Oleh :
Nama : Rosavina Mawaddah
NIM : 14670007
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2017
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan sterilisasi alat dan bahan dengan pemanasan
kering (menggunakan oven) dan pemanasan basah (menggunakan
autoclave)
Gambar 1. Oven
B. Panas Basah
Panas basah adalah pemansan menggunakan air atau uap air. Uap air
adalah media penyalur panas yang terbaik dan terkuat daya penetrasinya.
Panas basah mematikan mikroba. Oleh karena koagulasi dan denaturasi
enzim dan protein protoplasma mikroba. Untuk mematikan spora
diperlukan panas basah selama 15 menit pada suhu 121 oC. Sterilisasi panas
basah dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu:
1. Panas basah <100 oC (Pasteurisasi)
Pasteurisasi yaitu pemanasan pada suhu 60oC selama 30 menit.
Pasteurisasi tidak dapat membunuh spora atau dipanaskan pada suhu
71,6-80 oC selama 15-30 detik kemudian cepat-cepat didinginkan.
2. Panas basah pada suhu 100 oC
Di sini menggunakan air mendidih (suhu 100oC) selama 10 menit.
Untuk mematikan bentuk spora dilakukan pemansan 3 hari berturut-turut
selama 15-45 menit sehingga spora yang tidak mati pada pemanasan
pertama akan beruah menjadi bentuk vegetatif pada hari kedua steleh
inkubasi pada shu 37 oC begituu pula spora yang tidak mati pada hari
kedua, akan berubah menjadi bentuk vegetatif pada hari ketiga.
3. Panas basah >100 oC
Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak steril, sehingga biasa
dipergunakan di rumah sakit dan laboratorium besar. Cara ini
menggunakan tangki yang diisi dengan uap air yang disebut autoclave.
Alat yang disterilkan adalah alat dari kaca, kain kasa, media pembenihan,
cairan injeksi, dan bahan makanan.
Gambar 2. Autoclave
Pengembangan produk steril ditujukan dengan persyaratan khusus
dengan tujuan mengurangi resiko kontaminasi mikrobiologi, dan partikulat
dan kontaminasi pirogen. Banyaknya kontaminasi tergantung pada skill,
pelatihan, dan sikap personel yang melakukan. Quality Assurance juga
memiliki peran penting, dan jenis pengembang ini harus mengikuti metode
preparasi dan prosedur yang tervalidasi dan ketat (European Commission,
2008).
Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang
tersedia sekarang ini yang benar-benar tidak reaktif, terutama dengan
larutan air. Sifat fisika dan kimia mempengaruhi kestabilan produk tersebut,
tetapi sifat fisika diberikan pertimbangan utama dalam pemilihan wadah
pelindung adalah polipropilen dan kopolimer polietilen polietilen. Wadah
terbuat dari berbagai macam bahan, wadah plastik, wadah gelas, dan wadah
dari karet. Wadah Gelas masih tetap merupakan bahan pilihan untuk wadah
produk yang dapat disuntikkan. Gelas pada dasarnya tersusun dari silkon
dioksida tetrahedron, dimodifikasi secara fisika dan kimia dengan oksida
oksida seperti oksida natrium, kalium, kalsium, magnesium, alumunium,
boron, dan besi. Gelas yang paling tahan secara kimia hampir seluruhnya
tersusun dari silikon dioksida, tetapi gelas tersebut relatif rapuh dan hanya
dapat dilelehkan dan dicetak pada temperatur tinggi (Lachman, 1994).
Produk yang harus steril harus disterilisasi akhir dengan panas,
ketika sesuai, daalam kemasan akhiryna. Ketika tidak mungkin untuk
melakukan sterilisasi akhir terkait instabilitas formulasi, produk dapat
disterilisasi dengan metode sterilisasi akhir alternatf seperti filtrasi dan/atau
proses aseptik (World Health Organization, 2002).
Sterilisasi dapat dilakukan dengan penggunaan panas basah atau
kering, irradiasi dengan radiasi ion (tetapi tidak dengan radiasi ultraviolet
kecuali prosesnya sudah divalidasi), etilen oksida (atau agen pensteril gas
lainnya), dan dengan filtrasi menggunakan proses pengisian ke wadah akhir
yang aseptic. Setiap metode memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-
masing (World Health Organization, 2002).
Untuk mencapai sterilisasi yang efektif, keseluruhan bahan harus
diproses melalui perlakuan yang berlaku dan prosesnya harus didesign
untuk memastikan bahwa tujuannya tercapai (World Health Organization,
2002).
2.2 Monografi Bahan:
a. Alkohol
Etanol mengandung tidak
kurang dari 92,3% b/b dan tidak lebih dari
93,8% b/b setara dengan tidak kurang dari
94,9% v/v dan tidak lebih dari 96,0% v/v
C2H5OH pada suhu 15,56o. Pemerian
cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau Khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada
suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o. Mudah terbakar. Kelarutan
bercampur dengan air dan praktis tidak bercampur dengan semua pelarut
organik (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
b. Aquades
Air murni adalah air yang dimurnikanyang
diperoleh dengan destilasi, perlakuan menggunakn
penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang
sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan
air minum. Tidak mengandung zat tambahan lain. Pemerian cairan jernih,
tidak berwarna, tidak berbau (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat
- Kaca arloji - Beaker glass -Alumunium foil
- Erlenmeyer - Pengaduk
- Pinset - Spatel
- Pipet tetes - Corong
- Gelas Ukur - Kertas perkamen
Bahan
- HCl encer - HCl 2% - Etanol 70%
- Tepol 1% - Na2CO3 0,5%
- Na2CO3 5% - Aquadest
IV. PROSEDUR KERJA
4.1. Pencucian
a. Pencucian Alat Gelas
Alat-alat dicuci dengan air dan HCl encer (saat praktikum tidak dilakukan,
dianggap telah dilakukan sebelumnya)
Kemudian direndam dalam larutan tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan
dididihkan selama 1 hari (saat praktikum tidak dilakukan, dianggap telah
dilakukan sebelumnya)
Prosedur diatas diulangi 2 kali ad larutan tetap jernih (maksimal 3 kali) (saat
praktikum tidak dilakukan, dianggap telah dilakukan sebelumnya)
Kemudian dibilas dengan air panas mengalir (saat praktikum tidak dilakukan)
c. Pencucian karet
Kemudian direndam dalam tepol 1% dan larutan Na2CO3 0,5% (aa) selama 1
hari (saat praktikum tidak dilakukan, dianggap telah dilakukan sebelumnya)
Prosedur diatas diulangi 2 kali ad larutan tetap jernih (maksimal 3 kali) (saat
paktikum tidak dilakukan, dianggap telah dilakukan sebelumnya)
Kemudian direndam dengan etanol 70% dan air (aa), kemudian dibilas dan
diulangi ad larutan jernih
b. Sterilisasi Basah
Beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, karet pipet dibungkus menggunakan
kertas perkamen membentuk kotak (ada rongga udara)
setelah waktu 30 menit selesai, suhu oven diturunkan dan ditunggu hingga
24 menit
5.2 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan sterilisasi alat
dan bahan dengan pemanasan kering (menggunakan oven) dan pemanasan basah
(menggunakan autoclave). Dalam percobaan yang telah dilakukan alat-alat yang
disterilkan meliputi: beaker glass, Erlenmeyer, karet pipet, gelas ukur (sterilisasi
basah); kaca arloji, pengaduk, pinset, spatel, pipet tetes (sterilisasi kering).
Pencucian dan sterilisasi sangat penting dilakukan karena merupakan salah satu
elemen penting dalam suatu rangkaian proses pembuatan sediaan steril.
Sterilisasi merupakan eliminasi menyeluruh terhadap viabilitas mikrbial,
termasuk bentuk vegetatif bakteri dan spora. Sediaan dan barang dinyatakan
steril jika semuanya bebas dari bentuk hidup mikroorganisme, yang dapat
dibuktikan melalui persyaratan pada pengujian terhadap sterilitas. Terdapat
beberapa macam metode sterilisasi, yaitu :
1. Sterilisasi kimia, misalnya menggunakan antibiotik, fenol-fenol, alkohol,
gasetilen oksida, dan formaldehid.
2. Sterilisasi Radiasi, misalnya menggunakan sinar UV, sinar laser, sinar
gamma.
3. Seterilisasi panas, yaitu dibagi menjadi sterilisasi panas basah dan
sterilisasi panas kering.
4. Sterilisasi filtrasi, yaitu menggunakan suatu filter untuk
menyaringmikroorganisme baik virus maupun bakteri.
Sediaan farmasi steril adalah sediaan farmasi yang memenuhi syarat bebas
dari mikroorganisme disamping syarat fisika dan kimia. Pencucian bertujuan
untuk membersihkan alat-alat dari lemak, partikel, bakteri, dan pirogen.
Bahanyang dapat digunakan dalam pencucian antara lain alkali, detergen,
purified water (PW),aqua demineralisasi (DI) yang disaring, non-pyrogen water,
dan air untuk injeksi (WFI).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan, mematikan, atau
menghancurkan semua bentuk mikroorganisme hidup baik yang pathogen
maupun tidak, bahkan dalam bentuk vegetative (spora) dari suatu objek atau
bahan. Dengan sterilisasi akan diperoleh objek atau bahan yang steril. Pada
umumnya suatu proses yang dapat menghancurkan zat hidup juga mampu
menyebabkan beberapa kerusakan pada objek yang disterilkan.
Dalam percobaan ini metode sterilisasi apa yang akan digunakan tergantung
apakah objek tahan panas atau tidak.
Metode sterilisasi yang dipilih untuk beaker glass, Erlenmeyer, corong,
gelas ukur adalah sterilisasi menggunakan autoclave. Sterilisasi uap merupakan
proses sterilisasi termal menggunakanuap jenuh di bawah tekanan berlangsung
di suatu bejana yang disebut autoklaf. Metode ini paling banyak digunakan.
Suatu siklus autoklaf yang ditetapkan dalam farmakope untuk media atau
pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 121C kecuali dinyatakan lain.
Autoklaf dapat mempertahankan suhu 121 C 2,0 C dilengkapi dengan
thermometer, pengukur tekanan, lubang ventilasi, rak yang cukup untuk
menampung wadah uji diatas permukaan air dan sistem pendingin air yang akan
mendinginkan wadah uji sampaisuhu lebih kurang 20C tetapi tidak di bawah
suhu 20C segera setelah siklus pemanasan. Prinsip dasar dari autoklaf adalah
udara di dalam bejana sterilisasi diganti dengan uap jenuh dan hal ini dicapai
dengan menggunakan alat pembuka atau penutup khusus.
Metode sterilisasi basah sangat efektif meskipun pada suhu yang tidak
begitu tinggi, karena uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan,
dilepaskan panas sebanyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 121C. Panas
ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan
dengan demikian mematikannya. Maka sterilisasi basah dapat digunakan untuk
mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (minyak misalnya,
tidak dapat ditembus uap air) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang
berkisar antara 110C dan 121C (Hadioetomo, R. S., 1985).
Pada umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk sediaan farmasi dan
bahan-bahan yang dapat tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan
penembusan uap air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap
air tersebut. Metode ini juga dipergunakan untuk larutan dalam jumlah besar,
alat alat gelas. Tidak digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak, minyak
lemak, dan sediaan-sediaan lain yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau
pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap air jenuh (Ansel, 1989).
Adapun langkah kerja untuk sterilisasi alat gelas menggunakan autoclave
adalah sebagai berikut:
Pertama kali alat-alat dicuci dengan air dan HCl encer dengan tujuan untuk
menetralkan kondisi alkalis dari alat gelas. Kemudian direndam dalam larutan
tepol 1% dan Na Carbonat 0,5%). HCl encer untuk menetralkan sifat alkalis dari
gelas akibat proses leburannya. Struktur gelas terdiri dari ikatan silika tetrahedral
yang bersifat basa. Pada temperatur kamar, ion soda silikat dapat berpindah
sehingga bercampur dengan larutan setelah kontak dalam waktu yang lama. Hal
ini dapat terjadi karena soda silikat gelas akan mengalami hidrolisis oleh adanya
air dan akan terbentuk alkali hidroksida yang dapat bereaksi dengan obat-obat
yang dikemas didalamnya dan pada akhirnya dapat terjadi degradasi obat.
Namun, sedikit banyaknya pembebasan alkali ini sangat tergantung pada
kualitas bahan gelas. Tepol berfungsi sebagai surfaktan, bisa juga digunakan
untuk mengurangi lemak.
Keuntungan tepol adalah tidak menimbulkan noda putih. Hal ini karena
tepol tidak mengandung asam stearat. Kedua langkah ini dilakukan untuk karet
berkualitas jelek. Bila digunakan karet kualitas baik maka langkah-langkah
tersebut tidak harus dilakukan. Selanjutnya direndam dalam tepol 1% dan Na
bicarbonate 0,5% (aa) dan didihkan selama 1 hari. Tepol 1% berfungsi sebagai
surfaktan yang akan mengikat lemak pada gelas yang akan terikat pada gugus
lipofil dari surfaktan. Selain itu juga untuk membebaskan pirogen (depirogenasi)
dan disinfektan. Sementara Na Carbonat 0,5% berfungsi untuk menetralkan sisa
asam akibat HCl encer. Prosedur tersebut diulangi 2 kali ad larutan tetap jernih
(maksimal 3 kali). Alat-alat kemudian dibilas dengan aquadest sebanyak 3 kali.
Semua alat dikeringkan menggunakan oven suhu 100C selama 10 menit (dalam
posisi terbalik). Selama pengeringan berlangsung oven ditutup rapat. Semua alat
yang telah dikeringkan segera dibungkus.
DAFTAR PUSTAKA