Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN SEDIAAN STERIL

TETES MATA KLORAMFENIKOL

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
1. ANDRE SUNAN
2. ANNISA DWI OKTARINA
3. ELVI FEBRIANI
4. FERI RIJKI KOSASIH
5. NOVIA PUTRI RAHMADANI
6. SINDY ANTIKA
7. SYAZA TRI OPI MESA
8. TSANIA SRIKANDI

SEKOLAH TINGGI SL-FATAH


KOTA BENGKULU TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya.
Penulis sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar laporan ini bisa
pembaca praktik dalam kehidupan.
Dalam menyusun laporan ini, tentunya banyak mendapatkan bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, maka terlebih dahulu penyusun Mengucapkan terima kasih :

1. Ibu Densi Selpia Sopianti, M, Farm.,Apt sebagai Ketua di Stikes Al-Fatah


Bengkulu
2. Ibu Devi Novia, M, Farm.,Apt sebagai ketua prodi D3 farmasi
3. Ibu Betna Dewi, M, Farm.,Apt dan Aina Fatkhil Haque, M, Farm.,Apt sebagai
dosen pengajar pratikum sediaan steril
4. Dosen-dosen dan staf tata usaha Stikes Al-Fatah Bengkulu
5. Dan teman-teman seperjuangan yang telah membantu menyelesaikan laporan ini.

Laporan ini telah dibuat dengan berbagai bantuan dari teman-teman untuk membantu
menyelesaikan dan mengerjakan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini.

Bengkulu, 03 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang

iii
Hdbw

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Pratikum
a. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan steril tetes mata
Kloramfenikol
b. Untuk mengetahui masalah apa saja yang terjadi pada pembuatan sediaan steril tetes
mata Kloramfenikol serta mengetahui cara pengatasannya
c. Dapar membuat sediaan steril tetes mata Kloramfenikol skala laboratorium sesuai
dengan persyaratan sediaan steril yang telah ditentukan
B. Dasar Teori

Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan
yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata
(Anonim, 1995). Sedangkan menurut Ansel, tetes mata adalah cairan steril atau
larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus
conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik,
bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau
obat midriatik seperti atropin sulfat (Ansel, 1989).
Pembuatan tetes mata pada dasarnya dilakukan pada kondisi kerja aseptik dimana
penggunaan air yang sempurna serta material wadah dan penutup yang diproses dulu
dengan anti bakterial menjadi sangat penting artinya (Voight, 1995).

Tetes mata kloramfenikol adalah larutan steril kloramfenikol. Mengandung


kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0%
dar jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995).

Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata:

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan

2. Sterilitas akhir dan collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif
untuk menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama
penggunaan dari sediaan

3. Isotonisitas dari larutan

4. pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum

1
(Akbar, 2010)
Sediaan untuk mata terdiri dari bermacan-macam tipe produk yang berbeda.
Sediaan ini bisa berupa larutan (tetes mata/pencuci mata), suspensi atau salep.
Kadang-kadang injeksi mata digunakan dalam kasus khusus. Sediaan mata sama
dengan sediaan steril lainnya yaitu harus sterildanbebas daribahanpartikulat.
Denganpengecualian jumlah tertentu dariinjeksi mata, sediaan untuk mata adalah
bentuk sediaan topikal yang digunakan untuk efek lokal dan karena itu tidak perlu
untuk bebas pirogen. Syarat-syarat harus dipertimbangkan dalam pembuatan dan
kontrol terhadap produk optalmik yaitu sterilitas pengawet, kejernihan bahan aktif,
buffer viskositas, pH stabilitas, dan isotonisitas (Rgmaisyah, 2009).
Keuntungansediaantetesmataantaralainsecaraumumlarutanberairlebihstabildaripa
da salep dan tidak menganggu penglihatan ketika digunakan. Sedangkan kerugian
sediaan tetes mata yaitu waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan
yang terabsorsi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tetes mata yaitu:
1. Cuci tangan
2. Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah
3. Jika penetesannya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes
dimasukkan ke dalam botol untuk membawa larutan ke dalam penetes
4. Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian
bawah sambil melihat ke atas mata jangan menyentuhkan penetes pada mata
atau jari.
5. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan
berkedip paling kurang 30 detik
6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat
7. Jika penetesnay terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung menghadap
kebawah
8. Jangan pernah menyentuhkan penetes dengan permukaan apapun
9. Jangan mencuci penetes
10. Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika
dipindahkan
11. Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri
farmasi untuk farmasis, peraturan yang sama digunakan menghindari
kontaminasi
2
12. Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan
warna
13. Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya
satu botol saja
14. Jika menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu
beberapa menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain
15. Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan
cermin
16. Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak
berkedip lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat tempat
kerjanya. (Rgmaisyah, 2009)
Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut air,
basa lemah atau dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat-sifat fisikokimia yang
harus diperhatikan dalam memilih garam untuk formulasi larutan optalmik yaitu :
1. Kelarutan
2. Stabilitas
3. pH stabilitas dan kapasitas dapar
4. kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula
Bentuk garam yang biasa digunakan adalah garam hidroklorida, sulfat, dan nitrat.
Sedangkan untuk zat aktif yang berupa asam lemah, biasanya digunakan garam
natrium (Lund, 1994)
Larutan obat mata dapat dikemas dalam wadah takaran gamda bila digunakan
secara perorangan pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan pada permukaan
mata. Wadah laruran obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin
sterilitas pada pempakaian pertama. Sedangkan untuk penggunaan pembedahan,
disamping steril, larutan obat mata tidak boleh mengandung antibakteri karena dapat
mengiritasi jaringan mata (Anonim, 1995).

3
BAB II

TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT

A. Farmakokinetik

Setelah administrasi kloramfenikol melalui mata, obat terabsorpsi melalui


aqueous humour. Jumlah obat yang terpenetrasi bervariasi tergantung sediaan dan
frekuensi aplikasi (McEvoy, 2002). Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik yang
memiliki mekanisme kerja menghambat sisntesis protein pada tingkat ribosom. Obat
ini mengikatkan dirinya pada situs- situs terdekat pada subunit 50S dari ribosom RNA
70S. Kloramphenikol menyekatkan ikatan persenyawaan aminoacyl dari molekul
tRNA yang bermuatan ke situs aseptor kompleks mRNA ribosom. Ikatan tRNA pada
kodon-nya tidak terpengaruh. Kegagalan aminoacyl untuk menyatu dengan baik
dengan situs aseptor menghambat reaksi transpeptidase yang dikatalisasi oleh peptidyl
transferase. Peptida yang ada pada situs donor pada kompleks ribosom tidak
ditransfer ke asamamino aseptornya, sehingga sintesis protein terhenti (Katzung,
2004).

Untuk penggunaan secara topikal pada mata, kloramfenikol diabsorpsi melalui


cairan mata. Berdasarkan penelitian, penggunaan kloramfenikol pada penyakit mata
yaitu katarak memberi hasil yang baik namun hasil ini sangat dipengaruhi oleh dosis
dan bagaimana cara mengaplikasikan sediaan tersebut. Jalur ekskresi kloramfenikol
utamanya melalui urine.Perlu diingat untuk penggunaan secara oral, obat ini
mengalami inaktivasi di hati. Proses absorsi,metabolisme dan ekskresi dariobat
untuksetiap pasien, sangat bervariasi, khususnya pada anak dan bayi. Resorpsinya dari
usus cepat dan agak lengkap. Difusi kedalam jaringan, rongga, dan cairan tubuh baik
sekali, kecuali kedalam empedu. Kadarnya dalam CCS tinggi sekali dibandingkan
dengan antibiotika lain, juga bila terdapat meningitis. Plasma-t1/2-nya rata-rata 3 jam.
Didalam hati, zat ini dirombak 90% menjadi glukoronida inaktif. Bayi yang baru
dilahirkan belum memiliki enzim perombakan secukupnya maka mudah mengalami
keracunan dengan akibat fatal. Ekskresinya melalui ginjal, terutama sebagai metabolit
inaktif dan lebih kurang 10 % secara utuh (Tjay dan Rahardja, 2008).

4
B. Indikasi

Untuk terapi infeksi superficial pada mata dan otitis eksterna yang disebabkan
olehbakteri, blepharitis, katarak, konjungtifitis bernanah, traumatik karatitis, trakhoma
dan ulcerative keratitis (McEvoy, 2002).

C. Kontraindikasi

Pada pasien yang hipersensitif terhadap kloramfenikol (McEvoy, 2002)

D. Mekanisme Kerja

Menghambat sintesis protein pada mikroorganisme dengan berikatan pada


subunitribosom 50 S, sehingga menghambat pembentukan ikatan peptide (McEvoy,
2002).

E. Efek Samping

Rasa pedih dan terbakar mungkin terjadi saat aplikasi kloramfenikol pada mata.
Reaksi hipersensitivitas daninflamasi termasuk konjunctivitis, terbakar,
angioneuroedema, urtikaria vesicular/ maculopapular dermatitis (jarang terjadi)
(McEvoy, 2002).

F. Dosis

Untuk sediaan tetes mata, Kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1% dalam


sediaan (Ansel, 1989)

G. Penyimpanan

Pada suhu dibawah 30oC (Anonim,2010).

5
BAB III

TINJAUAN FISIKO-KIMIA BAHAN OBAT

A. Struktur dan Berat Molekul


a. Struktur molekul

b. Berat molekul: 323,13 (Anonim, 1995)

B. Kelarutan
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sedikit larut dalam CHCl3,mudah
larutdalam propilen glikol, dalam aseton, dandalam etil asetat (Anonim, 1995).
C. Stabilitas
a. Terhadap cahaya : tidak stabil, simpan pada tempat yang terlindung cahaya
(reynolds, 1982)
b. Terhadap suhu : stabil selama 2 tahun, jika disimpan pada suhu 20-250C
(Reynolds, 1982).
c. Terhadap pH : pKa 5,5 (McEvoy, 2002)
d. Terhadap oksigen : tidak stabil, simpan dalam wadah yang kedap udara
(Reynolds, 1982)
D. Titik Lebur

149-1530C(Reynolds,1982)

E. Inkompabilitas
Aminophyline, ampicillin, ascornic acid, chloride, carbenicillin sodium,
chlorpromazine HCl, erythromcin salts, gentamicin sulfat, hydrocortisone sodium
succinate, hydroxyzine HCl, methicilin sodium, methylpednisolone sodium succinate,
nitrofurantion sodium, novobiocin sodium, oxytetracycline, phenytoin sodium,

6
polymixin B sulphate, prochlorperazine salts, promazine HCl, prometazine HCl,
vancomycin HCl, vitamin B complex (Lund, 1994).
BAB IV

BENTUK SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMAKAIAN

A. Bentuk Sediaan
Tetes mata Kloramfenikol 0,5%
B. Dosis
Diteteskan sebanyak 2 tetes 3-4 kali sehari
C. Cara Pemakaian
Diteteskan pada mata

7
BAB V

FORMULASI

A. Formulasi yang akan digunkan


R/ Kloramfenikol 50
Mg kalium hidrogen fosfat 0,2
M natrium hidroksida 0,2 M
Metil paraben 0,02%
NaCl 0,9%
Aquades ad 10 ml
B. Permasalahan
a. Kloramfenikol sukar larut dalam air
b. Cairan yang diaplikasikan pada mata harus isotonis dengan cairan mata
c. Pelarut utama dalam sediaan ini adalah air sehingga mudah ditumbuhi mikroba dan
jamur
d. Sediaan tetes mata harus dalam keadaan steril
C. Pengatasan Masalah
1. Kloramfenikol memilki sifat yang sukar larut dalam air. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut maka terlebih dahulu kloramfenikol dibuat menjadi sedikit
basa dengan cara dilarutkan dalam pelarut dengan pH 7- 9.Larutan yang digunakan
adalah dapar KH3PO4 pH 7,4.
2. Agar sediaan tetes mata yang dibuat isotonis dengan cairan mata maka ditambahkan
NaCl yang berfungsi sebagai zat pengisotonis ke dalam sediaan. Jika sediaan yang
dibuat sudah dalam kondisi hipertonis, maka NaCl tidak perlu lagi ditambahkan.
3. Agar sediaan tetes mata yang dibuat isohidris, maka digunakan dapar pH 7,4 yaitu
KH3PO4 yang berfungsi sebagai buffering agent yang berguna untuk menyamakan
pH sediaan dengan pH cairan biologis.
4. Untukmengatasi sifat air yang mudah ditumbuhi mikroba dan jamur maka
digunakan bahan pengawet metil paraben dengan rentang konsentrasi antara
0,015% - 0,2%.
5. Karena sediaan tetes mata tidak bisa disterilisasi akhir, mengingat wadah yang
digunakan terbuat dari plastik maka untuk menjaga agar sediaan tetes mata tetap
dalam keadaan steril, pengerjaan dilakukan dengan metode aseptis.

8
D. Perhitungan
Volume sediaan : 10 ml
Jumlah sediaan : 2 botol
a. Kloramfenikol
Berat kloramfenikol= 0,5 gram/mL x 10 mL = 0,05 gram
100
Penambahan bobot 10% = 0,05 gram + (10% x 0,05 gram)
= 0,055 gram
Untuk 2 buah sediaan = 0,055 gram x 2 = 0,11 gram
b. Metil Paraben
Berat metil paraben : 0,02 gram/mL x 10 mL = 0,002 gram
100
Penambahan bobot 10% : 0,002 gram + (10% x 0,002 gram)
: 0,0022 gram
Untuk 2 buah sediaan : 0,0022 gram x 2 = 0,0044 gram
: 4,4 mg
c. NaCl
Perhitungan tonisitas
 Kesetaraan NaCl yang diperlukan untuk 11 mL larutan isotonik:
Kesetaraan NaCl = 11 mL x 0,9% b/v = 0,099 gram
 Kesetaraan NaCl untuk Kloramfenikol (0,14)
Jumlah Kloramfenikol : 0,5 gram/100 mL = x/11mL
: 0,055gram
Jumlah NaCl : 0,055 gram x (E)
: 0,055 gram x 0,14
: 0,0077 gram
Jumlah NaCl yang ditambahkan : Kesetaraan NaCl – Kesetaraan NaCl
untuk Kloramfenikol
: 0,099 gram–0,0077 gram : 0,0913gram
Untuk 2 buah sediaan : 0,0913gram x 2 = 0,1826 gram

9
d. Perhitungan Dapar Fosfat pH 7,4
NaOH * 25 ml
0,2M : mol/0,025
Mol : 0,005
Gram : 0,005 x 40
: 0,2 gram
: 200 mg
KH3PO4*5ml
0,2M : mol/0,005
Mol : 0,001 mol
0,001mol : gram/136,09 gram/mol
gram : 0,001mol x 136,09 gram/mol
: 0,13609 gram
: 136,09 mg

E. Tabel Penimbangan
No Bahan Fungsi Penimbangan 1 sediaan Penimbangan 2
+ 10%
1 Kloramfenikol Zat aktif 0,055 gram 0,11 gram
2 Metil paraben Pengawet 0,0022 gram 0,0044 gram
3 NaCl Pengisotonis 0,0913 gram 0,1826 gram
Penimbangan pH 7,4
5 NaOH Dapar 200 mg
6 KH3PO4 Dapar 136, 09 mg

10
BAB VI

PENGERJAAN

A. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Gelas ukur
2. Pipet tetes
3. Beaker gelas
4. Corong gelas
5. Kertas saring
6. Batang pengaduk
7. Labu ukur
8. Sendok tanduk
9. Botol drop tetes mata
10. Erlenmeyer
11. Spuit injeksi
b. Bahan
1. Kloramfenikol
2. Metil paraben
3. NaCl
4. NaOH
5. KH3PO4
6. Aquadest

11
B. Alat-alat yang digunakan dan cara sterilisasinya
No Nama Alat Cara Sterilisasi Suhu (oC) Waktu
1 Gelas ukur Autoklaf 121 o 15’
2 Pipet tetes Autoklaf 121 o 15’
3 Beaker gelas Autoklaf 121 o 15’
4 Corong gelas Autoklaf 121 o 15’
5 Kertas saring Autoklaf 121 o 15’
6 Batang pengaduk Oven 160 o 30’
7 Labu ukur Autoklaf 121 o 15’
8 Sendok tanduk Autoklaf 121 o 15’
9 Erlenmeyer Autoklaf 121 o 15’
10 Spuit injeksi - - -
11 Botol dropp tetes mata - - -

C. Cara Kerja
a. Pembuatan Dapar Fosfat

Ditimbang NaOH sebanyak 200 mg dan KH3PO4 sebanyak 136,09 mg

NaOH sebanyak 200 mg dilarutkan dengan aquadest yang telah disaring


sebelumnya, kedalam labu ukur 25 ml kemudian di ad hingga 25 ml

KH3PO4 sebanyak 136,09 mg dilarutkan dengan aquadest yang telah disaring


sebelumnya, kedalam labu ukur 5 ml kemudian di ad hingga 5 ml

Masukkan sebanyak 3,9 ml larutan NaOH 0,2 M kedalam 5 ml larutan KH3PO4


0,2 M sehingga didapatkan buffer fosfat dengan pH 7,4

b. Pembuatan sediaan tetes mata Kloramfenikol


Alat-alat dan wadah yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu, termasuk
botol dropp tetes mata yang telah berisi penanda 10 ml

12
Semua bahan ditimbang untuk membuat 2 buah sediaan tetes mata

Metil paraben yang telah ditimbang kemudian dilarutkan kedalam larutan dapar
fosfat

Kemudian ditimbangkan dengan Kloramfenikol aduk hingga larut dalam


campuran

NaCl yang telah ditimbang, dilarutkan dengan aquadest secukupnya (yang telah
disaring sebelumnya) kemudian ditambahkan ke dalam campuran yang telah
dibuat

Aquadest kedalam campuran hingga 20 ml (volume untuk 2 buah sediaan)

Larutkan difitrasi dengan corong gelas yang telah dilapisi dengan kertas saring
yang telah dibasahi dengan aquadest ke dalam beaker gelas

Fitrat dimasukkan kedalam spuit injeksi 10 ml dan dimasukkan kedalam wadah


botol dropp tetes mata

Wadah ditutup, diberikan etiket dimasukkan kedalam kemasan sekunder

13
BAB VII

EVALUASI SEDIAAN

A. Uji Organoleptis
Uji organoleptis terhadap sediaan dilakukan dengan peninjauan dari segi warna dan
bau yang ditimbulkan oleh cairan tetes mata. Diamati warna cairan dan ada tidaknya
aroma yang ditimbulkan. Selain itu juga dilakukan uji tetesan dengan melihat
konsistensi cairan yang dihasilkan dan apakah dapat menetes bila dituang.
B. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH stick. Sejumlah cairan tetes mata
diletakkan di dalam beaker glass. pH stick dicelupkan ke dalam cairan tetes mata,
setelah beberapa saat dicek warna yang terbentuk pada pH stick. Warna yang terbentuk
pada pH stick kemudian dicocokan dengan rentang warna yang terdapat pada kemasan
pH stick untuk mengetahui pH dari sediaan.
C. Uji Kejernihan
Uji kejernihan terhadap sediaan dilakukan dengan meletakkan wadah sediaan yang
berisi cairan tetes mata di dalam kotak dengan latar hitam dan putih yang didalamnya
terdapat lampu yang menyinari wadah dari arah samping. Pertama wadah didekatkan
pada lampupada sisi dengan latar putih, amati kejernihan cairan dengan melihat ada
atau tidak kotoran berwarna gelap. Selanjutnya wadah didekatkan pada lampu pada sisi
dengan latar hitam, amati kejernihan kembali dengan melihat ada atau tidak kotoran
yang berwarna muda kemudian bandingkan dengan perlakuan pertama pada latar putih.
Pernyataan kejernihan suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan
air atau pelarut yang digunakan.
D. Uji Kebocoran
Uji kebocoran dilakukan dengan membalikkan botol sediaan tetes mata dengan
mulut botol menghadap ke bawah . Diamati ada tidaknya cairan yang keluar menetes
dari botol.

14
BABV III

ETIKET, BROSUR DAN KEMASAN SEKUNDER

A. Etiket

B. Label

C. Kemasan

15
DAFTAR PUSTAKA

Akbar,K.2010.SterilisasiTetesMata.(cited2011,April 9).

Availableat:http://www.m2pc.web.id/2010/06/sterilisasi-tetes-mata.html
Anonim.1995.FarmakopeIndonesiaIV.Jakarta:DepartemenKesehatanRepublikIndon
esia Anonim, 2010. Kalmicetine Kloramfenikol. (cited 2011, April 9).
Availableat:http://www.dechacare.com/KALMICETINE-Kloramfenikol-
Kapsul-P573.html
Ansel,H.C.1989.PengantarBentukSediaanFarmasi,edisikeempat.Jakarta:UIPress.
Katzung, B. G. 2004. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta:Salemba Medika
Lund,W.1994.ThePharmaceuticalCodex,TwelfthEdition.London:PhP

McEvoy,G.K.2002.AHFSDrugInformation.USA:AmericanSocietyofHealthSystem
Pharmcists.
Niazi.2004.HandbookofPharmaceuticalManufacturingFormulationsSterileProdu
cts Volume 4.Washington DC: CRC Press
Rgmaisyah.2009.Tetesmata.(cited2011,April9).
Availableat:http://rgmaisyah.wordpress.com/2009/06/06/tetes-mata/
Tjay,T.H.danRahardjaK.2008.Obat-ObatPenting.Jakarta:ElexMedia Komputindo

Voigt,R.,1995,BukuPelajaranTeknologiFarmasi,GadjahMadaUniversityPress,
Yogyakarta.

16
LAMPIRAN TETES MATA

Penimbangan
Kloramfenikol penimbangan kalium penimbangan natrium
Hidrogen fosfat hidroksida

Penimbangan metil paraben Pembuatan dan pengukuran Penimbangan NaCl


Aquadest

Pensterilan alat-alat Proses pencampuran bahan-bahan ad homogen / ad larut

Penyaringan sediaan menggunakan


kertas saring dalam botol obat tetes mata

Proses evaluasi sediaan, uji pH, uji kebocoran, uji kejernihan dan uji organoleptis

17
18

Anda mungkin juga menyukai