Steril
Isotonis dengan air mata
Bila mungkin isohidri
Tetes mata berupa larutan harus jernih
Bebas partikel asing
Basis salep mata tidak boleh iritan
BEBERAPA PERTIMBANGAN
DALAM PEMBUATAN OBAT MATA
1.Sterilitas
Cara-cara sterilisasi: panas uap, panas kering, cara filtrasi, cara gas, cara radiasi-
ionisasi
2.Iritasi
Bahan aktif, bahan pembantu, atau pH yang tidak cocok dari pembawa obat tetes
mata dapat menimbulkan iritasi terhadap mata.
3.Pengawet
Semua obat tetes mata digunakan harus dalam keadaan steril. Pengawet perlu
ditambahkan khususnya untuk obat tetes mata yang digunakan dalam dosis ganda.
Suspense tetes mata
Benzalkonium klorida
Garam raksa
Klorbutanol
Metil dan propil paraben
Feniletilalkohol
I. Formula
II. Spesifikasi
Zat berkhasiat : Epinefrin Bitartras
Bm : 333,29
Pemerian : serbuk hablur, putih atau putih keabu-
abuan atau abu-abu, coklat muda perlahan menjadi gelap pada
paparan cahaya dan udara. Larutan dalam air bersifat asam
terhadap lakmus pH kurang dari 3,5.
Struktur Epinefrin
Kelarutan : mudah larut dalam air, sedikit
larut dalam etanol, praktis tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter.
Titik lebur : antara 147ᵒC dan 152ᵒC
(Sumber FI IV hal.351)
Dosis
Sekali 1 atau 2 tetes mata setiap 2-4 hari
sampai 4 kali sehari
(Sumber AHFS 2011 hal. Epinefrin)
Stabilitas
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
tidak tembus cahaya
(Sumber FI IV hal.351)
pH sediaan : 3,0 – 3,8
(Sumber fornas hal.121)
Aspek Farmakologi
A. Indikasi
Epinefrin secara topikal digunakan untuk mengurangi
tekanan intraokuler penderita glaukoma sudut lebar
berdasarkan efek vasokontriksi lokal yang menyebabkan
pembentukan cairan berkurang.
B. Kontraindikasi
Pelebaran pupil dapat memicu erangan akut, sindrom
otak, Vilatasi jantung, dan insufisiensi koroner,
hipersensitivitas terhadap epinefrin atau bahan dalam
formulasi
(Sumber AHFS 2011 hal. Epinefrin)
C. Farmakokinetik
Absorpsi
Penyerapan dengan penggunaan topikal konjungtiva
atau mukosa hidung atau suntikana pada mata
menyebabkan efek simpatomimetik sistemik. Setelah
pemberian okular lokal, midriasis dapat terjadi
beberapa menit
Distribusi
Epinefrin didistribusi melewati plasenta tetapi tidak
melewati sawar darah dan otak. Didistribusikan
kedalam ASI.
Metabolisme
Epinefrin dimetabolisme didalam hati dan jaringan
lain dengan melibatkan reaksi catechol-o-
methyltransferase ( COMT ) dan MaO.
Ekskresi
Epinefrin dan metabolitnya diekskresikan oleh
ginjal.
Efek samping
Pada tetes mata dapat menyebabkan perih
parah,penglihatan kabur, dan fotobopia
berangsur-angsur dan dapat meninggalkan
melanin seperti konjungtiva dikornea.
Pengunaan berulang dapat menyebabkan
udema, hiperemi dan radang mata.
Epinefrin = 182 mg x 5 ml = 91 mg
10 ml
Acidum boricum = 50 mg x 5 ml = 25 mg
10 ml
Natrii pyrosulfis = 30 mg x 5 ml = 15 mg
10 ml
Na EDTA = 10 mg x 5 ml = 5 mg
10 ml
Aqua pro injection ad 5 ml
Penimbangan
Bahan Satuan dasar Volume
5 ml produksi
1000 botol/
5300 ml
Efinefrin 91 mg 96.569 mg
bitartras
Acidum boricum 25 mg 26.530 mg
Natrii pyrosulfis 15 mg 15.918 mg
Na EDTA 5 mg 5.306 mg
NaCl 6 mg 6.367 mg
Evaluasi Sediaan Obat
Tetes Mata :
1.Volume
Volume isi netto setiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang
ditetapkan. Kelebihan volume bisa dilihat di tabel.
6. Kejernihan
Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, artinya sangat
dipengaruhi oleh penilaian subjektif dari pengamat. Uji
kejernihan larutan sangat penting untuk memastikan tidak ada
partikel padat yang belum terdispersi kecuali sediaan yang
dibuat dalam bentuk suspensi.
7. Buffer dan pH
Buffer dan pH dalam sediaan tetes mata sangat penting untuk
memperbaiki daya tahan sediaan, mengoptimasi kerja zat
aktif, dan juga untuk mencapai kelarutann yang memuaskan.
8. Viskositas
Tetes mata dalam air mempunyai kerugian,
oleh karena mereka dapat ditekan keluar dari
saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk
mata. Oleh karena itu waktu kontaknya pada
mata menurun.Melalui peningkatan viskositas
larutan tetes mata dapat dicapai distribusi
bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan
waktu kontak yang lebih panjang dengan
mata.
Terima Kasih