Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Teknologi Steril

Tetes Mata Gentamicin 0.3%


Dosen Pengampu : Drs. Pramono Abdullah, Apt

Disusun oleh :

1. Rizki Fauzia M 16010174


2. Revi Afriani 16010142
3. Selvy Febriyani 16010148
4. Sandi Sopyan 16010146
5. Sinta Dwi Karisma 16010150
6. Siti Fatimah 16010152
7. Andi Virgiawan 15010006

Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi


Bogor
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. Tanggal Praktikum : 30 Maret 2019


2. Tujuan Praktikum :
a. Membuat sediaan steril tetes mata gentamicin
b. Memahami prinsip dasar pembuatan sediaan tetes mata dan evaluasinya
3. Dasar Teori
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak
mata dari bola mata. (FI III hal. 10). Tetes mata adalah cairan steril atau larutan
berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus
conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik,
bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau
obat midriatik seperti atropin sulfat. Teks Book of Pharmaceutics : 358

Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :


1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;
2. Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk
menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari
sediaan;
3. Isotonisitas dari larutan;
4. pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum
(Scoville’s : 211)

Obat tetes mata yang baik seharusnya memiliki sifat sebagai berikut :
1. Steril
2. Dalam pembawa yang mengadung bahan-bahan germisidal untuk meningkatkan
sterilitas;
3. Bebas dari partikel yang tersuspensi;
4. Bahan-bahan yang akurat;
5. Isotonik atau sangat mendekati isotonic;
6. Dibuffer sebagaimana mestinya;
7. Dimasukkan dalam wadah yang steril;
8. Dimasukkan dalam wadah yang kecil dan praktis

Keuntungan Tetes Mata


Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat
yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yang obat-obatnya
larut dalam air. Selain itu tidak menganggu penglihatan ketika digunakan (AMA
Drugs : 1624)

Kerugian Tetes Mata


Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat
antara obat dan permukaan yang terabsorsi. (RPS 18 th : 1585)
Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical
untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati
kornea. Sampai ke ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat lambat, pasien
mematuhi aturan dan teknik pemakaian yang tepat. (DOM King : 142)
Karakteristik Sediaan Mata
a. Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih
secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan
tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk
larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaan
penampilan dalam lingkungan bersih. (RPS 18th : 1589)
Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan
obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zaat
tambahan larutan dan tipe pengemasan. Untuk menjaga stabilitas bahan aktif
maka pH sediaan disesuaikan dengan pH kestabilan bahan aktif.

b. Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata
yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam
optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. pH
optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi
jadi optimum untuk kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai
kapsitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi
umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama, situasi ini.

c. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam
larutan berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika
tonisitasnya sama denganlarutan NaCl 0,9%.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu
yang diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range
0,5%-1,8% NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan
khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak
dibutuhkan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.

d. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi
metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.

e. PH Sediaan Mata
Larutan lakrimal normalnya pH 7,4 rentang 5,2-8,3. Ini masih bisa ditoleransi
oleh larutan mata dengan range pH ini, disebabkan oleh (1)volume kecil
larutan,(2)buffer cairan mata, dan(3)peningkatan produksi air mata.(Parrot :
223)

Pewadahan
Wadah untuk larutan mata. Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit
kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil.
Botol 7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan
mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga
oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi. Botol plastik
untuk larutan mata juga dapat digunakan (Scoville’s : 247)
Komposisi Tetes Mata

