SEDIAAN STERIL
Kelompok :5
Nama :
1. Ike Nofa Okfrianty (30509022)
2. Indri Elsyd (30509023)
3. Lies Istiqomah (30509024)
4. Maya Oktaviani (30509025)
Tanggal praktikum : 28 September dan 05 Oktober 2011
Judul praktikum : Injeksi Vitamin C dan Evaluasi Injeksi Vitamin C
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu membuat sediaan steril berupa Injeksi Vitamin C
dan melakukan evaluasi dari sediaan steril Injeksi Vitamin C.
b. Pemanasan + bakterisida
Cara ini dilakukan dengan cara melarutkan atau
mensuspensi bahan obat dalam air proinjeksi dan
ditambah Klorkresol 0,2% b/v atau larutan bakterisida yang
lain lalu diisikan dalam wadah kedap. Pada sediaan obat
steril sterilisasi dilakukan dengan cara. Untuk volume
kurang dari 30 ml dipanasi pada suhu 98 sampai 100
selama 30 menit.
c. Dengan Penyaringan
Larutan disaring dengan penyaring bakteri steril dan
diisikan ke dalam wadah yang steril dan tertutup kedap.
Intravena
Merupakan larutan, dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan
iritasi yang dapat bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml.
Larutan ini biasanya isotonis dan hipertonis. Bila larutan hipertonis
maka disuntikkan perlahan-lahan. Larutan injeksi intravena harus jernih
betul, bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat
menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Penggunaan injeksi
intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml
harus bebas pirogen.
Pemberian obat intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang
cepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang
dihasilkan oleh pemerian lewat IV.
Komposisi Injeksi
1. Bahan aktif
2. Bahan tambahan
a. Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit,
metasulfit dan sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai
antioksidan. Selain itu digunakan :Asam askorbat, Sistein,
Monotiogliseril, Tokoferol.
b. Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil
alcohol, Klorobutanol, Metakreosol, Timerosol, Butil p-
hidroksibenzoat, Metil p-hidroksibenzoat, Propil p-
hidroksibenzoat, Fenol.
c. Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.
d. Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA).
e. Gas inert : Nitrogen dan Argon.
f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alcohol, Gliserin,
g. Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.
h. Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl
i. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum
manusia.
j. Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.
3. Pembawa
a. Pembawa air
b. Pembawa nonair dan campuran
Minyak nabati : Minyak jagung, Minyak biji kapas, Minyak
kacang, Minyak wijen
Pelarut bercampur air : Gliserin, Etil alcohol, Propilen glikol,
Polietilenglikol 300.
V. CARA KERJA
1. Sterilisasi Alat
Siapkan alat-alat yang akan digunakan
Sterilisasi alat sesuai metodenya :
Nama Alat Metode Sterilisasi Waktu
Beaker glass Oven 30 menit
Corong Oven 30 menit
Gelas ukur Oven 30 menit
Batang pengaduk Oven 30 menit
Erlenmeyer Oven 30 menit
Vial Oven 20 detik
Kaca arloji Flambir 20 detik
Spuit Flambir 20 detik
Spatel Flambir 20 detik
Pinset Flambir 20 detik
Karet tutup vial Rendam alkohol 96% 15 menit
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan digunakan bahan dari serbuk vitamin C. Sifat vitamin
C sendiri tidak dapat ditimbun, oleh karena itu bila kelebihan akan
terus dikeluarkan lewat urine sehingga vitamin C bersifat larut dalam
air. vitamin C memiliki sifat-sifat yang larut dalam air dan mudah rusak
oleh panas udara, alkali enzim, cahaya dan stabil pada suasana asam.
Penetapan kadar vitamin C dalam suatu bahan dapat dilakukan secara
titrasi Iodometri. Titrasi ini menggunakan Iodium 0,1 N sebagai titran.
Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV Halaman 39 disebutkan bahwa
kadar injeksi vitamin c tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.
Hasil dari titrasi ini menghasilkan kadar vitamin C yaitu 94,30%
(memenuhi syarat sediaan injeksi).
Dalam praktikum kali ini volume pelarut yang kami butuhkan dihitung
menggunakan rumus ampul, akan tetapi pada pengisiannya ampul
diganti dengan menggunakan vial, hal ini dikarenakan pada saat
penutupan terjadi kerusakan pada alat yang digunakan untuk proses
penutupan ampul sehingga proses pada proses akhir wadah yang
digunakan adalah vial.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah di lakukan dalam pembuatan sediaan
injeksi vitamin C dapat di simpulkan bahwa kadar sediaan injeksi yang
di peroleh memenuhi syarat syarat pembuatan yakni sesuai dengan
farmakope Indonesia edisi IV halaman 39 yaitu dengan kadar tidak
kurang dari 90% dan tidak lebih dari 90%. Komponen sediaan injeksi
yang di buat terdiri dari bahan aktif injeksi itu sendiri, yakni vitamin C,
zat pembawa / zat pelarut yang di gunakan adalah aqua pro injeksi.