Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM III

TEKNOLOGI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

Disusun Oleh :

Nama : Shellyana Novianti

Nim : E0017094

Kelas : 4B Farmasi

Mata Kuliah : Praktikum TSOT

Dosen Pengampu : apt, Oktariani Pramiastuti, M.Sc

LABORATORIUM TSF SOLID


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKes BHAMADA SLAWI
2020
PRAKTIKUM III
FORMULASI SEDIAAN PIL EKSTRAK TEMU KUNCI

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menyusun formula yang rasional sediaan pil obat
herbal.
2. Mahasiswa mampu memahami bagaimana memformulasi dan membuat
sediaan.
3. Mahasiswa mampu melakukan uji kualitas sediaan obat.

B. DASAR TEORI
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat adalah sediaan
atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi. Sediaan obat dalam bentuk pil sudah jarang dijumpai,
apalagi sediaan pil dari bahan alam. Adanya inovasi-inovasi baru terhadap
benuk dan jenis sediaan lah yang membuat pil semakin jarang ditemui.
Padahal dibandingkan dengan sediaan solid lainnya, pil lebih mudah untuk
dibuat dan dosisnya juga telah ditentukan bersamaan dengan pembuatan
massa pil. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III, pil adalah suatu
sediaanberupa massa bulat yang mengandung satu atau lebih bahan obat. Di
dalam pil juga terdapat bahan tambahan seperti pengisi, pengikat, pembasah,
penabur, dan penyalut. Sedangkan bobot rata-rata pil bisa 100-250 mg atau
251-500 mg.
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng
mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg
sampai 500 mg. Untuk membuat pil diperlukan zat tambahan seperti zat
pengisi untuk memperbesar volume, zat pengikat, zat pembasah, dan bila
perlu ditambahkan zat penyalut. Pil merupakan sediaan yang berbentk bulat
telur, sediaan ini merupakan sediaan per oral. Pil berasal dari bahasa latin
“pila” yang berarti bola. Salah satu bentuk sediaan yang digunakan adalah pil
atau pilulae. Menurut Farmakope Indonesia edisi ke tiga, pil adalah suatu
sediaan berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat padat.
Pil adalah suatu bentuk sediaan yang terdiri dari butir-butir bulat, dibagi-bagi
menurut bobotnya, dimana pilulae dengan bobot dari 60 - 300 mg, granula
dengan bobot yang kurang dari 60 mg dan boli dengan bobot yang lebih dari
300 mg.
Bentuk pil ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain dapat
menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan-bahan obat dan
memberikan obat dalam dosis tertentu. Cara pembuatan pil pada prinsipnya
adalah mencampurkan bahan-bahan, baik bahan obat atau zat utama dan
zat-zat tambahan sampai homogen, campuran ini ditetesi dengan zat
pembasah sampai menjadi massa lembek yang elastis atau plastis dan
kohesif, lalu dibuat bentuk batang dengan cara menekan sampai sepanjang
alat pemotong pil yang dikehendaki, kemudian dipotong dengan alat
pemotong pil sesuai jumlah pil yang diminta.
Beberapa jenis obat dari bahan alam telah tersedia dalam bentuk pil,
antara lain pil majakan, pil kina, dan pil bahan alam lain. Sedangkan pada
serbuk, ketika konsumen akan mengonsumsinya akan mengukur dosisnya
terlebih dahulu. Dibandingkan dengan bentuk tablet, bentuk pil lebih
sederhana dan tidak memerlukan banyak bahan tambahan. Selain itu, bentuk
pil lebih efisien dan praktis untuk dibawa kemana-mana. Oleh karena itu,
akan lebih mudah apabila ekstrak temu kunci tersedia dalam bentuk pil (Anief,
2010). Boesenbergia rotunda (L.) yang dikenal sebagai temu kunci di
Indonesia banyak digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan
merupakan obat tradisional yang mengandung minyak atsiri yang terdiri dari
boesenbergin, cardamonin, pinostrobin, 5,7-dimetoksiflavon, 1,8-sineol, dan
panduratin. Diketahui bahwa minyak atsiri dari rimpang temu kunci efektif
sebagai antimikroba (Taweechaisupapong, et al., 2010). Selain itu temu kunci
memiliki efek sebagai antioksidan dan antikanker (Jing, et al.,2010).
Peraturan-peraturan umum pada pembuatan pil-pil :
1. Bobot pil-pil : antara 100 -150 mg, rata-rata 120mg.
2. Zat pengisi : untuk pil yang jumlah obatnya sedikit, hendaklah memakai
radix sekurang-kurangnya dua kali sebanyak succus. (2:1). Jika bahan
berkhasiatnya cukup banyak kita bisa pakai pulvis pro pilulae yaitu
campuran sama banyak radix dan succus (1 : 1)
3. Zat pengikat : jika mungkin kita memakai succus liqiuiritiae dan pada
umumnya 2 g untuk 60 pil.
4. Pada pembuatan pil harus ditambahkan suatu airan supaya dengan
pengempalan diperoleh suatu masa yang homogen dan cukup baik untuk
dikerjakan selanjutnya. . untuk ini dipakai Aqua gliserinata.
5. Menyelesaikan masa pil : setelah pembuatan masa pil, maka jika perlu
masa itu dibagi bagi dalam beberapa bagian dan siap digulung dan
dipotong, kemudian pada akhirnya pil-pil dibulatkan pada alat pembulat
dengan penabur licopodium.

C. ALAT DAN BAHAN


1. ALAT
 Cawan porselen
 Toples kaca
 Batang pengaduk
 Corong
 Saringan
 Mortir dan stemper
 Pillenplank
 Pillen roller
 Oven
 Waterbath
 Alat pencetak pil
 Alat uji disolusi
 Timbangan analitik
 Sudip
 Rotary evaporator
2. BAHAN
 Ekstrak temu kunci
 Serbuk temu kunci
 Gliserin
 Pulv succus
 Gom arab
 Ethanol 96 %
 Aluminium foil
 Kertas saring

D. FORMULASI DAN PERHITUNGAN


1. FORMULASI
R/ Ekstrak Temu Kunci 1100 mg
Serbuk Temu Kunci 1100mg
Seccus liquiritae 1100mg
Air gliserin qs
Talc qs
2. PERHITUNGAN
Ekstrak Temu Kunci = 1100 mg
Serbuk Temu Kunci = 1100mg
Seccus liquiritae = 1100mg
Air gliserin = qs
Talc = qs

E. CARA KERJA
1. Ekstraksi

Sampel

- Serbuk temu kunci 250gr


- Pelarut etanol 95% (1:6) 150ml
- Lakukan sirkulasi sebanyak 5 kali sampe mendapatkan filtrat
- Filtrat dipekatkan

Hasil
2. Pembuatan Sediaan Pil

Sampel

- Timbang bahan (temu kunci 1100 mg, serbuk temukunci 1100 mg,
succus liquiritae 1100 mg, gom arab 205 mg, gliserin secukupnya
dan talcum secukupnya)
- Campurkan bahan yang sudah ditimbang hingga diperoleh masa pil
- Digulung adonan pil membentuk silinder pada alat pillen plank
- Diberi talcum, dibentuk selanjutnya di potong
- Dibuatkan pil yang sudah dipotong pada pillen roller

Hasil

3. Uji disolusi Sediaan Pil

Sampel

- Siapkan alat disintegration tester


- Satu pil dimasukkan pada masing-masing tabung dari keranjang
- Masukkan cakram pada tiap tabung dan alat dijalankan
- Gunakan air dengan suhu dengan suhu 37◦C
- Pada akhir batas waktu, angkat keranjang dan amati semua pil
- Semua pil harus hancur sempurna, jika tidak ulangi pengujian

