PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidroklorotiazid merupakan obat antihipertensi golongan diuretik yang
bekerja dengan mekanisme menghambat reabsorpsi natrium dan klorida, serta
merupakan salah satu obat yang umum digunakan sebagai lini pertama dalam
terapi hipertensi (Sweetman, 2009). Obat ini termasuk dalam Biopharmaceutics
Classification System (BCS) kelas II yang memiliki kelarutan rendah dan
permeabilitas yang baik, serta bioavailabilitas yang tergolong rendah yaitu sebesar
65% - 70% (Moffat dkk., 2011; Onnainty dkk., 2012).
Hidroklorotiazid umumnya digunakan dalam bentuk sediaan tablet
konvensional, dimana bentuk sediaan tersebut memiliki kelemahan yaitu
membutuhkan waktu yang lama bagi obat untuk diabsorpsi dan terdapat kelompok
pasien, seperti pasien geriatri, yang memiliki kesulitan dalam menelan
(dysphagia) (Bhowmik dkk., 2009). Hipertensi merupakan penyakit yang banyak
dialami oleh kelompok pasien geriatri sehingga perlu dibuat bentuk sediaan yang
mudah dan nyaman untuk digunakan seperti Fast Disintegrating Tablet atau FDT.
Fast Disintegrating Tablet atau FDT merupakan bentuk sediaan padat yang
mengandung zat aktif farmasetis yang dapat terdisintegrasi secara cepat,
umumnya dalam hitungan detik, saat diletakkan di atas lidah. FDT dapat
melepaskan obatnya dengan segera sehingga dapat mempercepat onset dan
meningkatkan bioavailabilitas. FDT diharapkan memiliki rasa yang enak sehingga
dapat
mengubah
persepsi
obat
yang
kurang
menyenangkan
dan
dengan
menggunakan
croscarmellose
sodium
sebagai
croscarmellose
sodium
terhadap
sifat
fisik
FDT
hidroklorotiazid?
2. Pada proporsi berapakah kombinasi filler binder Pearlitol 400DC dan
superdisintegrant croscarmellose sodium yang mampu menghasilkan sifat fisik
FDT hidroklorotiazid yang optimum?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi filler binder Pearlitol 400DC dan
superdisintegrant
croscarmellose
sodium
terhadap
sifat
fisik
FDT
hidroklorotiazid.
2. Untuk mengetahui proporsi kombinasi
dengan sifat fisik yang optimum, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan dan
keberhasilan dalam terapi pengobatan pasien.
E. Tinjauan Pustaka
1. Fast Disintegrating Tablet
FDT adalah bentuk sediaan padat yang mengandung zat aktif yang dapat
terdisintegrasi dan terdisolusi secara cepat di dalam mulut segera setelah terjadi
kontak dengan saliva tanpa perlu adanya tambahan air atau dikunyah (Pahwa
dan Gupta, 2011). Semakin cepat tablet terdisintegrasi, maka semakin cepat
absorpsi yang terjadi. Waktu disintegrasi untuk FDT umumnya berkisar dari
beberapa detik hingga satu menit (Fu dkk., 2004).
FDT memiliki beberapa kriteria ideal yang dapat membedakannya
dengan tablet konvensional. Kriteria tersebut meliputi: (a) tidak memerlukan
tambahan air untuk tujuan membantu penelanan obat, (b) memberikan rasa
yang enak di dalam mulut, (c) tidak meninggalkan atau memberi residu
minimal di dalam mulut setelah pemberian, (d) memperlihatkan sensitivitas
yang rendah terhadap perubahan lingkungan (Jeong dkk., 2010).
Rasa yang menyenangkan di dalam mulut menjadi salah satu faktor kritis
penerimaan FDT oleh pasien. Hal ini disebabkan FDT yang terdisintegrasi di
dalam mulut dan memiliki kemungkinan untuk terlarut dan berinteraksi dengan
indera perasa. Teknik penutupan rasa perlu digunakan terutama untuk obat
yang memiliki rasa yang tidak menyenangkan. Bermacam teknik penutupan
rasa dapat dilakukan, salah satunya adalah penambahan pemanis. Bahan
tambahan berbasis gula dapat larut dengan cepat di dalam saliva dan
memberikan rasa yang menyenangkan pada produk (Fu dkk., 2004).
Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam membuat FDT. Metode
metode tersebut dikelompokkan menjadi metode konvensional dan metode
paten (Nagar dkk., 2011). Metode konvensional yang biasa digunakan dalam
pembuatan FDT adalah metode freeze drying, spray drying, pencetakan, proses
transisi fase, melt granulation, sublimasi, mass extrusion, cotton candy
process, dan kempa langsung. Metode paten yang biasa digunakan adalah
metode Zydis, Orasolv, Durasolv, Flashtab, Wowtab, Oraquick,
Ziplet, dan FlashDose.
