Anda di halaman 1dari 36

PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI & EVALUSI SEDIAAN

STERIL

SEDIAAN TETES MATA

Disusun oleh :

Fifi chairunnisya (16190000002)

Qorinha Afiffah (16190000006)

Widi miftahul jannah (16190000012)

Rina Nurfitriani (16190000015)

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Witdiastuti, S.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

Jalan Harapan No.50 Rt 2 Rw 7 Lenteng Agung Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan


Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 12610
Telp (021) 78894043
2021
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan,
terletak dalam lingkaran bertulang berfungsi untuk memberi perlindungan
maksimal dansebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Penyakit mata dapat
dibagi menjadi 4 yaitu, infeksi mata, iritasi mata, mata memar dan glaucoma.
Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi karena mata mengandung
enzim lisozim yang menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu
mengeleminasi organisme dari mata. Obat mata dikenal terdiri atas beberapa
bentuk sediaan dan mempunyaimekanisme kerja tertentu.
Salah satu penyakit pada mata yaitu myopia. Myopia adalah masalah
kesehatan global yang menyebabkan bukan hanya gangguan penglihatan tapi
juga risiko kebutaan dan gangguan prestasi anak. Di Indonesia, studi berbasis
populasi menunjukkan bahwa prevalensi myopia pada anak-anak mencapai
32,7%. Sementara itu, pada kelompok usia dewasa di atas 21 tahun,
prevalensi myopia di Sumatera mencapai 48,5%. Kondisi myopia yang tidak
terkoreksi dapat berdampak serius terhadap kualitas hidup. Individu yang
terdiagnosis dengan myopia tinggi memiliki kualitas hidup yang lebih rendah
dibandingkan individu yang terdiagnosis myopia ringan. Tindakan bedah
refraktif (misalnya LASIK), penggunaan kacamata, dan lensa kontak
merupakan pilihan terapi saat ini.
Metode yang sedang dipelajari untuk memperlambat perburukan
myopia adalah penggunaan atropine topikal. Progresivitas kelainan refraksi
akibat myopia diduga dapat diperlambat dengan penggunaan atropine, namun
pertumbuhan bola mata merupakan faktor yang berpotensi menyebabkan
kelainan refraksi muncul kembali saat tetes mata atropine dihentikan. Karena
berhubungan dengan mata maka akan berkaitan dengan sterilisasi. Sterilisasi
adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untukmembebaskan bahan
dari berbagai macam mikroorganisme, suatu bahan bisadikatakan steril
apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupuntidak, baik
dalam bentuk vegetatif maupun bentuk non vegetatif (spora). Sterilisasi
adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memperoleh mengenai preformulasi suatu zat aktif
dan membuat serta mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat
2. Mahasiswa mampu membuat formulasi dan mengetauhi proses
pembuatan sediaan tetes mata.
C. Manfaat
1. Mahasiswa lebih mampu memperoleh mengenai suatu zat aktif dan dan
lebih tau membuat serta mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat
2. Mahasiswa lebih mampu mengetauhi pembuatan formulasi dan
mengetauhi proses pembuatan sediaan tetes mata.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bentuk Farmakologi Zat Aktif


1. Sifat Farmakokinetika
Ketersediaan hayati larutan tetes mata atropine sulfat, USP 1% dinilai
pada enak subjek sehat, berusia 24 mhingga 29 tahun. Subyek menerima
baik 0,3 mg atropinm sulfat diberikan sebagai injeksi intravena bolus atau
0,3 mg diberikan sebagai 301 ditanamkan secara sepihak di jalan buntu
mata. Konsentrasi plasma i_hyoscyamine ditentukan selama interval yang
dipilih hingga delapan jam setelah pemberian dosis.
Bioavaibilitas rata-rata dari atropine yang dioleskan adalah 63,5 ± 29%
(kisaran 19 hingga 95%) dengan perbedaan antar individu yang besar.
Rata-rata konsentrasi plasma maksimum yang diamati untuk larutan maya
adalah 288 ± 73 pg/mL. konsentrasi maksimum dicapai dalam 28 ± 27
menit setelah pemberian. Waktu paruh terminal I-hyoscamine tidak
terpengaruh oleh rute pemberian dan dihitung menjadi 3 ± 1,2 jam
(intravena)_ dan 2,5 ± 0,8 jam (oplatmik topical)
Dalam studi terkontrol placebo lain, paparan sistemik I-hyoscyamine, dan
efek antikolinergik atropine diselidiki pada delapan pasien bedah mata
berusia 56 hingga 66 tahun, setelah dosis atropine 0,4 mg topical tunggal
(diberikan sebagai 40 mikroliter larutan oftalmik atropine sulfat, USP
1%). Rerata (± standar deviasi (SD)) Cmax I-hyoscyamine pada pasien ini
adalah 860 ± 402 pg/mL, dicapai dalam waktu 8 menit setelah pemberian
obat tetes mata.
Setelah pemberian intravena, rata-rata (± SD) waktu paruh eliminasi
(t/12) atropine dilaporkan lebih lama pada subjek pediatrik dibawah 2
tahun (6,9 ± 3,3 jam) dan pada pasien geriatric 65 hingga 75 tahun (10,0 ±
7,3 jam), dibandingkan pada anak diatas tahun, (2,5 ± 1,2 jam) dan pada
orang dewasa 16 hingga 58 tahun (3,0 ± 0,9 jam). (lihat pada 8.4
penggunaan pediatrik)
Atropin dihancurkan oleh hidrolisis enzimatik, terutama dihati; dari 13
hingga 50% dieksresikan tidak berubah dalam urin. Jejak ditemukan
dalam berbagai sekresi, termasuk susu. Metabolit utama atropine adalah
noratropin, atropine-n-oksida, tropin, dan asam tropic. Atropine dengan
mudah melintasi penghalang plasenta dan memasuki sirkulasi janin, tetapi
tidak ditemukan dalam cairan ketuban.
Atropine berikatan buruk (sekitar 44%) dengan protein plasma, terutama
dengan glikoprotein asam alfa-1; usia tidak berpengaruh pada pengikatan
protein serum atropine. Pengikatan atropine ke-1 asam glikoprotein
bergantung pada konsentrasi (2 hingga 20 mcg/mL) dan nonlinear in vitro
dan in vivo. Tidak ada efek gender pada farmakokinetik atropine yang
diberikan melalui injeksi.
2. Indikasi
Midriatik (melebarkan manik mata) & sikloplegik (melumpuhan
ris/selaput pelangi mata). indikasi yang lain yaitu mengeringkan sekret,
melawan bradikardi yang berlebihan; bersama dengan neostigmin untuk
mengembalikan penghambatan neuromuskuler kompetitif (PIO,2015).
3. Kontra indikasi
Glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran pencernaan dan
saluran kemih, atoni (tidak adanya ketegangan atau kekuatan otot) saluran
pencernaan, ileus paralitikum, asma, miastenia gravis, kolitis ulserativa,
hernia hiatal, penyakit hati dan ginjal yang serius. Hipersensitivitas
terhadap komponen apapun dari obat ini, solusi oftalmik atropine sulfat
tidak boleh digunakan pada siapa saja yang telah menunjukkan
hipersensitivitas sebelumnya atau reaksi alergi yang diketahui terhadap
bahan formulasi apapun karena dapat kambuh.
4. Efek samping
Peningkatan tekanan dalam bola mata, iritasi local, mata memerah,
sembab, konjungtivitis (untuk pemakaian lama), dermatitiskontak,
keracunan sistemik (pada lansia dan usia sangat muda).
B. Sifat Fisiko Kimia
1. Atropin Sulfat

Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk putih ; tidak


berbau; sangat pahit; sangat beracun (Farmakope
Indonesia Edisi III hlm.98)
Kelarutan Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam lebih
kurang 3 bagian etanol (90%)P ; sukar larut dalam
kloroform P; praktis tidak larut dalam eter P dan
dalam benzen(Farmakope Indonesia Edisi III hlm.98)
Sterilisasi Otoklaf/filtrasi(Farmakope Indonesia Edisi III
hlm.98)
Kegunaan Zat Aktif ((Farmakope Indonesia Edisi III hlm.98)

2. Natrium Klorida (NaCl)

Pemerian Serbuk kristal putih; tidak berwarna; rasa asin;


hablur berbentuk kubus.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.637)
Kelarutan Sedikit larut dalam etanol, larut dalam gliserin
1:10, larut dalam etanol (95%) 1:250, larut dalam
air 1:2,8 dan 1:2,6 pada suhu100˚C.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.639)
Stabilitas
a. Panas Stabil terhadap panas dimana Natrium Klorida dapat
disterilisasi dengan autoklaf (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.639)
b. Hidrolisis/oksidasi Oksidasi : Stabil di udara (Farmakope Indonesia
Edisi IV hlm.584)
c. Cahaya Stabil terhadap cahaya
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.639)
d. pH sediaan injeksi
4,5-7,0 (USP30-NF25)
Kegunaan Agen tonisitas (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.637)
Inkompatibilitas Natrium Klorida bersifat korosif. Dapat bereaksi
membentuk endapan dengan garam perak, timbal dan
merkuri. Agen oksidator kuat yang membebaskan
klorin. Kelarutan Metil paraben menurun dalam
larutan Natrium Klorida dan viskositas gel karbomer
dan larutan dari hodroksietil selulosa dan
hidroksipropil selulosa berkurang dengan
penambahan Natrium Klorida. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.639)

