Anda di halaman 1dari 17

BAB II

RANCANGAN FORMULA
A. Sediaan Mata
1. Tetes Mata
a. Formula asli : Tetrakain HCl
b. Rancangan formula
Nama Produk : Antopkain®
Jumlah Produk : 10.000 botol @ 5 ml
Tanggal Formulasi : 23 Maret 2019
Tanggal Produksi : 23 Maret 2020
Nomor Registrasi : DKL 1900100146A1
Nomor Batch : A01001
Komposisi : Tiap 5 ml Antopkain® mengandung :
Tetrakaian HCl 0,5%
Benzalkonium Klorida 0,01%
Dinatrium EDTA 0,01%
Dinatrium Posfat 0,06%
Monosodium Posfat 1,22%
Natrium Klorida 0,9%
Aqua Pro Injeksi ad 5 ml
c. Master formula
Diproduksi Tanggal Tanggal Disetujui
Dibuat Oleh
Oleh Formulasi Produksi Oleh
A. Isma
PT. Digoxin 23 Maret
23 Maret 2019 Kelompok 1 Nursyamsu,
Farma 2020
S.Farm., Apt.
Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Perbotol Perbatch
001-TK Tetrakain HCl Zat Aktif 0,025 g 250 g
Benzalkonium
002-BKC Pengawet 0,0005 g 5g
Klorida
003-NE Na2EDTA Pengkhelat 0,0005 g 5g
004-DF Na2HPO4 Pendapar 0,028 g 280 g
005-MF NaH2PO4 Pendapar 0,061 g 610 g
006-NK NaCl Pengisotonis 0,0045 g 45 g
007-API API Pembawa 4,84 ml 48,4 L
d. Alasan pembuatan produk
Produk steril adalah sediaan terapeutis dalam bentuk terbagi-bagi
yang bebas dari mikroorganisme hidup, pada prinsipnya termasuk sediaan
parenteral mata dan irigasi (Lachman, 2012; 1292).
Sediaan obat mata biasanya dipakai untuk menghasilkan efek
setempat pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian
dalamnya. Bentuk sediaan obat mata selain larutan dapat berupa suspensi
atau salep (Ansel, 2014; 601).
Tetes mata merupakan sediaan mata berupa larutan / suspensi atau
larutan berminyak dari alkaloid, garam-garam alkaloid, antibiotik, atau
bahan-bahan lain yang ditujukan untuk penggunaan mata dengan cara
meneteskan obat ke selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola
mata (Dirjen POM, 1979; 10).
Sediaan obat mata dalam bentuk larutan merupakan sediaan yang
paling umum untuk pemberian obat ke mata. Pada sediaan ini bahan benar-
benar larut sehingga terjadi keseragaman dosis dan meminimalkan
penglihatan kabur setelah pemakaian (Beringer, 2005; 856).
Penggunaan tetes mata untuk dibeikan di mata secara teratur dalam
banyak kasus seperti konjungtivis, abrasi kornea, dan mata merah karena
benda asing di mata memungkinkan pasien untuk memberikan obat setiap
hari di mata tanpa masalah dengan efisiensi sebenarnya 100% (Taroundeep,
2015; 2369).
e. Alasan penambahan bahan
1) Zat aktif
a) Tetrakain HCl
Tetrakain HCl digunakan untuk anastesi mata dengan konsentrasi
0,5-1 %. Konsentrasi 0,5 % menghasilkan anastesi dalam 23 detik yang
berlangsung selama 15 menit atau lebih dan cocok untuk digunakan
sebelum prosedur bedah ringan (Sweetman, 2009; 1871).
Tetrakain merupakan salah satu anastesi topikal yang digunakan
sebagai penghilang rasa sakit sebelum operasi, pasca operasi untuk trauma
mata dan selama pemeriksaan mata (Ansel, 2011; 532).
Tetrakain adalah anestesi lokal yang ampuh dari kelompok ester,
yang digunakan secara topikal dalam oftalmologi dan sebagai anti-pruritic,
dan telah digunakan dalam anestesi spinal. Biasanya digunakan untuk
mengubah fungsi saluran pelepasan kalsium (reseptor ryanodin) yang
mengendalikan pelepasan kalsium dari toko intraselular (Katabeth, 2012;
1512).
