Anda di halaman 1dari 10

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL

“VIAL & AMPUL”

Disusun Oleh :

Maharani Ayu Amar

70100116064

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Alauddin Makassar

Samata-Gowa

2021
PENDAHULUAN
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,
emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit
atau melalui selaput lendir (Farmakope Indonesia III.1979)
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang dikemas
dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan
secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh darah kapiler (Farmakope Indonesia IV.1995)
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah salah
satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas
atau volume 0,5 mL  –  100 mL. Ampul adalah wadah takaran tunggal oleh karena total
jumlah cairannya ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi (Voight, 1995) sedangkan
Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau ganda dimana digunakan untuk mewadahi
serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau pun lebih.
Untuk evaluasi dilakukan setelah sediaan disterikan sebelum wadah dipasang etiket dan
dikemas. Ada 3 evaluasi yang dilakukan yaitu Evaluasi Fisika , Evaluasi biologi dan Evaluasi
kimia (Farmakope Indonesia IV.1995)
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi ampul dan vial

a. Defenisi ampul
1) Ampul adalah wadah berbentuk silindir terbuat dari gelas, yang memiliki ujung
runcing (leher) dari bidang dasar datar ukuran normalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20,
kadang-kadang juga 25 atau 30 mL. Ampul adalah wadah takaran tunggal oleh
karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi
(Voight, 1995).
2) Wadah dosis tunggal (Ampul) adalah suatu wadah yang kedap udara yang
mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral
sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidakdapat ditutup rapat kembali dengan
jaminan tetap steril (Ansel, 1999).
3) Menurut Sterl Drugs Product, 2010 Halaman 20
Injeksi volume kecil adalah produk yang mengandung bahan tidak lebih dari 100 mL
dari wadah yang sama.
Ampul gelas tertutup adalah sistem pengemasan utama yang paling popular untuk
produk suntik volume kecil.
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki
ujungruncing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadang-
kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total
jumlahcairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali
injeksi.Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat
pekacahaya dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua
inisangat berkembang pesat sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia
Ampul merupakan wadah takaran tunggal sehingga penggunaannya untuk satu kaliinjeksi.
Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka
terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas berwarna coklat tua.
b. Defenisi vial
1) Menurut R.Voight, Halaman 464
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan
pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 mL.
2) Menurut Parrot, Halaman 287
Vial merupakan wadah dosis ganda, disegel dengan karet atau penutup plastik yang
memiliki sebuah area yang kecil dan tipis (sebagai diafragma) ditengahnya.
3) Menurut Ansel 1989
Wadah dosis berganda (Vial) adalah wadah kedap udara yang memungkinkan
pengambilan isinya secara berulang tanpa terjadi perubahan kekuatan kualitas atau
kemurnian pada bagian yang tertinggal.
4) Menurut Steril Drugs Product 2010, Halaman 20
Injeksi volume besar adalah produk dengan kandungan bahan lebih dari 100 mL.
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada
dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa takarantunggal
atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensidengan volume
sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengansejenis logam yang
dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairaninjeksi. (R. Voight hal
464).
 Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran ganda):
1. Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan adanya
kontak denganlingkungan luar yang ada mikroorganismenya
2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis
(0,6%– 0,2%) (FI IV hal. 13)
3. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya
4. Zat pengawet (FI IV hal 17) keculai dinyatakan lain, adalah zat pengawet yang
cocok yangdapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam wadah
ganda/injeksi yang dibuatsecara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai bakterisida
tidak perlu ditambahkan pengawet.
Komposisi sediaan Ampul dan Vial
Menurut Steril Drugs Product, 2010. Halaman 96 komposisi sediaan injeksi, meliputi :
a. Bahan aktif
b. Bahan tambahan
Bahan tambahan untuk sediaan injeksi meliputi :
1) Buffer
Bahan yang digunkan untuk mencegah perubahan pH larutan yang kecil. Buffer
terdiri dari senyawa ionic.
Penyangga paling umum digunakan dalam formulasi produk steril yaitu asetat, sitrat
dan fosfat.
2) Antioksidan
Bahan antioksidan yang banyak digunakan dalam produk steril adalah asam asetat,
garam asam sulfat (natrium bisulfit, natrium metabisulfit atau natrium tiosulfat) dan
tiol.
3) Agen pengkhelat
Digunakan untuk membantu menghambat pembentukan radikal bebas dan resultan
oksidasi bahan aktif yang disebebkan oleh ion logam seperti tembaga, besi, kalsium,
mangan dan senyawa-senyawa, contoh bahan pengkhelat yaitu natrium etilen-diamin
tetra asetat (Na. EDTA)
4) Gas inert
Biasanya digunakan untuk sediaan vial contoh gas inert yang biasa digunakan adalah
nitrogen dan argon.
5) Surfaktan
Bahan untuk membantu meminimalisir penyerapan protein dan potensi
penggumpalan, contoh bahan surfaktan polioksietilen dan sorbitan monoleat
6) Bahan pengisotonis
Contoh : dekstrosa dan Nacl
7) Bahan pelindung
Contoh : dekstrosa, laktosa, maltose dan albumin serum manusia
8) Bahan penyerbuk
Contoh : laktosa, mannitol, sorbitol, gliserin.
9) Bahan antimikroba
Contoh : Benzalkonium klorida, Benzil Alkohol, Klorbutanol, Metakreasol,
timerosol, Butil-p-hidroksibenzoat.
10) Bahan pembawa
a) Bahan pembawa air
Contoh : Aqua Pro Injeksi.
b) Bahan pembawa non air dan campuran
Meliputi : gliserin, etil alkohol, propilenglikol, polietilenglikol 300.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam studi preformulasi sediaan parenteral volume kecil
 Menurut Drugs Product Sterile, 2010 Halaman. 96
a. Bahan aktif
Data zat aktif yang diperlukan (Preformulasi)
1) Kelarutan
Terutama data kelarutan dalam air dan zat aktif yang sangat diperlukan, karena
bentuk larutan air paling dipilih dalam pembuatan sediaan steril.
2) pH Stabilitas
merupakan pH dimana zat aktif paling minimal, sehingga diharapkan kerja
farmakologinya optimal.
3) Stabilitas zat aktif
Data ini membantu menentukan jenis sediaan, jenis bahan pembawa, metode
sterilisasi atau cara pembuatan.
Yang mempengaruhi penguraian zat aktif ;
 Oksigen (oksidasi) pada kasus ini, setelah air didihkan maka perlu dialiri gas
nitrogen dan ditambahkan gas antioksidan.
 Air (Hidrolisis) jika zat aktif terurai oleh air dapat dipilih alternatif.
 Dibuat pH stabilitasnya dengan penambahan asam/basa atau buffer.
 Memilih jenis pelarut dengan polaritas lebih rendah dari pada air, seperti
campuran pelarut air-gliserin.
 Dibuat dalam bentuk kering dan steril yang dilarutkan saat disuntikkan.
 Suhu, jika zat aktiftidak tahan panas dipilih metode sterilisasi tidak tahan
pemanasan, seperti filtrasi.
 Cahaya, pengaruh cahaya matahari dihindari dengan penggunaan wadah
berwarna cokelat.
 Tak tersatukannya (homogenitasnya) zat aktif, bila ditinjau dari segi kimia,
fisika atau farmakologinya.
4) Dosis
Data ini menentukan tonisitas larutan dan cara pemberian yang akan digunakan
akan diberikan pada formulasi dalam hal volume maksimal.
b. Pelarut
Pemilihan pelarut disesuaikan dengan rute pemberian.
c. Pemilihan bahan tambahan yang sesuai.
Tipe-tipe wadah gelas injeksi :
Gelas yang digunakan untuk mengemas sediaan farmasi digolongkan menjadi :
1) Tipe gelas I (borosilicate glass/gelas borosilikat) dengan daya tahan tinggi.
Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti oleh boron dan
atau aluminium serta zink, mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik
sehingga tidak mempengaruhi preparat parenteral yang sangat peka, lebih baik dari
pada gelas natrium karbonat.
2) Tipe gelas II (Treated soda lime glass/gelas soda kapur yang diproses)
Adalah gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami pengerjaan permukaan pada
bagian yang berhubungan dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi yang
dikemas.
3) Tipe gelas III (Regular soda lime glass/gelas soda kapur biasa)
Adalah gelas soda kapur silikat yang mempunyai daya tahan kimiawi yang cukup
sehingga tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas.
4) Tipe Np (General purpose soda lime glass/gelas soda kapur)
Adalah gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk non parenteral yang
dimaksud untuk pemakaian penggunaan oral topical.
Menurut Anief, 2006. Syarat karet :
1) Harus elastis, dapat menutup baik pada larutan tak keluar dari samping jarum dan
apabila jarum ditarik akan menutup lagi.
2) Permukaan lapisan karet licin dan tidak berlubang agar dapat dicuci bersih.
3) Tutup karet harus dibuat sedemikian rupa, sehingga sehabis sterilisasi penutupan
wadah sempurna.
4) Bagian-bagian yang dapat larut pada pemanasan tutup karet 115 oC selama 30 menit
aquadest, maka cairan harus tidak mempunyai rasa, tidak berbau, dan tidak boleh ada
bahan reduksi dan logam-logam yang berasal dari proses fulkanisasi.
Evaluasi Sediaan Ampul dan Vial
Evaluasi dilakukan setelah sediaan disterikan sebelum wadah dipasang etiket dan
dikemas
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV :
a. Evaluasi Fisika
1) Penetapan pH (Halaman 1039-1040)
2) Bahan partikulat dalam injeksi (halaman 981-984)
3) Penetapan volume injeksi dalam wadah (Halaman 10-44)
4) Uji keseragaman bobot dan keseragaman volume (FI Edisi III. Halaman 19)
5) Uji kejernihan larutan (FI IV halaman 998)
6) Uji kebocoran (Drug Bath Test dan Double Vacume Pull)
Dalam produksi kecil hal ini dapat dilakukan dengan mata, untuk produksi skala
besar tidakmungkin dilakukan karena dalam wadah-wadah takaran. Wadah-wadah
takaran tunggal yang masih panas setelah disterilkan dimasukkan kedalamnya. Cara
ini tidak untuk larutan yang berwarna. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan
terbalik, jika ada kebocoran maka larutan akan keluar dari wadah.
7) Uji kejernihan dan warna
Umumnya setiap larutan suntik harus jernih dan bebas dari kotoran-kotoran. Uji ini
kriterianya cukup dilihat dengan mata biasa saja yaitu menyinari wadah dari samping
dengan latarbelakang hitam dan putih.
b. Evaluasi biologi
1) Uji efektifitas pengawet antimikroba (FI Edisi IV, halaman 854-855)
2) Uji sterilitas (FI IV halaman 855-863)
3) Uji endotoksin bakteri (FI IV halaman 905-907)
4) Uji pirogen (FI edisi IV, Hal 908-909)
5) Uji kandungan zat antimikroba (FI Edisi IV 939-942)
c. Evaluasi kimia
2) Uji identifikasi.
3) Uji penetapan kadar.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, 2006. Ilmu Meracik Obat. UGM Press. Yogyakarta

Ansel. C. Howard, Dkk. 2011. Ansel’s Pharmaceutical Design Form and Drug Delivery
System’s Ninth Edition. Wolters Klumer Lippincort Willianms and Wilkins
Health. Philadelphia

Dirjen Bina Kefarmasian dan Alkes. 2009. Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan
Pencegahan Obat Sitostatistika. Depkes. Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta

Lachman. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3. UI Press : Jakarta

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Penerbit Andis :Yogyakarta

Swarrick, James, dkk. 2010. Steril Drug Product Formulations Packaging


Manufacturing and Quality. Informa Health care. New York

Sweetman. C. Scan. 2009. Martindalle Thirty Sixth Edition. Pharmaceutical


Press.Philadelphia

Voight, R. 1994. Tekhnologi Sediaan Farmasi. UGM Press. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai