B. Sirup
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi, dinyatakan
sebagai sirup. Larutan sukrosa hamper jenuh dalam air dikenal sebagai sirup atau
simpleks. Penggunaan istilah sirup juga digunakan untuk bentuk sediaan cair lain
yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspense oral. ( FI V : 46 )
C. Guttae
Guttae adalah sediaan cair berupa larutan emulsi atau suspense yang dapat
digunakan sebagai obat dalam maupun obat luar yang digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan. ( Ditgen Pom :
1979 )
1.1.2 Paracetamol
A. Definisi
Parasetamol atau bias dibilang acetaminophen merupakan obat analgetik non
narkotika dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di SSP,
paracetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang di jual bebas. ( Lusiana, 2002 )
B. Farmakokinetik
Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna, konsentrasi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan massa paruh plasma
antara 13 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25%
parasetamol terikat protein plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom
hati. Sebagai acetaminophen ( 80% ) di konjungasi asam glukuronat dan sebagian
kecil lainya dengan asam sulfat. Selain itu, obat ini juga dapat mengalami proses
hidroksilasi. Metabolit hasil dari proses hidroksilasi ini dap di eksresi melaui
ginjal. Sebagian kecil sebagai paracetamol ( 3% ) dan sebagian besar dalam
bentuk terkonjungaasi. ( Farmakologi Terapi UI : 238 )
C. Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai dengan keduanya menurunkan suhu tubuh
dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
Efek anti inflamasinya sangat lemah oleh karena itu paracetamol tidak digunakan
sebagai antirematik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis
prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarhan lambung tidak terlihat
pada obat ini. Demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.
( Farmakologi Terapi UI : 238 )
D. Indikasi
Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik telah
menggantikan penggunaan salisilat, sebagai analgesik lainnya. Paracetamol
sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan
nefropati. Paracetamol sering dikombinasi dengan AINS untuk analgesik.
( Farmakologi Terapi UI : 238 )
E. KontaIndikasi
Penggunaan paracetamol tidak diperkenankan pada penderita yang hipersensitif
terhadap Asetaminofen dan penderita yang mempunyai gangguan fungsi hati.
( Farmakologi Terapi UI : 238 )
F. Efek Samping
Eritema atau artikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada
mukosa. Penggunaan semua jenis analgetik pada dosis besar secara menahun
dapat memyebabkan negrotif analgesic. ( Farmakologi Terapi Ui : 238 )
G. Toksisitas Akut
Akibat dosis toksik yang paling serius ialan nekrosis hati. Nekrosis tubuli renalis
serta koma, hipoglikemik dapat juga terjadi. Hipotoksisitas dapat terjadi pada
pemberian dosis tunggal 10-15 gram ( 200 mg – 250 mg/kgBB ). Gejala pada hari
pertama keracunan akut paracetamol belum mencermikan bahaya yang
mengancam. Anoreksia, mual dan muntah serta sakit perut terjadi dalam 24 jam
pertama dan dapat berkurang selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat
terjadi pada hari kedua dengan gejala peningkatan serum transaminase, laktat
dihigrogenase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan massa protombin.
( Farmakologi Terapi UI : 238 )
HN O
OH
Struktur kimia :
BM : 151,16
Kemurnian : parasetamol mengandung tidak kurang dari 98% dan
tidak lebih dari 101,0 % C₈H₉NO₂
Efek terapetik : Analgetikum dan Antipiretikum
Dosis Pemakaian : <12 bulan = 60 mg
1-4 tahun = 60 mg – 120 mg
4-8 tahun = 120 mg – 240 mg
8.12ahun = 240 mg
Organolepstis :
warna = putih
bau = tidak berbau
rasa = sedikit pahit
Mikroskopik : serbuk hablur
Karakteristik fisik :
titik lebur = 168֯-172֯
higroskopik = parasetamol menyerap uap air dalam jumlah yang
tidak signifikan pada suhu 25֯C, pada kelembapan relatif meningkat sekitar
90%
Karakteristik fisikokimia :
kelarutan = larut dalam air mendidih dan dalam Natrium
hidroksida 1N, mudah larut dalam etanol
pKa = 9,5
kelarutan pada PH = 5,3 dan 6,5
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)
P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilen glikol P
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya,
simpan dalam suhu ruang, hindarkan dari kelembapan
dan panas.
1.1.3 Bahan Tambahan
1. Aquadest (FI V : 56)
Pemerian : cairan jernih,tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai
rasa.
2. Glycerin (FI V 498-499)
Pemerian : cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis; hanya
boleh berbau khas lemah ( tajam atau tidak enak). Higroskopik;
netral terhadap lakmus.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam
minyak menguap.
Pemerian : Serbuk atau hablur; putih, tidak berbau atau berbau aromatik
lemah. Larutan encer sangat manis. Larutan bereaksi asam
terhadap lakmus.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol; agak sukar larut dalam air, dalam
kloroform dan dalam eter; larut dalam air mendidih; mudah
larut dalam larutan amonia encer, dalam larutan alkali
hidroksida dan dalam alkali karbonat dengan pembentukan
karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam
metanol dan dalam asam asetat.
BAB II
3.1 Sirup
3.1.1. Definisi Sediaan
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi,dinyatakan
sebagai sirup. Larutan sukrosa hamper jenuh dalam air dikenal sebagai sirup atau
sirup simpleks. Penggunaan istilah sirup juga digunakan untuk bentuk sediaan cair
yang dibuat dengan pengental dan pemanis,termasuk suspense oral. Kecuali
dinyatakan lain, kadar sakrosa C12H22O11 tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari
66%. Pembuatan kecuali dinyatakan lain sirup sebagai berikut.
