Anda di halaman 1dari 11

A.

Formula Asli : Epinefrin

B. Rancangan Formula

Nama produk : EPINEPUL

Jumlah produk : 1000 ampul @ 1 ml

Tanggal formulasi : 7 Mei 2019

Tanggal produksi : 7 Mei 2020

Nomor registrasi : DKL 200160034341

Nomor batch : D00343

Komposisi : Tiap 1 ml mengandung :

Epinefrin 1 mg

NaCl 0,9%

Asam asetat 0,6 %

Sodium asetat 0,03 %

Aqua pro injeksi ad 100 ml

C. Master formula

Diproduksi Tanggal Tanggal Dibuat Disetujui

Oleh Formulasi Produksi Oleh Oleh

PT.TWINIM 7 Mei 2019 7 Mei 2020 Kelompok Rasih Ayu

FARMA II Pratwi

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Perdosis Perbatch

01- EP Epinetrin Zat aktif 0,0005 g 0,05 g

02-NaCl Natrium klorida pengisotonis 0,009 g 9g

03-AA Asam Asetat Pendapar 0,006 g 6g

04-5A Sedium Asetat Pendapar 0,0003 g 0,3 g

05-API Aqua Pro Injeksi Pelarut 0,9842 ml 9842 ml


D. Alasan Pembuatan Produk

Sediaan parenteral merupakan sediaan yang esensial pada obat

yang memiliki bioavaibilitas yang buruk, dapat digunakan pada pasien

yang kehilangan kesadaran serta pasien dengan mual dan muntah yang

tidak dapat dikontrol. Sediaan parenteral yang dapat memberi respon

fisiologis yang dapat digunakan bagi pasien yang mengalami asma, gagal
jantung dan syok anafilaksis (Jones 2008 : 106-107).

Injeksi merupakan sediaan parenteral farmasi yang diberikan

melalui lapisan kulit. Rute injeksi dapat diberikan pada keadaan dimana

saluran gastrointestinal tidak dapat digunakan. Respon farmakologis dari

sediaan injeksi lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan sediaan oral

(Parrot 1980 : 283).

Sediaan ampul merupakan sediaan single-dose yang menampung

sejumlah obat yang dimaksudkan sediaan dosis tunggal. Ketika segel telah

dibuka maka tidak dapat disegel kembali yang menjamin sterilitas telah

dipertahankan. Selain itu, sediaan single-dose yakni sediaan vial (Ansel

2009:219).

Epinefrin dibuat dalam sediaan injeksi karena yang diberikan

secara intramaskular sebagai pengobatan-pengobatan awal untuk

anafilaksis. Dimana jika pasien tidak menanggapi yang dipantau

(Roma,dkk.2004:601).

Epinefrin merupakan obat terpilih untuk mengatasi syok

anafilaksis alasannya karena epinefrin bekerja dengan sangat cepat


(segera) sebagai vasokontraktor dan bronkodilator, sehingga dapat

menyelamatkan nyawa yang terancam pada kondisi ini (Departemen

Farmakologi dan Terapi.2016:69). Dan hal tersebut menjadi landasan

epinefrin dibuat dalam bentuk injeksi dapat memberikan efek terapeutik

yang lebih baik. (Depertemen Farmakologi dan Terapi.2016:69).

E. Alasan Pemilihan Zat Aktif

a. Epinefrin

Epinefrin sangat penting untuk perawatan efektif anafilaksis,

epinefrin ini merupakan pengobatan pertama anafilaksis. Epinefrin

diberikan secara intramaskular sebagai pengobatan awal untuk

anafilaksis. Jika pasien tidak menanggapi yang dipantau

(Roma,dkk.2004:601).

Antifilaksis dan syok anafilaksis. Anafilaksis biasanya reaksi

hipersensitivitas tipe 1, dimana ada aktifitas sel mast dan basofil yang

dimediasi IgE, biasanya akibat paparan alergen seperti obat, makanan,

dan racun serangga. Anafilaksis adalah keadaan darurat medis dan

membutuhkan perawatan segera. Pada ananfilsksis awal, epinefrin

diberikan dengan injeksi intramaskular (Sweetman. 2009:1204)

Adrenalin adalah pengobatan langkah perdana untuk anafilaksis,

adrenalin bekerja dengan cepat untuk memilihkan dampak anafilaksis,

dan merupakan pengobatan langkah perdana untuk anafilaksis.

Penyuntikan adrenalin yaitu efedrin, berisikan dosis adrenalin. Gejala

anafilaksis bisa mengancam nyawa dan termasuk gejala ini pernapasan

sulit, lidah membengkak, tenggorokan membengkak, sulit berbicara

atau suara serak, mengi atau batuk terus, pening atau pingsan, pucat dan

lunglai (pada anak anak kecil) (ASCIA. 2015:5).


Epinefrin diberikan 0,2 hingga 0,5 mg, diberikan secara

intravena setiap 5 hingga 15 menit atau sesuai yang diperlukan,

tergantung pada tingkat keparahan anafilaksis, karena harus digunakan

untuk mengendalikan gejala dan mempertahankan atau meningkatkan

tekanan daerah (Stephen.2008:3).

Untuk reaksi anafilaksis yang terjadi dalam pengaturan epinefrin

dari intramuskular (IM) 0,3 hingga 0,5 mg (untuk anak-anak maksimun

0,3), direkomendasikan 0,5 mg untuk orang dewasa dan dosis

direkomendasikan pada 5 hingnga 15 menit sampai gejala membaik

(Matthow.2017 : 725 ).
F. Alasan Penambahan Zat Tambahan

a. Sodium Asetat

Sodium asetat digunakan sebagai bagian dari sistem buffer

ketika dikombinasikan dengan asam asetat dalam berbagai intra

maskular, intravena, topical formulation, oftalmik, nasal, oral, optik dan

solution. ( Rowe 2009:620)

Dalam jurnal internasional esimolol formulation mengatakan

bahwa zat penyangga yang disukai adalah kombinasi sodium asetat dan

asam asetat glacial (liu et al 2003:3).

Buffer ditambahakan keformulasi untuk menyesuaikan dan

menstabilakan pH dan mengoptimalkan kelarutan dan kestabilan obat,

untuk persiapan parenteral, diinginkan bahwa produk pH mendekati pH

fisiologis. Buffer untuk penyesuaian dan pemeliharaan pH kisaran pH

produk, obat, fosfat, sitrat dan asetat adalah buffer yang paling umum

digunakan untuk produk parenteral ( Pramanick 2013: 72).

b. Asam Asetat

Asam asetat digunakan dalam produk farmasi sebagai

penyangga bila dikombinasikan dengan garam asetat seperti natrium

asetat, asam asetat, juga diklaim memiliki sifat antibakteri dan anti

jamur (Rowe 2009:5).

Dalam jurnal internasional Esimolol Formulation mengatakan

bahwa zat penyangga yang disukai adalah kombinasi sodium asetat

dan asam asetat glasial (Liu et al 2003:3).

Buffer ditambahkan keformulaasi untuk menyesuaikan dan

menstabilakan pH dan mengoptimalkan kelarutan dan kestabilan obat,

untuk persiapan parental, diinginkan bahwa produk pH mendekati pH


fisiologis. Buffer untuk menyesuaikan dan pemeliharaan pH kisaran

pH produk, obat, fosfat, sitrat dan asetat adalah buffer yang paling

umum digunakan untuk produk parenteral (Pramanick 2013:72).

c. Natrium Klorida

NaCl digunakan sebagai bahan pengisotonis karena sama

dengan tubuh manusia ( Ansel 2011:344).

NaCl banyak digunakan dalam formula farmasetik yang

digunakan untuk menghasilkan larutan isotonis (Rowe 2009: 537).

Tekanan osmotik setara dengan 0,9-1,6/. Larutan NaCl dapat

digunakan dengan baik pada tubuh manusia (Aulton 2013:715).

d. Aqua Pro Injeksi

Pembawa dan pelarut yang paling sering dipakai untuk produk

steril adalah air karena air merupakan pembawa untuk semua cairan

tubuh. (Lachman 2012:1294).

Air merupakan pelarut dan pembawa yang paling banyak

digunakan sebagai pembawa sediaan obat dalam pelarut farmasi

(Rowe 2009:366).

Air digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan bahan

tambahan (Ansel 1989).

Uraian bahan

1. Epinefrin (Dirjen POM. 2014: 373).

Nama Resmi : EPHINEFRIN

Nama lain : Adrenalin, adrenaline, adrenalium.

Rumus Molekul : C9H13NO3

Berat Molekul : 183,204 g/mol


Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih keabu-abuan, abu-

abu coklat muda perlahan menjadi gelap pada

paparan cahaya dan udara. Larutan dalam air

bersifat asam terhadap lakmus, pH lebih kurang


3,5.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit larut dalam etanol,

praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam

eter.

pH : ± 3,5

Stabilitas : Stabil meskipun sedikit higroskopik, stabil pada

pH lebih kurang 3,5.

Kegunaan : Zat aktif

Efek samping : Kecemasan, pusing, penglihatan kabur, sedasi.

Farmakologi : Menstimulasi reseptor α dan β dan B2 adrenergik

yang berefek relaksasi otot polos bronkus.

Stimulasi jantung dan dibatasi vaskulator otot

skelat, dosis kecil berefek vasodilatasi melalui

reseptor B2vaskuler, dosis besar menyebabkan

kontraksi otot polos vascular dan skelat.

Interaksi obat : Polensiasi dengan anti aritmia, adrenalin,

menekan respon anti depresan trisiklik,


penghambat serat adrenergik, dan resiko aritmia
jantung meningkat dengan glikosida.

Kontraindikasi : Dilatasi jantung, intrufisiensi koroner, syok

selama anastesi atau pembiusan, glukoma sudut

tertutup, dan persalinan.

Farmakokinetik : Pada absorbs penyuntikan subkutan, absorbsinya

lambat karena terjadinya vasokontriksi. Pada

intramuskular absorbsi cepat, epinefrin stabil pada

pembuluh darah, degradasi pertama terjadi dihati,

karena terdapat banyak enzim CUMT dan NAU,

metabolit epinefrin dikeluarkan melalui urin.

Dosis : Dewasa : 0,3 – 0,5 mg SC atau IM, dapat diulang

bila perlu tiap10-15 menit untuk anafilaksis atau

tiap 20 menittiap 4 jam untuk asma.

Aturan pakai : IM atau SC, tiap 10-15 menit unuk anafilaksis,

untuk IV dalam waktu 5-10 menit, bila perlu

diulang tiap 5-15 menit.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup, untuk injeksi intravena

atau intra muscular dalam wadah dosis tunggal

terlindung dari cahaya.

2. Natrium klorida (Rowe. 2009: 637).

Nama Resmi : SODIUM CHLORIDE

Nama lain : Natrii chloridum, sucksalt, saline, chloride de

sodium.
Rumus Molekul : Nacl

Berat Molekul : 58,44

Rumus Sruktur : Na-cl

Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk

hablur putih, rasa asin.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut

dalam etanol, air mendidih, larut dalam gliserin,

sukar larut daam etanol.

pH : 6,7-7,3
Range : <0,9 %

Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan.

Inkompatibilitas : Bersifat korosif terhadap besi, bereaksi untuk

membentuk endapan dengan garam, perak, timah,

dan merkuri.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pengisotonis.

3. Sodium asetat (Rowe 2009: 620-621).

Nama Resmi : SODIUM ACETAT

Nama lain : Acetid acid, sodium salt, fe62, natrii acetat, sodium

ethanoat.

Rumus Molekul : C2H3NaO2

Berat Molekul : 82,0


Rumus Struktur :

Pemerian : Kristal transparan atau tidak berwarna, bubuk

kristal granulasi, dengan sedikit bau asam asetat.

Kelarutan : Larut dalam 8,8 dalam air, dalam 20 etanol (95%).

pH : 7,5-9,0

Inkompatibilitas : Bereaksi dengan komponen asam dan basa,

bereaksi dengan flour bahan nitrat.

Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah kedap udara.

Kegunaan : Buffering agent

4. Asam asetat (Rowe. 2009: 05).

Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama lain : Asam asetat, etanol acid, ethlic acid, asam cuka.
Rumus Molekul : C2H4O2

Berat Molekul : 60 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas menusuk,

rasa asam yang tajam.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol dan

gliserol.
pH : 2,4

Stabilitas : Stabil dalam wadah kedap udara, ditempat yang

sejuk dan kering

Inkompatibilitas : Asam asetat bereaksi dengan substansi alkaline.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Buffering agent

5. Aqua pro injeksi (Rowe. 2009: 766).

Nama Resmi : AQUA PRO INJECTION

Nama Lain : Aqua pro injeksi, aqua purification, Air murni,

Aquadest, API

Berat Molekul : 18,02 g/mol

Rumus Molekul : H2O

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak mempunyai rasa

Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar

Inkompatibilitas : Reaktif terhadap bahan mudah terhidrolisis.

Stabilitas : Stabil dalam bentuk cair, padat dan gas.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

Anda mungkin juga menyukai