Disusun Oleh :
Kelompok 5
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Sediaan Topikal.......................................................................................….4.
B. Deskripsi Bahan Praktikum..........................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM..........................................................................8
A. Alat dan Bahan..............................................................................................8
B. Formulasi......................................................................................................8
C. Prosedur Kerja...............................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................12
A. Hasil............................................................................................................12
B. Pembahasan.................................................................................................12
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
JAWABAN PERTANYAAN................................................................................19
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Struktur Hidrokortison Asetat.............................................................4
DAFTAR TABE
iv
Tabel 4. 1 Hasil Pembuatan Uji Sterilitas Sediaan Salep Mata Hidrokortison......12
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan
menggunakan dasar salep yang cocok. Salep mata berbeda dengan salep
dermatologi, salep mata harus steril. Apakah dibuat dari bahan-bahan yang
sudah steril dalam keadaan bebas hama sepenuhnya atau disterilkan
sesudah pembuatan. Salep mata harus memenuhi uji sterilitas sebagaimana
tertera pada kompedia resmi (Dirjen POM, 1995).
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting. Larutan mata
yang dibuat dapat membawa banyak mikroorganisme, yang paling
berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme
ini dapat menyebabkan kebutaan, ini khususnya berbahaya untuk
penggunaan produk-produk nonsteril pada mata saat kornea terkena.
Bahan partikulat dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan
pada pasien (Puspitasari, 2009). Salep mata memberikan arti lain dimana
obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan di
sekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Salep mata memberikan
keuntungan dimana waktu kontaknya lebih lama dan bioavaibilitasnya dan
letal obat lebih besar meski dengan onset yang lebih lambat dan waktu
untuk mencapai absorbsi lebih lama (Puspitasari, 2009). Satu kekurangan
dari penggunaan salep mata adalah salep akan mengganggu pandangan
kecuali digunakan selama waktu tidur.
Sediaan salep mata dibuat dari bahan yang sudah disterilkan yang
memenuhi uji sterilitas dan dengan pembuatan aseptik. Salep mata harus
mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan dan memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara
tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan kecuali
dinyatakan lain yaitu formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik (FI
IV, 1995).
Bahan obat yang ditambahkan kedalam dasar salep berbentuk
larutan atau serbuk. Salep mata harus bebas dari partikel kasar. Dasar atau
1
basis salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan
difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat
dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat.
Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap. Bahan dasar seperti ini
memungkin disperse obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh
menyebabkan iritasi pada mata. Penggunaan salep mata, khususnya yang
digunakan pada mata yang luka, harus steril (Lachman, 1994).
B. Tujuan
Tujuan dalam percobaan ini adalah diharapkan mampu melakukan
pembuatan dan uji sterilitas sediaan salep mata hidrokartison.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
1. Sediaan Topikal
2. Salep
Efek obat mempunyai efek atau aksi lebih dari satu, maka itu efek
berupa:
a. Efek terapi, ialah efek atau aksi yang merupakan satu – satunya pada
letak primer .
3
b. Efek samping, ialah efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan
efek terapi dan tidak ikut pada kegunaan terapi.
c. Efek teratogen, ialah efek obat yang pada dosis terpetik untuk ibu
mengakibatkan cacat padai janin, misalnya fokomelia (kaki dan
tangan bayi seperti kepunyaan anjing laut).
d. Efek toksis, ialah aksi tambahan dari obat yang lebih berat dibanding
efek samping dan merupakan efek yang tidak diinginkan. Tergantung
besarnya dosis obat dapat diperoleh efek terapi atau efek toksis.
3. Hidrokortison
4
Hidrokortison topikal (salep atau krim) digunakan sebagai anti radang
dan antipruritis.
5
enzim. Ekskresi terutama melalui ginjal, namun sebagian kortikosteroid
yang diberikan secara topikal dan metabolitnya juga diekskresikan ke
dalam empedu.
6
c. Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, kuning muda
sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dibiarkan
hingga dngin tanpa diaduk. Befluoresensi lemah, juga jika dicairkan
tidak berbau, hampir tidak berasa.
d. Kelarutan : Memenuhi syarat ysng tertera pada vaselinum
album
4. Adeps Lanae (Fi Iv, Hal 57)
a. Pemerian : massa seperti lemak,lengket, warna kuning
bau khas.
b. Kelarutan : tidak larut dalam air, dapat bercampur
dengan air lebih kurang 2x beratnya, agak sukar larut dalam etanol
dingin,lebih larut dalam etanol panas,mudal larut dalam eter dan
klorofom
c. Kegunaan : emulsifying agent,basis salep.
d. OOT : daapat mengandung pro oksidan dan dapat
mempengaruhi stabilitas.