3. Benzalkonium Klorida

Pemerian Serbuk amorf warna putih atau putih kekuningan, gel


atau serpihan agar-agar, higroskopis, memiliki bau
aromatik yang ringan dan rasa sangat pahit.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.56)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam eter, sangat larut dalam
aseton, etanol (95%), metanol, propanol dan air.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.57)
Stabilitas
a. Panas Stabil pada rentang suhu yang dapat disterilkan
dengan autoklaf tanpa kehilangan efektivitas.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.57)
b. Hidrolisis/oksidasi Dipengaruhi oleh logam dan udara. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.57)
c. Cahaya Dapat dipengaruhi oleh cahaya, harus terlindung dari
cahaya. (Handbook of Pharmaceutical Excipients.
6th ed., 2009 hlm.57)
d. pH sediaan injeksi
5,0-8,0 untuk 10% larutan (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.57)
Kegunaan Pengawet/antimikroba (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.56)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan aluminium, surfaktan anionik,
sitrat, fluorescein, hidrogen peroksida, hypromellose,
iodida, kaolin, lanolin, nitrat, surfaktan nonionik
dalam konsentrasi tinggi, permanganat, protein,
salisilat, garam perak, sulfonamida, seng oksida, seng
sulfat, beberapa campuran karet, dan beberapa
campuran plastik. Benzalkonium klorida telah
terbukti teradsorpsi pada berbagai membran
penyaringan, terutama yang hidrofobik atau anionik.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.57)

4. Na2EDTA (Dinatrium EDTA)

Pemerian Kristal putih, tidak berbau, rasa sedikit asam.


(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.243)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit
larut dalam etanol 95%, larut dalam air 1:11.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.243)
Stabilitas Garam edetat lebih stabil daripada asam
etilenadiaminatetraasetat. Namun, disodium dihidrat
edetat kehilangan air ketika dipanaskan sampai
120˚C. Larutan disodium edetat dapat disterilisasi
dengan autoklaf, dan harus disimpan dalam wadah
alkali bebas. Dinatrium edetat bersifat higroskopis
dan tidak stabil bila terkena kelembaban. (Handbook
of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.243)
Kegunaan Chelating agent (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.242)
Inkompatibilitas Dinatrium edetat sebagai asam lemah,
menghilangkan karbon dioksida dari karbonat dan
bereaksi dengan logam untuk membentuk hidrogen.
Kompatibel dengan oksidator kuat, basa kuat, ion
logam dan paduan logam (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.243)

5. Na-metabisulfit

Pemerian Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan,


berbau belerang dioksida. (Farmakope Indonesia
Edisi IV hlm.596)
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut
dalam etanol. (Farmakope Indonesia Edisi IV
hal.596)
Stabilitas Pada paparan udara dan kelembaban, natrium
metabisulfit secara perlahan teroksidasi menjadi
natrium sulfat dengan disintegrasi kristal.
Penambahan asam kuat padat membebaskan sulfur
dioksida. Dalam air, natrium metabisulfit segera
dikonversi ke sodium (Na+) dan bisulfit (HSO3-)
Ion. Larutan natrium metabisulfit juga terurai di
udara, terutama pada pemanasan. Larutan yang akan
disterilkan dengan autoklaf harus diisi ke dalam
wadah di mana udara telah digantikan dengan gas
inert, seperti nitrogen. Penambahan dextrose
berpengaruh dalam penurunan stabilitas metabisulfit.
Natrium metabisulfit harus terlindung dari cahaya.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.654)
Kegunaan Antioksidan (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.654)
Inkompatibilitas Natrium metabisulfit bereaksi dengan
simpatomimetik dan obat lain turunan alkohol ortho-
atau para- hydroxybenzyl untuk membentuk turunan
asam sulfonat memiliki sedikit atau tidak ada
aktivitas farmakologis. Obat-obatan yang paling
penting tunduk pada inaktivasi ini adalah epinefrin
(adrenalin) dan turunannya. Selain itu, natrium
metabisulfit tidak kompatibel dengan kloramfenikol.
Natrium metabisulfit dapat bereaksi dengan karet
botol multidose (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.654- 655)

6. Polivinil Alkohol

Pemerian Serbuk granul, warna putih atau krem, tidak berbau.


(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.564)
Kelarutan Larut dalam air, sangat sedikit larut dalam etanol
95%, tidak larut dalam pelarut organik. (Handbook
of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.564)
Stabilitas Polivinil alkohol stabil jika disimpan dalam wadah
kedap udara, ditempat sejuk dan kering. Polivinil
alkohol terdegradasi secara lambat pada suhu 100˚C
dan terdegradasi secara cepat pada suhu 200˚C.
Polivinil alkohol akan stabil jika terpapar cahaya.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.565)
Kegunaan Peningkat viskositas (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.565)
Inkompatibilitas Polivinil alkohol mengalami reaksi khas dengan
gugus hidroksi sekunder, seperti esterifikasi. Terurai
dengan asam kuat, larut dalam asam lemah dan basa.
Inkompatibel pada konsentrasi tinggi dengan garam
anorganik, terutama sulfat dan fosfat, Gelling
polivinil alkohol dapat terjadi jika adanya borak.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.565)

7. CH3COOH

Pemerian Cairan jernih; tidak berwarna; berbau khas; menusuk;


rasa asam yang tajam. (Farmakope Indonesia Edisi
IV hlm.46)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, etanol, dan gliserol.
(Farmakope Indonesia Edisi IV hlm.46)
Stabilitas Asam asetat harus disimpan dalam wadah kedap
udara, ditempat sejuk dan kering. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.5)
Kegunaan Acidifying agent. (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.5)
Inkompatibilitas Asam asetat beraksi dengan zat alkaline. (Handbook
of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.5)

8. CH3COONa
Pemerian Kristal transparan atau kristal bergranul dengan
sedikit bau asam asetat. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.621)
Kelarutan Larut dalam 1:0,8 air, 1:20 dalam etanol 95%
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.621)
Stabilitas Stabilitas Natrium asetat disimpan dalam wadah
kedap udara. (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.621)
Kegunaan Buffering agent (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.621)
Inkompatibilitas Natrium asetat bereaksi dengan komponen asam dan
basa dan bereaksi dengan fluorin, potasium nitrat,
dan diketene. (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.621)

9. Asam Klorida (HCl)

Pemerian Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang.


(Farmakope Indonesia Edisi IV hlm.49)
Kelarutan Bercampur dengan air, larut dalam dietileter, etanol
(95%) dan metanol. (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.308)
Stabilitas Asam klorida harus disimpan dalam wadah tertutup
baik dari gelas atau wadah inert lainnya pada suhu
30˚C. Penyimpanan yang berdekatan dengan alkalis
logam dan sianida. (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.308)
Kegunaan Acidifying agent (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.308)
Inkompatibilitas Asam klorida bereaksi hebat dengan alkali. Bereaksi
dengan logam dan membebaskan hidrogen.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.308)

10. Natrium Hidroksida (NaOH)

Pemerian Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk


pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain, keras,
rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. (Farmakope
Indonesia Edisi IV Hlm.589)
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol. (Farmakope
Indonesia Edisi IV Hlm.589)
Stabilitas Natrium Hidroksida disimpan dalam wadah kedap
udara non metalik, ditempat sejuk dan kering. Ketika
terpapar udara, Natrium Hidroksida menyerap uap
dan cairan dengan cepat, tetapi menjadi padat
kembali karena absorpsi Karbondioksida dan
pembentukan Sodium Karbonat. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.649)
Kegunaan Alkalizing agent (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.648)
Inkompatibilitas Natrium Hidroksida merupakan basa kuat dan tidak
kompatibel dengan senyawa yang mudah mengalami
hidrolisis atau oksidasi. Akan bereaksi dengan asam,
ester dan eter terutama larutan yang mengandung air.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.649)

11. Aqua Steril Pro Injeksi

Pemerian Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau.


(Farmakope Indonesia Edisi IV hlm.112)
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.766)
Stabilitas Stabil di semua keadaan fisik (padat, cair maupun
gas). (Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th
ed., 2009 hlm.766)
Kegunaan Pelarut. (Handbook of Pharmaceutical Excipients.
6th ed., 2009 hlm.766)
Inkompatibilitas Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien
yang rentan akan hidrolisis (terjadi penguraian jika
dalam keadaan yang terdapat air dan kelembapan)
pada peningkatan temperatur. Air bereaksi secara
kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan
logam alkali tanah dan oksidanya seperti Kalsium
oksida dan Magnesium oksida. Air juga bereaksi
dengan garam anidrat menjadi bentuk hidrat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.768)

C. Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian

Bentuk Sediaan Dosis Cara Pemberian


Tetes Mata 3-5 kali sehari 1 a. Pengkajian
sampai 2 tetes 1. Kaji gangguan pada mata
Medriatik: 1-3 2. Kaji kondisi mata
kali sehari 1 tetes b. Prosedur pelaksanaan
Siklopegik: Anak 1. Cek advis dokter untuk
> 5 tahun 3 kali memastikan nama, dosis,
sehari 1 tetes waktu pemberian dan rute obat
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan streril
4. Bersihkan mata dengan kapas
basah steril dari dalam ke luar
5. Minta pasien untuk melihat ke
langit-langit
6. Teteskan obat tetes mata
dengan jarang kurang lebih 1-
2 cm diatas sakus konjungtiva
7. Biarkan pasien memejamkan
mata
8. Bial terdapat kelebihan obat
pada keloapk mata dengan
pelahan usap dari bagian
dalam dengan gerakan sirkuler
menggunakan bola kapas
9. Bila pasien memiliki penutup
mata, pasang penutup mata
yang bersih di atas mata yang
sakit, sehingga seluruh mata
terlindungi
10. Bersihkan peralatan, kupas
sarung tangan dan cuci tangan