Tetrakain adalah derivat benzoat dengan gugus metil pada atom H.
Mulai kerjanya cepat dan berlangsung lama. Dalam tetes mata 0,5-1% lebih
kuat (Tjay, 2007; 411).
Tetrakain merupakan senyawa paling mudah diabsorbsi diantara
analog prokain. Kecepatan absorbsi oleh membran mukosa hampir sama
dengan suntikan intravena (Siswandono, 2000; 579).
2) Zat tambahan
a) Benzalkonium klorida (BKC)
Benzilkonium klorida adalah senyawa kuartener yang digunakan
dalam formulasi farmasetik sebagai anti-mikroba. Dalam sediaan obat mata,
benzilkonium klorida adalah pengawet yang sering digunakan pada
konsentrasi 0,01%-0,02% b/v (Rowe, 2009: 56).
Benzilkonium klorida adalah pengawet yang paling efektif dan
bereaksi dengan cepat, jika penggunaannya terkontrol (Martin, 1971; 896).
Benzilkonium klorida digunakan dalam larutan atau suspensi
okuler pada konsentrasi antara 0,002 dan 0,02% b/v (biasanyan 0,01% b/v).
Senyawa ini beresestensi mikroorganisme tertentu yang merupakan patogen
okuler terutama Pseudomonas aeroginosa (Jones, 2008; 144).
b) Na2EDTA
Disodium edetate digunakan sebagai agen chelating dalam berbagai
macam sediaan farmasi termasuk sediiaan oftalmik biasanya pada
konsentrasi antara 0,005%-0,1% (Rowe, 2009; 243).
Dikombinasikan dengan benzalkonium klorida, dengan Na2EDTA
bertindak sebagai oksiutor antimikroba dengan pengkhelat kation divalen di
memberan sel luar bakteri, dengan demikian membuat bakteri lebih
permeabel terhadap agen mikroba (Jones, 2008; 144).
Campuran pengawet Benzalkonium klorida dan disodium EDTA
efektif terhadap sebagian besar pseudomonas (Ansel, 2014; 603).
c) Dapar posfat
Pendapar yang biasa digunakan dalam berbagai macam formulasi
farmasi sebagai zat penyangga adalam mononatrium fosfat (Rowe, 2009;
659).
Dapar fosfat, kapasitas dapar tinggi dalam daerah alkalis, dimana
dapar fosfat dibuat dengan menggunakan monosodium fosfat dan dinatrium
fosfat sebagai basa konjugatnya (Voight, 1994; 529).
d) Natrium klorida
NaCl digunakan sebagai bahan pengisotonis karena isotonis dengan
air mata manusia (Ansel, 2011; 544).
NaCl banyak digunakan dalam berbagai formulasi farmasetik
parenteral dan nonparenteral, dimana khususnya digunakan untuk
menghasilkan larutan isotonis (Rowe, 2009; 671).
Natrium klorida digunakan sebagai larutan isotonis untuk
meningkatkan kenyamanan penggunaanya (Dirjen POM, 2014; 1787).
e) Aqua pro injeksi
Pembawa yang paling sering digunakan untuk produk steril adalah
air, karena air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh (Lachman,
2012; 1294).
API merupakan air hasil dari destilasi atau penyulingan dan bebas
mikroorganisme, serta mudah menyerap atau memerlukan berbagai partikel
dan tidak mudah terkontaminasi (Santoso. 2011; 21).
Tipe air yang sering digunakan untuk formulasi steril yaitu aqua
pro injeksi, Air Bakteriostatik untuk injeksi dan air steril untuk injeksi
(Rowe, 2009; 762).
f. Uraian bahan
1) Tetrakain HCl (Sweetman, 2009; 1871)
Nama Resmi : TETRACAINE HYDROCHLORIDE
Nama Lain : Amethocaine Hydrochloride, Dicanium,
Tetracaini Hydrochloridum, Tetrakain
Hydrochlorid, Tetracaino Hydrochloridas.
Berat Molekul : 300,82 g/mol
Rumus Molekul : C15H24N2O2.HCl
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, halus, putih, tidak berbau


rasa sedikit pahit diikuti rasa kebas,
bersifat higroskopik, larutan netral
terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam
etanol, tidak larut dalam benzen dan eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai zat aktif.
Stabilitas : Penyimpanan pada suhu 25oC letakkan
pada wadah yang terhindar dari sinar
matahari dan hindari pembekuan.
pH : 4,5-6.
Indikasi : Pemberian tetes mata untuk prosedur pada
mata yang membutuhkan anestesi topikal
kerja cepat dengan durasi pendek.
Kontraindikasi : Tidak boleh digunakan pada pasien yang
memiliki reaksi hipersensitivitas pada
komponen didalam sediaan. Reaksi alergi
yang dapat timbul berupa sesak, mengi,
pembengkakan pada wajah.
Interaksi : Asetaminofen, isosirbid dinitrat, isosorbid
mononitrat, nitrogliserin, fenobarbital,
fenitoin, sulfadiazin.
Dosis : Anestesi durasi pendek (tonometri,
gonioskopi) yaitu dengan 1-2 tetes pada
mata yang akan menjalani prosedur sesaat
sebelum tindakan. Prosedur operasi minor
(ekstraksi benda asing, pelepasan jahitan)
yaitu dengan 1-2 tetes pada mata yang
akan menjalani prosedur, diulang tiap 5-10
menit, sebanyak 1 sampai 3 dosis.
Prosedur operasi yang lama (ekstraksi
katarak, strabismus, pterigium) yaitu
dengan 1-2 tetes pada mata yang akan
menjalani prosedur, diulang tiap 5-10
menit, sebanyak 3 sampai 5 dosis.
Peringatan : Tetes mata tetrakain hidroklorida 0,5%
tidak boleh digunakan untuk injeksi
ataupun pemberian intraokular. Pemberian
obat intraokular dapat menyebabkan
kerusakan sel endotelial kornea.
Penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan
anestesi, mengurangi durasi anestesi dan
menghambat proses penyembuhan pada
kornea. Kondisi ini dapat menyebabkan
frekuensi penggunaan obat menjadi lebih
sering, akibatnya siklus ini terus berulang
dan menyebabkan kondisi kerusakan
kornea yang semakin parah.
Efek Samping : Pusing, tremor, penglihatan kabur.
Farmakokinetik : Semakin besar tingkat vasodilatasi yang
dihasilkan oleh anestesi lokal, semakin
cepat laju penyerapannya dan semakin
pendek durasi kerjanya. Dimetabolisme
dihati dan dieksresikan melalui urin.
Mekanisme Kerja : Anestesi lokal mencegah pembentukan /
melakukan impuls saraf dengan
mengurangi permeabilitas natrium dan
meningkatkan ambang potensial aksi.
2) Benzalkonium klorida (Rowe. 2009: 56)
Nama Resmi : BENZALKONIUM KLORIDA
Nama Lain : Trichlorida, dimethylammonium chloride,
guat, zephirat.
Berat Molekul : 360 g/mol.
Rumus Molekul : (C6H5CH2N(CH3)2R) Cl-
Rumus Struktur :

Pemerian : Bersifat higroskopis, berwarna putih, bau


aromatis, dan rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol 95% bentuk
anhidrat, mudah larut benzene, dan sukar
larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pengawet.
Stabilitas : Bersifat higroskopis dan mungkin
dipengaruhi oleh cahaya, udara, dan bahan
logam. Larutannya dapat disimpan pada
periode waktu lama dalam suhu kamar.

