Anda di halaman 1dari 9

UTS FARMASI RUMAH SAKIT APT XXX

1. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat


kedua, dan tingkat ketiga. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga disebut juga:
Pelayanan kesehatan dasar
Pelayanan kesehatan spesialistik
Pelayanan kesehatan subspesialistik
Pelayanan kesehatan canggih
Pelayanan kesehatan khusus

2. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif,


preventif, dan:
Kuratif serta rehabilitatif
Subjektif serta objektif
Komprehensif serta terpadu
Spesialistik serta subspesialistik
Perorangan dan berkesinambungan

3. Pelayanan medik spesialis dasar meliputi:


Penyakit dalam, bedah, obstetri dan ginekologi, dan kesehatan anak
Penyakit dalam, mata, obstetri dan ginekologi, dan kesehatan anak
Penyakit saraf, bedah, THT, dan kesehatan gigi dan mulut.
Penyakit kulit dan kelamin, mata, bedah, dan kesehatan anak
Kedokteran jiwa, penyakit kulit dan kelamin, penyakit saraf dan THT

4. Selain mempunyai STRA, apoteker yang bekerja di rumah sakit harus terdaftar di:
Kementerian Kesehatan, dan harus mempunyai SIPA
Dinas Kesehatan Provinsi, dan harus mempunyai SIPA
Kementerian Kesehatan, dan harus mempunyai SIK
Dinas Kesehatan Provinsi, dan harus mempunyai SIK
Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan harus mempunyai SIPA

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan beban kerja apoteker di rumah sakit selain
kapasitas tempat tidur, BOR, jumlah resep per hari, adalah:
Jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan
Jumlah barang medis habis pakai yang digunakan
Jumlah sediaan farmasi dan alat kesehatan yang digunakan
Jumlah obat, dan bahan obat yang digunakan
Jumlah obat dan obat tradisional yang digunakan
6. Dalam perhitungan beban kerja dan kebutuhan apoteker di rumah sakit, maka rasio
apoteker dengan jumlah pasien rawat inap, dan dengan pasien rawat jalan adalah:
1 : 50 dan 1 : 30
1 : 30 dan 1 : 50
1 : 40 dan 1 : 60
1 : 60 dan 1 : 40
1 : 50 dan 1: 100

7. Fasilitas ruang yang memadai dalam kualitas dan kuantitas untuk suatu instalasi farmasi
rumah sakit bertujuan agar dapat menunjang kelancaran fungsi dan proses pelayanan
kefarmasian, menjamin lingkungan kerja yang aman untuk petugas, serta agar:
Pelayanan kefarmasian berfungsi dengan baik
Proses pelayanan kefarmasian berjalan dengan lancar
Petugas farmasi dapat menjalankan tugasnya dengan baik
Petugas farmasi bekerja dalam lingkungan yang aman
Memudahkan sistem komunikasi rumah sakit

8. Manajemen kefarmasian terdiri dari manajemen umum dan manajemen perbekalan


farmasi, manajemen umum terdiri dari pembuatan rencana strategis, rencana anggaran
belanja, pengelolaan SDM, dan:
Pembuatan instruksi kerja
Pembuatan standar prosedur operasional
Pembuatan usulan pengadaan sediaan farmasi
Pembuatan rencana jangka panjang
Pembuatan kebijakan dan peraturan

9. Standar Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) dalam Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit, terdiri dari :
3 standar
4 standar
5 standar
6 standar
7 standar

10. Sistem rujukan rumah sakit merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab:
Secara vertikal
Secara horizontal
Secara timbal balik
Secara struktural
Secara fungsional
11. Kegiatan visite dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain sesuai dengan situasi dan kondisi. Keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan visite dan
menetapkan rekomendasi. Kelebihan dilakukannya visite mandiri adalah :
Dapat mempermudah informasi terkini yang komprehensif.
Sebagai fasilitas pembelajaran bagi apoteker
Melakukan konseling, monitoring respons pasien terhadap pegobatan
Dapat langsung mengkomunikasikan masalah terkait penggunaan obat dan
mengimplementasikan rekomendasi yang dibuat
Pemahaman Apoteker tentang patofisiologi pasien terbatas

12. Apoteker dalam praktik visite harus berkomunikasi secara efektif dengan pasien/keluarga,
dokter dan profesi kesehatan lain, terlibat aktif dalam keputusan terapi obat untuk
mencapai hasil terapi (clinical outcome) yang optimal, karena itu sebagai
pertanggungjawaban profesi, sebagai bahan pendidikan dan penelitian serta perbaikan
mutu praktik profesi, apoteker harus :
Melakukan dokumentasi semua tindakan yang dilakukan dalam praktek visite
Melakukan koordinasi dengan dokter penanggungajwab pelayanan (DPJP) dan perawat.
Melakukan pemantauan implementasi rekomendasi dan hasil terapi pasien.
Melakukan pemilihan pesien berdasarkan skala prioritas
Melakukan persiapan dengan memeriksa daftar regimen terapi obat semua pasien.

13. Kegiatan Farmasi Klinik yang tidak dapat dilakukan saat Visite Apoteker ke pasien rawat
inap di ruang perawatan adalah :
Rekonsiliasi dan penelusuran riwayat pengobatan pasien
Pencampuran obat intravena yang akan digunakan pasien
Pemantauan Terapi Obat
Konseling dan Pelayanan Informasi Obat
Pemantauan ESO

14. Seorang apoteker penanggungjawab pelayanan Ruang Anak sedang menyusun rencana
kegiatan pelayanan Farmasi Klinik, rencananya setiap hari akan melakukan rekonsiliasi
obat, penelurusan riwayat pengobatan pasien, edukasi penggunaan obat, pemantauan
terapi dan efek samping obat. Untuk itu apoteker harus melakukannya pada saat :
Dispensing obat
Visite mandiri
MESO
PTO
ROTD
15. Dalam melakukan visite kepada pasien seringkali apoteker tidak dapat secara penuh
melakukannya untuk seluruh pasien, karena itu dilakukan pemilihan pasien / penetapan
prioritas pasien yang akan dikunjungi. Berikut adalah kriteria pasien yang diprioritaskan
untuk diberikan layanan visite seperti yang tercantum dalam Pedoman Visite untuk
Apoteker, kecuali :
Pasien baru (dalam 24 jam pertama)
Pasien dalam perawatan intensif
Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama hati dan ginjal
Pasien yang membawa banyak obat sebelum masuk rumah sakit
Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis.

16. Sebelum melakukan visite kepada pasien di ruang perawatan, apoteker melakukan
persiapan, yaitu antara lain dengan mengumpulkan informasi penggunaan obat yang dapat
diperoleh dari rekam medik, wawancara dengan pasien/keluarga, catatan pemberian obat.
Informasi tersebut meliputi hal berikut, kecuali :
Data pasien
Keluhan utama
Riwayat penyakit saat ini merupakan riwayat keluhan/ keadaan pasien berkenaan dengan
penyakit yang dideritanya saat ini
Riwayat sosial
Riwayat pekerjaan

17. Saat visite bersama , seorang dokter akan memberikan instruksi pengobatan, tetapi dokter
tersebut tidak mengetahui obat yang tersedia di rumah sakit saat itu, maka dokter akan
bertanya kepada :
Kepala instalasi Farmasi
Petugas gudang logistik
Ketua TFT
Kepala Unit Pengadaan
Apoteker Penanggungjawab Pelayanan

18. Kunjungan / visite dapat dilakukan kepada pasien rawat inap baru atau pasien yang sudah
lama dirawat sebagai kunjungan ulang untuk pemantauan terapi obat. Untuk pasien baru
yang belum dapat dilakukan adalah :
Mengajukan pertanyaan tentang obat-obat yg sedang digunakan sebelum masuk RS
(rekonsiliasi obat)
Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian obat selama di rumah
sakit.
19. Pengisian lembar edukasi pasien di rekam medis
Membandingkan obat yang dikonsumsi pasien sebelum masuk rumah sakit dengan
instruksi baru dari dokter
Saat visite apoteker kepada pasien gagal ginjal dengan tindakan hemodialisa, informasi
yang harus diberikan oleh apoteker adalah :
Farmokokinetik obat yang berkaitan dengan hemodialisa
Jadwal hemodialisa
Diet makanan
Dosis / perubahan dosis serta waktu konsumsi obat
Cara pemberian heparin saat dilakukannya hemodialisa

20. Pengisian rekam medis oleh apoteker didasarkan pada kebijakan Direktur tentang
kewenangan pengisian rekam medis. Secara terbatas, apoteker dapat menulis hal yang
berkaitan dengan obat pasien tersebut, tetapi ada hal yang tidak diperbolehkan untuk
ditulis dalam rekam medis, baik oleh tenaga medis, perawat dan apoteker, yaitu :
Daftar obat yang digunakan pasien sebelum masuk rumah sakit
Materi edukasi pasien berupa tujuan terapi, efek terapi dan ESO, cara penggunaan obat
dan jadwal penggunaan obat
Adanya kesalahan obat / pengobatan yang diberikan kepada pasien
Adanya ESO yang dialami pasien dan cara penanganannya
SOAP untuk pemantauan terapi obat pasien

21. Suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif
dan rasional bagi pasien untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko
reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) disebut. . .
Identifikasi DRP’s
Evaluasi Penggunaan Obat
Monitoring Efek samping Obat
Seleksi Terapi Obat
Pemantauan Terapi obat

22. Salah satu faktor pasien yang mempengaruhi efikasi obat adalah . . .
Faktor farmakogenetik
Keterampilan diagnostik
Interaksi obat
Efek samping
Toleransi

23. Salah satu faktor obat yang mempengaruhi efikasi obat adalah . . .
Toksisitas
Alergi
Harga obat
Pengaruh lingkungan
Kehamilan
24. Tahapan Pemantauan Terapi Obat yang paling tepat adalah . . .
Pengumpulan data pasien - Pemantauan- Rekomendasi - Identifikasi DRP’s -Tindak
lanjut
Pengumpulan data pasien -Identifikasi DRP’s - Rekomendasi -Pemantauan -Tindak lanjut
Pengumpulan data pasien - Rekomendasi -Pemantauan- Identifikasi DRP’s -Tindak lanjut
Pengumpulan data pasien-Pemantauan-Identifikasi DRP’s - Rekomendasi - Tindak lanjut
Pengumpulan data pasien -Identifikasi DRP’s -Pemantauan- Rekomendasi -Tindak lanjut

25. Salah satu metode pemantauan terapi obat adalah SOAP (Subjective, Objective,
Assesment, Plan). Objective adalah . . .
Gejala yang dilaporkan pasien, tetapi tidak dapat ditegaskan oleh pengamat
Dapat dikaji dengan pertanyaan : “apa gejala yang saudara rasakan?”
Dapat diukur oleh pengamat, mencakup parameter klinik (hasil lab, tanda vital)
Pengkajian dari terapi pengobatan pasien
Rencana untuk intervensi

26. Pelaksanaan PTO pada Tn. LS dilakukan dengan alasan …

Pasien menerima polifarmasi


Pasien mengalami gangguan fungsi organ
asien menerima obat yang bersifat hepatotoksik
Pasien menerima obat dengan indeks terapi sempit
Pasien menerima obat sitostatika
27. Data "Subjektif" yang berkaitan dengan kondisi pasien saat ini adalah ...

Usia
Sesak nafas
Peningkatan berat badan
Peningkatan kebutuhan oksigen
Pemberian oksigen melalui kanula hidung

28. Data "Objektif" yang berkaitan dengan evaluasi pengobatan dan perawatan pasien saat ini
adalah …

Berat badan pasien


Sputum BTA
Aimptomatik
Kadar AST dan ALT
Kadar ALP dan Bilirubin Total
29. "Asesmen": Bagaimana seharusnya peningkatan kadar AST dan ALT pada pasien
dikelola? Apakah diperlukan perubahan terhadap rejimen obat antituberkulosis?

Hentikan seluruh terapi OAT 4KDT


Ganti menggunakan OAT kombipak, hentikan penggunaan isoniazid
Ganti menggunakan OAT kombipak, hentikan penggunaan rifampisin
Ganti menggunakan OAT kombipak, hentikan penggunaan pirazinamid
Terapi OAT tetap dilanjutkan

30. Jika hasil pemeriksaan ulang Sputum BTA setelah 2 bulan terapi OAT adalah negatif.
“Plan”: Bagaimana tindak lanjut terapi pasien?

Lanjutkan OAT kategori 1: 2HRZE


Mulai tahap lanjutan: 4H3R3
OAT sisipan: HRZE
Mulai OAT kategori 2: 2HRZES
Lakukan tes resistensi
Petunjuk Pengerjaan :
1. Kerjakan pada kertas folio bergaris (tulis tangan)
2. lembar jawaban di scan dengan nama file dan judul pada email : Kelas_NIM3digitTerakhir_Nama
3. dikirim ke email : panitiaujianpspa@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai