Disusun oleh :
Obat tetes mata yang baik seharusnya memiliki sifat sebagai berikut :
1. Steril
2. Dalam pembawa yang mengadung bahan-bahan germisidal untuk meningkatkan
sterilitas;
3. Bebas dari partikel yang tersuspensi;
4. Bahan-bahan yang akurat;
5. Isotonik atau sangat mendekati isotonic;
6. Dibuffer sebagaimana mestinya;
7. Dimasukkan dalam wadah yang steril;
8. Dimasukkan dalam wadah yang kecil dan praktis
b. Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata
yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam
optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. pH
optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi
jadi optimum untuk kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai
kapsitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi
umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama, situasi ini.
c. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam
larutan berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika
tonisitasnya sama denganlarutan NaCl 0,9%.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu
yang diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range
0,5%-1,8% NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan
khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak
dibutuhkan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan.
d. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi
metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas.
e. PH Sediaan Mata
Larutan lakrimal normalnya pH 7,4 rentang 5,2-8,3. Ini masih bisa ditoleransi
oleh larutan mata dengan range pH ini, disebabkan oleh (1)volume kecil
larutan,(2)buffer cairan mata, dan(3)peningkatan produksi air mata.(Parrot :
223)
Pewadahan
Wadah untuk larutan mata. Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit
kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil.
Botol 7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan
mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga
oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi. Botol plastik
untuk larutan mata juga dapat digunakan (Scoville’s : 247)
Komposisi Tetes Mata
Selain bahan obat, tetes mata dapat mengandung sejumlah bahan tambahan
untuk mempertahankan potensi dan mencegah peruraian. (DOP Cooper : 184)
Bahan tambahan itu meliputi :
a. Pengawet
Sebagaimana yang telah dikatakan, ada bahan untuk mencegah
perkembangan mikroorganisme yang mungkin terdapat selama
penggunaan tetes mata. Larutan untuk tetes mata khusus, yang paling
banyak tetes mata dan yang lain menggunakan fenil merkuri nitrat, fenil
etil alcohol dan benzalkonium klorida.
b. Isotonisitas dengan Sekresi Lakrimal
NaCl normalnya digunakan untuk mencapai tekanan osmotik yang sesui
dengan larutan tetes mata.
c. Oksidasi Obat
Banyak obat mata dengan segera dioksidasi dan biasanya dalam beberapa
kasus termasuk bahan pereduksi. Natrium metasulfit dalam konsentrasi
0,1% umumnya digunakan untuk tujuan ini.
d. Konsentrasi Ion Hidrogen
Butuh untuk kestabilan konsentrasi ion hidrogen, dan beberapa buffer telah
digambarkan. Sodium sitrat digunakan dalam tetes mata fenilefrin.
e. Bahan Pengkhelat
Ketika ion-ion dan logam berat dapat menyebabkan peruraian obat dalam
larutan digunakan bahan pengkhelat yang mengikat ion dalam kompleks
organik, akan memberikan perlindungan. Na2EDTA, satu yang paling
dikenal sebagai pengkhelat
f. Viskositas
Untuk menyiapkan larutan kental dengan memberi aksi yang lama pada
larutan mata dengan tetap kontak lebih lama pada permukaan mata, bahan
pengental dapat digunakan, metilselulosa 1% telah digunakan untuk tujuan
ini.
BAB II
PREFORMULASI
No Parameter Pengamatan
2. Sifat organoleptis
- Bentuk Serbuk
3. Sifat kelarutan
Sumber FI ed.3
- Dalam air
Larut dalam air. (1 : 10 – 30)
- Dalam etanol 95%,
Praktis tidak larut dalam etanol 95%, kloroform, dan eter
kloroform, dan eter
4. pH
5. Sifat kestabilan
b. Benzalkonium Klorida
Sumber HPE second editional p.27
Pemerian : Serbuk amorf berwarna putih sampai putih kekuningan
seperti gel tebal atau gelatin, tidak berbau.
Kelarutan : Sangat larut dalam air (very soluble in water)
pH :5–8
% lazim : 0,01 – 0,02%
% pakai : 0,01%
Incompatibel : Aluminium, anionic surfaktan, sitrat, cotton, fluoresein,
hydrogen peroksida, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat, nonionic surfaktan
dengan konsentrasi tinggi, permanganate, protein, salisilat, garam Ag, sabun,
sulfonamide, tartrat, ZnO, zink sulfat, dan beberapa plastic.
Cara sterilisasi : autoklaf
Kegunaan : antimikroba
d. Sodium Metabisulfit
Sumber HPE second editional p.451
Pemerian : Serbuk kristal tidak berwarna/ putih sampai putih krem,
bau sulfur dioksida, rasa asin.
% lazim : 0,01 – 1%
% pakai : 0,05%
pH : 3,5 – 5
Kelarutan : 1 : 1,9 atau 1 : 1,2 (1000C)
Cara sterilisasi : autoklaf, dengan syarat sediaan telah dimasukkan ke
dalam wadah yang telah dialiri gas inert seperti N2.
OTT : obat-obat simpatomimetik, obat derivat orto/para hidroksi
benzil alkohol, obat derivat asam sulfonat, obat-obat adrenalin, kloramfenikol,
cisplatin, (dapat menurunkan efek farmakologis obat-obat tersebut). Fenil
merkuri asetat pada sediaan tetes mata yang disterilisasi dengan autoklaf.
Kegunaan : antioksidan
Dapar posfat
a. Dibasic Sodium Phoshate (Dinatrium posfat dihidrat)
Sumber HPE second editional p.455
Pemerian : Serbuk kristal tidak berwarna/ putih dan higroskopis,
tidak berbau.
% pakai : (Lihat perhitungan)
pKa : 7,21 (250C)
pH : 8,5 – 9,6
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air.
Cara sterilisasi : autoklaf
OTT : alkaloid, antipirin, kloralhidrat, lead acetat, pirogalol,
resorsinol, kalsium glukonat, dan kalsium.
Kegunaan : pendapar
b. Monobasic Potassium Posphate (Kalium diposfat dihidrat)
Sumber HPE second editional p.458
Pemerian : Serbuk kristal tidak berwarna/ putih, tidak berbau.
% pakai : (Lihat perhitungan)
pKa : 2,15 (250C)
pH : 4,1 – 4,5
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air.
Cara sterilisasi : autoklaf
OTT : Karbonat, garam Al, Ca, Mg,
Kegunaan : pendapar
c. NaCl
Sumber HPE second editional p.439
Pemerian : Serbuk/ kristal putih, tidak berbau, rasa asin.
% pakai : up to 0,9%
pH : 6,7 – 7,3
Kelarutan : 1 : 2,8
Cara sterilisasi : autoklaf
OTT : korosif dengan besi, membentuk endapat dengan perak dan
raksa, kelarutan metil paraben menurun.
Kegunaan : larutan pengisotoni.
2.2 Analisis pemilihan formula
Garam :
HPO4-
* Ket.: Kapasitas dapar dipilih nilai kapasitas terkecil 0,01%, karena diharapkan dengan
kapasitas dapar terkecil dapar dapat lebih mudah diencerkan oleh air mata yang jumlahnya
sangat sedikit ketimbang cairan tubuh lainnya seperti darah, sehingga dengan cepat pHnya
menjadi 7,4 sesuai dengan pH cairan mata.
6. Larutan obat Diharapkan Ditambahka NaCl Karena, NaCl
tetes mata sediaan tidak n larutan mampu membuat
harus membuat sel-sel pengisotoni: sediaan menjadi
isotonis darah yang ada di - NaCl (0,5 isotonis dengan
dengan sekitar mata – 0,9%) cairan mata, dan
cairan mata. mengalami - Na sulfat NaCl compatibel
plasmolisis apalagi (1 – 1,6%) dengan bahan
hemolisis. - dekstrosa lainnya.
(4 – 5,5%)
3.2 Formula
Tetes mata Gentamisi
Tiap ml mengandung :
Gentamisin sulfat 0,3%
Benzalkonuim klorida 0,01%
Disodium edetat 0,02%
Na metabisulfit 0,05%
Na2HPO4 anhidrat (Lihat perhitungan)
KH2PO4 dihidrat (Lihat perhitungan)
NaCl (Lihat perhitungan)
Api ad 10 ml
3.1 Perhitungan
a. Gentamicin
Volume yang akan dibuat 100ml
Potensi gentamisin sulfat setara dengan 0,59 mg per mg gentamisin.
Gentamisin sulfat 0,3% = 0,3/ 100 × 100 ml = 0,3 gram = 300 mg
Gentamisin = 300 mg/ 0,59 mg = 508,47 mg = 0,508g
b. Dapar
Kapasitas dapar = β = 0,01%
H2PO4- sebagai asam (KH2PO4 dihidrat)
HPO42- sebagai garam (Na2HPO4 anhidrat)
pKa Na2HPO4 = 7,21
pH = 7
Jawab
pKa = - log Ka
7,21 = - log Ka
Ka = 10-7,21
= 6,2 × 10-8
pH = - log [H+]
7 = - log [H+]
[H+] = 10-7
Pers.1
pH = pKa + log [G]
[A]
7 = 7,21 + log [G]
[A]
log [G] = - 0,21
[A]
[G] = 10-0,21
[A]
[G] = 0,62
[A]
[G] = 0,62 [A]
Pers.2
β = 2,3 C × Ka × [H+]
(Ka + [H+])2
0,01 = 2,3 C × 6,2 × 10-8 × 10-7
[(6,2 × 10-8) + 10-7]2
C = 0,018 M
Pers.3
C = [A] + [G]
0,018 = [A] + (0,62 [A])
0,018 = 1,62 [A]
[A] = 0,01 M
Maka,
[G] = 0,62 [A]
= 0,62 × 0,01 M
= 0,008 M
Pers.4
Garam
M = massa × 1000
BM V(ml)
c. ∆ Tf gentamisin sulfat
Liso gentamisin sulfat (lar.elektrolit lemah) = 2
Massa gentamsin sulfat = 50,8 mg
BM gentamisin sulfat = 673,59
Volume obat tetes = 10 ml
∆ Tf gentamisin sulfat = ...?
Jawab:
∆ Tf gentamisin sulfat = Liso × massa gentamisin sulfat × 1000
BM V(ml)
∆ Tf gentamisin sulfat = 2 × 0,50gramX 1000
673,59 × 10 ml
= 0,128%
% massa Na2HPO4 dihidrat
% massa Na2HPO4 anhidrat = 0,114%
BM Na2HPO4 anhidrat = 141,96
BM Na2HPO4 dihidrat = 159,96
% massa Na2HPO4 dihidrat = ...?
Jawab:
% massa Na2HPO4 dihidrat = BM Na2HPO4 dihidrat × % massa Na2HPO4 anhidrat
BM Na2HPO4 anhidrat
= 159,96 × 0,114%
141,96
= 0,128%
0,38130 × 0,9%
0,52
= 0,6599% = 0,6599 gram/ 100 ml
d. Penimbangan bahan
Untuk 100ml
Gentamisin sulfat =100 ml/ 10 ml × 0,508g = 5,08 gram
API Ad 100ml
e. Prosedur pembuatan
1. Alat dan bahan yang hendak digunakan disiapkan.
2. Kalibrasi botol 20ml
3. Sterilisasi dilakukan dengan teknik aseptis dimana alat-alat yang akan digunakan
disterilkan didalam autoklaf (untuk alat presisi) dan oven (untuk alat nonpresisi)
sebelum dipakai selama 30 menit → teknik aseptis
Catatan: Sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf atau oven, terlebih dahulu alat-
alat tersebut dibungkus dengan kertas perkamen.
Dispensasi: karena waktu tidak memungkinkan mensterilkan alat dan bahan,
maka alat dan bahan dianggap telah steril.
4. Dapar dilarutkan dengan api secukupnya dalam beaker glass, dan kaca arloji bekas
menimbang dibilas.
5. NaCl dimasukkan M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
6. Na2 EDTA dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
7. Sodium metabisulfit dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad larut.
8. Benzalkonium klorida dimasukkan ke dalam M1 dan dilarutkan dengan api ad
larut.
9. Bahan aktif gentamisin sulfat dilarutkan dengan API secukupnya sampai larut
dalam beaker glass lain. (M2).
10. M2 dicampurkan ke dalam M1 diaduk sampai larut kemudian pH sediaan dicek
dengan pH indikator.
11. Larutan tersebut disaring dengan kertas saring yang telah dijenuhkan dengan API
sebelumnya dan kemudian menampungnya dalam beaker glass yang
telah dikalibrasi.
12. Masukkan Ke botol plastik @10ml
f. Evaluasi
1. Uji pH
pH sediaan tetes mata harus isohidri dengan pH cairan mata, yaitu 7,4. pH
ideal suatu obat tetes mata adalah 7,4 – 7,65. Namun sangat jarang dijumpai bahan
aktif yang stabil pada pH tersebut, maka pemilihan biasanya mendahulukan
masalah stabilitas dalam batasan pH terbaik yang dapat diterima oleh mata.
Adanya perubahan pH sediaan mengindikasikan telah terjadi penguraian obat atau
terjadi interaksi obat dengan wadah tang terbuat dari bahan gelas. Sediaan kami
memiliki pH 7, diuji dengan dengan menggunakan pH indikator, padahal menurut
monografi sediaan tetes mata gentamisin memiliki pH 6,5 – 7,5.
2. Uji Kejernihan
Sediaan harus bebas dari partikel-partikel yang tidak larut, seperti benda asing,
terjadinya pengendapan atau pertumbuhan mikroorganisme. Karena keterbatasan
alat, uji kejernihan dengan menggunakan alat Tyndal tidak dilakukan. Uji
kejernihan hanya dilakukan secara visual dengan segala keterbatasan indera
penglihatan kami dari partikel-partikel yang berukuran mikro. Dalam sediaan
kami terlihat tidak adanya partikel bahan aktif maupun bahan tambahan yang
tidak larut.
3. Uji densitas
Prosedur
Ditimbang pikno kosong menggunakan neraca analitik dan dicatat hasilnya
Ditimbang pikno + sediaan menggunakan neraca analitik dan dicatat hasilnya
lalu dihitung menggunakan rumus
4. Organoleptis
Prosedur
Melihat dan mengamati hasil sediaan dengan mata berupa warna sediaan,
kekeruhan dan bau dari sediaan
Hasil
Warna : kuning jernih karna gentamicinnya berwarna kuning
Kekeruhan : jernih terdapat partikel melayang sedikit
g. Pembahasan
Pada praktikum teknologi sediaan steril kali ini, kami membuat sediaan tetes
mata gentamisin. Sediaan tetes mata yang kami buat dibuat dalam bentuk sediaan
dosis ganda. Gentamisin merupakan obat antibiotik golongan aminoglikosida
yang digunakan secara topikal dan berkhasiat untuk mengatasi infeksi kuman
Pseudomonas, Proteus, dan Staphylococcus yang resisten dengan penisilin.
Berdasarkan monografi, gentamisin berada dalam bentuk gentamisin sulfat.
Gentamisin sulfat memiliki potensi setara dengan tidak kurang dari 590 μg per mg
gentamisin, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Gentamisin sulfat
berbentuk serbuk hablur yang mudah larut dalam air. Oleh karena itu, pembawa
yang kami gunakan adalah water pro injectio.
Gentamisin akan terurai oleh pemanasan, oleh karena itu cara sterilisasi
gentamisin yang baik menurut monografi adalah dengan penyaringan atau filtrasi
menggunakan penyaring bakteri steril. Setiap pengerjaan sediaan steril, harus
dilakukan dengan teknik aseptis. Semua alat disterilisasi terlebih dahulu sebelum
digunakan sesuai cara sterilisasi masing-masing, begitu juga dengan bahan yang
tahan terhadap pemanasan, juga harus disterilisasi sebelum dibuat sediaan.
Sebenarnya gentamisin tidak boleh disterilisasi dengan autoklaf, karena akan
teroksidasi dan warnanya akan berubah menjadi coklat. Tetapi hal ini masih bisa
diatasi dengan penambahan sodium metabisulfit sebagai antioksidan yang mampu
mencegah terjadinya reaksi oksidasi. Sehingga sediaan jadi dapat disterilisasi
dengan autoklaf pada suhu 1150 C selama 30 menit menggunakan metode
sterilisasi akhir.
Larutan obat tetes mata kami menggunakan water pro injectio sebagai pelarut,
padahal seperti telah diketahui bahwa air merupakan media yang sangat baik
untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu kami menambahkan pengawet
dalam sediaan, yaitu benzalkonium klorida. Benzalkonium klorida dapat
disterilisasi dengan autoklaf, tapi kami tidak melakukan sterilisasi bahan pada
praktikum kemarin, karena kami melakukan sterilisasi akhir setelah sediaan
dibuat. Semua alat yang digunakan juga dianggap telah steril. Untuk
meningkatkan kemampuan antimikroba dari benzalkonium klorida, maka perlu
ditambahkan zat pengkelat disodium edetat.
Gentamisin memiliki pH 3,5 – 5,5 dalam larutan 4%. Sementara untuk sediaan
tetes mata, gentamisin memiliki pH sekitar 6,5 – 7,5. Sediaan tetes mata yang baik
harus isohidri dengan cairan mata, atau minimal masih dapat ditoleransi oleh air mata
karena adanya pengeceran konsentrasi ion H+. pH yang terlalu asam dapat
menyebabkan terjadinya iritasi. Karena pH gentamisin dalam larutan cenderung asam,
maka perlu penambahan buffer pada formula. Kami menggunakan dapar posfat untuk
membuat pH sediaan tetes mata kami sesuai dengan pH cairan mata yaitu 7,4. Selain
itu pemilihan dapar posfat juga dikarenakan dapar sitrat incompatibel dengan
benzalkonium klorida. Dapar posfat yang kami gunakan terdiri dari kalium diposfat
dihidrat (KH2PO4 dihidrat) sebagai asam dan dinatrium posfat anhidrat (Na2HPO-
4 anhidrat) sebagai garam. Sediaan kami memiliki pH7, padahal pH yang diharapkan
adalah 7,4. Hal ini kemungkinan disebabkan ketidaktepatan pada saat penimbangan
asam (KH2PO4 dihidrat, asam yang ditambahkan kemungkinan terlalu banyak).
Meskipun memiliki pH 7 diharapkan konsentrasi ion H+nya mampu diencerkan oleh
air mata sehingga tidak menyebabkan iritasi. Tetes mata gentamisin 0,3% dapat
diberikan 4 sampai 6 kali sehari 1 sampai 2 tetes pada mukosa mata atau di sekitar
kelopak mata. Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa sediaan
tetap stabil baik homogenitas larutannya, begitu pula ingkat kejernihannya dimana
tidak ada partikel yang melayang pada sediaan.
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Penutup
Bahan – bahan tambahan yang dapat digunakan untuk formulasi sediaan tetes
mata adalah sebagai berikut, pengawet, antioksidan bila zat aktifnya mudah
teroksidasi, dapar agar diperoleh pH sediaan yang sesuai dengan pH cairan mata yaitu
7,4 dan pengisotoni seperti NaCl. Selain itu bahan tambahan lain yang mungkin
ditambahkan pada sediaan tetes mata adalah pensuspensi, ini bertujuan untuk
memperpanjang waktu pemakaian obat tetes mata tersebut pada mukosa mata.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/300791801/Tetes-Mata-Gentamisin-Sulfat-0
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III. Jakarta.
Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale The Extra
Pharmacopoeia, twenty-eight edition. London : The Pharmaceutical Press
·