Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN DAN UJI STERILITAS SEDIAAN SALEP MATA


HIDKORTISON 1%

Disusun Oleh :
Kelompok 5

Akhmad Gifari 11194761920082


Fitria Tri Ramadhani 11194761920089
Nur Karyani Safitri 11194761920113
Sherly Yudmawardanie 11194761920123
Siti Rudiah 11194761920125

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Sediaan Topikal.......................................................................................….4.
B. Deskripsi Bahan Praktikum..........................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM..........................................................................8
A. Alat dan Bahan..............................................................................................8
B. Formulasi......................................................................................................8
C. Prosedur Kerja...............................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................12
A. Hasil............................................................................................................12
B. Pembahasan.................................................................................................12
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
JAWABAN PERTANYAAN................................................................................19

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Struktur Hidrokortison Asetat.............................................................4

DAFTAR TABE

iv
Tabel 4. 1 Hasil Pembuatan Uji Sterilitas Sediaan Salep Mata Hidrokortison......12

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan
menggunakan dasar salep yang cocok. Salep mata berbeda dengan salep
dermatologi, salep mata harus steril. Apakah dibuat dari bahan-bahan yang
sudah steril dalam keadaan bebas hama sepenuhnya atau disterilkan
sesudah pembuatan. Salep mata harus memenuhi uji sterilitas sebagaimana
tertera pada kompedia resmi (Dirjen POM, 1995).
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting. Larutan mata
yang dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang paling
berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme
ini dapat menyebabkan kebutaan, ini khususnya berbahaya untuk
penggunaan produk-produk nonsteril pada mata saat kornea terkena.
Bahan partikulat dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan
pada pasien (Puspitasari, 2009). Salep mata memberikan arti lain dimana
obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan di
sekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Salep mata memberikan
keuntungan dimana waktu kontaknya lebih lama dan bioavaibilitasnya dan
letal obat lebih besar meski dengan onset yang lebih lambat dan waktu
untuk mencapai absorbsi lebih lama (Puspitasari, 2009). Satu kekurangan
dari penggunaan salep mata adalah salep akan mengganggu pandangan
kecuali digunakan selama waktu tidur.
Sediaan salep mata dibuat dari bahan yang sudah disterilkan yang
memenuhi uji sterilitas dan dengan pembuatan aseptik. Salep mata harus
mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan dan memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara
tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan kecuali
dinyatakan lain yaitu formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik (FI
IV, 1995).
Bahan obat yang ditambahkan kedalam dasar salep berbentuk
larutan atau serbuk. Salep mata harus bebas dari partikel kasar. Dasar atau

1
basis salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan
difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat
dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat.
Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap. Bahan dasar seperti ini
memungkin disperse obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh
menyebabkan iritasi pada mata. Penggunaan salep mata, khususnya yang
digunakan pada mata yang luka, harus steril (Lachman, 1994).

B. Tujuan
Tujuan dalam percobaan ini adalah diharapkan mampu melakukan
pembuatan dan uji sterilitas sediaan salep mata hidrokartison.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori
1. Sediaan Topikal

Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit


dengan tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan
krim. Lotio merupakan preparat cair yang dimaksudkan untuk
pemakaian pada bagian luar kulit. Pada umumnya pembawa dari lotio
adalah air. lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai
pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya
memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan
kulit. Setelah pemakaian, lotio akan segera kering dan meninggalkan
lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit. Fase terdispersi
pada lotio cenderung untuk memisahkan diri dari pembawanya bila
didiamkan sehingga lotio harus dikocok kuat setiap akan digunakan
supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali (Ansel,
1989).

2. Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan


digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak boleh berbau
tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semipadat
untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh
karena itu salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau terdiri dari
emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam proporsi relatif
tinggi (Anief, 1999).

Efek obat mempunyai efek atau aksi lebih dari satu, maka itu efek
berupa:

a. Efek terapi, ialah efek atau aksi yang merupakan satu – satunya pada
letak primer .

3
b. Efek samping, ialah efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan
efek terapi dan tidak ikut pada kegunaan terapi.
c. Efek teratogen, ialah efek obat yang pada dosis terpetik untuk ibu
mengakibatkan cacat padai janin, misalnya fokomelia (kaki dan
tangan bayi seperti kepunyaan anjing laut).
d. Efek toksis, ialah aksi tambahan dari obat yang lebih berat dibanding
efek samping dan merupakan efek yang tidak diinginkan. Tergantung
besarnya dosis obat dapat diperoleh efek terapi atau efek toksis.
3. Hidrokortison

Hidrokortison Hidrokortison adalah golongan kortikosteroid yang


mempunyai dayakerja antialergi dan antiradang. Kortikosteroid bekerja
dengan cara mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan
menghambat sel epidermis. Krim Hidrokortison dapat mengurangi
radang, rasa gatal, dan rasa sakit pada kulit.indikasi krim ini ,menekan
reaksi radang pada kulit yang bukan diseba kulit 2-3 kali sehari ( Anief,
1996 ).

Gambar 2. 1 Struktur Hidrokortison Asetat


a. Rumus molekul : C21H30O5
b. Berat molekul : 362,47
c. Nama lain : Cortisol
d. Pemerian : Serbuk hablur/kristalin,Putih, Tidak berbau dan rasa pahit
e. Kelarutan : Sangat Sukar larut dalam air, dalam eter, agak sukar larut
dalam aseton dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform. (Dirjen
POM,1995)

4
Hidrokortison topikal (salep atau krim) digunakan sebagai anti radang
dan antipruritis.

Efek samping : Hidrokortison memiliki efek anti radang yang kuat,serta


meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah. Hidrokortison
bekerja sebagai antagonis fisiologis untuk insulin dengan meningkatkan
glikogenolisis (penguraian glikogen), lipolisis (penguraian lipid),dan
proteinolisis (penguraian protein), menurunkan pembentukan glikogen
di hati, meningkatkan mobilisasi, asam amino dan badan keton
ekstrahepatik. Ini akan meningkatkan kadar glukosa di dalam darah.
Oleh karena itu, pemberian hidrokortison yang berlebihan dapat
menyebabkan hiperglikemia. Hidrokortison meningkatkan tekanan
darah dengan jalan meningkatkan kepekaan pembuluh darah terhadap
epinefrin dan norepinefrin.Pemberian hidrokortison topikal
menyebabkan vasokonstriks.Hidrokortison menekan sistem imun
dengan jalan menghambat proliferasi sel T.

Hidrokortison menurunkan pembentukan tulang,oleh sebab itu


pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan osteoporosis.
Hidrokortison dapat diserap dengan baik pada pemberian per oral.
Hidrokortison juga dapat diserap melalui kulit. Tingkat absorpsi melalui
kulit dipengaruhi oleh berbagai faktor,antara lain jenis zat pembawa,
integritas sawar epidermal, dan penggunaan pembalut. Pembalut
umumnya akan meningkatkan absorpsi. Kortikosteroid topikal dapat
diserap melalui kulit utuh normal. Adanya radang atau penyakit lain di
kulit dapat meningkatkan absorpsi melalui kulit. Pada pemberian per
rektal,hidrokortison diserap hanya sebagian, sekitar 30-50%. Setelah
diserap, hidrokortison yang diberikan secara topikal akan mengalami
nasib sama seperti hidrokortison per oral atau per parenteral. Di dalam
darah, sebagian besar (lebih kurang 95%) hidrokortison terikat pada
protein.Hanya hidrokortison dalam bentuk bebas yang dapat berikatan
dengan reseptor dan menimbulkan efek. Senyawa-senyawa
kortikosteroid terutama dimetabolisme di hati, merupakan substrat dari

5
enzim. Ekskresi terutama melalui ginjal, namun sebagian kortikosteroid
yang diberikan secara topikal dan metabolitnya juga diekskresikan ke
dalam empedu.

B. Deskripsi Bahan Praktikum


1. Hidrokortison (FI IV Hal. 274)
a. Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis
b. Struktur Molekul: C23H32O6
c. BM : 404,50
d. Pemerian : - penampilan : serbuk hablur
- warna : Putih atau hampir putih
- bau : tidak berbau
- rasa : tawar kemudian pahit
e. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam
etanol (95%) P dan dalam kloroform
f. Suhu lebur : ± 220oC disertai peruraian
g. Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup
h. Khasiat : Adrenoglukokortikoidum
2. Paraffin Liquidum (FI III Hal. 474)
a. Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak
berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hamhir tidak
mempunyai rasa.
b. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol 95%,
gliserin, dan air; larut dalam aseton, benzene, kloroform, eter dan
petroleum eter.
c. Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup
d. Khasiat : penggunaan laksativum
e. Rentang pemakaian : - kadar lazim : 5 – 80 %
- kadar terpilih : 5 % (HPE 5th p.309)
3. Vaselinum flavum (FI III, 633)
a. Sinonim                : Vaselin kuning
b. Khasiat                 : Zat tambahan

6
c. Pemerian              : Massa lunak, lengket, bening, kuning muda
sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dibiarkan
hingga dngin tanpa diaduk. Befluoresensi lemah, juga jika dicairkan
tidak berbau, hampir tidak berasa.
d. Kelarutan             : Memenuhi syarat ysng tertera pada vaselinum
album
4. Adeps Lanae (Fi Iv, Hal 57)
a. Pemerian : massa seperti lemak,lengket, warna kuning
bau khas.
b. Kelarutan : tidak larut dalam air, dapat bercampur
dengan air lebih kurang 2x beratnya, agak sukar larut dalam etanol
dingin,lebih larut dalam etanol panas,mudal larut dalam eter dan
klorofom
c. Kegunaan : emulsifying agent,basis salep.
d. OOT : daapat mengandung pro oksidan dan dapat
mempengaruhi stabilitas.
e. Stabilitas : dapat mengalami autoksidasi selama
penyimpanan. untuk mencegah ditambah antioksidan
f. Penyimpanan : ditempat yang tertutup,terlindung dari
cahaya, sejuk dan kering

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Aluminium foil
b. Penangas air
c. Autoklaf
d. Tube salep
e. Kaca arloji
f. Batang pengaduk
g. Pinset
h. Sendok porselen
i. Tutup botol aluminium
2. Bahan
a. Aquadest
b. Alkohol 70%
c. Hidrokortison
d. Paraffin liquidum
e. Vaselin flava
f. Adeps lanae

B. Formulasi
R/ Hidrokortison 1%
Paraffin liq 10
Vaseline flava 80
Adeps lanae 10
Setiap tube mengandung 5 gram

8
C. Prosedur Kerja
1. Pencucian Alat Gelas

Alat-alat gelas direndam dalam tepol panas, sebaiknya 15 menit

Disikat dengan menggunakan sikat keras

Dibilas dengan air kran (panas/dingin) bagian luar dan dalam

Dibilas dengan aquadest bebas pirogen yang baru, dilakukan sebanyak 3


kali

Keringkan dalam oven sampai kering

Gambar 3. 1 Diagram pencucian alat gelas


2. Pencucian Karet

Direndam dalam HCl encer 2% selama 2 hari

Direndam dalam tepol 1% dan Na2CO3 5% selama 1 hari

Didihkan dalam larutan tersebut di atas selama 15 menit

diulangi dengan larutan baru (bila berwarna, harus diulangi hingga larutan
jernih)

Direndam dalam aquadest, autoklaf selama 121C selama 15 menit.

Gambar 3. 2 Diagram pencucian karet


3. Pencucian Tara
Direndam dalam tepol panas selama 15 menit, diusahakan air tepol juga
masuk ke dalam botol tara.

Disikat lalu dibilas dengan air kran.

Dibilas dengan aquadest bebas pirogen.

9
Gambar 3. 3 Diagram pencucian tara
4. Pengeringan

Pengeringan alat menggunakan oven dengan kondisi terbalik pada suhu


100C sampai 105C selama 10 menit.

Gambar 3. 4 Diagram pengeringan


5. Pembungkusan Alat
Alat dibungkus menggunakan kertas perkamen atau alumunium foil 2
rangkap. mulut botol kaca terlebih dahulu di tutup dengan kertas perkamen,
kemudian diikat dengan tali.

Gambar 3. 5 Diagram pembungkusan alat


6. Sterilisasi Alat
Total waktu proses sterilisasi Oven

Waktu pemanasan : 2 jam

Waktu kesetimbangan : 20 menit

Waktu pembinasaan : 30 menit

Waktu tambahan jaminan sterilitas : 10 menit

Waktu pendinginan : 15 menit.

Gambar 3. 6 Diagram sterilisasi alat


7. Cara Kerja
Disterilisasi semua alat yang akan digunakan terlebih dahulu.

Ditimbang masing-masing bahan sesuai dengan bobot penimbangannya.

Diletakkan basis salep (Adeps lanae, Paraffin Cair dan Vaselin Flavum)
pada cawan porselen yang telah dilapisi kasa steril.

Dileburkan basis salep di penangas air pada suhu 60oC selama 60 menit.
10
Diaduk pertama lelehan basis hingga semua basis meleleh sempurna dan
tercampur sampai homogen.
Digerus hidrokortison di dalam mortir hingga halus.

Dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mortir kemudian diaduk hingga


homogen.

Ditimbang campuranGambar 3. 7 Diagram


bahan sebanyak caralalu
5 gram kerja
dimasukkan ke dalam
tube yang telah disiapkan.

Dibuat kemasan, etiket, dan brosur tube yang telah berisikan salep lalu
dimasukkan kedalam kemasan.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Setelah dilakukannya sterilisasi alat yang akan digunakan untuk
praktikum maka dilakukanlah pembuatan dan uji sterilitas sediaan salep
mata hidrokortison, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Hasil Pembuatan dan Uji Sterilitas Sediaan Salep Mata


Hidrokortison 1%

No Uji Sterilitas Gambar Hasil Keterangan

Setelah di
Salep dalam Terkontaminas
1. inkubasi selama
media agar i
1 hari

Setelah
dicampurkan 3
2. Uji pH pH 5 basis salep
dengan
hidrokortison

B. Pembahasan
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi–bagi
yang bebas dari mikroorganisme hidup (Amin, et al, 2007). Pada proses
pembuatan salep mata steril dikerjakan secara aseptis, Salep adalah
sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat

12
luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok sehingga pada proses sterilisasi tidak dilakukan sterilisasi
akhir karena basis salep yaitu minyak yang akan merusak konsisten
sediaan jika terkena panas tinggi. Maka dari itu, proses sterilisasi hanya
dilakukan awal. Praktikum kali ini dilakukan pembuatan dan uji sterilitas
sediaan salep mata Hidrokortison 1% yang bertujuan agar mampu
melakukan pembuatan dan uji sterilitas sediaan salep mata Hidrokostison.
Sterilisasi bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk dengan
cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya. Mikroorganisme
yang tumbuh pada produk biasanya dapat mencemari produk.
Mikroorganisme pembusuk tersebut bisa berupa bakteri, kupang (jamur)
dan kamir (yeast). (Dirjen POM, 1995)

Salep mata Hidrokortison digunakan secara topikal untuk mengatasi


peradangan, reaksi alergi, dan penyakit autoimun. Pada pembuatan sediaan
kali ini, zat aktif yang digunakan adalah hidrokostison dan basis yang
digunakan adalah basis hidrokarbon yaitu vaselin kuning (vaseline flava),
paraffin liquidum, dan adeps lanae. Pada proses pembuatan sediaan,
vaselin kuning lebih dipilih untuk digunakan dibandingkan vaselin putih.
Hal ini disebabkan oleh vaselin putih yang pemucatannya menggunakan
H2SO4 sehingga dapat mengiritasi mata karena asam yang dikandung
berlebihan. Sebenarnya vaselin putih dapat digunakan dengan cara
menetralkan asamnya, namun demi keamanan yang lebih terjamin maka
digunakan vaselin kuning. Penambahan paraffin liq sebagai basis
bertujuan untuk meningkatkan daya serap zat aktif pada selaput mata
(emolien), sedangkan penambahan adeps lanae ditujukan untuk
meningkatkan sifat serap air, sehingga mempengaruhi pelepasan asam
yang bersifat sukar larut dalam air (Anief, M. 1997).

Semua alat disterilkan, ditimbang bahan sesuai bobot yang sudah


ditetapkan dan dimasukkan ke dalam cawan porselen yang sudah dilapisi
kasa steril untuk meminimalisir adanya kontaminasi mikroba dalam
sediaan, lalu basis salep dileburkan dalam oven pada suhu 60°c selama 60

13
menit yang bertujuan untuk mempercepat lelehnya basis salep, diaduk
lelehan basis hingga semua tercampur sampai homogen. Zat aktif
hidrokostison dimasukkan ke dalam mortir dan digerus hingga homogen,
setelah homogen kemudian masukkan sedikit demi sedikit basis salep ke
dalam mortir dan dilakukan pencampuran dengan mortar sampai
membentuk sediaan yang semi solid. Pot kosong ditimbang terlebih dahulu
sebelum sediaan dimasukkan. Kemudian sediaan dimasukkan
menggunakan batang pengaduk lalu ke dalam pot. Pot dan isinya
kemudian ditimbang lagi sampai jumlah sediaan yang terkandung dalam
tube adalah 5 gr. Setelah terisi, pot ditutup dengan tutup plastik dan
dilakukan evaluasi sediaan.
Pengujian sterilitas sediaan yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji
homogenitas, uji pH, dan uji mikrobiologi. Pertama dilakukan uji
organoleptis meliat warna (kuning muda) dan bau (menyengat seperti
adeps lanae). Pada uji homogenitas, salep dioles tipis dengan batang
pengaduk diatas kaca objek lalu diamati apakah masih terdapat partikel
kasar atau tidak. Setelah diuji, sediaan yang dibuat homogen, tidak ada
partikel kasar, Beberapa literatur menyebutkan bahwa pada pemakaian
sediaan mata yang nyaris tanpa nyeri adalah pH 7,3 – 9,7. Daerah pH 5,5 –
11.4 masih dapat diterima (Voight, 1995). Hasil uji pH pada sediaan salep
tersebut yaitu pH 6, idealnya pH sediaan mata adalah kurang lebih 7,4
sesuai dengan nilai pH alami mata Untuk uji mikrobiologi dapat dilihat
hasil yang terlihat di atas media agar terdapat bakteri sehingga bisa
dikatakan sediaan yang dibuat tidak steril (DepKes, 1995). Berberapa
faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan salep mata hidrokortison
hingga tidak sesuai dengan teori adalah pada proses pembuatan sediaan
salep mata tidak menggunakan APD yang benar, proses pencampuran
dilakukan diruangan yang tidak steril dan beberapa alat yang digunakan
untuk menimbang bahan tidak dilakukan proses sterilisasi.

C. Rancangan Kemasan, Label, dan Brosur

14
1. Kemasan

HIDKOR® Netto : 5 gram

HIDKOR®
SALEP MATA HIDROKORTISON

SALEP MATA HIDROKORTISON

USM Farma
PERHATIAN :
Tube harus tertutup rapat, jangan sentuh ujung tube. Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Hanya untuk
pemakaian luar
NO REG : 12345678
BATCH : 182021
ED : DES 2021
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Netto : 5 gram

HIDKOR®
SALEP MATA HIDROKORTISON
USM Farma
Banjarmasin-
Indonesia

USM FARMA

P.No.5
awas obat keras
hanya untuk
bagian luar badan
KETERANGAN LEBIH LANJUT LIHAT BROSUR