D. Formulasi

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan


1. Atropin sulfat 2,4 % b/v Zat aktif
2. NaCl 0,4604% b/v Pengisotonis
3. Benzalkonium klorida 0,01% b/v Pengawet
4. Dinatrium EDTA 0,02% b/v Pengkelat
5. Na-metabisulfit 0,05% b/v Antioksidan
6. Polivinil alcohol 0,25% b/v Peningkat viskositas
7. CH3COOH 0,04% b/v Dapar
8. CH3COONa 0,1% b/v Dapar
9. Larutan HCl 0,1 N qs v/v Adjust pH
10. Larutan NaOH 0,1 N qs v/v Adjust pH
11. Aqua pro injeksi Ad 100 % v/v Pembawa

1. Permasalahan dan Penyelesaian

No. Permasalahan Penyelesaian


1. Pemberian obat tetes mata steril Rute pemberiannya secara
langsung diteteskan di balik guttae.
kelopak mata.
2. Sediaan tetes mata harus dapat Sediaan tetes mata perlu
bercampur dengan konsentrasi ditambahkan NaCl sebagai
dalam tubuh. pengisotonis.
3. Sediaan ini dibuat multiple dose. Perlu ditambahkan
Benzalkonium klorida
sebagai pengawet.
4. Sediaan ini menggunakan Pengawet dikombinasi
Benzalkonium klorida sebagai dengan dinatrium EDTA
yang dapat digunakan
pengawet dan dapat teroksidasi sebagai pengkelat untuk
oleh logam. meningkatkan
aktivitas pengawet.
5. Atropin sangat sedikit larut dalam Digunakan Atropin sulfat
air. yang sangat
mudah larut dalam air
6. Atropin sulfat sangat mudah larut Sehingga digunakan aqua
dalam air. pro injeksi
sebagai pelarut.
7. Sediaan obat tetes mata ditambahkan polivinil
diharapkan bisa memperpanjang alkohol sebagai peningkat
waktu kontak antara sediaan viskositas agar jumlah
dengan kornea mata. bahan aktif yang
berpenetrasi semakin tinggi.
8. pH sediaan opthalmik Atropin Ditambahkan dapar asetat
sulfat 3,5- 6,0 dan perlu yang
digunakan sebagai dapar
dipertahankan.
untuk menjamin stabilitas
sediaan.
9. Untuk mencegah kehilangan obat sediaan dilebihkan 10%
selama proses produksi. dari volume
total sediaan.
10. Sediaan dibuat untuk mencapai Rute pemberiannya secara
pH target sediaan yaitu 5 guttae.
11. Dilihat dari stabilitas panas, Sediaan tetes mata perlu
sediaan obat tetes mata yang ditambahkan NaCl sebagai
mengandung Atropin sulfat pengisotonis.
sebagai zat aktif akan meleleh
pada suhu 190˚C dengan
dekomposisi setelah pengeringan
suhu 135˚C.
12. Pemberian obat tetes mata steril Ditambahkan NaOH 0,1 N
langsung diteteskan di balik dan HCl 0,1 N sebagai
adjust pH (bila perlu).
kelopak mata.
13. Sediaan tetes mata harus dapat Sediaan ini disterilisasi
bercampur dengan konsentrasi dengan autoklaf pada suhu
dalam tubuh. 121˚C selama 15 menit.

2. Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas dan Dapar

Jenis dapar/kombinasi Dapar asetat (CH3COOH dan


CH3COONa )
Target pH 5,4
Kapasitas dapar 0,01
Perhitungan Tonisitas
a. Atropin Sulfat 2,4%
Tonisitas = m x E
= 2,4% x 0,12
= 0,00288
b. Benzalkonium klorida 0,01%
Tonisitas = m x E
= 0,01 x 0,24
= 0,0048%
c. Dinatrium EDTA 0,02 %
Tonisitas = m x E
= 0,02 % x 0,24
= 0,0048%
d. Natrium metabisulfit 0,05 %
Tonisitas = m x E
= 0,01 % x 0,18
= 0,0018%
e. CH3COOH 0,04%
E = 17 x liso : BM
=17 x 3,4 : 60,05
= 0,963
Tonisitas = m x E
= 0,04% x 0,96
= 0,038%
f. CH3COOHNa 0,1%
Tonisitas = m x E
= 0,1 % x 0,47
= 0,047%
g. Polivinil alkohol 0,25%
Tonisitas = m x E
= 0,25 % x 0,02
= 0,005%
h. Tonisitas seluruh = 0,00288 + 0,0018 + 0,0048 + 0,035 + 0,038 +
0,047+0,005
= 0,13448 %
i. NaCl = 0,9% - 0,13448 %
= 0,76552%
3. Perhitungan Bahan
a. Atropin sulfat = 2,4% x 10 ml = 0,24 + (10% x 2,4)
= 0,24 + 0,024
= 0,264 x 20 botol
= 5,28
b. NaCl = 0,4604% x 10 ml = 0,004604 x 20 botol
= 0,09208
c. Benzalkonium klorida = 0,01% x 10 ml = 0,001 x 20 botol
= 0,02
d. Dinatrium EDTA =0,02% x 10 ml = 0,002 x 20 botol
= 0,04
e. Na-metabisulfit = 0,05% x 10 ml = 0,005 x 20 botol
= 0,1
f. Polivinil alcohol = 0,25% x 10 ml = 0,025 x 20 botol
= 0,5
g. CH3COOH = 0,04% x 10 ml = 0,004 x 20 botol
= 0,08
h. CH3COONa = 0,1% x 10 ml = 0,01 x 20 botol
= 0,2
i. Larutan HCl 0,1 N = qs
j. Larutan NaOH 0,1 N = qs
k. Aqua pro injeksi = Ad 100% x 10 ml = 10 ml – (0,264 +
0,004604 + 0,001 + 0,002 + 0,005 + 0,025 +
0,004 + 0,01)
= 10 ml - 0,315604
= 9,684396 x 20 botol
= 193, 68792 ml
4. Penimbangan
a. Atropin sulfat = 5,28
b. NaCl = 0,09208
c. Benzalkonium klorida = 0,02
d. Dinatrium EDTA = 0,04
e. Na-metabisulfit = 0,1
f. Polivinil alcohol = 0,5
g. CH3COOH = 0,08
h. CH3COONa = 0,2
i. Larutan HCl 0,1 N = qs
j. Larutan NaOH 0,1 N = qs
k. Aqua pro injeksi = 193, 68792
E. Cara kerja
1. Alat dan bahan

No Alat Bahan
.
1. Gelas kimia 100 ml Atropin sulfat
2. Gelas kimia 50 ml NaCl
3. Gelas ukur 100 ml Benzalkonium klorida
4. Gelas ukur 10 ml Dinatrium EDTA
5. Kaca arloji Na-metabisulfit
6. Batang pengaduk Polivinil alkohol
7. Erlenmeyer 100 ml CH3COOH
8. Corong CH3COONa
9. Kertas saring Larutan HCl 0,1 N
10. Pipet tetes Larutan NaOH 0,1 N
11. Karet pipet Aqua pro injeksi
12. Termometer
13. Spatel
14. Kertas perkamen
15. Botol 100 ml
16. Tutup karet
17. Aluminium foil
18. Membran filter 0,22µm
19. Membran filter 0,45µm
20. Buret
21. Statif dan klem

2. Tabel sterilisasi
a. Alat

No. Nama alat Ukura Jumlah Cara Suhu Waktu Waktu


n sterilisasi awal akhir
1. Gelas kimia 100 ml 2 Sterilisasi 170˚
panas kering C
dengan Oven
2. Gelas kimia 50 ml 7 Sterilisasi 170˚
panas kering C
dengan Oven
3. Gelas ukur 100 ml 1 Sterilisasi 121˚
panas basah C
dengan
autoklaf
4. Gelas ukur 10 ml 1 Sterilisasi 121˚
panas basah C
dengan
autoklaf
5. Kaca arloji - 2 Sterilisasi 170˚
panas kering C
dengan Oven
6. Batang - 9 Sterilisasi 170˚
pengaduk panas kering C
dengan Oven
7. Erlenmeyer 100 ml 2 Sterilisasi 121˚
panas basah C
dengan
autoklaf
8. Corong - 2 Sterilisasi 170˚
panas kering C
dengan Oven
9. Kertas - 4 Sterilisasi 170˚
saring panas kering C
dengan Oven
10. Pipet tetes - 6 Sterilisasi 170˚
panas kering C
dengan Oven
11. Karet pipet - 6 Direndam -
dengan
alkohol 70%
12. Termometer - 1 Sterilisasi -
radiasi
13. Spatel - 6 Sterilisasi 170˚
panas kering C
dengan Oven
14. Kertas - 7 Sterilisasi 170˚
perkamen panas kering C
dengan Oven
15. Botol 100 ml 1 Sterilisasi 170˚
panas kering C
dengan Oven
16. Tutup karet - 1 Direndam -
dengan
alkohol 70%
17. Aluminium - 3 Sterilisasi 170˚
foil panas kering C
dengan Oven
18. Membran - Sterilisasi 170˚
filter panas kering C
0,22µm dengan Oven
19. Membran - Sterilisasi 170˚
filter panas kering C
0,45µm dengan Oven
20. Buret - 1 Sterilisasi 121˚
panas basah C
dengan
autoklaf
21. Statif dan - 1 -
klem

b. Wadah

No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi Waktu Waktu


. awal akhir
1. Wadah OTM 1 Direndam
dengan Alkohol
70% selama 24
jam
2. Tutup wadah 1 Direndam
OTM dengan Alkohol
70% selama 24
jam

c. Bahan

No. Nama bahan Jumlah Cara sterilisasi Suhu Waktu Waktu


awal akhir
1. Atropin sulfat 5,28 Sterilisasi panas 170˚C
kering dengan
Oven
2. NaCl 0,09208 Sterilisasi panas 170˚C
kering dengan
Oven
3. Benzalkonium 0,02 Sterilisasi panas 121˚C
klorida basah dengan
Autoklaf
4. Dinatrium 0,04 Sterilisasi panas 170˚C
EDTA kering dengan
Oven
5. Na- 0,1 Sterilisasi panas 170˚C
metabisulfit kering dengan
Oven
6. Polivinil 0,5 Sterilisasi panas 170˚C
alkohol kering dengan
Oven
7. CH3COOH 0,08 Sterilisasi panas 121˚C
basah dengan
Autoklaf
8. CH3COONa 0,2 Sterilisasi panas 170˚C
kering dengan
Oven
9. Larutan HCl qs Sterilisasi panas 121˚C
0,1 N basah dengan
Autoklaf
10. Larutan qs Sterilisasi panas 121˚C
NaOH 0,1 N basah dengan
Autoklaf
11. Aqua pro 193, Sterilisasi panas 121˚C
injeksi 68792
basah dengan
Autoklaf

