Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM FARMASETIKA

JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO

LAPORAN PERCOBAAN V
AMPUL AMINOFILIN
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI LIKUIDA DAN SEMISOLIDA

KELAS C (RABU PAGI)


PALU

2019

APROVAL PAGE

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM INI DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN AKHIR


DIUMUMKAN NILAI AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI
LIKUIDA DAN SEMISOLIDA YANG DIMULAI PADA TANGGAL 25 FEBRUARI
HINGGA 2 MEI YANG DISAHKAN OLEH

ASISTEN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI LIKUIDA DAN


SEMISOLIDA

No. Nama Asisten No. Stambuk Tanggal Paraf


Approval
1 Nuur Aanisah, S.Si., Apt. -
2 Mohammad Adhin Nugraha, S. Farm -
3 Sally Norcelina Wuisan G 701 15 219
4 Ni Gusti Ayu Kadek Sri Handayani G 701 16 016
5 Sri Adhayani G 701 16 033
6 Nur Inayana Fatur Rahman G 701 16 101
7 Christin Agnes Mega Diwayani G 701 16 041
8 Riezcky Nuranisa Alfath G 701 16 075
9 Urwattun Wusqo G 701 16 010
10 Zuhaela Iqbal G 701 16 242

Palu, Mei 2019


Koordinator Asisten Golongan Ketua Kelas

(Adinda Puspitasari)
(Ni Gusti Ayu Kadek Sri Handayani)
Dosen Penanggung Jawab Praktikum Koordinator Asisten

(Nuur Aanisah, S.Si., Apt.)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penulis hingga saat ini masih memberikan napas kehidupan dan
anugerah akal,sehingga penulis berhasil menyelesaikan Laporan ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa ,laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi peningkatan
kualitas laporan ini dan laporan-laporan lainnya pada waktu yang akan datang. Dalam
kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah memberikan kesempatan untuk menyusun laporan ini, Tidak lupa juga kepada teman-
teman yang selalu menemani, membantu dan mensupport selama pembuatan laporan ini. Maka,
laporan ini dapat terselesaikan tidak lepas dari kerjasama dari semuanya.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam pemyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Palu, Mei 2019

NURUL
FITRIA
G701 17 118

DAFTAR ISI
I. Rancangan Formula
Tiap 1 ml sediaan mengandung :
Aminofilin 24 mg
NaCl 48 mg
Zat Tambahan ad 100 %

II. Latar Belakang


a. Rute Pemberian
Intravena : Aminofilin diberikan melalui injeksi intravena bertujuan untuk
meningkatkan bioavailabilitasnya sebagai anti asma, sehingga
berefek cepat jika digunakan secara parenteral (Yanto, dkk,
2015).
b. Efek Farmakologi
Khasiat : Bronkodilator, antispasmodikum, diureticum (FI III, 1979; 82)
Mekanisme : Aminofilin, turunan xhantin adalah kompleks teofilin dan
etilendiamin, ia memblokir fosfodiesterase 3 (PDE III), enzim
yang mendegradasi 3-5 adenosin monofosfat (AMP),
mempromosikan stimulasi ketekolamin dari lipolysis,
glikogenolisis dan gluconeogenesis dan mendorong pelepasan
epinefrin dari sel medulla adrenal, ini menghasilkan
bronkodilatasi, diuresis, SSP dan stimulasi jantung dan sekresi
asam lambung (MIMS, 2019).
Penggunaan : Digunakan untuk mengobati penyakit paru-paru seperti asma
bronkhitis (Medscape, 2019).
Absorbsi : Absorbsi langsung masuk ke dalam sirkulasi dan tidak
melewati sawar absorbs (Glance, 2011).
Efek : Mual, muntah, sakit kepala, hipokalamia, hipofosfatemia,
Samping gangguan asam atau basa, vertigo, thremor, kejang, sakit perut
(Medscape, 2019).
Dosis : Dewasa : 24 mg/mL (MIMS, 2019).

c. Bahan Kemas
Bahan kemas yang digunakan adalah ampul.
d. Metode Sterilisasi
Melalui metode sterilisasi panas uap berupa autoklaf pada suhu 121°C selama 15
menit pada tekanan 15-17,5 psi atau 1 atm.
III. Preformulasi Zat Aktif
1. Aminofilin (FI III, 1979; 82)
Nama Zat Aktif : AMINOPHYLLINUM
Nama Lain : Aminofilina / teofilina etilendiamina
Rumus Molekul : C16H24N10O4
BM : 420,43 g/mol
Pemerian : Butir atau serbuk, putih atau agak kekuningan; bau
lemah mirip amoniak; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan
mungkin menjadi keruh; praktis tidak larut dalam
etanol (95%) P dan dalam eter P.
Stabilitas : Stabil pada cahaya dan suhu ruang, aminofilin bersifat
basa (pH sekitar 8,8) sehingga memiliki
kecendurangan untuk meluluhkan plastic dan karet.
Oleh karena itu tidak direkomendasikan penyimpanan
dalam plastic dalam waktu yang lama.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan logam dan obat-obatan yang tidak
stabil dalam larutan alkali atau yang akan menurunkan
pH dibawah 8. (Jarum suntik : Dimenhidrinat,
doxapram).
Cara Sterilisasi : Disterilisasi akhir dengan cara autoklaf pada suhu
121°C selama 15 menit pada tekanan 15-17,5 psi atau
1 atm.
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal bebas karbondioksida, dan
kaca terlindung dari cahaya.
IV. Permasalahan dan Penyelesaian Masalah
No. PERMASALAHAN PENYELESAIAN

1. Untuk meningkatkan Aminofilin dibuat dalam bentuk injeksi


bioavailabilitasnya sebagai anti yang digunakan secara parenteral.
asma agar berefek cepat.
2. Dibutuhkan bahan pengisotonis Ditambahkan NaCl sebagai pengisotonis.
untuk mengisotoniskan antara
cairan larutan dengan cairan dalam
tubuh seimbang.
3. Dalam membuat sediaan injeksi, Digunakan aqua pro injeksi.
dibutuhkan cairan pembawa, air
yang digunakan harus bebas CO2
untuk menjaga kestabilan sediaan
injeksi aminofilin.

V. Preformulasi Eksipien
1. Natrium Klorida ( HOPE, 637) (FI III, 1979;403)
Fungsi : Pengisotonis
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur
putih; tidak berbau; rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih
dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut
dalam etanol (95%).
Stabilitas : Larutan natrium klorida berair stabil tetapi dapat
menyebabkan pemisahan partikel kaca dari jenis wadah
kaca tertentu. Larutan berair dapat disterilkan dengan
autoklaf atau filtrasi. Material padat stabil dan harus
disimpan dalam tempat tertutup wadah, ditempat yang sejuk
dan kering.
Cara sterilisasi : Autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit atau secara
filtrasi.
Kemasan : Padatan.
2. Aqua Pro Injeksi (FI III, 1979;97)
Fungsi : Cairan pembawa
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Stabilitas : Stabil pada suhu kamar 25°C.
Cara sterilisasi : Autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit pada tekanan
15-17,5 psi atau 1 atm.
Kemasan : Cairan.

VI. Perhitungan Tonisitas


0,52 − [(𝑎 × 𝑐)]
B=
𝑏
0,52 − [(0,1 × 2,4)]
=
0,576
0,52 − 0,24
=
0,576
0,28
=
0,576
= 0,48 g/100mL
= 0,048 g/10mL
Untuk 3 botol, maka :
3 x 0,048 g/10mL = 0,144 g/30mL
Kesimpulan: Sediaan aminofilin bersifat hipotonis, sehingga di berikan zat pengisotonis
yaitu NaCl sebanyak 0,048 g/10 mL.

VII. Persiapan Alat/Wadah/Bahan


a. Alat
Nama Alat Cara Sterilisasi Waktu Jumlah
Sterilisasi
Gelas Ukur 50 ml Autoklaf suhu 121°C 15 menit 1
Dispo 1 ml - - 1
Gelas Kimia 100 Autoklaf suhu 121°C 15 menit 1
ml Autoklaf suhu 121°C 15 menit 1
Erlenmeyer 50 ml Oven suhu 140°C- 1-2 jam 1
Kertas saring 160°C 1-2 jam 1
Corong Oven suhu 140°C-
160°C
b. Wadah
No. Nama Alat Jumlah Cara sterilisasi
(lengkap)
1. Ampul 3 Oven pada suhu 140°C-
160°C selama 1-2 jam

c. Bahan
Tidak dilakukan karena dilakukan karena sterilisasi akhir
No. Nama Bahan Jumlah Cara Sterilisasi (lengkap)
1. Aminofilin 0,72 g Autoklaf pada suhu 121°C
2. Natrium Klorida 0,144 g selama 15 menit pada
3. Aqua Pro Injeksi Ad 100% tekanan 15-17,5 psi atau 1
atm.

VIII. Penimbangan
Volume Tertera Dalam Kelebihan Volume Yang di Anjurkan
Penandaan Untuk Cairan Encer Untuk Cairan Kental
10,0 Ml 0,50 mL 0,70 mL

Jumlah sediaan yang dibuat : 3 ampul @ 10 mL


Volume terpindahkan tiap botol : 0,5 mL (FI IV, 1995;1044)
3 ampul x 10 mL = 30 mL
Volume terpindahkan : 3 x 0,5 mL
= 1,5 mL
Total Sediaan = 10 mL + 1,5 mL = 11,5 mL
Sisanya sebagai volume antisipasi untuk penyaringan membran.
IX. Prosedur Pembuatan
Teofilin dilakukan sterilisasi akhir dengan cara filtrasi.
Kelas ruangan Ruang Prosedur
berdasarkan Pengerjaan
syarat CPOB
A Ruang 1. Disterilkan alat berupa Erlenmeyer 50 ml dan
Sterilisasi gelas ukur 50 ml menggunakan autoklaf pada
suhu 121°C selama 15 menit pada tekanan 15-
17,5 psi atau 1 atm.
2. Disterilkan wadah berupa botol ampul
menggunakan oven pada suhu 140°C-160°C
selama 1-2 jam.
D Ruang 1. Ditimbang aminofilin sebanyak 0,72 gram.
Timbang 2. Ditimbang NaCl 0,144 gram.
B Ruang 1. Diukur aqua pro injeksi kedalam gelas ukur 50
Preparasi mL.
2. Dimasukkan aqua pro injeksi tersebut kedalam
Erlenmeyer 50 ml.
3. Ditambahkan aminofilin 0,72 gram dan NaCl
0,144 gram.
4. Di homogenkan pada pH 8,0-9,0.
5. Disaring menggunakan kertas saring.
A Ruang 1. Dimasukkan kedalam ampul sebanyak 2 ml
penutupan menggunakan dispo.
A Ruang 1. Dilakukan sterilisasi sediaan dengan metode
Sterilisasi autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
E Ruang 1. Diberi label/etiket pada botol ampul.
Pengemasan 2. Dimasukkan kedalam kemasan beserta brosur.
X. Rencana Desain Sediaan
Rencana Desaian Sediaan
- Rencana nomor registrasi : DKL1900100577A2
- Rencana nomor batch : I977005
- Rencana klaim etiket : Kertas stiker
- Rencana bahan kemas primer : Botol ampul
- Rencana bahan kemas sekunder : Kertas foto
- Rencana bahan label/etiket : Kertas stiker
- Rencana bahan leaflet/brosur : Kertas HVS 60 GSM
- Rencana proses sterilisasi : Oven, autoklaf dan filtrasi

XI. Tentukan Sterilisasi Produk Akhir (dan Produk Ruahan)


No. Kriteria Spesifikasi
1. Kejernihan Jernih
2. Viskositas 46 cP
3. pH 8,0-9,0
4. Homogenitas Homogen
5. Kadar zat aktif 73,5%-88,25%

XII. Evaluasi Sediaan


1. Uji Organoleptik
a. Bau : Tidak berbau
b. Warna : Bening
2. Uji pH
pH yang didapatkan adalah 8,0.
3. Uji Kejernihan
Pada larutan aminofilin injeksi didapatkan sediaan yang jernih.
4. Uji Penetapan Volume
-
5. Uji Kebocoran
Tidak terdapat kebocoran pada ampul.
XIII. Pembahasan
Injeksi adalah sediaan steril yang diberikan secara parenteral menggunakan alat
suntik, dapat berupa larutan, suspensi, emulsi atau serbuk yang harus dilarutkan dahulu
sebelum diberikan. Sediaan injeksi dalam dikemas dalam bentuk ampul atau vial (Lestari,
dkk, 2017).
Indikasi dari aminofilin adalah untuk mengobati penyakit paru-paru seperti asma
dan bronchitis (Medscape, 2019).
Aminofilin, turunan xhantin adalah kompleks teofilin dan etilendiamin, ia
memblokir fosfodiesterase 3 (PDE III), enzim yang mendegradasi 3-5 adenosin
monofosfat (AMP), mempromosikan stimulasi ketekolamin dari lipolysis, glikogenolisis
dan gluconeogenesis dan mendorong pelepasan epinefrin dari sel medulla adrenal, ini
menghasilkan bronkodilatasi, diuresis, SSP dan stimulasi jantung dan sekresi asam
lambung (MIMS, 2019).
Cara kerja yang dilakukan pada percobaan ini yaitu menyiapkan alat dan bahan
terlebih dahulu berupa kertas saring, corong, gelas ukur 50 ml, gelas kimia 100 ml,
erlenmeyer 50 ml dan wadah ampul 3 buah, serta bahan yang digunakan berupa
aminofilin 0,72 gram, natrium klorida 0,144 gram dan aqua pro injeksi. Lalu, disterilkan
terlebih dahulu alat berupa gelas ukur 50 ml, gelas kimia 100 ml dan Erlenmeyer 50 ml
pada autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 °C, kemudian disterilkan corong, ampul
dalam oven selama 1-2 jam pada suhu 140°C-160°C, kemudian ditimbang bahan yang
digunakan berupa aminofilin sebanyak 0,72 gram, natrium klorida sebanyak 0,144 gram
menggunakan timbangan analitik, kemudian setelah alat disterilkan, dimasukkan aqua pro
injeksi kedalam gelas ukur sebanyak 10 ml, lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer
kemudian di tambahkan aminofilin 0,72 gram dan natrium klorida 0,144 gram, kemudian
dihomogenkan pada pH 8,0-9,0 dengan cara di gojok, lalu dilanjutkan dengan metode
sterilisasi akhir yaitu dengan penyaringan menggunakan kertas saring yang diletakkan
diatas corong, lalu setelah difiltrasi dimasukkan kedalam 3 buah ampul masing-masing
dimasukkan sebanyak 2 ml menggunakan dispo, kemudian dilakukan penyegelan
menggunakan alat segel dengan cara di bakar pada bagian ujung ampulnya, lalu di
berikan etiket/label pada botol ampul dan dimasukkan kedalam wadah sekunder dan
dimasukkan brosur.
Menurut (Putra, dkk, 2014) syarat sediaan steril ampul berupa larutan jernih atau
tidak berwarna, isotonis, ada keseragaman volume, kadar zat aktif sama dan bebas
pirogen.
Hasil yang didapatkan berdasarkan prosedur yang telah dilakukan didalam
laboratorium adalah pada uji organoleptic berupa bau yang didapatkan yaitu tidak berbau
dan warnanya adalah bening dan jernih. Pada uji pH didapatkan pH 8, uji kejernihan
didapatkan hasil larutan yang jernih, dan pada uji kebocoran yaitu tidak terdapat
kebocoran pada ampul tersebut. Bila dibandingkan dengan literatur (Yanto, dkk, 2015) uji
kebocoran wadah ialah tidak ada kebocoran pada wadah sediaan, uji ph didapatkan pH
8,6 dari penafsiran pH 8,0-9,0, uji kejernihan adalah sediaan jernih tidak ada partikel-
partikel kecil yang dapat terlihat oleh mata. Maka, dapat disimpulkan bahwa hasil yang
didapatkan adalah telah sesuai dengan literature atau sediaan tersebut berhasil.
Dilakukan uji kebocoran untuk memastikan tidak adanya kebocoran pada wadah
sediaan, prinsip dari uji kebocoran adalah dengan memasukkan sediaan beserta wadahnya
kedalam wadah yang berisi metilen biru. Pada pembuatan kecil-kecilan dapat dilakukan
secara visual, namun untuk skala pabrik tidak dapat dilakukan secara visual. Wadah-
wadah takaran tunggal yang masih panas setelah disterilkan dimasukkan kedalam larutan
metilen biru 0,1 %. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk
kedalam karena perbedaan tekanan dari luar dan di dalam wadah, metode ini tidak dapat
dilakukan untuk sediaan berwarna. Wadah takaran tunggal disterilkan terbalik, jika ada
kebocoran maka larutan ini akan keluar dari wadah (Langille, Stephen, 2015).
Aplikasi dalam bidang farmasi adalah agar seorang farmasis mengetahui kadar,
dan kegunaan dari aminofilin tersebut dengan benar, serta mengetahui cara pembuatan
formula dari aminofilin injeksi tersebut, sehingga dapat diaplikasikan didunia kerja.

XIV. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa hasil yang didapatkan dari percobaan yang
dilakukan di laboratorium telah sesuai dengan hasil yang ada pada literatur, sehingga
dapat dikatakan sediaan tersebut berhasil.
XV. Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
literatur, dibutuhkan prosedur yang sesuai agar hasilnya mendekati literatur atau dengan
kata lain adalah berhasil.
XVI. Lampiran
1. Brosur

FAVAPHYLLINE
INJEKSI

Komposisi :
Tiap 10 ml mengandung :
Aminophylline ...………………………… 24 mg
Zat tambahan ….…………………………. q.s

FARMAKOLOGI :
Aminophylline merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek bronkodilator dengan
jalan melemaskan otot polos bronkus.

Indikasi :
Mengobati asma, penyakit paru obstruktif kronis, bronkitis, dan emfisemia.

DOSIS DAN CARAPEMAKAIAN :


Dewasa dan anak : Untuk serangan akut, “Loading dose” 6 mg/kg BB diberikan intravena
secara perlahan (tidak lebih dari 25 mg/menit). “Loading dose” harus dikurangi 50% jika
penderita telah menerima teofilin dalam 24 jam terakhir.
Setelah Loading dose, diteruskan dengan dosis pemeliharaan.
Dosis pemeliharaan harus dikurangi bila timbul mual, muntah, sakit kepala, takikardia atau
efek toksik lain atau bila konsentrasi serum teofilin melalui 20 mcg/ml.

Kontraindikasi :
HipersensitifterhadapAminophylline atau komponen obat dan penderita tukak lambung,
diabetes.

Efek Samping :
Gastrointestinal, misalnya : mual, muntah, diare, susunan SarafPusat, misalnya : sakit kepala,
insomnia, kardiovaskuler, misalnya : palpitasi, takikardi, aritmia ventrikuler, pernapasan
misalnya :tachypnea dan rash, hiperglikemia.

PERINGATAN DAN PERHATIAN :


 Hati-hati pada penderita hipoksemia (kekurangan oksigen dalam darah), hipertensi, atau
penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung.
 Dapat mengiritasi saluran pencernaan.
 Hati-hati pemberian pada wanita hamil, menyusui dan anak-anak.
 Hati-hati pemberian pada penderita kerusakan fungsi hati, penderita di atas usia 55
tahun terutama pria dan pada penderita penyakit paru-paru kronik.
 Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi jantung berdebar-debar.

INTERAKSI OBAT :
 Hindari pemberian bersamaan dengan beta-blockers (seperti propranolol) karena dapat
menyebabkan bronkospasma.
 Jangan diberikan bersamaan dengan preparat xantin yang lain.
 Simetidin, Siprofloksasin, Klaritromisin, Norfloksasin, Eritromisin, Troleandomisin,
dan kontrasepsi oral dapat meningkatkan konsentrasi plasma Teofilin.
 Rifampisin, Verapamil, Diltiazem menurunkan konsentrasi plasma Teofilin.

PENYIMPANAN :
Simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar (25-30)°C, terlindung dari cahaya

No Reg : DKL1900100577A2
No Bets : I977005
Exp. Date : 19 Juli 2019

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Diproduksi oleh :
PT. FAVAN FARMA
PALU-INDONESIA
2. Etiket
3 Vial @ 10 mL Simpan dalam wadah tertutup
rapat, pada suhu kamar (25-30)°C
FAVAPHYLLINE terlindung dari cahaya.
Injeksi Intravena 24 mg/ml
No Reg : DKL1900100577A2
No Bets : I977005
Exp. Date : 19 April 2022
HARUS DENGAN RESEP DOKTER Diproduksi : PT. FAVAN FARMA
PALU-INDONESIA

3. Wadah
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen
Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen
Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Glance, 2011. Farmakologis Medis. PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta.

Langille, Stephen, 2015. Particulate Matter in Injectable Drug Products. PDA Jurnal of
Pharmaceutical Science and Technology.

Lestari, dkk, Buku Ajar Farmakologi Dasar. PT. UB Press, Malang.

Medscape App (Diakses pada tanggal 10 April 2019).

MIMS App (Diakses pada tanggal 10 April 2019).

Rizky, 2016. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Phlebitis Pada Pasien Yang
Terpasang Kateter Intravena Di Ruang Bedah Rumah Sakit Ar. Bunda Prabumulih.
Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, Jakarta.

Yanto, dkk, 2015. Teknologi Formulasi Sediaan Likuid Semisolid, Dan Steril Pada Injeksi
Aminofilin 2,4%. Universitas Brawijaya, Malang.

Anda mungkin juga menyukai