Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena kami dapat membuat
makalah ini. Shalawat dan salam kami panjatkan atas diutusnya Nabi Muhammad saw. yang
mana atas perjuangan beliau kita dapat merasakan kehidupan sekarang ini, sehingga
memotivasi kami untuk membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, khususnya dosen pembimbing kami yang telah memberikan
arahan dan inspirasi untuk membuat makalah ini. Olehnya itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dan kami juga menyadari bahwa isi dari penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, dan olehnya itu saran dan kritikan dari berbagai pihak yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya kami selanjutnya.
Semoga Allah swt. melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin Ya Robbil
Alamin.

Mataram, 07 Desember 2015

` Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di
dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit
yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus dikembangkan. Berbagai macam bentuk
sediaan obat, baik itu liquid, solid, dan semi solid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan
industri.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang
bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk dikonsumsi oleh
masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim,
salep, gel, pasta dan supositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya.
Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit.
Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu
diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut,
para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat.
Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan
formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang
digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN
I. SALEP
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir (DepKes RI, 1995). Salep merupakan bentuk sediaan
dengan konsistensi semisolida yang berminyak dan pada umumnya tidak
mengandung air dan mengandung bahan aktif yang dilarutkan atau didispersikan
dalam suatu pembawa. Pembawa atau basis salep digolongkan dalam 4 tipe yaitu
basis hidrokarbon, basis serap, basis yang dapat dicuci dengan air, dan basis larut
air.
Basis hidrokarbon merupakan basis salep yang benar-benar bebas dari air.
Formulasi basis hidrokarbon dibuat dengan mencampur hidrokarbon cair (minyak
mineral dan paraffin cair) dengan hidrokarbon yang mempunyai rantai alkyl lebih
panjang dan titik leleh lebih tinggi misalnya paraffin putih ataupin paraffin
kuning. Penggunaan basis salep hidrokarbon sebagai system penghantaran obat
topical sangat terbatas, karena sebagaian obat relatif tidak larut dalam minyak
hidrokarbon. Masalah ini dapat diatasi dengan meningkatkan kelarutan obat dalam
basis hidrokarbon, yaitu dengan mencampurkan pelarut-pelarut yang dapat
campur dengan basis hidrokarbon, misalnya isopropyl miristat atau propilen
glikol. Salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak
mongering, dan tidak tampak berubah pada waktu lama.
Basis salep serap merupakan basis salep seperti basis hidrokarbon
(berlemak/berminyak) akan tetapi dapat bercampur atau menyerap air dalam
jumlah tertentu.Basis salep serap dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : basis
salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak
(paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat) dan basis yang terdiri atas emulsi air
dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan
(lanolin). Basis salep serap juga bermanfaat sebagai emolien (DepKes RI, 1995).
Basis salep yang dapat dicuci dengan air merupakan basis yang bersifat
dapat dicuci dari kulit dan pakaian dengan menggunakan air. Dalam
penggunaannya, salep dengan basis jenis ini mampu untuk mengabsorpsi cairan
serosal yang keluar dalam kondisi dermatologi. Obat jenis tertentu dapat
diabsorpsi lebih baik oleh kulit jika menggunakan dasar salep ini. Contoh basis
salep yang dapat tercuci dengan air adalah basis yang terdiri dari alkohol stearat
dan petrolatum putih (fase minyak), propilen glikol dan air (fase air), serta Na
lauril sulfat sebagai surfaktan.
Basis salep yang larut air merupakan basis yang hanya mengandung
komponen larut air, sehingga dapat tercuci air dengan mudah. Dalam formulasi,
basis jenis ini digunakan untuk mencampur bahan obat yang tidak berair atau
bahan padat. Contoh basis salep yang larut air adalah salep PEG yang merupakan
kombinasi antara PEG 3350 dengan PEG 400 dengan perbandingan 4:6.
Dalam pemilihan basis salep untuk memformulasi suatu bahan aktif
menjadi sediaan semisolida, harus dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut
(DepKes RI, 1995)

1. Khasiat yang diinginkan


2. Sifat bahan obat yang dicampurkan
3. Ketersediaan hayati
4. Stabilitas dan ketahanan sediaan jadi
Pembuatan formulasi sediaan salep dapat dilakukan dengan dua metode
umum yaitu metode pencampuran dan metode peleburan. Dalam metode
pencampuran, komponen salep dicampur bersama-sama sampai diperoleh massa
sediaan yang homogen. Penghalusan komponen sebelum proses pencampuran
kadang diperlukan sehingga dapat dihasilkan salep yang tidak kasar saat
digunakan. Pada metode peleburan semua bahan dicampur dan dilebur pada
temperatur yang lebih tinggi daripada titik leleh semua bahan, kemudian
dilakukan pendinginan dengan pengadukan konstan. Pendinginan yang terlalu
cepat dapat menyebabkan sediaan menjadi keras karena terbentuk banyak kristal
yang berukuran kecil, sedangkan pendinginan yang terlalu lambat akan
menghasilkan sedikit kristal sehingga produk menjadi lembek.

1. Menurut efek terapinya, salep dibagi atas:


a. Salep Epidermis (salep penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan

menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorpsi. Kadang kadang

ditambahkan antiseptik, astringen untuk meredakan rangsangan. Dasar salep yang

terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).


b. Salep Endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus dalam tetapi tidak melalui kulit dan

terabsorbsi sebagian.Untuk melunakkan kulit atau selaput lender diberi local

iritan.Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.


c. Salep Diadermic (salep serap)
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek

yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya,misalnya pada salep yang mengandung

senyawa Mercuri,Iodida,Belladonae.Dasar salep yang baik adalah adeps lanae dan

Oleum Cacao.

2. Menurut dasar salepnya, salep dibagi atas:


a. Salep hydrophobic , yaitu salep salep dengan bahan dasar berlemak, misalnya

campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak tercuci dengan air.
b. Salep hydrophilic, yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe o/w

atau seperti dasar hydrophobic, tetapi konsistensinya lebih lembek, kemungkinan juga

tipe w/o antara lain campuran sterol dan petrolatum.

3. Dasar Salep
Menurut FI Ed IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam

4 kelompok, yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon,dasar salep serap,dasar salep yang

dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan

salah satu dasar salep tersebut.

a) Dasar Salep Hidrokarbon


Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih

dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapat

dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak

bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep

hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci, tidak mengering

dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.


b) Dasar Salep Serap
Dasar salep serap ini dibagi dalam dua kelompok.Kelompok pertama terdiri

atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam

minyak(paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat),dan kelompok kedua terdiri atas

emulsi air dalam minyak dan dapat bercampur dengan sejumlah larutan air

tambahan(lanolin).Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.


c) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik

(krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air karena

mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk

dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan

dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar

salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang

terjadi pada kelainan dermatoligik.


d) Dasar Salep larut dalam air
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen

larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya seperti dasar

salep yang dapar dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam
air seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat

disebut gel.

II. KRIM

Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian
kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan,
dan ke arah lambung. Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka,
obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya

A. Kualitas bahan dasar krim


1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas,
stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen.
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair
pada penggunaan (Anief, 1994)

B. Bahan-bahan Penyusun Krim


Formula dasar krim, antara lain:
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum,
minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan
sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH,
KOH, Na CO , Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na auril sulfat), Na
setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan

Sebagainya).

Penggolongan Krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:

1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak

Contoh : cold cream


Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin
dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold
cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air

Contoh: vanishing cream

Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

Kelebihan dan kekurangan sediaan krim

Kelebihan sediaan krim, yaitu:

1. Mudah menyebar rata

2. Praktis

3. Mudah dibersihkan atau dicuci

4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat

5. Tidak lengket terutama tipe m/a

6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m

7. Digunakan sebagai kosmetik

8. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.

Kekurangan sediaan krim, yaitu:

1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.

2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.

3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan
salah satu fase secara berlebihan.

Bahan-bahan Penyusun Krim

Formula dasar krim, antara lain:

1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak,
cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat,
Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:

Zat berkhasiat

Minyak

Air

Pengemulsi

Bahan Pengemulsi

Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide,
lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat,
PEG. Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet,
untuk meningkatkan stabilitas sediaan.

Bahan Pengawet

Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil
paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab.
Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.

METODE PEMBUATAN KRIM

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama
di penangas air pada suhu 70-75C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga
terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).

III. PASTA
A. Pengertian Pasta

Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditujukan untuk pemakaian luar/topikal. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan
obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, atau sabun. Pasta
mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk) Karena itu pasta merupakan salep padat, kaku,
keras, dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai penutup atau pelindung.

B. Karakteristik Pasta

Karakteristik dari sediaan pasta adalah:


1. Daya absorbsi pasta lebih besar
2. Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.
3. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
4. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian luar/topikal.
5. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
6. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
7. Memiliki persentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu mengandung bahan
serbuk (padat) antara 40%-50%.

C. Macam-Macam Pasta

Adapun macam-macam dari pasta adalah:


1. Pasta Berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap dibandingkan
dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas terhadap air. Pasta ini
cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya
maserasi lebih rendah dari salep. Contoh pasta berlemak adalah Acidi Salicylici Zinci Oxydi
Pasta (F.N. 1978), Zinci Pasta (F.N. 1978) dan Resorcinoli Sulfurici Pasta (F.N. 1978).
2. Pasta Kering
Pasta kering adalah suatu pasta bebas lemak mengandung 60% zat padat
(serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis ichthanolum atau
Tumenol Ammonim, zat ini akan menjadikan pasta menjadi encer. Contoh:
R/ Bentoniti 1
Sulfur praecip. 2
Zinci Oxydi 10
Talci 10
Ichthamoli 0,5
Glycerini
Aquae aa 5
S. ad us. ext.
3. Pasta Pendingin
Pasta pendingin merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,
dikenal dengan Salep Tiga Dara.
R/ Zinci Oxydi
Olei Olivae
Calcii Hidroxydi Solutio aa 10
4. Pasta Dentifriciae (Pasta Gigi)
Pasta Dentifriciae (pasta gigi) adalah suatu campuran kental terdiri dari serbuk
dan Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Pasta gigi digunakan untuk pelekatan
pada selaput lendir untuk memperoleh efek lokal. Misalnya, pasta gigi Triamsinolon
Asetonida.

D. Keuntungan dan Kerugian Pasta


Adapun keuntungan dari bentuk sediaan pasta adalah:
1. Mengikat cairan sekret (eksudat)
2. Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka, sehingga mengurangi rasa gatal
lokal.
3. Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan lebih lama.
4. Konsentrasi lebih kental dari salep
5. Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan
sediaan salep.
Sedangkan kerugian dari bentuk sediaan pasta adalah:
1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai
untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu
2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
3. Dapat menyebabkan iritasi kulit.

IV. GEL
Gel merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif,
merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling
berikatan pada fase terdispersi. Dalam industri farmasi, sediaan gel banyak digunakan pada
produk obat-obatan, kosmetik dan makanan. Polimer yang biasa digunakan untuk membuat
gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta
bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa,
karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus
karboksil yang terionisasi.

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem
semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang
dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing-
masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan.

Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau molekul organik yang
besar dan saling diresapi cairan.

Penggolongan Gel Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV

Penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua yaitu :

a. Gel sistem dua fase

Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar , massa gel
kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit. Baik gel maupun
magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada
pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin
homogenitas.

b. Gel sistem fase tunggal

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu cairan
sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan
cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya karboner atau dari
gom alam misanya tragakan.

Keuntungan dan Kekurangan Gel

Keuntungan dan kerugian menurut Lachman, 1994 :

a. Keuntungan sediaan gel :

Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih
dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang,
elastis, mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada
kulit baik.
b. Kekurangan sediaan gel

Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan
penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai
perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat,
kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.

Kegunaan Gel

Kegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti:

1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk
sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk
sediaan obat longacting yang diinjeksikan secara intramuskular.

2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan
pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis
suppositoria.

3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada
shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan rambut.

4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Gel

Ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan gel hidrokoloid, faktor-faktor ini dapat
berdiri sendiri atau berhubungan satu sama lain sehingga memberikan pengaruh yang sangat
kompleks. Diantara faktor-faktor tersebut yang paling menonjol adalah konsentrasi, suhu,
pH,dan adanya ion atau komponen aktif lainnya.

a. Pengaruh konsentrasi Konsentrasi hidrokoloid sangat berpengaruh terhadap kekentalan


larutannya. Pada konsentrasi yang rendah larutan hidrokoloid biasanya akan bersifat sebagai
aliran Newtonian dengan meningkatnya kosentrasi maka sifat alirannya akan berubah
menjadi non Newtonian. Hampir semua hidrokoloid memiliki kekentalan yang tinggi pada
konsentrasi yang sangat rendah antara1-5% kecuali pada gum arab yang sifat Newtoniannya
tetap dipertahankan sampai dengan konsentrasi 40% .
b. Pengaruh suhu Pada beberapa hidrokoloid suhu akan menyebabkan penurunan kekentalan,
karena itu kenaikan suhu dapat mengubah sifat aliran yang semula non Newtonian menjadi
Newtonian.

c. Pengaruh pH Hidrokoloid pada umumnya akan membentuk gel dengan baik pada kisaran
pH tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya peningkatan kekentalan dengan
meningkatnya pH hingga mencapai titik tertentu dan kemudian akan makin menurun bila pH
terus ditingkatkan.

d. Pengaruh ion Beberapa jenis hidrokoloid membutuhkan ion-ion logam tertentu untuk
membentuk gelnya, karena pembentukan gel tersebut melibatkan pembentukan jembatan
melalui ion-ionselektif.

e. Pengaruh komponen Aktif lainnya Sifat fungsional beberapa jenis hidrokoloid dapat
dipengaruhi oleh adanya hidrokoloidlain. Pengaruh ini dapat bersifat negatif dalam arti sifat
fungsional makin berkurang dengan adanya hidrokoloid lain ataupun bersifat positif karena
adanya pengaruh sinergis antara hidrokoloid-hidrokoloid yang bergabung.

Eksipien sediaan gel:

a. Gelling Agent

Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur yaitu gum arab, turunan selulosa,
dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada
yang membentuk gel dalam cairan nonpolar. Beberapa partikel padat koloidal dapat
berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang
tinggi dari beberapa surfaktan nonionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih
di dalam sistem yang mengandung sampai 15% minyak mineral.

b. Polietilen (gelling oil)

Digunakan dalam gel hidrofobik menghasilkan gel yang lembut, mudah tersebar, dan
membentuk lapisan/film yang tahan air pada permukaan kulit. Untuk membentuk gel,
polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 800C) kemudian
langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang merupakan
pembentukan matriks.

c. Koloid padat terdispersi

Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara pembentukan jaringan
karena gaya tarik-menarik antar partikel seperti ikatan hidrogen.

d. Surfaktan
Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan konsentrasi
yang tinggi (20-40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut membentuk mikroemulsi.
Bentuk komersial yang paling banyak untuk jenis gel ini adalah produk pembersih rambut.

e. Wax

Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti beeswax,
carnauba wax, setil ester wax.

f. Polivinil alkohol

Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk sangat kuat dan
plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit. Tersedia dalam beberapa
grade yang berbeda dalam viskositas dan angka penyabunan.

g. Pengawet

Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel
mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam
pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.

Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent :

Tragakan : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 % w/v

Na alginate : metil hidroksi benzoat 0,1- 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v atau asam
benzoat 0,2 % w/v

Pektin : asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau klorokresol
0,1-0,2 % w/v

Starch glyserin : metil hidroksi benzoat 0,1-0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 % w/v

MC : fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v

Na CMC : metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 % w/v

Polivinil alkohol : klorheksidin asetat 0,02 % w/v

h. Chelating agent

Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya
EDTA
Hal yang harus diperhatikan :

Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang terdispersi, dimana
dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai struktur
tiga dimensi.

Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik pada kombinasi
zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi
inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).

Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen
lain dalam formulasi.

Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida bersifat


rentan terhadap mikroba.

Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi sifat soliditas
tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan
topikal.

Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan viskositas
saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.

Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan dapat terjadi
penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas
permukaan gel)

Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar pelarut
dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.

Cara Pemakaian

Sejumlah cukup gel, sesuai dengan luas area yang sakit, dioleskan pada sendi yang sakit.
Diberikan pijatan secara perlahan untuk memastikan pemakaian gel merata pada seluruh
sendi yang sakit. Daerah yang baru dioleskan sediaan didiamkan selama 10 menit sebelum
ditutupi dengan pakaian dan 60 menit sebelum mandi. Tangan harus segera dicuci setelah
dioleskan gel Na-diklofenak, kecuali bila tangan tersebut adalah daerah yang diobati.

Cara Penyimpanan Gel

Gel Lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan.

Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril.


Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau pot salep.

Wadah harus diisi cukup penuh dan kedap udara untuk mencegah penguapan.

Beberapa Contoh Gel :


BAB III

PENUTUP

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Swt. Akhirnya penyusun dapaty
menyelesaikan Makalah ini dengan lancar walaupun dalam pelaksanaannganya masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki.

Banyak ilmu dan pengetahuan yang penyusun dapatkan dari pembuatan makalah ini. Hal
yang sebelumnya penyusun tidak ketahui menjadi lebih jelas dan dimengerti..

Makalah merupakan sarana yang tepat untuk mengkaji ilmu dan pengetahuan. Sehingga
makalah sangatlah berperan dalam menyimpulkan isi-isi penting dari sebuah bahan kajian
atau materi. Sehingga penyusun tidak hanya sekedar melaksanakan tugas kuliah saja namun
benar-benar mendapat ilmu dan pengetahuan.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu


terselesaikannya makalah ini. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki dalam makalah ini. Semoga mereka yang telah membantu baik moril maupun
materi atas pelaksanaan pembuatan makalah ini mendapat balasan yang setimpal dengan
kebaikannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://nanikartinah.wordpress.com/2012/02/29/sediaan-krim/

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM SEMISOLIDA

Anief, Mohammad. 1993. Farmasetika. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.
http://selfiamona.blogspot.com/2013/10/formulasi-dan-teknologi-sediaan-semi.html
MAKALAH FARMASETIKA DASAR
SEDIAAN SETENGAH PADAT

OLEH :
MAESARATIL ATKIYA
M.ULUL AZMI
M.QURTUBI
NELI JUNIARSIH
NI KOMANG WARNINGSIH
NILA AULIA SARI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN
MATARAM
2015/2016

Anda mungkin juga menyukai