DISUSUN OLEH :
ASISTEN : NURHAFIFAH
A. Latar Belakang
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi -
bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang
termasuk sediaan ini antara lain sediaan parental preparat untuk mata
dan preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan parental merupakan
jenis sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat terbagi - bagi,
karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa ke
bagian tubuh yang paling efesien, yaitu membran kulit dan mukosa,
maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari
bahan - bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian
yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat dalam pembuatan
produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua
jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis
(Priyambodo, B., 2007).
Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah
dalam bentuk larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap
untuk digunakan dengan diencerkan terlebih dahulu dengan larutan
pembawa (vial). Sediaan parental, bisa diberikan dengan berbagai
rute : intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal, intramuskular (i.m),
intra articular, dan intrathecal. Bentuk sediaan sangat mempengaruhi
cara (rute) pemberian. Sediaan bentuk suspensi, misalnya tidak akan
pernah diberikan secara intravena yang langsung masuk ke dalam
pembuluh darah karena adanya bahaya hambatan kapiler dari partikel
yang tidak larut, meskipun suspensi yang dibuat telah diberikan
dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang dikontrol dengan hati -
hati. Demikian pula obat yang diberikan secara intraspinal (jaringan
syaraf di otak), hanya bisa diberikan dengan larutan dengan
kemurnian paling tinggi, oleh karena sensivitas jaringan syaraf
terhadap iritasi dan kontaminasi (Priyambodo, B., 2007).
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi
atau serbuk yang dilarutkan, atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi diracik dengan melarutkan,
mengemulsikan atau mensuspensikan sejumah obat kedalam
sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat kedalam
wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda (DepKes., 1979).
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah
injeksi yang dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya
hanya laruitan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena.
Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler (DepKes.,
1995).
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial.
Injeksi vial adalah salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya
digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5
mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau
ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan
atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau pun lebih.
(Anonim. Penuntun Praktikum Farmasetika I .2011).
B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari cara pembuatan larutan parenteral berupa sediaan
infus.
2. Mempelajari cara evaluasi sediaan larutan parenteral berupa
sediaan infus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah
sediaan sterilberupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit ataumelalui selaput lendir.(FI.III.1979),
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi
adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang.
Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara
intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang
dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah
kapiler.(FI.IV.1995)
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa
vial. Injeksi vial adalah salah satu bentuk sediaan steril yang
umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau
volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran
tunggal atau ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk
bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL
atau pun lebih. (Anonim.Penuntun Praktikum Farmasetika I.2011).
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang
umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau
volume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda.
Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau
suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila
diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat
dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan
injeksi. (R. Voight hal 464).
1. Syarat-syarat Injeksi Volume Kecil
a. Harus aman dipakai, tidak boleh menyebabkan iritasi
jaringan atau efek toksis. Pelarut dan bahan penolong harus
dicoba pada hewan dulu, untuk meyakinkan
keamanan pemakaian bagi manusia.
b. Jika berupa larutan harus jernih, bebas dari partikel-partikel
padat, kecuali yang berbentuk suspensi.
c. Sedapat mungkin lsohidris, yaitu mempunyai pH = 7,4, agar
tidak terasa sakit dan penyerapannya optimal.
d. Sedapat mungkin Isotonik, yaitu mempunyai tekanan
osmose sama dengan tekanan osmose darah / cairan
tubuh, agar tidak terasa sakit dan tidak
menimbulkanhaemolisa. Jika terpaksa dapat dibuat sedikit
hipertonis, tetapi jangan hipotonis
e. Harus steril, yaitu bebas dari mikroba hidup, baik yang
patogen maupun yang apatogen, baik dalam bentuk
vegetatif maupun spora.
f. Bebas pirogen, untuk larutan injeksi yang mempunyai
volume 10 ml atau lebih sekali penyuntikan.
g. Tidak boleh berwarna kecuali memang zat berkhasiatnya
berwarna.
2. Keuntungan Injeksi Volume Kecil (Vial / ampul)
a. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat.
b. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
c. Biovaibilitas obat dalam traktus gastrointenstinalis dapat
dihindarkan.
d. Obat dapat diberikan kepada penderita sakit keras atau
dalam keadaan koma.
e. Beberapa Obat tidak efektif diberikan secara Oral
3. Kerugian Injeksi Volume Kecil (Vial / ampul)
a. Rasa nyeri saat disuntikkan apalagi kalau harus diberikan
berulang kali.
b. Memberikan efek fisikologis pada penderita yang takut
suntik.
c. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hapir tidak mungkin
diperbaiki terutama sesudah pemberian intravena.
d. Obat hanya dapat diberikan kepada penderita dirumah sakit
atau ditempat praktek dokter oleh perawat yang kompeten.
e. Lebih mahal dari bentuk sediaan non steril dikarenakan
ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi (steril, bebas
pirogen, jernih, praktis dan bebas partikel).
R/ Heparin 5000 UI
Tiap Vial Mengandung 5,3 ml
NaH2PO4 0,042 gram
Na2HPO4 0,092 gram
Benzolkonium 0,01 %
Aqua Pro Injeksi 50 ml
C. Uraian Bahan
1. Heparin ( FI Edisi III Hal, 278)
Nama Resmi : Heparinum
Nama Latin : Heparin
Pemerian : Serbuk putih, Kuning Gading, Agak
hidroskopik
Kelarutan : larut dalam 2,5 bagian air
Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup Rapat
Kegunaan : Antikoagulan
2. Benzalkonium Klorida ( exp:23;RPS 18 th.1164;MD 28 th;949 )
Nama : BENZALKONII CHLORIDUM
Nama lain : Benzalkonium klorida
Rm / BM : C6H5CH2N (CH3)2R)CL / 360,0
Pemerian : Serbuk amorf, kekuningan, gel tebal, atau
lempeng gelatin, higroskopik seperti sabun bila
disentuh, sangat pahit, bau aromatis
Kestabilan : Larutnya stabil pada range pH dan suhu yang
luas. Larutannya dapat disimpan pada waktu
yang lama pada suhu kamar. Larutan air yang
disimpan pada wadah polivinil klorida atau
poliuretan dapat kehilangan aktivitas
antimikrobanya
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya kontak dengan logam, di tempat yang
kering dan sejuk
Kegunaan : Pengawet
Inkompatibilitas : Kompatibel dengan aluminium, surfaktan
anionik, sitrat, kapas, fluorescein, hidrogen
peroksida, hypromellose, iodida, kaolin,
lanolin, nitrat, surfaktan nonionik dalam
konsentrasi tinggi, permanganates, protein,
salisilat, garam perak, sabun, sulfonamida,
seng oksida, beberapa karet campuran dan
beberapa campuran plastik.
pH : 5-8 untuk larutan cair b/v
Berat jenis : 0.98 g/cm3 at 20°C.
3. Na2HPO4 ( ditjen POM 1979 : 711 )
D. Perhitungan Bahan
1 vial = 5 ml
= 5 ml + 0,3 = 5,3 ml
(Dilebihkan 0,3)
Yang di produksi = 2 botol vial x 5,3 ml = 10,6 ml
2 vial = 10,6 ml
Vol. total yang di buat = 50 ml.
(Dilebihkan agar cairan lainnya bisa di pakai untuk uji sediaan
evaluasi)
1. Heparin 5.000 IU = 4 mg
Perdosis = 5,3 ml x 4 mg = 21,1 mg
Perbatch = 21,1 mg x 4 mg = 84,4 mg
2. Benzolkonium 0,01%
Perdosis = x 50 ml = 0,005 gram
Perhitungan Ekivalen
Heparin
E=
E= = 0,089
Na2HPO4
E=
E= = 0,215
NaH2PO4
E=
E= = 0,196
Benzolkonium
E=
E= = 0,085
= 0,9 % - 0,585 %
= 0,315 %
= = = 0,00315
Perhitungan Dapar
Target Ph = 7,5
Kapasitas Dapar = 0,01
Perhitungan
Garam = Na2HPO4 = A-
Mr Na2HPO4 = 140
Asam = NaH2PO4 = HA
Mr NaH2PO4 = 120
pKa = 7,2
[ ][ ]
0,01 = 2,303.C.log {[ ][ ]}
0,01 = 2,303.C.log
0,01 = 2,303.C.0,0222
C = 0,02
C = [HA] + [A-]
[A-] = C - [HA]
[A-] = 0,013 M
HA = x
0,007 = x
0,84 = 20 g
0,013 = x
1,84 = 20 gr
E. Permasalahan
1. Menurut Farmakope Indonesia, Sediaan injeksi sebisa mungkin
dibuat sesuai dengan pH darah yaitu 7,4 (isohidris). Namun ,
yang paling utama adalah pH sediaan. Heparin dalam sediaan
stabil pada pH 5,0 – 7,5.
2. Sediaan ini menggunakan pembawa air dan zat yang
terkandung di dalamnya tahan terhadap oksidasi, serta tidak
terkandung minyak atau pun bahan lain yang mudah
teroksidasi.
3. Pengawet atau antimikroba harus diberikan pada sediaan
injeksi bila injeksi yang dikemas dalam dosis ganda dan pada
sediaan yang tidak dilakukan sterilisasi akhir.
F. Penyelesaian
1. pH sediaan yang akan dibuat tidak diubah dan menyesuaikan
terhadap Ph stabilitas bahan aktif . Ph Injeksi Volume Kecil
Heparin yang akan dibuat adalah 7,5
2. Tidak perlu adanya zat antioksidan
3. Sediaan yang akan dibuat merupakan sediaan injeksi volume
kecil dengan dosis tunggal (vial) tanpa dilakukan metode
sterilisasi akhir pada pembuatan sediaan. Sehingga pengawet
ditambahkan pada sediaan
G. Formulasi Terkoreksi
Tidak ada bahan-bahan yang digantikan atau terkoreksi pada saat
pembuatan injeksi volume kecil heparin
BAB III
METODE KERJA
A. Penimbangan Bahan
1. Heparin = 21,1 mg
2. Dinatrium Fosfat Anhidrat (Na2HPO4) = 0,092 gr
3. Natrium Dihydrogen Fosfat (NaH2PO4) = 0,042 gr
4. Benzolkonium = 0,005 gr
5. Aqua Pro Injection = ad 50 ml
C. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Sterilisasi alat dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C
selama 15 menit
3. Kalibrasi vial 5,3 ml
4. Timbang dan ukur bahan yang akan digunakan
5. Larutkan heparin dengan aqua pro injeksi
6. Tambahkan benzolkonium
7. Tambahkan pendapar
8. Aduk sampai homogen
9. Disaring menggunakan kertas saring
10. Masukan ke dalam vial , beri etiket , label brosur, dan kemasan
2. Brosur
HEBIFAR INJEKSI
Komposisi :
Tiap 5 ml vial heparin mengandung heparin 5000 unit dan zat
tambahan q.s.
Indikasi :
Untuk mencegah dan mengatasi pembekuan darah (antikoagulan).
Kontra indikasi :
Hipersensivitas terhadap heparin atau komponen lain dalam
sediaan; semua gangguan perdarahan atau resiko perdarahan :
gangguan koagulasi, hemophilia, trombositopenia, penyakit hati
berat, ulkus peptikum, dll.
Efek samping :
Sakit dada, syok, demam, sakit kepala, kediginan, urikaria,
alopsia, eczema, dll.
Dosis :
Dewasa 4 kali sehari
Peringatan :
Obat ini bersifat hipertonis. Suntikan perlahan-lahan atau rute
pemberian sub kutan.
Penyimpanan :
Disimpan dalam suhu kamar dan hindari dari penyimpanan beku.
3. Wadah Sekunder
HEBIFAR
Heparin HEBIFAR HEBIFAR
h HEBIFAR
Indikasi : Heparin
Untuk mencegah dan
mengatasi pembekuan darah
(antikoagulan). HARUS DENGAN RESEP
Kontra indikasi : Netto : 5,3 ml DOKTER ON MEDICAL Netto : 5,3 ml
Hipersensivitas terhadap
PRESCRIPTION ONLY
heparin atau komponen lain
dalam sediaan
No.REG : DKL1720000643A1
Efek samping :
Sakit dada, syok, demam, sakit PT. MURNI-FARMA N0.BATCH : H148001 PT. MURNI-FARMA
MFG : Januari 2021
kepala, kediginan, urikaria, PALU-INDONESIA PALU-INDONESIA
EXP DATE : Januari 2021
alopsia, eczema, dll.
E. Evaluasi Sediaan
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.