Metode kempa langsung merupakan metode pembuatan tablet yang
banyak digunakan dan disenangi karena kemudahan atau kesederhanaan
prosesnya, seperti proses yang singkat serta tidak terlalu banyak membutuhkan
peralatan. Metode kempa langsung ini didefinisikan sebagai proses pembuatan
tablet dengan langsung mengempa campuran serbuk dan tidak ada proses
sebelumnya kecuali penimbangan dan pencampuran (Sulaiman, 2007).
Persyaratan dasar fungsional bahan tambahan yang digunakan pada metode
kempa langsung adalah dapat dikempa (kompaktibilitas tinggi), sifat aliran
baik, lubrikasi, serta dapat meningkatkan disintegrasi dan disolusi obat (Agoes,
2008).
Metode kempa langsung memiliki beberapa keuntungan, yaitu proses
yang dilakukan lebih singkat dan ekonomis, tidak menggunakan panas dan
kelembaban sehingga dapat meningkatkan stabilitas, ukuran partikel relatif
seragam, proses disintegrasi dan disolusi lebih baik, dan keseragaman batch
hasil produksi sangat tinggi. Di sisi lain, metode kempa langsung juga
memiliki kerugian seperti pemilihan eksipien yang tepat agar diperoleh
campuran yang memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang baik.
2. Bahan Tambahan Fast Disintegrating Tablet
Pemilihan
bahan
tambahan
dalam
pembuatan
tablet
harus
pada
tablet
(Mohanachandran
lain
dkk.,
berkurang
2011).
Tablet
sehingga
dengan
partikel
porositas
terpisah
tinggi
Tablet hancur
3). Deformasi
Partikel yang bersifat elastis akan melakukan deformasi di bawah
tekanan dan akan kembali kepada bentuk awalnya setelah tekanan
tersebut dilepaskan (Mohanachandran dkk., 2011). Fenomena ini
merupakan aspek mekanisme yang penting dari superdisintegrant seperti
crospovidone atau pati yang melakukan sedikit atau tidak melakukan
pengembangan (Pahwa dan Gupta, 2011).
4). Kekuatan Repulsif
Teori kekuatan repulsif berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
Guyot-Hermann bahwa partikel yang tidak mengembang juga dapat
menyebabkan
disintegrasi
tablet
(Mohanachandran
dkk.,
2011).
10
11
Cl
H
N
O
NH
H2N
ion
hidrogen
(Pujara
dan
Parmar,
2013).
Bioavailabilitas
12
HO
OH
HO
OH
HO
(Guest,
2009).
Dalam
formulasi
tablet,
13
O
ONa
OH
OH
OH
O
O
OH
OH
O
OH
OH
OH
O
OH
O
O
ONa
O
O
NaO
O
O
OH
OH
OH
O
OH
OH
OH
O
OH
OH
OH
OH
O
NaO
O
kecenderungan
membentuk
gel
yang
minimal
sehingga
14
1). Sukralosa
Sukralosa merupakan pemanis tanpa nutrisi yang memiliki daya
tarik tersendiri bagi industri makanan atau minuman. Sukralosa memiliki
tingkat kemanisan 600 kali dari sukrosa dan tidak memberikan rasa yang
pahit setelah penggunaan (Grotz dan Munro, 2009). Selain itu, sukralosa
juga memberikan stabilitas yang baik pada produk dengan pH rendah dan
proses pembuatan dengan suhu yang tinggi.
OH
Cl
Cl
O
HO
(S)
Cl
HO
(R)
OH
(R)
(R)
HO
2). Sorbitol
Sorbitol merupakan bahan tambahan tablet yang dapat digunakan
sebagai agen pemanis karena rasanya yang menyenangkan dan dapat
memberikan sensasi dingin. Pemerian sorbitol berupa serbuk kristalin
putih higroskopis dan tidak berbau. Sorbitol memiliki tingkat kemanisan
50 60% dari sukrosa. Sorbitol adalah D-glusitol yang merupakan
alkohol heksahidrat dan isomerik dengan manitol (Shur, 2009).
HO
(S)
H
(R)
(R)
(R)
OH
OH
HO
HO
H HO
15
e. PEG 6000
Polietilen glikol atau PEG merupakan substansi hidrofilik yang stabil
dan digunakan secara luas dalam formulasi farmasetikal. Grade PEG
dengan bobot molekul tinggi, yaitu 6000 ke atas, dapat digunakan sebagai
pelincir khususnya untuk tablet yang larut. PEG 6000 tersedia dalam bentuk
bubuk yang mudah mengalir (Wallick, 2009). Selain polietilen glikol, bahan
pelincir yang banyak digunakan adalah talk, asam stearat, garam garam
asam stearat, dan derivat derivatnya.
H
H
HO
C
H
CH2
CH2
OH
f. Cab-O-Sil
Cab-O-Sil merupakan produk merk dagang dari Carbot Corporation
yang mengandung aerosil. Aerosil merupakan nama lain dari colloidal silicone
dioxide yang dapat berfungsi sebagai glidan dengan konsentrasi 0,1 1%
terhadap bobot tablet. Aerosil memiliki ukuran partikel yang kecil dan luas
permukaan yang tinggi sehingga dapat memberikan karakteristik alir yang
diinginkan dan meningkatkan kemampuan alir suatu campuran serbuk.
