STERIL
Disusun oleh :
Witdiastuti, S.Farm
DAFTAR ISI
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan,
terletak dalam lingkaran bertulang berfungsi untuk memberi perlindungan
maksimal dansebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Penyakit mata dapat
dibagi menjadi 4 yaitu, infeksi mata, iritasi mata, mata memar dan glaucoma.
Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi karena mata mengandung
enzim lisozim yang menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu
mengeleminasi organisme dari mata. Obat mata dikenal terdiri atas beberapa
bentuk sediaan dan mempunyaimekanisme kerja tertentu.
Salah satu penyakit pada mata yaitu myopia. Myopia adalah masalah
kesehatan global yang menyebabkan bukan hanya gangguan penglihatan tapi
juga risiko kebutaan dan gangguan prestasi anak. Di Indonesia, studi berbasis
populasi menunjukkan bahwa prevalensi myopia pada anak-anak mencapai
32,7%. Sementara itu, pada kelompok usia dewasa di atas 21 tahun,
prevalensi myopia di Sumatera mencapai 48,5%. Kondisi myopia yang tidak
terkoreksi dapat berdampak serius terhadap kualitas hidup. Individu yang
terdiagnosis dengan myopia tinggi memiliki kualitas hidup yang lebih rendah
dibandingkan individu yang terdiagnosis myopia ringan. Tindakan bedah
refraktif (misalnya LASIK), penggunaan kacamata, dan lensa kontak
merupakan pilihan terapi saat ini.
Metode yang sedang dipelajari untuk memperlambat perburukan
myopia adalah penggunaan atropine topikal. Progresivitas kelainan refraksi
akibat myopia diduga dapat diperlambat dengan penggunaan atropine, namun
pertumbuhan bola mata merupakan faktor yang berpotensi menyebabkan
kelainan refraksi muncul kembali saat tetes mata atropine dihentikan. Karena
berhubungan dengan mata maka akan berkaitan dengan sterilisasi. Sterilisasi
adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untukmembebaskan bahan
dari berbagai macam mikroorganisme, suatu bahan bisadikatakan steril
apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupuntidak, baik
dalam bentuk vegetatif maupun bentuk non vegetatif (spora). Sterilisasi
adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memperoleh mengenai preformulasi suatu zat aktif
dan membuat serta mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat
2. Mahasiswa mampu membuat formulasi dan mengetauhi proses
pembuatan sediaan tetes mata.
C. Manfaat
1. Mahasiswa lebih mampu memperoleh mengenai suatu zat aktif dan dan
lebih tau membuat serta mengevaluasi hasil dari sediaan yang dibuat
2. Mahasiswa lebih mampu mengetauhi pembuatan formulasi dan
mengetauhi proses pembuatan sediaan tetes mata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Benzalkonium Klorida
5. Na-metabisulfit
6. Polivinil Alkohol
7. CH3COOH
8. CH3COONa
Pemerian Kristal transparan atau kristal bergranul dengan
sedikit bau asam asetat. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., 2009 hlm.621)
Kelarutan Larut dalam 1:0,8 air, 1:20 dalam etanol 95%
(Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 hlm.621)
Stabilitas Stabilitas Natrium asetat disimpan dalam wadah
kedap udara. (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.621)
Kegunaan Buffering agent (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.621)
Inkompatibilitas Natrium asetat bereaksi dengan komponen asam dan
basa dan bereaksi dengan fluorin, potasium nitrat,
dan diketene. (Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th ed., 2009 hlm.621)
D. Formulasi
No Alat Bahan
.
1. Gelas kimia 100 ml Atropin sulfat
2. Gelas kimia 50 ml NaCl
3. Gelas ukur 100 ml Benzalkonium klorida
4. Gelas ukur 10 ml Dinatrium EDTA
5. Kaca arloji Na-metabisulfit
6. Batang pengaduk Polivinil alkohol
7. Erlenmeyer 100 ml CH3COOH
8. Corong CH3COONa
9. Kertas saring Larutan HCl 0,1 N
10. Pipet tetes Larutan NaOH 0,1 N
11. Karet pipet Aqua pro injeksi
12. Termometer
13. Spatel
14. Kertas perkamen
15. Botol 100 ml
16. Tutup karet
17. Aluminium foil
18. Membran filter 0,22µm
19. Membran filter 0,45µm
20. Buret
21. Statif dan klem
2. Tabel sterilisasi
a. Alat
b. Wadah
c. Bahan
3. Prosedur pembuatan
Ruang Prosedur
Grey area 1. Semua alat dan wadah disterilisasi
(Ruang sterilisasi) dengan cara masing- masing.
a. Gelas kimia, pipet tetes, batang
pengaduk, spatel, kaca arloji,
corong, membran filter 0,22 µm
dan 0,45 µm, kertas saring,
aluminium foil, dan kertas
perkamen disterilisasi dengan
oven pada suhu 170˚C selama 1
jam.
b. Gelas ukur, erlenmeyer, buret,
dan botol 100 ml disterilisasi
dengan autoklaf pada suhu 121˚C
selama 15 menit.
c. Karet pipet tetes, tutup karet,
wadah OTM dan tutup wadah
OTM direndam dengan alkohol
70% selama 24 jam.
Catatan: gelas kimia dikalibrasi terlebih
dahulu sebelum disterilisasi
2. Pembuatan air steril pro injeksi
200 ml Aquadest yang disterilkan
dengan Autoklaf pada s uhu 121˚C
selama 15 menit.
3. Setelah disterilisasi, semua alat dan
wadah dimasukkan ke dalam white
area melalui transfer box.
Grey area 1. Lakukan penimbangan untuk masing-
(Ruang masing bahan.
penimbangan) a. Atropin sulfat ditimbang
sebanyak 5,28 g menggunakan
kaca arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
b. Benzalkonium klorida ditimbang
sebanyak 0,02 g menggunakan
kaca arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
c. Dinatrium EDTA ditimbang
sebanyak 0,004 g menggunakan
kaca arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
d. Na-metabisulfit ditimbang
sebanyak 0,1 g menggunakan
kaca arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
e. Polivinil alkohol ditimbang
sebanyak 0,5 g menggunakan
kaca arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
f. CH3COOH ditimbang sebanyak
0,008 g menggunakan kaca arloji
steril, ditutup dengan aluminium
foil dan diberi label.
g. CH3COONa ditimbang sebanyak
0,2 g menggunakan kaca arloji
steril, ditutup dengan aluminium
foil dan diberi label.
h. NaCl ditimbang sebanyak
0,09208 g menggunakan kaca
arloji steril, ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label.
2. Kaca arloji dan cawan penguap yang
berisi bahan yang
telah ditimbang dan telah ditutup dengan
aluminium foil dimasukkan ke white area
melalui transfer box.
White area 1. Siapkan aqua pro injeksi
(Ruang pencampuran Kembangkan polivinil alkohol sebanyak
di grade C) 0,5 g dalam aqua pro injeksi sebanyak 5
ml, lalu panaskan hingga suhu 90˚C,
aduk dengan batang pengaduk, tunggu
sampai dingin. Kemudian campurkan
dengan bahan-bahan lain yang telah
dilarutkan.
3. Atropin sulfat sebanyak 5,28 g
dilarutkan dalam 3 ml aqua pro injeksi,
masukkan ke dalam gelas kimia 50 ml.
Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml
aqua pro injeksi, kemudian atropin
sulfat yang dilarutkan diaduk dengan
batang pengaduk.
4. NaCl sebanyak 0,09208 g dilarutkan
dalam 1 ml aqua pro injeksi dalam
gelas kimia 50 ml, aduk dengan batang
pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali
dengan 1 ml aqua pro injeksi.
5. Benzalkonium klorida sebanyak 0,02 g
dilarutkan dalam 2 ml aqua pro injeksi
dalam gelas kimia 50 ml, aduk dengan
batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2
kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
6. Dinatrium EDTA sebanyak 0,04 g
dilarutkan dalam 2 ml aqua pro injeksi
dalam gelas kimia 50 ml, aduk dengan
batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2
kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
7. Na-metabisulfit sebanyak 0,1 g
dilarutkan dalam 1 ml aqua pro injeksi
dalam gelas kimia 50 ml, aduk dengan
batang pengaduk. Kaca arloji dibilas 2
kali dengan 1 ml aqua pro injeksi.
8. CH3COOH 0,08 g dilarutkan dalam 1
ml aqua pro injeksi dalam gelas kimia
50 ml, aduk dengan batang pengaduk.
Kaca arloji dibilas 2 kali dengan 1 ml
aqua pro injeksi.
9. CH3COONa sebanyak 0,2 g dilarutkan
dalam 1 ml aqua pro injeksi dalam
gelas kimia 50 ml, aduk dengan batang
pengaduk. Kaca arloji dibilas 2 kali
dengan 1 ml aqua pro injeksi.
10. Setelah zat aktif dan semua zat
tambahan terlarut, campurkan bahan-
bahan yang telah dilarutkan tersebut ke
dalam gelas kimia 100 ml.
11. Tambahkan larutan CH3COOH dan
CH3COONa untuk mempertahankan
pH target sediaan.
12. Larutan digenapkan 80% dengan aqua
pro injeksi yaitu 40 ml, aduk dengan
batang pengaduk.
13. Lakukan pengecekan pH dengan
menggunakan pH indikator universal,
bila nilai pH belum mencapai pH
target sediaan, lakukan adjust pH
(bila perlu) dengan
menambahkan larutan NaOH 0,1 N
dan larutan HCl 0,1 N.
14. Larutan digenapkan dengan aqua pro
injeksi hingga 100% yaitu 50 ml.
15. Larutan disaring dengan membran
filter 0,45 µm, yang dilanjutkan
dengan membran filter 0,22 µm
(duplo) dan ditampung dalam
erlenmeyer steril.
16. Larutan dimasukkan ke dalam botol.
Pasangkan tutup karet dan ikat dengan
simpul champagne kemudian ditransfer
ke ruang sterilisasi melalui transfer box.
Grey area 1. Larutan disterilisasi menggunakan
(Ruang sterilisasi) autoklaf
dengan suhu 121˚C selama 15 menit.
2. Larutan yang telah disterilisasi
ditransfer ke ruang pengisian di
bawah LAF melalui transfer box.
White area 1. Siapkan buret steril dan lakukan
(Ruang pengisian pembilasan dengan menggunakan
grade A background sediaan sampai semua bagian dalam
B) buret terbasahi.
2. Larutan dituang ke dalam buret steril.
Ujung bagian atas buret ditutup dengan
aluminium foil.
3. Sebelum diisikan ke dalam botol tetes
mata, jarum buret steril dibersihkan
dengan kapas yang telah dibasahi
alkohol 70%.
4. Isi setiap botol tetes mata dengan
larutan sebanyak 10,7 ml.
5. Pasangkan tutup botol tetes mata.
6. Botol yang telah ditutp dibawa ke ruang
evaluasi melalui transfer box.
Grey area 1. Dilakukan evaluasi sediaan yang
(Ruang evaluasi) meliputi :
a) Evaluasi IPC
1) Pemeriksaan pH
2) Uji kejernihan dan warna
3) Kejernihan larutan
4) Viskositas larutan
b) Evaluasi sediaan akhir
1) Evaluasi fisik
(a) Organoleptik
(b) Uji kejernihan
(c) Penetapan pH
(d) Penentuan bobot jenis
(e) Uji volume
terpindahkan
(g) Penentuan viskositas
dan aliran Uji
kebocoran wadah
(h) Pemeriksaan bahan
partikulat
2) Evaluasi kimia
(a) Identifikasi dan
(b) penetapan kadar
3) Evaluasi biologi
(a) Uji sterilitas
(b) Uji efektivitas
pengawet antimikroba
(c) Kandungan zat
antimikroba
2. Sediaan diberi etiket dan brosur
kemudian dikemas dalam wadah
sekunder.
F. Pengemasan
1. Wadah
2. Etiket
3. Brosur
4. Dus
BAB III
DAFTAR PUSTAKA