Selain bahan obat, tetes mata dapat mengandung sejumlah bahan tambahan
untuk mempertahankan potensi dan mencegah peruraian. (DOP Cooper : 184)
Bahan tambahan itu meliputi :
a. Pengawet
Sebagaimana yang telah dikatakan, ada bahan untuk mencegah
perkembangan mikroorganisme yang mungkin terdapat selama
penggunaan tetes mata. Larutan untuk tetes mata khusus, yang paling
banyak tetes mata dan yang lain menggunakan fenil merkuri nitrat, fenil
etil alcohol dan benzalkonium klorida.
b. Isotonisitas dengan Sekresi Lakrimal
NaCl normalnya digunakan untuk mencapai tekanan osmotik yang sesui
dengan larutan tetes mata.
c. Oksidasi Obat
Banyak obat mata dengan segera dioksidasi dan biasanya dalam beberapa
kasus termasuk bahan pereduksi. Natrium metasulfit dalam konsentrasi
0,1% umumnya digunakan untuk tujuan ini.
d. Konsentrasi Ion Hidrogen
Butuh untuk kestabilan konsentrasi ion hidrogen, dan beberapa buffer telah
digambarkan. Sodium sitrat digunakan dalam tetes mata fenilefrin.
e. Bahan Pengkhelat
Ketika ion-ion dan logam berat dapat menyebabkan peruraian obat dalam
larutan digunakan bahan pengkhelat yang mengikat ion dalam kompleks
organik, akan memberikan perlindungan. Na2EDTA, satu yang paling
dikenal sebagai pengkhelat
f. Viskositas
Untuk menyiapkan larutan kental dengan memberi aksi yang lama pada
larutan mata dengan tetap kontak lebih lama pada permukaan mata, bahan
pengental dapat digunakan, metilselulosa 1% telah digunakan untuk tujuan
ini.
BAB II
PREFORMULASI

2.1 Tinjauan bahan aktif dan tambahan sifat fisika kimia


a. Gentamisin sulfat

No Parameter Pengamatan

1. Zat aktif Gentamisin sulfat

Sumber FI edisi 3 hlm.266:

Garam sulfat zat antimikroba yang dihasilkan oleh


Micromonospora purpurea. Potensi tiap mg setara dengan
tidak kurang dari 590 ug gentamisin, dihitung sebagai zat
anhidrat.

Sumber Martindale edisi 28 hlm.1166:

Gentamisin sulfat mengandung 31 – 34% sulfat dan tidak


kurang dari 590 unit gentamisin per mg; 80.000 unit
gentamisin ekivalen dengan 80 mg gentamisin.

Sumber FI edisi 4 hlm.406:

Potensi setara dengan tidak kurang dari 590 μg per mg


gentamisin, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

2. Sifat organoleptis

- Bentuk Serbuk

- Warna Putih sampai kuning gading

3. Sifat kelarutan

Sumber FI ed.3

- Dalam air Mudah larut dalam air. (1 : 1 – 10)


- Dalam etanol 95%, Praktis tidak larut dalam etanol 95%, kloroform, dan eter
kloroform, dan eter

Sumber Martindale ed.28

- Dalam air
Larut dalam air. (1 : 10 – 30)
- Dalam etanol 95%,
Praktis tidak larut dalam etanol 95%, kloroform, dan eter
kloroform, dan eter

4. pH

- 4% larutan dalam air 3,5 – 5,5

- Eye drops (tetes mata) 6,5 – 7,5

5. Sifat kestabilan

- Pemanasan Tahan terhadap pemanasan, (dapat disterilisasi dengan


autoklaf, tapi warnanya akan berubah jadi coklat dan
dapat diatasi dengan penambahan Na metabisulfit.).

7. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat (kedap udara). Simpan pada


temperatur tidak lebih dari 40 0C

8. Dosis lazim ISO 2007 (Gentafilm, Genoint dan Isotic Timact)


hlm.412:

Tetes mata 0,3% atau 3 mg 1 – 2 tetes tiap 4 jam.

Sumber Tjay, 2002 hlm.74:

Tetes mata 0,3%, 4 – 6 kali sehari 1 – 2 tetes.

9. Indikasi Sumber Farmakologi dan Terapi FKUI hlm.670:

Antibiotik golongan aminoglikosida yang digunakan


secara topikal.

Sumber Tjay, 2002 hlm.74:


Antibiotik yang dapat mengatasi infeksi kuman
Pseudomonas, Proteus, dan Staphylococcus yang resisten
dengan penisilin.

10 Bentuk sediaan Krim, salep mata, tetes mata, injeksi (i.m)

11 Cara sterilisasi - Filtrasi (filtration)

Bila disterilisasi dengan autoklaf, sediaan gentamisin


berubah warna menjadi coklat, tetapi dapat diatasi dengan
penambahan Na metabisulfit. (Sumber Martindale ed. 28
hlm.1166)

- Semua sediaan steril, dalam proses pembuatannya


menggunakan teknik aseptis (semua alat dan bahan
disterilisasi terlebih dahulu sesuai dengan monografi cara
sterilisasi masing-masing).

12 OTT (incompatibility) Amfoterisin, sefalosporin, eritromisin, heparin, penisilin,


ampisilin, sodium bikarbonat, sefalotin, cloxacillin, dan
sulfadiazin.

14. Penandaan pada etiket Sumber B.P:” Obat Tetes Mata ”

Tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan setelah sediaan


dibuka.

b. Benzalkonium Klorida
Sumber HPE second editional p.27
Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih sampai putih kekuningan
seperti gel tebal atau gelatin, tidak berbau.
Kelarutan : Sangat larut dalam air (very soluble in water)
pH :5–8
% lazim : 0,01 – 0,02%
% pakai : 0,01%
Incompatibel : Aluminium, anionic surfaktan, sitrat, cotton, fluoresein,
hydrogen peroksida, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat, nonionic surfaktan
dengan konsentrasi tinggi, permanganate, protein, salisilat, garam Ag, sabun,
sulfonamide, tartrat, ZnO, zink sulfat, dan beberapa plastic.
Cara sterilisasi : autoklaf
Kegunaan : antimikroba

c. Disodium Edetat (Na2 EDTA)


Sumber HPE second editional p.177
Pemerian : Berbau lemah atau tidak berbau, rasa asam.
Kelarutan : Dalam air larut 1 :1
pH : 4,5 – 4,7
% lazim : 0,005– 0,1%
% pakai : 0,02%
Kegunaan : Pengkelat

d. Sodium Metabisulfit
Sumber HPE second editional p.451
Pemerian : Serbuk kristal tidak berwarna/ putih sampai putih krem,
bau sulfur dioksida, rasa asin.
% lazim : 0,01 – 1%
% pakai : 0,05%
pH : 3,5 – 5
Kelarutan : 1 : 1,9 atau 1 : 1,2 (1000C)
Cara sterilisasi : autoklaf, dengan syarat sediaan telah dimasukkan ke
dalam wadah yang telah dialiri gas inert seperti N2.
OTT : obat-obat simpatomimetik, obat derivat orto/para hidroksi
benzil alkohol, obat derivat asam sulfonat, obat-obat adrenalin, kloramfenikol,
cisplatin, (dapat menurunkan efek farmakologis obat-obat tersebut). Fenil
merkuri asetat pada sediaan tetes mata yang disterilisasi dengan autoklaf.
Kegunaan : antioksidan

Dapar posfat
a. Dibasic Sodium Phoshate (Dinatrium posfat dihidrat)
Sumber HPE second editional p.455
Pemerian : Serbuk kristal tidak berwarna/ putih dan higroskopis,
tidak berbau.
% pakai : (Lihat perhitungan)
pKa : 7,21 (250C)
pH : 8,5 – 9,6
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air.
Cara sterilisasi : autoklaf
OTT : alkaloid, antipirin, kloralhidrat, lead acetat, pirogalol,
resorsinol, kalsium glukonat, dan kalsium.
Kegunaan : pendapar
b. Monobasic Potassium Posphate (Kalium diposfat dihidrat)
Sumber HPE second editional p.458
Pemerian : Serbuk kristal tidak berwarna/ putih, tidak berbau.
% pakai : (Lihat perhitungan)
pKa : 2,15 (250C)
pH : 4,1 – 4,5
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air.
Cara sterilisasi : autoklaf
OTT : Karbonat, garam Al, Ca, Mg,
Kegunaan : pendapar
c. NaCl
Sumber HPE second editional p.439
Pemerian : Serbuk/ kristal putih, tidak berbau, rasa asin.
% pakai : up to 0,9%
pH : 6,7 – 7,3
Kelarutan : 1 : 2,8
Cara sterilisasi : autoklaf
OTT : korosif dengan besi, membentuk endapat dengan perak dan
raksa, kelarutan metil paraben menurun.
Kegunaan : larutan pengisotoni.
2.2 Analisis pemilihan formula

N Masalah Diinginkan Pemecahan Pemilihan Alasan


o
1. Zat aktif mudah Zat aktif larut Sediaan Tetes mata Karena,
larut dalam air dalam dibuat: pemberian obat
dan sediaan pembawanya - krim tetes mata steril
ditujukan untuk dan dapat - salep mata langsung
mengobati berdifusi - tetes mata diteteskan pada
infeksi pada dengan baik ke selaput lendir
mata. sasaran (mata). mata di sekitar
kelopak dan bola
mata.
2. Sediaan tetes Sediaan tetes Ditambahka Benzalkonium Merupakan
mata yang mata steril stabil n klorida 0,01% pengawet yang
dibuat dalam secara biologi. antimikroba: biasa digunakan
sediaan dosis - untuk pembuatan
ganda, Fenilmerkur tetes mata steril.
dikhawatirkan i asetat
terjadi 0,001%
kontaminasi -
mikroba. Benzalkoniu
m klorida
0,01%
3. Penggunaan Benzalkonium Ditambahka Disodium Karena, dapat
benzalkonium klorida dapat n: disodium edetat meningkatkan
klorida sebagai bekerja lebih edetat 0,02% kemampuan
antimikroba, efektif terhadap (Sumber antimikroba dari
biasanya strain bakteri HPE second benzalkonium
dikombinasi Pseudomonas. edtional, klorida.
dengan p.27)
pengawet
lainnya untuk
dapat bekerja
lebih efektif
terhadap
Pseudomonas.

4. Sediaan mudah Diharapkan Ditambahka Na Karena, jika


teroksidasi bila sediaan tidak n metabisulfit dilakukan
disterilisasi mudah antioksidan: 0,05% sterilisasi dengan
dengan teroksidasi, -Na (Sumber: autoklaf, sediaan
autoklaf. meskipun metabisulfit Martindale gentamisin
dilakukan 0,01 – ed.28 p.1166) berubah warna
sterilisasi 1,00% menjadi coklat
dengan autoklaf. -Tokoferol dan dapat diatasi
0,5% dengan
penambahan Na
metabisulfit.
5. Zat aktif Sediaan Ditambahka Dapar posfat Karena,
memiliki diharapkan n pendapar: - Asam : benzalkoniumklor
kestabilan pH tidak - dapar Kapasitas ida incompatible
3,5 – 5,5 mengiritasi sitrat: dapar = β = dengan sitrat,
(cenderung mata karena pH sodium 0,01% sehingga
asam), yang terlalu sitrat H2PO4- digunakan dapar
sedangkan pH asam atau dihidrat 1% (dalam posfat.
ideal sediaan terlalu basa dan (pH 7 – 9 ) bentuk - kalium posfat
tetes mata sama diharapkan pH - dapar KH2PO4dihidr dihidrat
dengan pH sekitar 7,4. posfat at) (KH2PO4)
cairan mata, Kapasitas - Garam : - dinatrium posfat
yaitu 7,4. dapar = β = HPO4- anhidrat
0,01 – 0,1% (bentuk (Na2HPO4)
Asam : Na2HPO-
H2PO4- 4anhidrat)

Garam :
HPO4-
* Ket.: Kapasitas dapar dipilih nilai kapasitas terkecil 0,01%, karena diharapkan dengan
kapasitas dapar terkecil dapar dapat lebih mudah diencerkan oleh air mata yang jumlahnya
sangat sedikit ketimbang cairan tubuh lainnya seperti darah, sehingga dengan cepat pHnya
menjadi 7,4 sesuai dengan pH cairan mata.
6. Larutan obat Diharapkan Ditambahka NaCl Karena, NaCl
tetes mata sediaan tidak n larutan mampu membuat
harus membuat sel-sel pengisotoni: sediaan menjadi
isotonis darah yang ada di - NaCl (0,5 isotonis dengan
dengan sekitar mata – 0,9%) cairan mata, dan
cairan mata. mengalami - Na sulfat NaCl compatibel
plasmolisis apalagi (1 – 1,6%) dengan bahan
hemolisis. - dekstrosa lainnya.
(4 – 5,5%)