3. Prosedur pembuatan

Ruang Prosedur
Grey area 1. Semua alat dan wadah disterilisasi
(Ruang sterilisasi) dengan cara masing- masing.
a. Gelas kimia, pipet tetes, batang
pengaduk, spatel, kaca arloji,
corong, membran filter 0,22 µm
dan 0,45 µm, kertas saring,
aluminium foil, dan kertas
perkamen disterilisasi dengan
oven pada suhu 170˚C selama 1
jam.
b. Gelas ukur, erlenmeyer, buret,
dan botol 100 ml disterilisasi
dengan autoklaf pada suhu 121˚C
selama 15 menit.
c. Karet pipet tetes, tutup karet,
wadah OTM dan tutup wadah
OTM direndam dengan alkohol
70% selama 24 jam.
Catatan: gelas kimia dikalibrasi terlebih
dahulu sebelum disterilisasi
2. Pembuatan air steril pro injeksi
200 ml Aquadest yang disterilkan
dengan Autoklaf pada s uhu 121˚C
selama 15 menit.
3. Setelah disterilisasi, semua alat dan
wadah dimasukkan ke dalam white
area melalui transfer box.
Grey area 1. Lakukan penimbangan untuk masing-
(Ruang masing bahan.
penimbangan) a. Atropin sulfat ditimbang
sebanyak 5,28 g menggunakan
kaca arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
b. Benzalkonium klorida ditimbang
sebanyak 0,02 g menggunakan
kaca arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
c. Dinatrium EDTA ditimbang
sebanyak 0,004 g menggunakan
kaca arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
d. Na-metabisulfit ditimbang
sebanyak 0,1 g menggunakan
kaca arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
e. Polivinil alkohol ditimbang
sebanyak 0,5 g menggunakan
kaca arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
f. CH3COOH ditimbang sebanyak
0,008 g menggunakan kaca arloji
steril, ditutup dengan aluminium
foil dan diberi label.
g. CH3COONa ditimbang sebanyak
0,2 g menggunakan kaca arloji
steril, ditutup dengan aluminium
foil dan diberi label.
h. NaCl ditimbang sebanyak
0,09208 g menggunakan kaca
arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
2. Kaca arloji dan cawan penguap yang
berisi bahan yang
telah ditimbang dan telah ditutup dengan
aluminium foil dimasukkan ke white area
melalui transfer box.
White area 1. Siapkan aqua pro injeksi
(Ruang pencampuran Kembangkan polivinil alkohol sebanyak
di grade C) 0,5 g dalam aqua pro injeksi sebanyak 5
ml, lalu panaskan hingga suhu 90˚C,
aduk dengan batang pengaduk, tunggu
sampai dingin. Kemudian campurkan
dengan bahan-bahan lain yang telah
dilarutkan.
3. Atropin sulfat sebanyak 5,28 g
dilarutkan dalam 3 ml aqua pro injeksi,
masukkan ke dalam gelas kimia 50 ml.
Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml
aqua pro injeksi, kemudian atropin
sulfat yang dilarutkan diaduk dengan
batang pengaduk.
4. NaCl sebanyak 0,09208 g dilarutkan
dalam 1 ml aqua pro injeksi dalam
gelas kimia 50 ml, aduk dengan batang
pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali
dengan 1 ml aqua pro injeksi.
5. Benzalkonium klorida sebanyak 0,02 g
dilarutkan dalam 2 ml aqua pro injeksi
dalam gelas kimia 50 ml, aduk dengan
batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2
kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
6. Dinatrium EDTA sebanyak 0,04 g
dilarutkan dalam 2 ml aqua pro injeksi
dalam gelas kimia 50 ml, aduk dengan
batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2
kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
7. Na-metabisulfit sebanyak 0,1 g
dilarutkan dalam 1 ml aqua pro injeksi
dalam gelas kimia 50 ml, aduk dengan
batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2
kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
8. CH3COOH 0,08 g dilarutkan dalam 1
ml aqua pro injeksi dalam gelas kimia
50 ml, aduk dengan batang pengaduk.
Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml
aqua pro injeksi.
9. CH3COONa sebanyak 0,2 g dilarutkan
dalam 1 ml aqua pro injeksi dalam
gelas kimia 50 ml, aduk dengan batang
pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali
dengan 1 ml aqua pro injeksi.
10. Setelah zat aktif dan semua zat
tambahan terlarut, campurkan bahan-
bahan yang telah dilarutkan tersebut ke
dalam gelas kimia 100 ml.
11. Tambahkan larutan CH3COOH dan
CH3COONa untuk mempertahankan
pH target sediaan.
12. Larutan digenapkan 80% dengan aqua
pro injeksi yaitu 40 ml, aduk dengan
batang pengaduk.
13. Lakukan pengecekan pH dengan
menggunakan pH indikator universal,
bila nilai pH belum mencapai pH
target sediaan, lakukan adjust pH
(bila perlu) dengan
menambahkan larutan NaOH 0,1 N
dan larutan HCl 0,1 N.
14. Larutan digenapkan dengan aqua pro
injeksi hingga 100% yaitu 50 ml.
15. Larutan disaring dengan membran
filter 0,45 µm, yang dilanjutkan
dengan membran filter 0,22 µm
(duplo) dan ditampung dalam
erlenmeyer steril.
16. Larutan dimasukkan ke dalam botol.
Pasangkan tutup karet dan ikat dengan
simpul champagne kemudian ditransfer
ke ruang sterilisasi melalui transfer box.
Grey area 1. Larutan disterilisasi menggunakan
(Ruang sterilisasi) autoklaf
dengan suhu 121˚C selama 15 menit.
2. Larutan yang telah disterilisasi
ditransfer ke ruang pengisian di
bawah LAF melalui transfer box.
White area 1. Siapkan buret steril dan lakukan
(Ruang pengisian pembilasan dengan menggunakan
grade A background sediaan sampai semua bagian dalam
B) buret terbasahi.
2. Larutan dituang ke dalam buret steril.
Ujung bagian atas buret ditutup dengan
aluminium foil.
3. Sebelum diisikan ke dalam botol tetes
mata, jarum buret steril dibersihkan
dengan kapas yang telah dibasahi
alkohol 70%.
4. Isi setiap botol tetes mata dengan
larutan sebanyak 10,7 ml.
5. Pasangkan tutup botol tetes mata.
6. Botol yang telah ditutp dibawa ke ruang
evaluasi melalui transfer box.
Grey area 1. Dilakukan evaluasi sediaan yang
(Ruang evaluasi) meliputi :
a) Evaluasi IPC
1) Pemeriksaan pH
2) Uji kejernihan dan warna
3) Kejernihan larutan
4) Viskositas larutan
b) Evaluasi sediaan akhir
1) Evaluasi fisik
(a) Organoleptik
(b) Uji kejernihan
(c) Penetapan pH
(d) Penentuan bobot jenis
(e) Uji volume
terpindahkan
(g) Penentuan viskositas
dan aliran Uji
kebocoran wadah
(h) Pemeriksaan bahan
partikulat
2) Evaluasi kimia
(a) Identifikasi dan
(b) penetapan kadar
3) Evaluasi biologi
(a) Uji sterilitas
(b) Uji efektivitas
pengawet antimikroba
(c) Kandungan zat
antimikroba
2. Sediaan diberi etiket dan brosur
kemudian dikemas dalam wadah
sekunder.
F. Pengemasan
1. Wadah
2. Etiket
3. Brosur
4. Dus
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta. 98.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta. 46,49

Anonim, 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C.,


Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Assosiation, 5,46,56,57, 243, 308,
565,596,621,637,639,648,649,654, 766,768

Anda mungkin juga menyukai