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan aluminium, surfaktan


anionic, sitrat, hydrogen peroksida.
pH : 5-8 untuk 10% w/v larutan.
3) Dinatrium EDTA (Rowe, 2009; 242)
Nama Resmi : DISODIUM EDETATE
Nama Lain : Edetic acid, disodium EDTA, dinatrii
edetas, edetate disodium.
Berat Molekul : 336,2 g/mol.
Rumus Molekul : C10H14N2Na2O8
Rumus Struktur :
Pemerian : Serbuk hablur putih.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan
etanol, tidak larut eter dan kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pengkhelat.
Stabilitas : Dalam bentuk larutan berarir dapat
disterilkan dengan autoklaf stabil dalam
bentuk garam.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan gas pengoksidasi
kuat, basa kuat, ion logam, dan paduan
logam.
Range : 0,005-0,1%.
pH : 4,3-4,7
4) Disodium posfat (Rowe, 2009; 636)
Nama Resmi : DISODIUM PHOSPATE
Nama Lain : Disodium phosphate, phosphosic acid,
dinatrium salt, natrium fosfat dibasic.
Berat Molekul : 141,96 g/mol.
Rumus Molekul : Na2HPO4
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih atau tidak


berbau.
Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih larut dalam
air panas atau mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pendapar.
Stabilitas : Pada pemanasan 100°C bentuk dihidrat
oleh kehilangan kristalisasi air. Akan
meleleh pada suhu 2°C disertai
dekomposisi. Dapar disterilisasi dengan
autoklaf.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bahan bersifat basa
dan karbonat.
pH : 9,1
5) Monosodium posfat (Rowe, 2009; 659)
Nama Resmi : MONOSODIUM PHOSPHATE
Nama Lain : Acid sodium phosphat, sodium biphosphat
phuspuric, natrium fosfat monobasa,
monosodium fosfat.
Berat Molekul : 119,98 g/mol.
Rumus Molekul : NaH2PO4
Rumus Struktur :

Pemerian : Kristal, tidak berbau, dan berwarna putih.


Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air, sebagai sedikit
pelarut dalam etanol 95%.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pendapar.
Stabilitas : Pada pemanasan 60°C bentuk dihidrat atau
kehilangan kristalisasi akan meleleh pada
suhu 205°C, disterilisasi dengan autoklaf.
Inkompatibilitas : Dalam larutan dengan berbagai macam
anorganik garam, renin.
pH : 4,1-4,5
6) Natrium klorida (Rowe, 2009; 637)
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Sodium chloride, natrium klorida, rock
salt, saline, chlorine de sodium.
Berat Molekul : 58,44 g/mol
Rumus Molekul : NaCl
Rumus Struktur : Na-Cl
Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau
serbuk hablur putih, rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih
mudah larut dalam etanol, air mendidih,
larut dalam gliserin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Pengisotonis.
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan.
Inkompatibilitas : Bersifat korosif terhdapa besi, bereaksi
untuk membentuk endapan dengan garam
perak, timah dan merkuri.
Range : 0,9%.

7) Aqua pro injeksi (Rowe. 2009: 768)


Nama Resmi : AQUA PRO INJECTION
Nama Lain : Aqua, air, aqua pro injeksi, air murni, air
suling, water for injection.
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak


berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar dan
elektrolit.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
Stabilitas : Air stabil dalam setiap keadaan (es, cairan,
uap panas).
Inkompatibilitas : Dalam formulasi, air bereaksi dengan
eksipien lain yang rentan hidrolisis.
Bereaksi kuat dengan logam alkali dan zat
pengoksidasi seperti kalium oksida.
pH : 7
Cara Pembuatan : Dibuat dengan cara menyuling kembali air
suling agar menjadi steril dengan alat kaca
netral atau wadah logam yang dilengkapi
dengan labu percik. Hasil penyulingan
pertama dibuang, sulingan selanjutnya
ditampung dalam wadah yang cocok dan
segera digunakan.

g. Perhitungan
1) Dapar
Diketahui :
pH target = 5,8 Tetrakain HCl (E = 0,21)
pH zat aktif = 4-6 BKC (E = 0,16)
pH dapar posfat = 5,8-8 Na2EDTA(E = 0,2)
pKa posfat = 7,2 Na2HPO4 (E = 0,48)
β = 0,01 NaH2PO4 (E = 0,54)
Mr NaH2PO4 = 119,98 g/mol
Mr Na2HPO4 = 141,96 g/mol
Ditanyakan :
a) Perbandingan asam dan garam
[ garam]
pH = pKa + log
[asam]
[ garam]
5,8 = 7,2 + log
[asam]
[ garam]
log = -1,4
[asam]
[ garam]
= 10-1,4
[asam]
[ garam]
= 0,039
[asam]
[garam] = 0,039 x [asam]
b) Kapasitas dapar
β = 2,303 x C x ka x ¿ ¿
6,3 x 10−8 x 10−5,8
0,01 = 2,303 x C x −8 −5,8 2
(6 , 3 x 10 +10 )
6,3 x 10−13,8
0,01 = 2,303 x C x
2,51 x 10−12
0,01 = 2,303 x C x 2,509 x 10-1,8
10−2
C =
5,78 x 10−1,8
C = 0,107 M
c) Bobot pendapar
Ctotal = [garam] + [asam]
0,107 = (0,039 x [asam]) + [asam]
0,107 = (0,039 x a) + a
0,107 = 1,039a
0,107
a =
1,039
a = 0,102 M
[asam] = 0,102 M
[garam] = 0,039 [asam]
= 0,039 x 0,102
= 0,04 M
g 1000
[asam] = x
Mr V
g 1000
0,102 = x
119,98 5
0,102 x 119,98 x 5
g =
1000
61,18
g =
1000
g = 0,061 gram
g 1000
[garam] = x
Mr V
g 1000
0,04 = x
141,96 5
0,04 x 141,96 x 5
g =
1000
28,39
g =
1000
g = 0,028 gram
2) Tonisitas dan perhitungan bahan
a) Perbotol
0,5
Tetrakain HCl x 5 ml = 0,025 g
100
0,01
BKC x 5 ml = 0,0005 g
100
0,01
Na2EDTA x 5 ml = 0,0005 g
100
0,56
Na2HPO4 x 5 ml = 0,028 g
100
1,22
NaH2PO4 x 5 ml = 0,061 g
100
0,9
NaCl x 5 ml = 0,45 g
100
API 5ml – (0,025+0,0005+0,0005+0,028+0,061+
0,045) g
5 ml – 0,16 g = 4,84 ml
b) Tonisitas
Tetrakain HCl 0,025g x 0,21 = 0,00525 g

BKC 0,0005g x 0,16 = 0,00008 g

Na2EDTA 0,0005g x 0,2 = 0,0001 g

Na2HPO4 0,028g x 0,54 = 0,015 g

NaH2PO4 0,061g x 0,48 = 0,02 g

NaCl butuh 0,045g –(0,00525+0,00008+0,0001+0,015+ 0,02)g

= 0,045 g – 0,0405 g

= 0,0045 g (hipotonis)

c) Perbatch

Tetrakain HCl 0,025g x 10.000 = 250 g

BKC 0,0005g x 10.000 = 5 g

Na2EDTA 0,0005g x 10.000 = 5 g

Na2HPO4 0,028g x 10.000 = 280 g


NaH2PO4 0,061g x 10.000 = 610 g

NaCl 0,0045g x 10.000 = 45 g

API 4,84 ml x 10.000 = 48,4 L

h. Prosedur Pembuatan
1. Tabel sterilisasi
a) Alat
Suhu Lama
Nama Alat Jenis Sterilisasi
Sterilisasi Sterilisasi
Sterilisasi panas
Gelas kimia 100 ml 170oC 1 jam
kering dengan oven
Sterilisasi panas
Gelas ukur 10 ml 170oC 1 jam
kering dengan oven
Sterilisasi panas
Gelas ukur 50 ml 170oC 1 jam
kering dengan oven
Sterilisasi panas
Erlenmeyer 250 ml 170oC 1 jam
kering dengan oven
Sterilisasi panas
Corong 170oC 1 jam
kering dengan oven
Sterilisasi panas
Batang pengaduk 170oC 1 jam
kering dengan oven
Sterilisasi panas
Gelas arloji 170oC 1 jam
kering dengan oven
Sterilisasi panas
Pipet tetes 170oC 1 jam
kering dengan oven
Direndam dengan
Karet pipet - 24 jam
alkohol 70%
b) Wadah
Suhu Lama
Nama Alat Jenis Sterilisasi
Sterilisasi Sterilisasi
Wadah obat tetes Direndam dengan
- 24 jam
mata alkohol 70%
Tutup wadah obat Direndam dengan
- 24 jam
tetes mata alkohol 70%
c) Bahan
Suhu Lama
Nama Bahan Jenis Sterilisasi
Sterilisasi Sterilisasi
Sterilisasi panas basah
Tetrakain HCl 121oC 15 menit
dengan autoklaf
Benzalkonium Sterilisasi panas basah
121oC 15 menit
Klorida dengan autoklaf
Sterilisasi panas basah
Dinatrium EDTA 121oC 15 menit
dengan autoklaf
Sterilisasi panas basah
Monosodium Posfat 121oC 15 menit
dengan autoklaf
Sterilisasi panas basah
Dinatrium Posfat 121oC 15 menit
dengan autoklaf
Sterilisasi panas basah
Natrium Klorida 121oC 15 menit
dengan autoklaf
Sterilisasi panas basah
Aqua Pro Injeksi 121oC 15 menit
dengan autoklaf
2. Cara Kerja Laboratorium (Ayuhastuti, 2016; 213)
a) Disiapkan alat dan bahan yang akan disterilkan.
b) Dibungkus semua alat dengan kertas bekas yang akan disterilkan.
c) Disterilisasi semua alat dan bahan yang akan digunakan
berdasarkan sifat alat dan bahan tersebut.
d) Ditimbang Tetrakain HCl 0,25g, Benzilkonium klorida 0,005g,
NaH2PO4 0,61 g, Na2HPO4 0,28g, NaCl 0,045g, NaEDTA 0,005g.
e) Diukur API sebanyak 48,4 mL.
f) Dilarutkan masing-masing bahan menggunakan air stok
secukupnya.
g) Dimasukkan semua bahan yg telah dilarutkan kedalam gelas kimia
h) Diaduk hingga homogen.
i) Disaring menggunakan kertas saring.
j) Dimasukkan dalam wadah tetes mata sebanyak 5 ml.
k) Ditutup wadah obat tetes mata.
l) Disterilisasi sediaan akhir dengan menggunakan autoklaf pada
suhu 121oC selama 15 menit.
m) Dievaluasi sediaan akhir sesuai dengan tabel evaluasi.
n) Diberi etiket dan brosur dimasukkan ke dalam wadah sekunder.
KEPUSTAKAAN

Ansel, Howard. C. (2011). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.


Jakarta: UI Press.

Ansel, Howard. C. (2014). Pharmaceutical Dosage Forms & Drug Delivery


Systems Tenth Edition. London: Wolters Kluwers.

Ayuhastuti, Anggraeni. (2016). Praktikum Teknologi Sediaan Solid. Jakarta:


Kemenkes RI.

Beringer, Paul. (2005). Remington The Science and Practice Of Pharmacy Twenty
First Edition . London: Lippincot William and Wilkins.

Jones, David. (2008). Fastrack Pharmaceutics Dosage Form and Design.


London: Pharmaceutical Press.

Lachman, Leon. (2012). Teori dan Praktik Farmasi Industri Edisi Ketiga. Jakarta:
UI Press.

Martin, E. W. (1971). Dispensing Of Medication. Pennsylvania: Mack Publishing


Company.

PIO. (2013). Pusat Informasi Obat. Jakarta: BPOM RI.

Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.

Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Rowe, Raymond. C. (2009). Handbook Of Pharmaceiutical Excipient Sixth


Edition. London: Pharmaceutical Press.
Siswandono, S. (2000). Kimia Medisinal Edisi 2. Surabaya: Airlangga Press.

Sweetman, Sean. C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference 36th


Edition. London: Pharmaceutical Press.

Taroundeep. (2015). Sediaan Obat Mata. Bandung: UNPAD.

Tjay, Rahardja. d. (2007). Obat-Obat Penting Edisi 6. Jakarta: Gramedia.

Voight, R. (1994). Buku Pengantar Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai