Disusun Oleh :
Kelompok B1
Muhammad Hisan Abdillah 12010049
Mia Adrianti 12010045
Novelia Dwi Astuti M.P 12010054
Novi Eka Andriyani 12010055
Nuraeni 12010059
Nuramelia A.M 12010056
Yusi Rosa Nugraha 12010093
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen
yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti
yang umum digunakan, menunjukkan pemberian lewat suntikkan seperti
berbagai sediaan yang diberikan dengan disuntikkan. Obatobat dapat
disuntikkan ke dalam hampir seluruh organ atau bagian tubuh termasuk sendi
(intaarticular), ruang cairan sendi (intrasynovial), tulang punggung (intraspinal)
ke dalam cairan spinal(intrathecal), arteri (intraarterial), dan dalam keadaan
gawat bahkan ke dalam jantung (intracardiac). Tetapi yang paling umum obat
suntik dimaksudkan untuk dimasukkan ke dalam vena (intravena), ke dalm otot
(intramuskular), ke dalam kulit (intradermal) atau di bawah kulit (subkutan).
Larutan sediaan parenteral volume besar digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk pasien-pasien yang akan atau sudah dioperasi, atau untuk
pendeita yang tidak sadar dan tidak dapat menerima cairan, elektrolit, dan
nutrisi lewat mulut. Larutan-larutan ini dapat pula diberikan pada penderita
yang mengalami kehilangan banyak cairan dan elektrolit yang berat, seperti
pada penyakit demam dengue.
I.2 Tujuan Praktikum
1. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi sediaan infus (injeksi
volume besar) dan mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat.
2. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan,
perhitungan dosis, sterilisasi dan penyerahan suatu sediaan obat parenteral,
kususnya injeksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Infus (Injeksi Volume Besar)
Sediaan parenteral volume besar merupakan sediaan cair steril yang
mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan
ditujukan untuk manusia.Infus adalah larutan injeksi dosis tunggal untuk
intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. (FI IV hal 10). Infuse
merupakan sediaan steril, berupa larutaan atau emulsi besas pirogen dan
sedapat mungkin harus isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung
langsung ke dalam vena dalam volume relative banyak. ( FI III hal 12).
Infus merupakan larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml
yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan
yang cocok. Asupan elektrolit dan air dapat terjadi melalui makanan dan
minuman dan dikeluarkan dalam tubuh dalam jumlah relative sama. Rasionya
dalam tubuh adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0%, serta mineral dan
glikogen 6%.ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan
tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan
keseimbangan air dan elekrolit.
Tujuan penggunaan sediaan parenteral volume besar antara lain :
a. Bila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat maka
kebutuhan tersebut harus cepat diganti
b. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik
pasien berulang kali
c. Mudah mengatur keseimbangan keasam dan kebasaan obat dalam
darah.
d. Sebagai penambah nutrisi bagi paseien yang tidak dapat makan
secara oral.
e. Berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal
Syarat sediaan parenteral volume besar harus steril dan bebas pirogen,
karena sediaan diinjeksikan langsung kedalam aliran darah (i.v), sediaan
ditumpahkan pada tubuh dan daerah gigi (larutan penguras), sediaan langsung
berhubungan dengan darah (hemofiltrasi), sediaan langsung ke dalam tubuh
makanan
bergizi
atau
injeksi
manitol
diisyaratkan
untuk
Hipertonis
Sedikit hipertonis
Isotonis
Sedikit hipotonis
Hipotonis
BAB III
PRA FORMULASI
III.1 Data Zat Aktif
a. Zat Aktif : NaCl
Sinonim :Natrium Chloride
BM : 58,44
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk putih, tidak
berbau, rasa asin.
Kelarutan :- Larut dalam 2,8 bagian air - Sukar larut dalam etanol 96%
- Larut dalam 2,7 bagian air didih - Larut dalam 10 bagian gliserol
Susut pengeringan : tidak lebih dari 0,5%
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan penggunaan : sumber ion klorida dan ion natrium
b. Zat aktif : Kalii Chloridum
Sinonim : Potassium Chloride
BM : 74,55
Pemerian :hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak berwarna
atau serbuk butir putih, tidak berbau, rasa asin, mantap di udara.
pH : 7 untuk larutan pada suhu 15oC
Kelarutan : praktis tidak larut dalam acetone dan eter; larut dalam 250
bagian etanol 95%; larut dalam 14 bagian gliserin; larut dalam 2,8 bagian
air dan 1,8 bagian pada suhu 100oC.
Fungsi : agen tonisitas ; sumber ion Kalium
OTT : larutan potassium klorida bereaksi kuat dengan bromine triflouride
dan dengan campuran asam sulfur dan permanganate kalium. Kehadiran
asam klorida, NaCl, dan MgCl menurunkan kelarutan KCl dalam air.
Larutan KCl mengendap dengan garam perak dan lead. Larutan iv KCl
OTT dengan protein hidrosalisilat.
Stabilitas : larutan KCL dapat disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi.
KCl stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk
dan kering.
c. Zat aktif : Calcii Chloridum
Sinonim : Calcium Chloride Dihydrate
BM : 147
Pemerian : bubuk kristal, higroskopis, tidak berbau, tidak berwarna atau
putih
pH : larutan 5% dalam air memiliki pH 4,5-9,2.larutan 1,7% dalam air
memiliki keadaan yang isoosmotik dengan serum.
Kelarutan : larut dalam 1,2 bagian air; larut dalam 0,7 bagian air
mendidih; larut dalam 4 bagian alcohol; larut dalam 2 bagian alcohol
mendidih
Fungsi : agen tonisitas ; sumber ion Kalsium
OTT : OTT dengan larutan Karbonat, posfat, sulfat dan tartrat; dengan
amphotericin,
cephalothin
sodium,
Klorfeniramina
maleat,
Klortetrasiklin, HCl, Oksitetrasiklin HCl, dan tetrasiklin HCl. Kadangkadang OTT yang tergantung pada konsentrasi yang terjadi dengan
Natrium bikarbonat.
III.2 Formula Standar
1. Injeksi Natrium Klorida Majemuk (Fornas edisi kedua tahun 1978 hal.
203)
Komposisi:
Tiap 500 ml mengandung:
NaCl 4,3 g
KCl 150 mg
CaCl 2,4 g
Aqua Pro Inectione ad 500 ml
Penyimpanan: Dalam wadah dosis tunggal
Catatan:
- pH 5,0 sampai 7.5
- Tidak boleh mengandung bakterisida
- Disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C, segera setelah dibuat
- Bebas Pirogen
- Pada etiket harus juga tertera: banyaknya ion Kalium, ion kalsium,
Ion klorida, dan ion-ion natrium masing-masing dalam mEq per l.
- Diinjeksikan secara infusi
BAB IV
METODE PERCOBAAN
IV.1 Formulasi
R/ Natrii Chloridum 4,3 gram
Kalii Chloridum 150 mg
Calcii Chloridum 2,4 gram
IV.2 Alat dan Bahan yang digunakan
Alat :
1. Kaca arloji
2. Spatula
3. Pinset
4. Beaker glass
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
7. Erlenmeyer
8. Kertas saring
9. Corong Spuit
10. Botol infuse
Bahan :
1. Natrii Chloridum
2. Kalii Chloridum
3. Calcii Chloridum
4. Aqua p.i
5. Karbon aktif
Volume yang dibuat 100 ml tetapi dilebihkan 10%, jadi yang dibuat 110
ml
Perhitungan bahan:
110
NaCl = 500 x 4,3 g = 0,946 g
KCl =
CaCl2=
110
500
110
500
x 0.15 g = 0,033 g
x 2,4 g = 0,52 g
Penimbangan :
NaCl : 0,94 6 g - 0,2448 g = 0,70 g
KCl = 0,033 g
CaCl2 = 0,52 g
Aqua p.i ad 110 ml
Karbon aktif = 0,11 g
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 Hasil Perhitungan
E = Ekivalensi NaCl
111,1 = Volume larutan isotonis
Maka :
NaCl = 0,946 x 1 x 111,1
= 105,10 ml
= 2,786 ml
= 29,33 ml +
= 137,2 ml
g NaCl berlebih W =
= 217,56
Pada saat proses pembuatan, zat aktif dilarutkan dengan menggunakan API.
NaCl dan KCl dilarutkan secara bersamaan dalam satu wadah, sedangkan CaCl2
pelarutannya dilakukan dalam wadah yang berbeda. Hal ini dikarenakan, dekatnya
kelarutan NaCl dan KCl dalam air, yaitu 2,8 dan 3 bagian air, sedangkan CaCl2
memiliki kelarutan 0,25 bagian air. Setelah ketiganya larut sempurna, ketiga
bahan dicampurkan dalam satu wadah. Kemudian, alat yang berkontak dengan
bahan dibilas dengan menggunakan API. Hal ini dimaksudkan untuk,
membersihkan sisa-sisa zat aktif yang menempel pada alat sehingga sediaan dapat
mencapai efek terapinya karena sediaan tidak menglami pengurangan dosis.
Sediaan infuse harus bebas pirogen. Pirogen adalah zat endotoksin yang
dapat masuk dalam tubuh sehingga menyebabkan reaksi negative pada tubuh
seperti demam. Oleh karena itu, pada sediaan yang kami gunakan ditambahkan
0,1% karbon aktif dari volume sediaan. Kadar karbon aktif yang digunakan 0,1%
karena pada kadar tersebut karbon aktif efektif mengikat pirogen dalam larutan
Apabila kadar zat karbon aktif kurang atau lebih dari 0,1% menyebabkan tidak
aktifnya pengikatan dan penyerap pirogen, sehingga dikhawatirkan tertinggalnya
pirogen dalam sediaan. Untuk mengaktifkan kerja dari karbon aktif, maka setelah
zat aktif larut dan tercampur homogen, sediaan ditambahkan karbon aktif 0,1%
dan dipanaskan pada suhu 50-70C selama 15 menit.
Setelah itu, sediaan disaring hangat-hangat dengan menggunakan kertas
sarig ganda sebelum dimasukkan ke dalam botol infus 100 ml yang sebelumnya
telah di kalibrasi, dan tutup.
Proses sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi akhir, karena zat aktif
yang
digunakan
tahan
terhadap
pemanasan.Proses
sterilisasi
tersebut
BAB VI
KESIMPULAN
1. Larutan ringer laktat dan multiple elektrolit yang dibuat menunjukkan adanya
partikel asing dalam larutan.
2. pH larutan infus yang dibuat mempunyai pH 6,9 dan syarat sediaan infus
adalah antara rentang pH 5,0-7,5.
3. Warna larutan bening dan jernih
DAFTAR PUSTAKA
Sulistiawati, Farida M.Si, Apt. dan Suryani, Nelly M.Si, Apt. 2007. Penuntun
Praktikum Teknologi Sedian Steril. Jakarta.
Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi V. UI Press :
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, edisi ketiga. Jakarta :
Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta
American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, second edition. London : The Pharmaceutical Press.
The Pharmaceutical Society of Great Britain. 1982. Martindale The Extra
Pharmacopoeia twenty-eight edition. London : The Pharmaceutical Press.
N.Voight. R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press :
Yogyakarta.
LAMPIRAN