2. Label
3.
HIDKOR®
SALEP MATA HIDROKORTISON

15
3. Brosur

A. HIDKOR ®

B. KOMPOSISI
C. Hidrokortison 1%
D. Paraffin liquidum 10
E. Vaseline flava 80
F. Adeps lanae 10
G. Setiap tube mengandung 5 gram
H.
I. INDIKASI
J. Mengobati dermatosis, radang sendi, radang pada jaringan
lunak, serta insufisiensi adrenokortikal.
K.
L. KONTRAINDIKASI
M. Sebaiknya tidak diberikan pada penderita glaukoma,
tuberkolosis, infeksi jamur dan virus sistemik.
N.
O. EFEK SAMPING
P. Rasa gatal di mata, rasa terbakar di mata (penggunaan jangka
panjang).
Q.
R. DOSIS &ATURAN PAKAI
S. Oleskan salep Cendo Mycos pada kelopak mata yang sakit
sebanyak 2-3 kali sehari atau sesuai anjuran Dokter.
T.
U. PENYIMPANAN
V. Simpan pada suhu 20-25 derajat Celcius, di tempat kering dan
sejuk.
W.
X. KEMASAN
Y. Netto 5 mg
Z. No reg : 12345678
AA. Batch : 182021
BB. MD : Okt 20

16
BAB V
KESIMPULAN
Praktikum kali ini dilakukan pembuatan dan uji sterilitas sediaan
salep mata Hidrokortison 1% yang bertujuan agar mampu melakukan
pembuatan dan uji sterilitas sediaan salep mata Hidrokostison. evaluasi
organoleptis dilakukan dengan pengamatan secara visual, diperoleh hasil
yaitu warna sediaan salep yang kuning pucat dengan bau yang agak
menyengat dan memiliki tekstur semipadat. Pengukuran pH diperoleh nilai
pH 6. Idealnya pH sediaan mata adalah kurang lebih 7,4 sesuai dengan nilai
pH alami mata. Pada proses uji mikrobiologi didapatkan hasil yaitu tidak
steril yang ditandai adanya pertumbuhan mikroorgabisme pada cawan petri
yang telah berisi media dan sedia salep mata. Adapun faktor yang dapat
mempengaruhi hasil praktikum adalah proses pembuatan sediaan salep tidak
menggunakan APD yang benar, proses pencampuran dilakukan di ruangan
yang tidak steril.

17
DAFTAR PUSTAKA
Amin, dan Masna. 2007. Indikasi dan Prosedur Pleurodesis. Majalah
Kedokteran Indonesia. Vol. 57
Anief, M. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press:
Jogyakarta.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271,
607-608, 700, Jakarta, UI Press.
Anief, 1999, Ilmu Meracik Obat, Cetakan ke-7, 71-73, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan;
1995. 
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia
Edisi Keempat . Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995).
Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 1083, 1084.
Puspitasari, F., 2009. Penetapan Kadar Kloramfenikol dalam Tetes Mata
Pada Sediaan Generik dan Paten secara Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi [Skripsi] Fakultas Farmasi : Universitas Muhamadyah
Purwekerto.
Lachman, L., dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi
Ketiga.Jakarta: UI Press.
Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh
Soendari Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

18
JAWABAN PERTANYAAN
1. Sebutkan berapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan salep
mata?
 Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan
aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan
tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan
dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi
syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata
harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep
mata dalam tube biasanya dilakukan dengan radiasi sinar γ.
(Remingthon pharmauceutical hal. 1585). 
 Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan
melakukan pembuatan uji dibawah LAF. 
 Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang
sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba
yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada
waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau
formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik .
2. Sebutkan dan jelaskan persyaratan dalam pembuatan salep mata?
 Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang
sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba
yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada
waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi dan
formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik.
 Salep mata harus bebas dari partikel kasar.
 Harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji
salep mata
 Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu
pengisian dan penutupan, harus tertutup rapat dan disegel untuk
menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
 Dasar salep yang digunakan tidak boleh mengiritasi mata
 Dasar salep memungkinkan difusi obat dalam cairan mata.

19
20

Anda mungkin juga menyukai