PENDAHULUAN
Steril adalah suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen
(menimbulkan penyakit) maupun apatogen atau nonpatogen (tidak menimbulkan
penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam
bentuk spora (dalam keadaan statis tidak dapat berkembag biak, tetapi melindungi diri
dengan lapisan pelindung yang kuat). Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat
ruang atau benda menjadi steril. (Moh. Anief, 1990)
Dimana sterilisasi hanya dilakukan pada alat yang akan digunakan untuk
pembuatan steril. Selain pada produk obat, alat, dan ruangan yang harus di dalam
keadaan steril, oeperator atau personialia dalam pengerjaan sedian sterilpun harus
dituntut berada dalam keadaan steril. Dimana perlengkapan yang digunakan harus di
pakai dengan cara yang benar dan tepat.
Operator atau personalia merupakan sumber kontaminasi nomor satu.
Kontaminasi pada tangan dan kulit merupakan tipe utama kontaminasi yang pernah
ditemukan., dan dapat dihilangkan secara cepat dengan cara pencucian dan pencegahan.
Oleh sebab itu, penting sekali untuk mengimplemaentasikan cara mencegah atau
meminimalkan kontaminasi yang berasal dari personalia atau operator. Upaya yang
dilakukan antara lain dengan :
- Memilih secara selektif personalia yang hendak dipekerjakan di daerah kritikal.
- Melatih personalia secara intensif dengan menggunakan audio visual.
- Melakukan verifikasi prosedur manufakturing secara rutin.
- Melakukan pengujian ulang secara periodik dan pelatihan ulang personalia
- Memilih secara benar pakaian kerja di ruang bersih serta mendesain dan
menggunakan secara tepat diruang bersih. (Goeswin, 2009).
Dalam praktikum ini dilakukan cara pemakaian perlengkapan yang akan
digunakan operator atau personalia pada saat mengoprasikan pembuatan sediaan steril
yang bertujuan untuk menghindari kontaminasi yang disebabkan oleh operator tersebut.
II.
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari praktikum penggunaan baju
steril ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Untuk dapat mengetahui prinsip atau cara pemakaian baju kerja steril.
b. Untuk dapat menggunakan dan memakai baju steril dengan baik dan sesuai dengan
prosedur.
c. Untuk dapat melakukan pencucian tangan secara aseptik.
mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh kedisiplinan dan tidak mengidap
suatu penyakit, atau tidak dalam kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan bahaya
pencemaran mikrobiologis terhadap produk. (Goeswin, 2009).
Gowning dipilih berdasarkan jenis persiapan yang harus di perhatikan tingkat
kebersihannya di area pembuatan sediaan. Pakaian yang menghasilkan serat harus
dihindari.
Resiko tingkat I, pakaian biasanya terdiri dari baju bersih dan tertutup dengan manset
lengan elastis. Penutup rambut, dan masker wajah harus dipakai. Tangan dan lengan
harus dibersihkan dengan digosok tepat menurut prosedur.
Resiko tingkat II, pakaian mencakup semua persyaratan pada resiko I, ditambah sarung
tangan dan tutup sepatu.
Resiko tingkat III pemakaian perlengkapan di white area, yang terdiri dari overall
shedding, tutup kepala, masker wajah, tutup sepatu , dan sarung tangan steril.
Teknik gowning
Pakaian dari rumah tidak boleh dibawa masuk ke area bersih, dan personil yang
memasuki kamar ganti pakaian harus sudah mengenakan pakaian kerja standar regular.
Pakaian kerja regular tidak boleh dibawa masuk ke dalam kamar ganti pakaian yang
berhubungan dengan ruang kelas B dan C . Untuk tiap personil yang bekerja di kelas A
/ B, pakaian kerja steril ( yang sudah disterilkan / di sanitasi dengan memadai ) haruslah
disediakan untuk tiap sesi kerja. Sarung tangan haruslah di desinfeksi secara rutin
selama bekerja. Masker dan sarung tangan hendaklah diganti paling sedikit pada sesi
kerja. (Goeswin, 2009).
Gowning adalah suatu istilah yang merupakan suatu teknik / seni dalam
menggunakan baju kerja steril. Gowning biasanya dilakukan pada area yang dilengkapi
dengan tempat mencuci tangan, serta tempat untuk penyimpanan pakaian pribadi dan
pakaian bersih (loker). Mereka harus menyimpan pakaian yang di gunakan dari luar dan
memakai scrub atau pakaian kerja yang sesuai. (Moini Jahangir, 2010)
Arloji (jam tangan), kosmetika, dan perhiasan hendaklah di pakai di area bersih.
Personil yang memasuki area bersih atau area steril harus mengganti dan mengenakan
pakaian khusus yang juga mencakup penutup kepala dan kaki. Pemakaian ini tidak
boleh melepaskan serat atau bahan particular dan harus mampu menahan partikel yang
diclepaskan oleh tubuh. Pakaian ini hendaklah nyaman dicpakai dan agak longgar
untuk mengurangi gesekan. Pakaian ini hanya boleh dipakai di area bersih atau are
steril yang relevan. (Goeswin, 2009).
3
Pemakaian perlengkapan steril pada ruang bersih dilakukan dari kepala ke bawah,
sebagai berikut:
1. penutup kepala atau kerudung
2. masker wajah dan/ atau penutup jenggot
3. kacamata pelindung
4. gawn, jas laboratorium, atau baju
5. sarung tangan
6. tutup sepatu (Moini Jahangir, 2010)
Semua personil (termasuk bagian pembersihan dan perawatan) yang akan bekerja
di area tersebut haruslah mendapat pelatihan teratur dalam bidang yang berkaitan
dengan pembuatan produk steril secara benar, termasuk mengenai hygiene dan
pengetahuan dasar mikrobiologi. (Goeswin, 2009).
Staf yang bekerja dengan bahan yang berasal dari jaringan hewan atau biakan
mikroba selain dari yang digunakan dalam proses pembuatan yang berlaku ( the current
manufacturing process) seharusnya tidak memasuki area produk steril kecuali
mematuhi prosedur masuk yang ketat dan rinci. (Goeswin, 2009).
Standar hygienis perorangan dan standar kebersihan yang tinggi sangatlah
penting. Personil yang terlibat dalam pembuatan produk steril diinstruksikan untuk
melaporkan setiap kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan penyebaran cemaran
yang tidak normal dalam jumlah dan jenis sehingga perlu dilakukan pemeriksaaan
kesehatan secara bekala. (Goeswin, 2009).
Bagi karyawan wanita yang mengunakan kosmetika hendaklah membasuh wajah
untuk menghilangkan kosmetika antara lain bedak dan alas bedak, lipstik, perona mata,
4
dsb. Pakaian yang direkomendasikan untuk ruang bersih serta rancangan dan frekuensi
pengantian pakaian dan pelindung lain yang dianjurkan lihat Contoh Pakaian Pelindung
sesuai dengan Ruang Kelas Kebersihan, Lampiran Petunjuk Operasional Penerapan
Pedoman CPOB. (BPOM RI, 2013)
Pakaian dan mutunya dicsesuaikan dengan proses dan kelas atau tingkat
kebersihan area kerja. Pakaian tersebut hendaklah di pakai sesuai dengan tujuannya
untuk melindungi produk dari kontaminasi.
Pada semua kelas tidak ada perhiasan, tidak ada kosmetik, tidak ada minuman
produk makanan, tidak ada produk aerosol.
Pada kelas 1-10,000 ada alat tulis (kecuali pena ballpoint dengan penutup), tidak
ada produk kertas (kecuali membersihkan kertas)
mencapai suatu tingkat kebersihan-udara tertentu dalam keadaan yang ditempati saat
istirahat. Keadaan saat istirahat adalah keadaan ketika instalasi telah selesai, dan
peralatan produk telah dipasang dan dioperasikan, tetapi tidak ada karyawan yang
melaksanakannya. Keadaan saat beroperasi adalah kondisi ketika semua instalasi
sedang berfungsi sesuai dengan cara pelaksanaan yang ditetapkan dan sejumlah tertentu
karyawan yang ada. (WHO, 2004)
Pakaian untuk area bersih haruslah di cuci dan di tangani sedemikian rupa
sehingga tidak menyebabkan kontaminan tambahan yang kemungkinan akan telepas.