Pemerian aerosil berupa silika submikroskopik yang agak berbau dan memiliki
ukuran partikel sekitar 15 nm. Serbuk aerosil sangat ringan, berwarna putih,
tidak berasa, dan merupakan serbuk amorf (Hapgood, 2009).
16
Keseragaman sediaan
Keseragaman sediaan digunakan untuk menjamin konsistensi setiap
sediaan, dimana setiap unit memiliki kandungan zat aktif dalam rentang
yang ditentukan. Keseragaman sediaan dapat dinilai menggunakan
keseragaman bobot dan kandungan. Menurut Farmakope Indonesia
(2014), uji keseragaman kandungan dilakukan untuk mengetahui
keseragaman kandungan zat aktif pada setiap tablet dan diperlukan untuk
tablet dengan berat zat aktif kurang dari 25 mg atau 25% dari bobot
tablet. Tablet yang dibuat dianggap memenuhi persyaratan apabila
memiliki nilai penerimaan (NP) kurang dari 15 sesuai dengan syarat yang
ditentukan (Departemen Kesehatan, 2014).
b.
Kekerasan tablet
Kekerasan tablet merupakan indikasi dari kekuatan tablet yang
menggambarkan ketahanan tablet terhadap tekanan mekanik, seperti
guncangan dan benturan, yang dapat dihadapi tablet selama proses
pengemasan dan distribusi. Kekerasan tablet diuji dengan cara mengukur
kekuatan
yang
diperlukan
untuk
memecahkan
tablet
tersebut
17
c.
Kerapuhan tablet
Kerapuhan merupakan berkurangnya bobot tablet di dalam wadah
penyimpanan yang disebabkan karena penghilangan partikel debu dari
permukaannya. Uji kerapuhan dilakukan untuk melihat kemampuan
tablet menghadapi abrasi dalam pengemasan, penyimpanan, dan
distribusi. Kerapuhan suatu tablet tidak boleh lebih dari 1% (Allen dkk.,
2011).
d.
e.
18
Gambar 9. Rangkaian alat uji rasio absorpsi air (Soebagyo dkk., 2013)
f.
g.
Uji disolusi
Umumnya, obat memiliki kondisi disolusi seperti yang terdapat di
dalam monografi Farmakope. Media yang dapat digunakan untuk uji
disolusi FDT adalah larutan buffer pH 6,8 dan pH 4,5 atau HCl 0,1 N.
Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa aparatus USP 2 paddle
merupakan apparatus yang paling tepat dan umum untuk digunakan
dalam uji disolusi FDT dengan kecepatan paddle 50 rpm (Hirani dkk.,
2009).
19
Analisis SLD dapat dilakukan menggunakan software, seperti DesignExpert. Design-Expert merupakan software yang dapat digunakan untuk
membantu menganalisis pengaruh dari faktor yang diteliti terhadap respon
20
yang diperoleh dari penelitian atau mengoptimasi sebuah produk atau proses
(Prajapati dkk., 2011). Analisis yang dilakukan oleh
Design-Expert
methods
(RSM),
two-level
factorial
screening
designsdan
21
rentang proporsi 10 90% dengan proporsi optimum sebesar 66% dari bobot total
tablet (Bhardwaj dkk., 2010; Setyawan dkk., 2010).
Pada pembuatan FDT diperlukan bahan berupa superdisintegrant agar tablet
dapat hancur secara cepat. Croscarmellose sodium merupakan superdisintegrant
yang bekerja dengan cara menyerap air dan mengembang secara cepat sehingga
dapat mempercepat waktu disintegrasi. Struktur croscarmellose sodium yang
berserat dapat menyebabkan terbentuknya tablet yang kompak sehingga dapat
meningkatkan kekerasan dan mengurangi kerapuhan tablet. Croscarmellose
sodium dapat digunakan dalam rentang proporsi 1 - 10% dengan proporsi
optimum sebesar 6% dari bobot total tablet (Bhardwaj dkk., 2010; Paul dkk.,
2011; Zimmer dkk., 2011). Adapun parameter sifat fisik FDT yang penting untuk
dievaluasi adalah kekerasan, kerapuhan, waktu pembasahan, rasio absorpsi air,
waktu disintegrasi, dan disolusi obat.
SLD dapat digunakan untuk menentukan proporsi relatif komponen
komponen formulasi, dimana proporsi tersebut memberikan formulasi yang
optimum pada variabel tertentu. Oleh karena itu, SLD digunakan untuk
memperoleh konsentrasi optimum croscarmellose sodium yang dikombinasikan
dengan Pearlitol 400DC untuk formulasi FDT hidroklorotiazid.
G. Hipotesis
1. Kombinasi Pearlitol 400DC dan croscarmellose sodium berpengaruh terhadap
sifat fisik FDT hidroklorotiazid. Peningkatan proporsi Pearlitol 400DC dapat
meningkatkan kerapuhan dan waktu pembasahan, sedangkan peningkatan
22
filler
binder
Pearlitol
400DC
dan
superdisintegrant