7. Zat aktif Sediaan diharapkan Digunakan Aqua pro Karena, sediaan


gentamisin dapat larut pelarut: injectio mudah larut
mudah larut sempurna dalam -api dalam pembawa
dalam air. pembawanya. air untuk injeksi.
8. Zat aktif Sediaan steril stabil Dilakukan Teknik aseptis Karena, dalam
disterilisasi selama waktu proses dan pengerjaan
dengan cara penyimpanan sterilisasi sterilisasi sediaan steril
filtrasi, sampai digunakan, - teknik akhir semua alat harus
menggunaka tidak aseptis (autoklaf) disterilkan
n penyaring terkontaminasi - sterilisasi terlebih dulu
bakteri. baik oleh bakteri. akhir menggunakan
Ket.: teknik aseptis.
sediaan Setelah sediaan
dapat jadi, baru
disterilisasi dsterilisasi
dengan dengan autoklaf.
autoklaf,
dengan
syarat
ditambahka
n Na
metabisulfit.

9. Penandaan Penandaan - Obat keras Karena


berdasarkan golongan yang - Obat bebas penggunaan
golongan sesuai sebagai terbatas sediaan injeksi
Obat keras
obat petunjuk - Obat bebas harus dengan
bermacam- penggunaan konsu resep dokter perlu
macam men dilakukan oleh
tenaga ahli medis
2.3 Penentuan dosis volume dan wadah
Dosis pemakaian : 0,3 % 4 – 6 kali sehari 1 – 2 tetes
Wadah : Botol plastik berpipet 10 ml

2.4 Alat dan cara sterilisasi

Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi

Erlenmeyer 1 buah Oven 1700 C 30 menit

Beaker glass 3 buah Oven 1700 C 30 menit

Kaca Arloji / cawan penguap 7 buah Oven 1700 C 30 menit

Batang Pengaduk gelas 1 buah Oven 1700 C 30 menit

Spatel logam 1 buah Oven 1700 C 30 menit

Gelas Ukur 25 ml/ 50 ml 1 buah Autoklaf 115-1160 C 30 menit


Kertas saring 1 buah Autoklaf 115-1160 C 30 menit

Corong gelas 1 buah Autoklaf 115-116° C 30 menit

Botol plastic berpipet 1 buah Dikocok/ direndam dengan


etanol 96% 24 jam.
BAB III
FORMULASI
3.1 Formula Standar
Martindale edisi 28 hlm.1173
Eye-drops Gentamicin Sulphate Opthalmic Solution (USP):A sterile buffered solution
of gentamicin sulphate with preservatives containing the equivalent of 3 mg
gentamicin per ml. pH 6,5 – 7,5. Store at temperature not exceeding 400 in airtight
containers.

3.2 Formula
Tetes mata Gentamisi
Tiap ml mengandung :
Gentamisin sulfat 0,3%
Benzalkonuim klorida 0,01%
Disodium edetat 0,02%
Na metabisulfit 0,05%
Na2HPO4 anhidrat (Lihat perhitungan)
KH2PO4 dihidrat (Lihat perhitungan)
NaCl (Lihat perhitungan)
Api ad 10 ml

3.1 Perhitungan
a. Gentamicin
Volume yang akan dibuat 100ml
Potensi gentamisin sulfat setara dengan 0,59 mg per mg gentamisin.
Gentamisin sulfat 0,3% = 0,3/ 100 × 100 ml = 0,3 gram = 300 mg
Gentamisin = 300 mg/ 0,59 mg = 508,47 mg = 0,508g
b. Dapar
Kapasitas dapar = β = 0,01%
H2PO4- sebagai asam (KH2PO4 dihidrat)
HPO42- sebagai garam (Na2HPO4 anhidrat)
pKa Na2HPO4 = 7,21
pH = 7
Jawab
pKa = - log Ka
7,21 = - log Ka
Ka = 10-7,21
= 6,2 × 10-8
pH = - log [H+]
7 = - log [H+]
[H+] = 10-7

Pers.1
pH = pKa + log [G]
[A]
7 = 7,21 + log [G]
[A]
log [G] = - 0,21
[A]

[G] = 10-0,21
[A]
[G] = 0,62
[A]
[G] = 0,62 [A]

Pers.2
β = 2,3 C × Ka × [H+]
(Ka + [H+])2
0,01 = 2,3 C × 6,2 × 10-8 × 10-7
[(6,2 × 10-8) + 10-7]2
C = 0,018 M

Pers.3
C = [A] + [G]
0,018 = [A] + (0,62 [A])
0,018 = 1,62 [A]
[A] = 0,01 M
Maka,
[G] = 0,62 [A]
= 0,62 × 0,01 M
= 0,008 M
Pers.4

Berat asam = ...?

Berat garam = ...?

BM Na2HPO4 anhidrat (garam) = 141,96

BM KH2PO4 dihidrat (asam) = 136,09


Asam
M = massa × 1000
BM V(ml)
0,01 = massa × 1000
136,09 10 ml
Massa asam = 0,0136 gram
% massa asam (dalam 10 ml) = 0,136%

Garam
M = massa × 1000
BM V(ml)

0,008 = massa × 1000


141,96 10 ml
Massa garam = 0,0114 gram
% massa garam (dalam 10 ml) = 0,114%

c. ∆ Tf gentamisin sulfat
Liso gentamisin sulfat (lar.elektrolit lemah) = 2
Massa gentamsin sulfat = 50,8 mg
BM gentamisin sulfat = 673,59
Volume obat tetes = 10 ml
∆ Tf gentamisin sulfat = ...?
Jawab:
∆ Tf gentamisin sulfat = Liso × massa gentamisin sulfat × 1000
BM V(ml)
∆ Tf gentamisin sulfat = 2 × 0,50gramX 1000
673,59 × 10 ml
= 0,128%
% massa Na2HPO4 dihidrat
% massa Na2HPO4 anhidrat = 0,114%
BM Na2HPO4 anhidrat = 141,96
BM Na2HPO4 dihidrat = 159,96
% massa Na2HPO4 dihidrat = ...?
Jawab:
% massa Na2HPO4 dihidrat = BM Na2HPO4 dihidrat × % massa Na2HPO4 anhidrat
BM Na2HPO4 anhidrat
= 159,96 × 0,114%
141,96
= 0,128%

No. Zat ∆ Tf (0) Konsentrasi Zat ∆ Tf × Konsentrasi Zat


(%) (0)
1. Gentamisin sulfat - - 0,015
2. Benzalkonium 0,09 0,01 0,0009
klrorida
3. Disodium edetat 0,13 0,02 0,0026
4. Na metabisulfit 0,38 0,05 0,019
5. Na2HPO4 dihidrat 0,24 0,128 0,0672
6. KH2PO4 dihidrat 0,25 0,136 0,034
Total 0,1387
∆ Tf isotonis (NaCl 0,9%) 0,52
Sumber FI edisi 4 hlm.1236
Karena, 0,1387 < 0,52 maka larutan tetes mata tersebut “hipotonis”.

∆ Tf yang harus ditambahkan = 0,52 – 0,1387 = 0,38130

Setara dengan NaCl =

0,38130 × 0,9%
0,52
= 0,6599% = 0,6599 gram/ 100 ml
d. Penimbangan bahan
Untuk 100ml
Gentamisin sulfat =100 ml/ 10 ml × 0,508g = 5,08 gram

Benzalkonium klorida = 0,01% ×100 ml = 0,01 gram

Disodium edetat = 0,02% × 100 ml = 0,02 gram

Na metabisulfit = 0,05% × 100ml = 0,005 gram

Na2HPO4 anhidrat = 0,114% × 100 ml = 0,114 gram

KH2PO4 dihidrat = 0,136% × 100 ml = 0,136 gram

NaCl = 0,6599% × 100 ml = 0,6599 gram

API Ad 100ml

e. Prosedur pembuatan
1. Alat dan bahan yang hendak digunakan disiapkan.
2. Kalibrasi botol 20ml
3. Sterilisasi dilakukan dengan teknik aseptis dimana alat-alat yang akan digunakan
disterilkan didalam autoklaf (untuk alat presisi) dan oven (untuk alat nonpresisi)
sebelum dipakai selama 30 menit → teknik aseptis
Catatan: Sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf atau oven, terlebih dahulu alat-
alat tersebut dibungkus dengan kertas perkamen.
Dispensasi: karena waktu tidak memungkinkan mensterilkan alat dan bahan,
maka alat dan bahan dianggap telah steril.
4. Dapar dilarutkan dengan api secukupnya dalam beaker glass, dan kaca arloji bekas
menimbang dibilas.
5. NaCl dimasukkan M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
6. Na2 EDTA dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
7. Sodium metabisulfit dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
8. Benzalkonium klorida dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad
larut.
9. Bahan aktif gentamisin sulfat dilarutkan dengan API secukupnya sampai larut
dalam beaker glass lain. (M2).
10. M2 dicampurkan ke dalam M1 diaduk sampai larut kemudian pH sediaan dicek
dengan pH indikator.
11. Larutan tersebut disaring dengan kertas saring yang telah dijenuhkan dengan API
sebelumnya dan kemudian menampungnya dalam beaker glass yang
telah dikalibrasi.
12. Masukkan Ke botol plastik @10ml

f. Evaluasi
1. Uji pH

pH sediaan tetes mata harus isohidri dengan pH cairan mata, yaitu 7,4. pH
ideal suatu obat tetes mata adalah 7,4 – 7,65. Namun sangat jarang dijumpai bahan
aktif yang stabil pada pH tersebut, maka pemilihan biasanya mendahulukan
masalah stabilitas dalam batasan pH terbaik yang dapat diterima oleh mata.
Adanya perubahan pH sediaan mengindikasikan telah terjadi penguraian obat atau
terjadi interaksi obat dengan wadah tang terbuat dari bahan gelas. Sediaan kami
memiliki pH 7, diuji dengan dengan menggunakan pH indikator, padahal menurut
monografi sediaan tetes mata gentamisin memiliki pH 6,5 – 7,5.

2. Uji Kejernihan

Sediaan harus bebas dari partikel-partikel yang tidak larut, seperti benda asing,
terjadinya pengendapan atau pertumbuhan mikroorganisme. Karena keterbatasan
alat, uji kejernihan dengan menggunakan alat Tyndal tidak dilakukan. Uji
kejernihan hanya dilakukan secara visual dengan segala keterbatasan indera
penglihatan kami dari partikel-partikel yang berukuran mikro. Dalam sediaan
kami terlihat tidak adanya partikel bahan aktif maupun bahan tambahan yang
tidak larut.

3. Uji densitas
Prosedur
Ditimbang pikno kosong menggunakan neraca analitik dan dicatat hasilnya
Ditimbang pikno + sediaan menggunakan neraca analitik dan dicatat hasilnya
lalu dihitung menggunakan rumus

P : (Pikno + sediaan ) – pikno kosong


Volume pikno
Hasil
 Pikno kosong : 15
 Pikno + sediaan : 41,06
 Volume pikno : 25ml

P : 41.06 – 15 = 26.06 = 1.0424 g/ml


25ml 25

4. Organoleptis
Prosedur
Melihat dan mengamati hasil sediaan dengan mata berupa warna sediaan,
kekeruhan dan bau dari sediaan
Hasil
 Warna : kuning jernih karna gentamicinnya berwarna kuning
 Kekeruhan : jernih terdapat partikel melayang sedikit

g. Pembahasan
Pada praktikum teknologi sediaan steril kali ini, kami membuat sediaan tetes
mata gentamisin. Sediaan tetes mata yang kami buat dibuat dalam bentuk sediaan
dosis ganda. Gentamisin merupakan obat antibiotik golongan aminoglikosida
yang digunakan secara topikal dan berkhasiat untuk mengatasi infeksi kuman
Pseudomonas, Proteus, dan Staphylococcus yang resisten dengan penisilin.
Berdasarkan monografi, gentamisin berada dalam bentuk gentamisin sulfat.
Gentamisin sulfat memiliki potensi setara dengan tidak kurang dari 590 μg per mg
gentamisin, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Gentamisin sulfat
berbentuk serbuk hablur yang mudah larut dalam air. Oleh karena itu, pembawa
yang kami gunakan adalah water pro injectio.
Gentamisin akan terurai oleh pemanasan, oleh karena itu cara sterilisasi
gentamisin yang baik menurut monografi adalah dengan penyaringan atau filtrasi
menggunakan penyaring bakteri steril. Setiap pengerjaan sediaan steril, harus
dilakukan dengan teknik aseptis. Semua alat disterilisasi terlebih dahulu sebelum
digunakan sesuai cara sterilisasi masing-masing, begitu juga dengan bahan yang
tahan terhadap pemanasan, juga harus disterilisasi sebelum dibuat sediaan.
Sebenarnya gentamisin tidak boleh disterilisasi dengan autoklaf, karena akan
teroksidasi dan warnanya akan berubah menjadi coklat. Tetapi hal ini masih bisa
diatasi dengan penambahan sodium metabisulfit sebagai antioksidan yang mampu
mencegah terjadinya reaksi oksidasi. Sehingga sediaan jadi dapat disterilisasi
dengan autoklaf pada suhu 1150 C selama 30 menit menggunakan metode
sterilisasi akhir.
Larutan obat tetes mata kami menggunakan water pro injectio sebagai pelarut,
padahal seperti telah diketahui bahwa air merupakan media yang sangat baik
untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu kami menambahkan pengawet
dalam sediaan, yaitu benzalkonium klorida. Benzalkonium klorida dapat
disterilisasi dengan autoklaf, tapi kami tidak melakukan sterilisasi bahan pada
praktikum kemarin, karena kami melakukan sterilisasi akhir setelah sediaan
dibuat. Semua alat yang digunakan juga dianggap telah steril. Untuk
meningkatkan kemampuan antimikroba dari benzalkonium klorida, maka perlu
ditambahkan zat pengkelat disodium edetat.

Gentamisin memiliki pH 3,5 – 5,5 dalam larutan 4%. Sementara untuk sediaan
tetes mata, gentamisin memiliki pH sekitar 6,5 – 7,5. Sediaan tetes mata yang baik
harus isohidri dengan cairan mata, atau minimal masih dapat ditoleransi oleh air mata
karena adanya pengeceran konsentrasi ion H+. pH yang terlalu asam dapat
menyebabkan terjadinya iritasi. Karena pH gentamisin dalam larutan cenderung asam,
maka perlu penambahan buffer pada formula. Kami menggunakan dapar posfat untuk
membuat pH sediaan tetes mata kami sesuai dengan pH cairan mata yaitu 7,4. Selain
itu pemilihan dapar posfat juga dikarenakan dapar sitrat incompatibel dengan
benzalkonium klorida. Dapar posfat yang kami gunakan terdiri dari kalium diposfat
dihidrat (KH2PO4 dihidrat) sebagai asam dan dinatrium posfat anhidrat (Na2HPO-
4 anhidrat) sebagai garam. Sediaan kami memiliki pH7, padahal pH yang diharapkan
adalah 7,4. Hal ini kemungkinan disebabkan ketidaktepatan pada saat penimbangan
asam (KH2PO4 dihidrat, asam yang ditambahkan kemungkinan terlalu banyak).
Meskipun memiliki pH 7 diharapkan konsentrasi ion H+nya mampu diencerkan oleh
air mata sehingga tidak menyebabkan iritasi. Tetes mata gentamisin 0,3% dapat
diberikan 4 sampai 6 kali sehari 1 sampai 2 tetes pada mukosa mata atau di sekitar
kelopak mata. Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa sediaan
tetap stabil baik homogenitas larutannya, begitu pula ingkat kejernihannya dimana
tidak ada partikel yang melayang pada sediaan.
BAB 1V
PENUTUP

4.1 Penutup
Bahan – bahan tambahan yang dapat digunakan untuk formulasi sediaan tetes
mata adalah sebagai berikut, pengawet, antioksidan bila zat aktifnya mudah
teroksidasi, dapar agar diperoleh pH sediaan yang sesuai dengan pH cairan mata yaitu
7,4 dan pengisotoni seperti NaCl. Selain itu bahan tambahan lain yang mungkin
ditambahkan pada sediaan tetes mata adalah pensuspensi, ini bertujuan untuk
memperpanjang waktu pemakaian obat tetes mata tersebut pada mukosa mata.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/300791801/Tetes-Mata-Gentamisin-Sulfat-0
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III. Jakarta.
Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale The Extra
Pharmacopoeia, twenty-eight edition. London : The Pharmaceutical Press
·

Anda mungkin juga menyukai