Cara penangan ini haruslah mengikuti prosedur tertulis. Sebaiknya tersedia fasilitas
khusus untuk pencucian pakaian area bersih. Penanganan yang tidak tepat terhadap
pakaian area bersih akan merusak serat dan meningkatkan resiko pelepasan partikel.
Hanya personil yang berwenang yang boleh memasuki area bangunan dan fasilitas
dengan akses terbatas. (WHO, 2004)
Pencucian pakaian kerja untuk ruang steril hendaklah dipisahkan dari pencucian
pakaian kerja area lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari terkontaminasi pakaian
steril dengan serat dari pakaian kerja lain. (WHO, 2004)
Nama Alat
1.
Baju Steril
Gambar
2.
Penutup Rambut
3.
Masker
4.
Sarung Tangan
5.
Kaos Kaki
6.
Jas Laboratorium
7.
Tissue Steril
8.
Sikat Kuku
9.
Loker
IV.2
BAHAN
1. Alkohol 70% (desinfektan)
2. Sabun anti bakteri
V.
PROSEDUR KERJA
V.1. Prosedur Cuci Tangan Aseptik
1.
2.
Tangan di cuci dari ujung jari hingga siku dengan air mengalir.
3.
Di oleskan sabun aseptik pada tangan, dari ujung jari hingga siku.
4.
5.
Sela-sela jari, punggung dan telapak tangan, digosok dan dibersihkan sampai
bersih.
6.
7.
8.
9.
10. Lengan baju ditur kembali seperti seharusnya, digunakan tissue untuk
melapisi tangan.
V.2. Prosedur Penggunaan Baju Steril di Ruang Grey Area
1.
2.
Dilepas asesoris dan barang lain, lalu di simpan pada loker atau tempat yang
aman.
3.
4.
5.
6.
7.
Dipasang masker.
8.
Digunakan jas laboratorium, diusakan tidak menyentuh bagian luar jas dan
tidak boleh mengenai lantai, kancing dengan rapi.
2.
3.
4.
5.
6.
Digunakan baju coverall steril, diusakan tidak menyentuh bagian luar jas dan
tidak boleh mengenai lantai, disletingkan dengan cara menyilang kaki.
7.
8.
9.
10. Digunakan penutup sepatu, sebelum kaki menginjak garis batas pemisah.
11. Sanitasi kedua tangan dengan cairan desinfektan (alkohol 70%).
VI.
PEMBAHASAN
Masuknya orang (operator/personil) ke dalam tempat pembuatan sediaan steril
pasti akan membawa mikroba yang dapat menempel di baju yang di gunakannya,
rambut dan muka, tangan yang pada akhirnya akan menyebabkan terakumulasinya
tempat kerja steril dengan mikroba. Jika kondisi ruangan tidak di lakukan antisipasi dari
(operator/personil), maka dapat menyebabkan terkontaminasi. Oleh sebab itu orang
yang masuk ke dalam tempat kerja steril sangat di anjurkan untuk dapat meminimalkan
penyebarkan kontaminasi.
Maka pada praktikum kali ini dilakukan proses penggunaan baju, perlengkapan
pembuatan sediaan steril yang dipakai oleh operator atau personil pembuat sediaan
steril. Dan melakukan cuci tangan yang baik dengan cara aseptik. Dimana tujuannya
untuk mengurangi resiko penyebaran kontaminasi dan didasarkan pada prinsip bahwa
cairan tubuh atau kuliat manusia dapat berpotensi menghasilkan kontaminasi pada
sediaan yang akan dibuat.
Penyiapan alat dan bahan yang digunakan pada saat mencuci tangan adalah sikat
kuku, sabun antimikroba, dan air. Tangan yang akan di cuci dibasahi dari ujung jari
10
sampai siku pada satu arah dengan air mengalir, bertujuan supaya kotoran yang terdapat
pada lengan dapat terbuang mengalir pada satu arah ke bagian siku tangan. Dioleskan
sabun antimikroba pada jari sampai siku, dimana sabun antimikroba itu digunakan
untuk membunuh mikroba yang ada ditangan dan menggosok bagian kuku dengan
pembersih kuku supaya mikroba yang terdapat pada sela-sela bagian kuku dapat
terbuang. Cicin atau gelang yang digunakan harus disimpan dahulu pada loker (tempat
aman) dan penggunaan cat kuku pun harus dibersihkan terlebih dahulu. Karena dapat
meningkatkan jumlah bakteri pada tangan, mengganggu pencucian tangan, kemudian
menghindari faktor-faktor yang dapat mengurangi keefektifan pencucian tangan.
Pada penggunaan perlengkapan steril di Grey Area barang yang digunakan seperti
cincin, gelang, dan asesoris lainnya dibuka. Pemakaian make up pun dibersihkan
sebelum memasuki ruangan Grey Area, kemudian dilakukan sanitasi kedua tangan
dengan alkohol 70% untuk menjaga tangan supaya tetap bersih dan tidak
terkontaminasi. Kemudian ditutupnya bagian kepala supaya rambut tertutupi dengan
penutup kepala. Dimana bertujuan untuk menutupi rambut, agar pada saat pembuatan
sediaan, rambut rontok atau mengeluarkan kotoran partikel lain, maka bagian kepala
sudah tertutupi. Pemakaian masker penutup hidung dan mulut sangat penting untuk
digunakan, karena dari manusia nafas dan berbicara, maka dari udara tersebut
mengeluarkan partikel yang dapat mengakibatkan kontaminasi. Ketika bersin, manusia
mentransfer ratusan ribu droplet partikel. Partikel ini dapat mengandung spora bakteri
atau virus dan bertahan selama beberapa minggu. Selanjutnya digunakan jas
laboratorium, pakaian yang digunakan harus terbuat dari bahan berpartikulat rendah
yang dapat melindungi dari lintasan bakteri dan permeabilitas obat. Semakin rapat
tenunan kain, maka akan semakin banyak partikel yang tertahan. Dalam pemakaiannya
diusakan tidak menyentuh bagian luar jas dan tidak boleh mengenai lantai, karena
supaya bagian luar jas tetap berada pada keadaan bersih tanpa terkontaminasi dengan
kulit tangan kita dan lantai ruangan, kemudian kancing dengan rapi.
Karena pada white area perlengkapan kerja steril sudah selesai di gunakan dan di
usahan meminimalkan aktivitas yang dilakukan operator. Masuk ke dalam ruangan
white area, pintu di buka dengan menggunakan siku, karena kulit tangan tidak boleh
kontak langsung dengan benda yang belum tentu bersih dan steril. Di perhatikan
ruangan, jika kotor dengan sampah dibuang terlebih dahulu. Sanitasi kedua tangan
dengan cairan desinfektan (alkohol 70%). Setiap selesai melakukan perubahan
persiapan penggunaan perlengkapan kerja steril pada white area, selalu dilakukannya
11
sanitasi pada tangan, dan setelah menggunakan sarung tangan dilakukan desinfeksi
pada sarung tangan. Disiapkannya perlengkapan pada bench dengan rapi, dan tidak
saling bertumbukan supaya memudahkan kita dalam pemakaian. Digunakan baju
coverall steril, diusakan tidak menyentuh bagian luar jas dan tidak boleh mengenai
lantai, karena supaya bagian luar coverall tetap berada pada keadaan bersih tanpa
terkontaminasi dengan kulit tangan kita dan lantai ruangan, kemudian disletingkan
dengan cara menyilang kaki, supaya mempermudah saat coverall di sleting sehingga
tidak ada tangan yang terkena atau memegang bagian luar baju coverall. Kemudiaan
digunakan sarung tangan dan penutup sepatu. Penutup sepatu harus digunakan sebelum
kaki menginjak lantai pada bagian bersih atau garis batas pemisah.
12