e. Stabilitas : dapat mengalami autoksidasi selama
penyimpanan. untuk mencegah ditambah antioksidan
f. Penyimpanan : ditempat yang tertutup,terlindung dari
cahaya, sejuk dan kering
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
B. Formulasi
R/ Hidrokortison 1%
Paraffin liq 10
Vaseline flava 80
Adeps lanae 10
Setiap tube mengandung 5 gram
8
C. Prosedur Kerja
1. Pencucian Alat Gelas
diulangi dengan larutan baru (bila berwarna, harus diulangi hingga larutan
jernih)
9
Gambar 3. 3 Diagram pencucian tara
4. Pengeringan
Diletakkan basis salep (Adeps lanae, Paraffin Cair dan Vaselin Flavum)
pada cawan porselen yang telah dilapisi kasa steril.
Dileburkan basis salep di penangas air pada suhu 60oC selama 60 menit.
10
Diaduk pertama lelehan basis hingga semua basis meleleh sempurna dan
tercampur sampai homogen.
Digerus hidrokortison di dalam mortir hingga halus.
Dibuat kemasan, etiket, dan brosur tube yang telah berisikan salep lalu
dimasukkan kedalam kemasan.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Setelah dilakukannya sterilisasi alat yang akan digunakan untuk
praktikum maka dilakukanlah pembuatan dan uji sterilitas sediaan salep
mata hidrokortison, didapatkan hasil sebagai berikut :
Setelah di
Salep dalam Terkontaminas
1. inkubasi selama
media agar i
1 hari
Setelah
dicampurkan 3
2. Uji pH pH 5 basis salep
dengan
hidrokortison
B. Pembahasan
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi–bagi
yang bebas dari mikroorganisme hidup (Amin, et al, 2007). Pada proses
pembuatan salep mata steril dikerjakan secara aseptis, Salep adalah
sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
12
luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok sehingga pada proses sterilisasi tidak dilakukan sterilisasi
akhir karena basis salep yaitu minyak yang akan merusak konsisten
sediaan jika terkena panas tinggi. Maka dari itu, proses sterilisasi hanya
dilakukan awal. Praktikum kali ini dilakukan pembuatan dan uji sterilitas
sediaan salep mata Hidrokortison 1% yang bertujuan agar mampu
melakukan pembuatan dan uji sterilitas sediaan salep mata Hidrokostison.
Sterilisasi bertujuan untuk memperpanjang umur simpan produk dengan
cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya. Mikroorganisme
yang tumbuh pada produk biasanya dapat mencemari produk.
Mikroorganisme pembusuk tersebut bisa berupa bakteri, kupang (jamur)
dan kamir (yeast). (Dirjen POM, 1995)
13
menit yang bertujuan untuk mempercepat lelehnya basis salep, diaduk
lelehan basis hingga semua tercampur sampai homogen. Zat aktif
hidrokostison dimasukkan ke dalam mortir dan digerus hingga homogen,
setelah homogen kemudian masukkan sedikit demi sedikit basis salep ke
dalam mortir dan dilakukan pencampuran dengan mortar sampai
membentuk sediaan yang semi solid. Pot kosong ditimbang terlebih dahulu
sebelum sediaan dimasukkan. Kemudian sediaan dimasukkan
menggunakan batang pengaduk lalu ke dalam pot. Pot dan isinya
kemudian ditimbang lagi sampai jumlah sediaan yang terkandung dalam
tube adalah 5 gr. Setelah terisi, pot ditutup dengan tutup plastik dan
dilakukan evaluasi sediaan.
Pengujian sterilitas sediaan yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji
homogenitas, uji pH, dan uji mikrobiologi. Pertama dilakukan uji
organoleptis meliat warna (kuning muda) dan bau (menyengat seperti
adeps lanae). Pada uji homogenitas, salep dioles tipis dengan batang
pengaduk diatas kaca objek lalu diamati apakah masih terdapat partikel
kasar atau tidak. Setelah diuji, sediaan yang dibuat homogen, tidak ada
partikel kasar, Beberapa literatur menyebutkan bahwa pada pemakaian
sediaan mata yang nyaris tanpa nyeri adalah pH 7,3 – 9,7. Daerah pH 5,5 –
11.4 masih dapat diterima (Voight, 1995). Hasil uji pH pada sediaan salep
tersebut yaitu pH 6, idealnya pH sediaan mata adalah kurang lebih 7,4
sesuai dengan nilai pH alami mata Untuk uji mikrobiologi dapat dilihat
hasil yang terlihat di atas media agar terdapat bakteri sehingga bisa
dikatakan sediaan yang dibuat tidak steril (DepKes, 1995). Berberapa
faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan salep mata hidrokortison
hingga tidak sesuai dengan teori adalah pada proses pembuatan sediaan
salep mata tidak menggunakan APD yang benar, proses pencampuran
dilakukan diruangan yang tidak steril dan beberapa alat yang digunakan
untuk menimbang bahan tidak dilakukan proses sterilisasi.
14
1. Kemasan
HIDKOR®
SALEP MATA HIDROKORTISON
USM Farma
PERHATIAN :
Tube harus tertutup rapat, jangan sentuh ujung tube. Simpan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Hanya untuk
pemakaian luar
NO REG : 12345678
BATCH : 182021
ED : DES 2021
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Netto : 5 gram
HIDKOR®
SALEP MATA HIDROKORTISON
USM Farma
Banjarmasin-
Indonesia
USM FARMA
P.No.5
awas obat keras
hanya untuk
bagian luar badan
KETERANGAN LEBIH LANJUT LIHAT BROSUR
2. Label
3.
HIDKOR®
SALEP MATA HIDROKORTISON
15
3. Brosur
A. HIDKOR ®
B. KOMPOSISI
C. Hidrokortison 1%
D. Paraffin liquidum 10
E. Vaseline flava 80
F. Adeps lanae 10
G. Setiap tube mengandung 5 gram
H.
I. INDIKASI
J. Mengobati dermatosis, radang sendi, radang pada jaringan
lunak, serta insufisiensi adrenokortikal.
K.
L. KONTRAINDIKASI
M. Sebaiknya tidak diberikan pada penderita glaukoma,
tuberkolosis, infeksi jamur dan virus sistemik.
N.
O. EFEK SAMPING
P. Rasa gatal di mata, rasa terbakar di mata (penggunaan jangka
panjang).
Q.
R. DOSIS &ATURAN PAKAI
S. Oleskan salep Cendo Mycos pada kelopak mata yang sakit
sebanyak 2-3 kali sehari atau sesuai anjuran Dokter.
T.
U. PENYIMPANAN
V. Simpan pada suhu 20-25 derajat Celcius, di tempat kering dan
sejuk.
W.
X. KEMASAN
Y. Netto 5 mg
Z. No reg : 12345678
AA. Batch : 182021
BB. MD : Okt 20
16
BAB V
KESIMPULAN
Praktikum kali ini dilakukan pembuatan dan uji sterilitas sediaan
salep mata Hidrokortison 1% yang bertujuan agar mampu melakukan
pembuatan dan uji sterilitas sediaan salep mata Hidrokostison. evaluasi
organoleptis dilakukan dengan pengamatan secara visual, diperoleh hasil
yaitu warna sediaan salep yang kuning pucat dengan bau yang agak
menyengat dan memiliki tekstur semipadat. Pengukuran pH diperoleh nilai
pH 6. Idealnya pH sediaan mata adalah kurang lebih 7,4 sesuai dengan nilai
pH alami mata. Pada proses uji mikrobiologi didapatkan hasil yaitu tidak
steril yang ditandai adanya pertumbuhan mikroorgabisme pada cawan petri
yang telah berisi media dan sedia salep mata. Adapun faktor yang dapat
mempengaruhi hasil praktikum adalah proses pembuatan sediaan salep tidak
menggunakan APD yang benar, proses pencampuran dilakukan di ruangan
yang tidak steril.
17
DAFTAR PUSTAKA
Amin, dan Masna. 2007. Indikasi dan Prosedur Pleurodesis. Majalah
Kedokteran Indonesia. Vol. 57
Anief, M. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press:
Jogyakarta.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271,
607-608, 700, Jakarta, UI Press.
Anief, 1999, Ilmu Meracik Obat, Cetakan ke-7, 71-73, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan;
1995.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia
Edisi Keempat . Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995).
Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 1083, 1084.
Puspitasari, F., 2009. Penetapan Kadar Kloramfenikol dalam Tetes Mata
Pada Sediaan Generik dan Paten secara Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi [Skripsi] Fakultas Farmasi : Universitas Muhamadyah
Purwekerto.
Lachman, L., dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi
Ketiga.Jakarta: UI Press.
Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh
Soendari Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
18
JAWABAN PERTANYAAN
1. Sebutkan berapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan salep
mata?
Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan
aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan
tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan
dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi
syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata
harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep
mata dalam tube biasanya dilakukan dengan radiasi sinar γ.
(Remingthon pharmauceutical hal. 1585).
Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan
melakukan pembuatan uji dibawah LAF.
Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang
sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba
yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada
waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau
formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik .
2. Sebutkan dan jelaskan persyaratan dalam pembuatan salep mata?
Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang
sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba
yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada
waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi dan
formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik.
Salep mata harus bebas dari partikel kasar.
Harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji
salep mata
Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu
pengisian dan penutupan, harus tertutup rapat dan disegel untuk
menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
Dasar salep yang digunakan tidak boleh mengiritasi mata
Dasar salep memungkinkan difusi obat dalam cairan mata.
19
20