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula jika perlu didihkan hingga
larut, tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang
dikehendaki. Buang basa yang terjadi, serkai (Farmakope Indonesia Ed.V,2014.hal-
51).
Syarat Sediaan sirup adalah sebagai berikut:
a. Larutan berwarna jernih berasa manis yang mengandung bahan tertinggal
seperti:sukrosa,aquadest,bahan pemberi rasa,bahan pewarna.bahan teraupetik,dan
bahan yang diperlukan.
b. Kadar sakrosa tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%
c. Sirup obat mengandung satu jenis obat atau lebih. Dapat juga beruapa cairan
berwarna (Farmakope Indonesia Ed.V,2014).
3.2 Drop
3.2.1 Definisi Sediaan
Drop atau guttae (tetes) adalah sediaan cair yang berupa larutan, emulsi atau
suspensi apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan
dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang
setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku. Biasanya obat ditetesi kedalam
makanan atau pun minuman atau dapat diteteskan langsung ke dalam mulut (Ilmu
Meracik obat,hal-153).
Menurut Drs. H.A Syamsuni., Apt (halaman 107) Guttae atau obat tetes adalah
sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspense yang jika tidak dinyatakan lain,
dimaksudkan untuk obat dalam digunakan dengan cara meneteskan larutan tersebut
dengan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang dihasilkan penetes
baku yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia (47,5 -52,5 mg air suling pada
suhu 20°C).
Syarat Sediaan
a. Stabil
b. Jernih
c. Homogen
2. Dosis Pemakaian
1 kali pemakaian anak usia 0 -3 bulan : 30 mg – 60 mg (1/2- 1 tetes)
Lama pengobatan: 4 hari
Kandungan parasetamol: Dalam 1 tetes pipet drop 0,6 ml mengandung 30 mg
parasetamol (30 mg/0.6 ml)
Alasan: Dosis sekali pakai 30 mg/0.6 ml masuk dalam rentang dosis usia 0 bulan
– 12 bulan, sehingga takaran sesuai dan efisien dalam pemberian.
3. Volume yang dibutuhkan
0 bulan – 3 bulan : 30mg/0.6ml – 60mg/1.2ml
1 hari = (0.3ml – 0.6ml) x 4 = 1.2ml – 2.4ml
4 hari = (1.2ml – 2.4ml) x 4 = 3.6ml – 7.2ml
4. Dipilih kemasan terkecil 15 ml
Alasan: Kemasan 15 ml cukup untuk volume drop yang dikonsumsi anak usia 0 bulan
– 3 bulan selama 4 hari. Pemilihan kemasan 15 ml juga dimaksudkan untuk
menyesuaikan kemasan yang ada (20ml).
Larutan Dapar
Larutan dapar umumnya digunakan larutan dapar fosfat,larutan dapar borat dan larutan
dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah. Jika disebutkan pH dalam paparan obat jadi
pengaruh pH dilakukan dengan penambahan asam,basa atau larutan dapar yang tersisa dalam data
berikut ini, hingga pH yang dikehendaki.(Farmakope Indonesia ed.,V.2014)
C = garam + asam
0,1589 = garam + 0,1497M
Garam = 9,2 x 10-3M
Untuk Na2HPO4 dalam 60ml
Na2HPO4 = massa/MR X 1000/volume
9,2 x 10-3 gram/141,958 x 1000/60
Gram = 0,0783 g
Untuk NaH2PO4 dalam 60ml
NaH2PO4 =gram/MR x 1000/vol.
0,1497 =gram/119,976 x 1000/60
Gram = 1,0776 g
Perhitungan dapar drops
a. Sediaan yang digunakan PH 6,0
Pka1 = 2,12 (H3PO4) = Na3HPO4
Pka2 = 7,21 (H2PO4) = Na2HPO4
PKa3 = 12,67 (HPO4) = NaH2PO4
c. Kapasitas dapar
Pka = 7,21 = ka = 6,17 x 10-18
PH = 6 = H3O+ = 10-16
d. Persamaan style
ß = 2,3 . C . [Ka x (H3O+)]
[Ka + (H3O+)]
0,02 = 2,3 . C . (6,17 x10-8) x 10-6
[(6,17 x10-8 + 10-6)]
0,02 = 2,3 . C . 6,17 x 10-14
1,13 x10-12
0,02 = 0,1258 C
C = 0,1589 M
C = garam + asam
0,1589 = 1,0617 (Na2HPO4 + NaH2PO4)
0,1589 = 1,0617 NaH2PO4
NaH2PO4 = 0,1497 M
Asam = garam/MR x 1000/vol.
0,1497 = gram/119,976 x 1000/15
Gram = 0,2694 g
BAB IV
FORMULA SIRUP DAN DROP
Formula sirup
Formula sirup parasetamol 1
Nama Bahan Fungsi Rentang Kadar % digunakan Jumlah / 60ml
Parasetamol Bahan aktif 2,4% 1,44 g
Propilenglikol Kosolven 10-25% 10% 6,228 g
Glycerin Kosolven <50% 10% 7,572 g
PEG 400 Kosolven 15-25% 15% 10,17 g
Sorbitol Pemanis 20-35% 20% 17,88 g
Sakarin Pemanis 0,02-0,5% 0,3% 0,1548 g
Nipagin Pengawet 0,015-0,2% 0,2% 0,1622 g
Na2HPO4 Dapar 0,13% 0,0783 g
NaH2PO4 Dapar 1,80% 1,0776 g
Essence Perasa q.s
Pewarna Pewarna q.s
Aquadest Pelarut 40,17% 40,17 g