi,

antimikroba. Antibiotika merupakan substansi kimia yang

dihasilkan oleh mikroorganisme untuk menekan

pertumbuhan mikroorganisme yang lain. Sedangkan

antimikroba memiliki arti yang lebih luas lagi karena juga

mencakup substansi kimia yang dihasilkan melalui proses

sintesis di laboratorium
Sebagian besar antimikroba yang digunakan pada saat

ini diproduksi melalui sintesis kimiawi, oleh sebab itu biasa

disebut sebagai antibiotika sintetik. Dengan demikiian maka

perbedaan arti antara antibiotika dan antimikroba pada saat

ini sudah tidak diperdebatkan lagi, karena yang dimaksud

adalah substansi kimiawi yang dapat digunakan untuk

mengatasi infeksi bakterial. Dalam tulisan ini akan dibahas

mekanisme utama, sifat-sifat farmakologi, hingga

penggunaan antibiotika atau antimikroba dalam praktek.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dari Antimikroba?

2. Bagaimana mekanisme kerja dari obat Antimikroba?

3. Apa saja golongan dari Obat Antimikroba?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian dari Antimikroba

2. Untuk mengetahui golongan obat Antimikroba

3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat antimikroba


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Antimikroba

Antibiotika /antimlkroba adalah suatu substansi kimia

yang dihasilkan oleh mikroorganisma secara alamiah. Fungsi

utamanya adalah melawan pertumbuhan atau kehidupan

mikroorganisma yang lain, contoh: penisilin, kloramfenikol,

tetrasiklin. Antimikroba adalah semua bahan kemoterapeutik

yang digunakan untuk melawan efek mikroorganisma.

Sulfonamida, isoniazid, dan kuinin termasuk dalam kelompok

antimikroba.

Antimikroba lebih baik bersifat bakterisidal daripada

bakteriostatik. Bakterisidal mempunyai efek membunuh

mikroorganisme. Bakteriostatik hanya menghambat pertumbuhan,

sehingga membutuhkan bantuan sistem kekebalan tubuh untuk

mencapai eradikasi infeksi secara total (Murwani, 2015).

B. Mekanisme Kerja Antimikroba

Tekanan osmotik pada sel mikroba lebih tinggi dibandingkan

tekanan osmotik diluar sel sehingga, kerusakan dinding sel mikroba

dapat menyebabkan terjadinya lisis dimana hal tersebut merupakan

dasar efek terjadinya bakterisida pada mikroba yang peka.

Penghambatan sintesis protein berlangsung di ribosom dengan


bantuan mRNA dan RNA. Ribosom terdiri dari 2 sub unit yaitu 30s dan

50s, supaya berfungsi pada sintesis protein kedua komponen akan

bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70s.

Menghambat enzim-enzim esensial atau menghambat

metabolisme sel mikroba dibutuhkan asam folat untuk kelangsungan

hidup mikroba. Mikroba patogen harus mensintesis sendiri asam folat

dari PABA atau Para amino benzoate acid untuk kebutuhan

hidupnya :

1. Menurut Setiabudy antibiotik berdasarkan mekanisme kerja,

antara lain;

a. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, seperti

betalaktam (penicillin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem,

inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan vankomisin.

b. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein, misalnya

aminoglikosid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin,

azitromisin, klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan

spektinomisin.

c. Menghambat enzim-enzim essensial dalam metabolisme folat,

misalnya trimetropim dan sulfonamid.

d. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat,

misalnya kuinolon, nitrofurantoin.

2. Menurut Tan dan Rahardjo dalam Sastriani antibiotik berdasarkan

daya kerja, antara lain:


a. Zat-zat bakterisid, pada dosis yang biasa berfungsi untuk

mematikan kuman. Contohnya seperti, penisillin, sefalosporin,

polipeptida, rifampisin, kuinolon, aminiglikosid, nitrofurantoin,

INH, kotrimoksazol, dan polipeptida.

b. Zat-zat bakteriostatik, pada dosis yang biasa terutama

berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan dan

bertambahnya kuman. Contohnya seperti, kloramfenikol,

tetrasiklin, makrolida dan linkomisin .

3. Menurut Tan dan Rahardjo dalam Sastriani antibiotik berdasarkan

luas kerjanya, antara lain:

a. Antibiotik narrow-spectrum (spectrum sempit). Obat dalam

golongan ini aktif terhadap beberapa jenis kuman saja,

misalnya Penisillin G, dan Penisillin V, eritromisin, klindamisin

yang hanya bekerja terhadap kuman gram positif sedangkan

streptomisin, gentamisin, polimiksin B, dan asam nalidiksat

yang aktif khusus hanya pada kuman gram negatif.

b. Antibiotik broad spectrum (spectrum luas) bekerja lebih banyak

terhadap kuman baik kuman gram positif maupun gram

negative antara lain, sulfonamide, ampisilin, sefalosporin,

kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.

4. Berdasarkan indikasi penggunaan antibiotik, terapi antibiotik

dibagi menjadi 3, antara lain:


a. Terapi definitif, pemberian antibiotik bertujuan untuk mengobati

diagnosis infeksi bakteri dengan diketahui penyebab timbulnya

jenis bakteri. Hal yang penting adalah melakukan pengujian

klinis atau kultur terlebih dahulu melalui sampel darah, nanah,

maupun dahak untuk mengetahui jenis bakteri penyebab

infeksi. Apabila jenis bakteri telah diketahui maka, dapat

diberikan terapi antibiotik dengan spectrum yang sempit dan

tidak toksik.

b. Terapi profilaksis, pemberian antibiotik pada terapi ini diberikan

pada kondisi yang memiliki risiko infeksi.

c. Terapi empiris, antibiotik ini pemberiannya pada kondisi kritis

meskipun hasil laboratorium belum keluar dan penyebab

infeksi belum diketahui, semisal sepsis, suhu tubuh tidak

menentu, kondisi seperti ini pemberian antibiotik harus tepat

sesuai kelas antibiotik. Mayoritas antibiotik yang diberikan

antibiotik dengan spketrum luas seperti kombinasi amoksisilin

dan gentamisin yang dapat melawan bakteri positif dan negatif.

C. Golongan Obat Antimikroba

1. Berdasarkan spectrum aktivitasnya

Berdasarkan spektrum aktivitasnya, antibiotika dibagi

menjadi dua yaitu (1) antibiotika spektrum luas dan (2) antibiotika

spektrum sempit. Antibiotika spektrum luas merupakan antibiotika


yang efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.

Adapun obat-obat yang tergolong dalam antibiotika spektrum luas

diantaranya adalah tetrasiklin, amfenikol, aminoglikosida,

makrolida, rifampisin, ampisilin, amoksisilin, bakampisilin,

karbenisilin, hetasilin, pivampisilin, sulbenisilin, tikarsilin, dan

sebagian sefalosporin.

Adapun antibiotika spektrum sempit merupakan antibiotika

yang efektif hanya pada bakteri gram positif atau bakteri gram

negatif saja. Adapun pembagian antibiotika spektrum sempit

beserta contoh obatnya yakni :

a. Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram positif

yakni basitrasin,eritromisin, benzilpenisilin, penisilin G

prokain, penisilin V, fenetisilin K, metisilin Na, nafsilin Na,

Oksasilin Na, Kloksasilin Na, dikloksasilin Na, floksasilin,

linkosamida, asam fusidat.

b. Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram negatif

yakni kolistin, polimiksin B sulfat, sulfomisin.

c. Antibiotika yang efektif terhadap mycobacteriaceae yakni

streptomisin, kanamisin, sikloserin, rifampisin, viomisin,

kapreomisin.

d. Antibiotika yang efektif terhadap jamur yakni griseofulvin,

nistatin, amfoterisin B dan kandisidin.


e. Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (antikanker)

yakni aktinomisin, bleomisin, daunorubisin, doksorubisin,

mitomisin, mitramisin.

2. Berdasarkan Mekanisme Kerjanya

Penggolongan atau klasifikasi antibiotika berdasarkan

mekanisme kerjanya dibagi menjadi 5 yaitu:

a. Antibiotika yang menghambat sintesa dinding sel bakteri,

contohnya penisilin, sefalosporin, karbapenem,

vankomisin, basitrasin, fosfomisin dan isoniazid

b. Antibiotika yang bekerja langsung pada membran sel

bakteri, mempengaruhi permeabilitas membran dan

menyebabkan kebocoran sel, contohnya polimiksin dan

daptomisin.

c. Antibiotika yang menghambat pembentukan DNA/RNA,

contohnya kuinolon dan rifampin

d. Antibiotika yang menghambat pembentukan protein pada

ribosom, contohnya eritromisin, klindamisin, sinercyd,

pleuromutilin yang aktif pada ribosom sub unit 50S,

aminoglikosida, gentamisin, streptomisin, tetrasiklin,

glycylcyclin aktif pada ribosom sub unit 30S dan linezolid

yang aktif baik pada ribosom 50S dan 30S.

e. Antibiotika yang menghambat sintesa asam folat di

dalam sitoplasma contohnya sulfonamida dan


trimetoprim.

3. Berdasarkan struktur kimianya

Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya

dibagi menjadi enam kelompok yakni :

a. Antibiotika β lactam

Antibiotika β laktam terdiri atas 2 sub kelompok yaitu

antibiotika turunan penisilin dan antibiotoka turunan

sefalosporin.

1) Antibiotika Turunan Penisilin

Penisilin merupakan antibiotika paling penting

yang pertama kali diekstraksi dari Penicillium notatum.

Selanjutnya, untuk produksi komersial digunakan P.

chrysogenum karena menghasilkan lebih banyak

penisilin.

Antibiotika turunan Penisilin dapat diklasifikan

lebih lanjut menjadi 5 yaitu:

a) Penesilin yang peka terhadap penisilinase

b) Aminopenisilin

c) Antipseudomonal penisilin (carboxy penicillin)

d) Ureidopenisilin

e) Turunan Penisilin Lainnya

2) Turunan Sefalosporin

Turunan sefalosporin dapat dikelompokkan


berdasarkan struktur kimia, penggunaan klinis,

spektrum antibakteri dan ketahanan terhadap

penisilinase, yakni :

a) Sefalosporin yang diberikan secara oral : sefalexin,

sefradin, dan sefaklor;

b) Sefalosporin yang diberikan secara parenteral :

sefalotin, sefasetril, sefazedon. Turunan ini

sensitive terhadap β-laktamase;

c) Sefalosporin yang resisten terhadap β-laktamase

dan diberikan secara parenteral : sefuroksim,

sefamandol, sefoksitin;

d) Sefalosporin yang tidak stabil secara metabolis :

sefalotin dan sefapirin.

Turunan sefalosporin berdasarkan system

generasi dibedakan menjadi empat kelompok yakni

sefalosporin generasi I, II, III, IV.

a) Sefalosporin Generasi I

Obat-obat Sefalosporin Generasi I memiliki

aktivitas yang tinggi terhadap bakteri gram positif

namun aktivitasnya rendah terhadap bakteri gram

negatif.

b) Sefalosporin Generasi II

Turunan Sefalosporin Generasi II ini lebih aktif


terhadap bakteri gram negatif dan tidak terlalu

aktif terhadap bakteri gram positif bila

dibandingkan dengan Sefalosporin Generasi I.

c) Sefalosporin Generasi III

Obat-obat yang termasuk kelompok

Sefalosporin Generasi III ini kurang aktif melawan

bakteri gram positif dibandingkan generasi

pertama, tapi memiliki spektrum yang lebih luas

terhadap bakteri gram negatif.

d) Sefalosporin Generasi IV

Obat-obat dalam kelompok Sefalosporin

Generasi IV ini memiliki spektrum yang lebih luas

dalam melawan bakteri dibandingkan turunan

sefalosporin sebelumnya.

b. Aminoglikosida

Aminoglikosida merupakan antibiotika yang memiliki

satu atau lebih gula amino yang terhubung pada cincin

aminosititol melalui ikatan glikosida. Antibiotika golongan ini

umumnya merupakan antibiotika spektrum luas dengan

aktivitas yang lebih tinggi dalam melawan bakteri gram

negatif dibandingkan gram positif.

c. Tetrasiklin

Turunan tetrasiklin merupakan antibiotika poten yang


memiliki aktivitas berspektrum luas baik terhadap bakteri

gram negatif maupun bakteri gram positif. Oleh karena itu

tetrasiklin merupakan obat pilihan untuk berbagai macam

penyakit infeksi. Tetrasiklin dapat dikelompok ke dalam

tetrasiklin alami, tetrasiklin semi-sintetis, dan protetrasiklin.

d. Polipeptida

Antibiotika turunan polipeptida memiliki struktur

polipeptida yang kompleks, yang resisten terhadap protease

hewan dan tumbuhan. Obat-obat golongan ini adalah

basitrasin,polimiksin,ampomisin,tirotrisin,dan vankomisin.

e. Makrolida

Antibiotika turunan makrolida merupakan antibiotika

yang sangat bermanfaat khususnya untuk terapi penyakit

infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif baik dalam

bentuk coccus maupun basilus. Antibiotika ini juga efektif

melawan bakteri gram negatif coccus, khusunya Neisseria

spp. Obat-obat ynag termasuk golongan turunan makrolida

adalah erythromisin, oleandomisin, klaritromisin, fluritromisin,

diritromisin, dan azitromisin.

f. Linkomisin

Turunan linkomisin merupakan senyawa

bakteriostatika, yang pada kadar tinggi dapat bersifat

bakterisid.
g. Lain-lain

Antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini adalah

kloramfenikol, rifampisin dan mupirosin. Masing-masing

antibiotik dari golongan lain-lain ini dijelaskan sebagai

berikut:

1) Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan antibiotika spektrum

luas yang bersifat bakteriostatik. Obat ini merupakan

obat pilihan untuk pengobatan demam tifoid akut yang

disebabkan oleh Salmonella sp. Kloramfenikol diisolasi

dari Streptomyces venezuele oleh Ehrlich et al pada

tahun 1947. Kemampuan kloramfenikol menembus

system saraf pusat menjadikannya alternative untuk

pengobatan meningitis dan sebagai anti riketsia.

2) Rimfampisin

Rifampisin diisolasi dari fermentasi kultur

Nocardia mediterranea dan merupakan antibiotika

dengan spektrum aktivitas yang luas. Pada umumnya

rifampisin digunakan sebagai obat antituberkulosis.

Anda mungkin juga menyukai