Hasil

4. Uji Keseragaman Bobot

Sampel

- Siapkan beberapa pil (contoh: 20 pil)


- TImbang satu per satu pil
- Hitung bobot rata-ratanya

Hasil

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang sudah dilakukan yaitu dengaan judul sediaan pil
Ekstrak Temu Kunci ini bertujuan yaitu agar mahasiswa mampu menyusun
formula yang rasional sediaan pil obat herbal, mampu memahami bagaimana
memformulasi, membuat sediaan dan mampu melakukan uji kualitas sediaan
obat.
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng
mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg
sampai 500 mg. Untuk membuat pil diperlukan zat tambahan seperti zat
pengisi untuk memperbesar volume, zat pengikat, zat pembasah, dan bila
perlu ditambahkan zat penyalut. Bentuk pil ini mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari
bahan-bahan obat dan memberikan obat dalam dosis tertentu. Cara
pembuatan pil pada prinsipnya adalah mencampurkan bahan-bahan, baik
bahan obat atau zat utama dan zat-zat tambahan sampai homogen,
campuran ini ditetesi dengan zat pembasah sampai menjadi massa lembek
yang elastis atau plastis dan kohesif, lalu dibuat bentuk batang dengan cara
menekan sampai sepanjang alat pemotong pil yang dikehendaki, kemudian
dipotong dengan alat pemotong pil sesuai jumlah pil yang diminta.
Beberapa jenis obat dari bahan alam telah tersedia dalam bentuk pil,
antara lain pil majakan, pil kina, dan pil bahan alam lain. Sedangkan pada
serbuk, ketika konsumen akan mengonsumsinya akan mengukur dosisnya
terlebih dahulu. Dibandingkan dengan bentuk tablet, bentuk pil lebih
sederhana dan tidak memerlukan banyak bahan tambahan. Selain itu, bentuk
pil lebih efisien dan praktis untuk dibawa kemana-mana. Oleh karena itu,
akan lebih mudah apabila ekstrak temu kunci tersedia dalam bentuk pil (Anief,
2010). Boesenbergia rotunda (L.) yang dikenal sebagai temu kunci di
Indonesia banyak digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan
merupakan obat tradisional yang mengandung minyak atsiri yang terdiri dari
boesenbergin, cardamonin, pinostrobin, 5,7-dimetoksiflavon, 1,8-sineol, dan
panduratin. Diketahui bahwa minyak atsiri dari rimpang temu kunci efektif
sebagai antimikroba. Selain itu temu kunci memiliki efek sebagai antioksidan
dan antikanker.
Pada praktikum ini langkah yang pertama yaitu ekstrasi, dimana
serbuk temu kunci diekstrasi dengan menggunakan metode maserasi.
Metode maserasi dipilih karena merupakan metode ekstraksi yang
sederhana. Kelebihan dari metode ini adalah alat yang digunakan sederhana
dan dapat digunakan untuk zat yang tidak tahan terhadap pemanasan
sehingga dapat menghindari kerusakan kandungan kimia dari simplisia.
Maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam, dimana sampel serbuk temu kunci
250 gr dan pelarut etanol 96 % (1:6) sebanyak 150 mL. Sirkulasi sebanyak 5
kali sampai mendapat filtrat, lalu filrat dipekatkan. Digunakan pelarut etanol
96% karena etanol 96% dapat mengekstrak senyawa aktif yang lebih banyak
dibandingkan jenis pelarut organik lainnya. Etanol mempunyai titik didih yang
rendah yaitu 790C, sehingga memerlukan panas yang lebih sedikit untuk
proses pemekatan. Dan senyawa dari temu kunci bersifat polar, sehingga
memerlukan pelarut polar yaitu dengan menggunakan pelarut etanol 96%.
Mengapa dilakukan sirkulasi sebanyak 5 kali karena hal ini bertujuan agar
sisa ampas serbuk temu kunci tidak terikut ke dalam maserat, sehingga
didapatkan maserat yang murni bebas partikel serbuk. Karena dalam hal ini
sediaan yang dibuat adalah pil sehingga perlu adanya filtrate yang benar
benar bebas dari serat atau senyawa asing.
Selanjutnya yaitu pembuatan pil, ditimbang masing-masing bahan
ekstrak temu kunci 1100 mg, serbuk temukunci 1100 mg, succus liquiritae
1100 mg, gom arab 205 mg, gliserin secukupnya dan talcum secukupnya \
Dicampurkan bahan yang sudah ditimbang ekstrak temu kunci dengan
succus liquiritae, gom arab, serbuk temu kunci ditambahkan gliserin sedikit
demi sedikit gerus ad homogen hingga diperoleh massa pil yang baik.
Digulung adonan pil membentuk silinder pada alat pillen plank. Diberi talcum,
dibentuk selanjutnya di potong. Dibuatkan pil yang sudah dipotong pada pillen
roller hingga diperoleh massa yang diinginkan sebanyak (25 pil). Mengapa
digunakan 2 formula ekstrak temu kunci dan serbuk temu kunci karena pada
ekstrak temu kunci sendiri itu digunakan untuk zat aktifnya sedangkan serbuk
temu kunci itu digunakan untuk zat pengisi karena dapat memperbesar
massa pil ( bila bahan obat terlalu kecil untuk dibuat pil ). Mengapa hasil
ekstrak kental harus ditambahkan air gliserin, apakah bisa mempengaruhi
sediaan pil, karena dalam formula tersebut menggunakan ekstrak kental dan
air gliserin sehingga sediaan tidak menjadi lembek, karena dalam formulasi
tersebut terdapat beberapa komponen pil yang dapat mengisi atau
memadatkan massa pil seperti serbuk temu kunci, dan talk yang dapat
menambahkan pada massa pil. Dan juga karena air gliserin dalam formulasi
tersebut digunakan tidak dalam jumlah banyak, sehingga massa pil tetap
berbentuk padat, tidak lembek.
Formulasi sediaan pil ekstrak daun temu kunci (Boesenbergia rotunda
(L.) Mansf.) berkhasiat membantu meningkatkan nafsu makan dan membantu
mengatasi BAB tidak lancar selain itu juga berkhasiat sebagai peluruh dahak
atau menanggulangi batuk, penambah nafsu makan, menyembuhkan
sariawan dan sebagai pemacu keluarnya ASI, juga digunakan sebagai
afrodisiak dan untuk pengobatan sakit perut.
Pada uji evaluasi sediaan, meliputi :
1. Keseragaman bobot
Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa bobot pil pada suatu formula
memiliki jumlah yang sama dan zat aktif yang sama dengan anggapan
serbuk formula terdistribusi.
2. Uji waktu hancur
Uji waktu hancur penting dilakukan untuk mengetahui waktu sediaan
dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan, yang tertinggal pada kasa
alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan formulasi sediaan pil yang dibuat dari ekstrak temu kunci, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Rancangan formula pil yang digunakan yaitu Ekstrak Temu Kunci, Serbuk
Temu Kunci, Seccus liquiritae, Air gliserin dan Talc.
2. Sediaan pil ekstrak temu kunci (Boesenbergia pandurata L.) ini berkhasiat
membantu meningkatkan nafsu makan dan membantu mengatasi BAB
tidak lancar.
3. Uji evaluasi sediaan pil memenuhi syarat keseragaman bobot dan tidak
memenuhi syarat uji disolusi karena waktu hancur yang diperlukan selama
30 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Penerbit
Universitas Indonesia: Jakarta.
Chaeunisaa, anis yohana, dkk. Farmasetika Dasar. Widya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional,


Edisi II: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,
Edisi III: Jakarta.

Syamsuni, H.A. 2005. Ilmu Resep. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Van Duin, C. F. 1974. Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktik dan Teori,
Sebuah buku terjemahan. Soeroengan: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai