Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan kementerian pendidikan dan kebudayaan terkait peningkatan
mutu pendidikan khususnya peningkatan pelayanan ditingkat sekolah menuntut
sekolah sebagai organisasi menyelenggarakan pelayanan yang kondusif disegala
bidang. Organisasi sekolah mempunyai peran penting dalam menciptakan
kesuksesan pendidikan. Kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler digerakkan
oleh organisasi sekolah. Jika organisasi sekolah berjalan secara efektif maka
berbagai kegiatan sekolah akan berjalan dengan efektif pula. Efektivitas
organisasi dapat dilihat dari struktur, program kerja, mekanisme, koordinasi,
instruksi, sinergi dan kolaborasi.
Selain itu efektivitas organisasi sangat ditentukan oleh sistem yang
mengedepankan partisipasi, demokrasi, harmoni, stabilitas, serta dinamisasi.
Dalam suatu organisasi atau sekolah harus ada yang berperan sebagai stabilisator
yang mampu menciptakan harmoni dan solidaritas, namun harus juga ada yang
berperan sebagai dinamisator yang menggerakkan kemajuan dan mendorong
perubahan menuju cita-cita yang telah disepakati bersama. Kepala sekolah sebagai
leader atau pemimpin diharapkan mampu berperan sebagai stabilisator dan
dinamisator. Kepala sekolah sebagai orang yang mempunyai otoritas tertinggi
disekolah merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kesuksesan
program yang telah ditetapkan bersama dan diharapkan mampu memadukan
setiap potensi yang ada dan memberikan keteladanan yang patut di contoh oleh
mitra kerjanya yaitu keteladanan nabi Muhammad SAW dengan empat sifatnya
yaitu sidik yang artinya benar, amanah yang artinya terpercaya, patonah yang
artinya cerdas dan tablig yang artinya menyampaikan semua yang diamanatkan.
Kepala sekolah sebagai pemegang sekaligus pengendali yang sangat
menentukan hitam putihnya keadaan di sekolah harus selalu memotivasi para
stakeholder yang ada di sekolah terutama pendidik (guru-guru), tenaga
kependidikan, komite, mitra usaha, alumni, dan orang tua siswa untuk membina

1
2

keharmonisan untuk mencapai tujuan utama pendidikan nasional yaitu


mencerdaskan anak bangsa yang berahlak mulia dan mencintai bangsanya.
Kewenangan dan otoritasnya dalam mengelola sekolah dapat membawa sekolah
ke arah kemajuan yang besar atau sebaliknya. Disinilah pentingnya kajian
kepemimpinan dikedepankan untuk melahirkan pemimpin yang mampu menjadi
pionir dan lokomotif perubahan menuju kebangkitan pendidikan yang dicita-
citakan bersama. Melahirkan pemimpin yang diharapkan memang tidak mudah,
ada sebagian orang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sifat dan bawaan
alami , namun ada juga yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan hasil
dari proses yang panjang serta melelahkan.
Mengingat peran seorang kepala sekolah yang sangat menentukan, maka
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah harus
memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu: kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Kepala sekolah harus
mempunyai cita-cita mencapai visi dan misi sekolah yang telah dibuat.
Disamping untuk memenuhi standar seorang kepala sekolah, sebagaimana
diatur dalam Permendiknas nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai
kepala sekolah/madrasah dimana diantaranya menguraikan syarat-syarat dan
tahapan yang harus dilalui seorang guru untuk dapat diberi tugas tambahan
sebagai kepala sekolah/madrasah.
Kegiatan On The Job Learning merupakan salah satu upaya untuk
memberikan tambahan bekal berupa pengalaman bekerja sebagai calon kepala
sekolah di sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang relevan dengan kebutuhan
pengembangan potensi kompetensi calon kepala sekolah. Oleh karena itu,
pengembangan mutu proses pembelajaran On The Job Learning difokuskan pada
upaya untuk mempraktekkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki
oleh seorang calon kepala sekolah.
Landasan perlunya melakukan kegiatan On The Job Learning adalah agar
calon kepala sekolah memiliki kompetensi yang mumpuni dalam mengelola
sekolah menjadi institusi yang berbasis pada terciptanya pengelolaan sekolah
3

sebagai budaya mutu yang pada akhirnya dapat mewadahi tercapainya visi dan
misi sekolah, visi dan misi Dinas pendidikan Kabupaten/Kota sehingga nantinya
bermuara pada pencapain tujuan pendidikan nasional. Pelaksanaan OJL
merupakah satu tahapan yang harus dilalui oleh calon kepala sekolah untuk
memperoleh pengetauan dan pengalaman langsung secara teori dan praktik baik
itu bersumber dari para trainer maupun dari sekolah magang.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru antara lain kemampuan pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang
diperoleh melalui pendidikan profesi, keempat kompetensi tersebut terintegrasi
dalam kinerja guru. Namun kenyataanya belum semua guru mampu menguasai
keempat kompetensi tersebut, sehingga membuat kinerja guru kurang optimal
dalam menjalankan tugasnya.
Tugas guru tidaklah ringan karena harus meningkatkan kualitas sumber
daya manusia sesuai standar kompetensi tertentu serta norma dan nilai-nilai yang
berlaku. Dalam menjalankan perannya tugas guru dibagi menjadi tiga yaitu
instruction, education and management. Pada aspek instruction, guru bertugas
menstranfer pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Dalam tugas instruction ini, guru berfungsi untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampialan peserta didik sehingga kelak akan menjadi orang
memiliki pengetahuan yang luas serta keterampilan yang tinggi. Maka dari itu,
sangat tepat bila dikatakan bahwa guru merupakan elemen yang paling penting
dalam pendidikan. Karena guru memiliki peran untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya. Terlepas dari itu seorang kepala sekolah memegang peranan
penting dalam memanager semua sumber daya yang ada untuk saling bersinergi
membentuk suatu kekuatan baru dalam mewujudkan sekolah yang berkualitas.
Kondisi obyektif dilapangan dengan adanya kemamjuan teknologi
pendidikan dan adanya terobosan teknologi kedalam pendidikan maka para guru
belum mempunyai kompetensi penuh dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai agen pembelajaran yang mumpuni. Kekurangan yang perlu diatasi dalam
4

adanya upaya agar guru dapat menggunakan prinsip pembelajaran yang berbasis
pada penggunaan ITC agar mutu proses dan hasil belajar dapat ditingkatkan.
Pada sisi lain berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah dari 8 (delapan) standar
nasional pendidikan masih perlu ditingkatkan antara lain: (1) standar proses, (2)
standar penilaian, dan (3) standar kompetensi lulusan. Jika dikaitkan dengan hasil
AKPK sebagi calon kepala sekolah maka yang sangat perlu ditingkatkan adalah;
(1) kompetensi sosial, (2) kompetensi kewirausahaan, dan (3) kompetensi
kepribadian.
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan Mustafa (2007) yang dilakukan di
Kabupaten Sinjai menyimpulkan bahwa penerapan manajemen berbasis sekolah
dalam pengelolaan sekolah dapat meningkatkan mutu sekolah baik mutu
akademik maupun non akademik. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh La
Ojo (2016) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran meta kognisi
berbasis ICT dapat meningkatkan karakter positif dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika.
Bersumber dari dua hasil penelitian ini maka dapat diyakini bahwa
peningkatan kompetensi sosial dan kompetensi kewirausahaan dan sosial bagi
kepala sekolah dalam memanager sekolah dapat memincu inovasi dan kreatifitas
guru dalam mengelola pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh
karena itu pelaksanaan on the job learning bagi calon kepala sekolah mutlak
diperlukan.
Tindakan untuk mengatasi kesenjangan pembelajaran dapat dikurangi salah
satunya dengan meningkatkan kompetensi guru. Guru tentunya harus memiliki
kompetensi yang sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya, serta harus
memahami dan menguasai terobosan teknologi ke dalam pendidikan utamanya
ICT. Seorang guru yang telah mampu menggunakan ICT dalam melaksanakan
pembelajaran akan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan optimal dan sesuai
dengan tujuan pendidikan.
Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan
pelatihan.Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang telah ditetapkan
didalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 dilakukan untuk
5

mencapai standar kompetensi dan atau meningkatkan kompetensinya agar guru


mampu memberikan layanan pendidikan secara profesional.
Melalui kegiatan on the job learning (OJL), pencapaian dan peningkatan
kompetensi guru berdampak pada peningkatan keprofesian guru yang
berimplikasi pada pengembangan karir guru itu sendiri. Bersumber dari
permasalahan yang telah dipaparkan diatas, diperlukan solusi yang tepat untuk
mengatasinya. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kompetensi guru dapat dilakukan melalui pelaksaanaan work shop.
Pelatihan dalam bentuk work shop merupakan pelatihan yang dilaksanakan
secara internal di sekolah magang atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelengggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui work shop dilakukan
berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan
kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dengan
strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya.
B. Tujuan On The Job Learning (OJL)
Tujuan laporan On The Job Learning (OJL), ini adalah untuk mengetahui dan
meningkatkan:
1. Untuk meningkatkan kompetensi Kepribadian, Social dan Kewirausahaan
Calon Kepala Sekolah
2. Untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam mengidentifikasi
suatu masalah terkait dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) .
3. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengimplementasian 9 aspek
manjerial kepala sekolah
4. Kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik
kepada guru dengan baik dan benar.
5. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran di kelas
C. Hasil yang Diharapkan
Setelah kegiatan On The Job Learning (OJL), ini dilakukan maka sebagai
calon kepala sekolah harus:
1. Mampu melaksanakan kepemimpinan spiritual yang tampak dalam hal:
6

a. Kesabaran
b. Kedisiplinan
c. Keberanian
d. Integritas
e. Saling menghargai
2. Calon kepala sekolah mampu meningkatkan kompetensi kepribadian meliputi:
a. menjaga dan memelihara kestabilan emosi dengan baik
b. berempati dengan teman sejawat dan peserta didik
c. peduli kepada sesama, dan toleran
d. bertanggung jawab dan sabar
e. motivasi berprestasi
f. bersikap terbuka
3. Calon kepala sekolah mampu meningkatkan kompetensi kewirausahaan
meliputi:
a. inovatif
b. ulet / bekerja keras
c. memiliki motivasi yang kuat
d. pantang menyerah
4. Calon kepala sekolah mampu meningkatkan kemampuan guru menggunakan
ICT dalam pembelajaran meliputi
a. membuat persiapan mengajar melalui power point beranimasi
b. membuat persiapan mengajar dengan macro media flash
c. mengoperasikan power point dalam pembelajaran
d. mengoperasikan macro media flash dalam pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai