Anda di halaman 1dari 68

BAB III

PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

A. Pelaksanaan rencana tindak kepemimpina ( RTK )


Tindakan difokuskan pada upayya meningkatkan kompetensi kepribadian ,
social, dan kewirausahaan penulis melalui pembellajaran disekolah magang dan
untuk meningkatkan standard proses disekolah sendiri melalui tindakan
pembinaan pada guru-guru junior yang terkait dengan kemampuan menyusun
silabus dan RPP serta mengimplementasikannya didalam pembelajaran.
Tindakan pembelajaran dan pembinaan guru junio termasuk dengan semia
kajian untuk memenuhi tagihan-tagihan dalam OJL berlangsung selama ±3 bulan
yaitu mulai tanggal 14 juni sampai dengan 2 september 2017 atau setara dengan
150 jam di sekolah sendiri dan 50 jam di sekolah magang.
1. Peningkatan kemampuan guru
a. Siklus 1
1) Persiapan
Hasil pertemuan awal dengan kepala sekolah disepakati untuk sosialisasi
program on the job learning ( OJL ) bagi calon kepala sekolah pelaksanaannya
pada hari jumat tanggal 14 juni 2017 pukul 12.30 wita-selesai. Kegiatan
sosialisasi program on the job learning (OJL) dihadiri oleh guru dan staf TU
dengan harapan para guru memberikan apresiasi dan bantuan kepada calon
kepla sekolah untuk melaksanakan on the job learning (OJL).
Langkah-langkah yang dilakukan oleh calon kepala sekolah untuk
kegiatan workshop peningkatan kemampuan guru dalam pemanfaatan TIK
dalam pembelajaran adalah 1) kondisi dengan pihak terkait, 2) musyawarah
dengan guru sasaran, 3) menyusun jadwal pelaksanaan (alokasi waktu), 4)
ketersediaan daftar hadir peserta, 5) ketersediaan narasumber workshop, 6)
ketersediaan pendanaan workshop, 7) ketersediaan computer/laptop, 8)
ketersediaan in focus (LCD), 9) ketersediaan tata tertib.
2) Pelaksanaan
Rencana tindak kepemimpinan yaitu “Peningkatan Kemampuan Guru
Dalam Pemanfaatan TIK Dalam Pembelajaran Pada SMP Negeri 4 Lappariaja”
dilaksanakan pada hari ahad, tanggal 23 s/d 25 Juli 2017. Dihadiri oleh kepala
sekolah, kepala tata usaha, guru, narasumber, dan staf tata usaha sebagai
peserta dan 6 orang guru dan pegawai sebagai panitia pelaksana.
Adapun langkah-langkah kegiatan workshop peningkatan kemampuan
guru dalam pelaksanaan TIK dalam pembelajaran sebagai berikut : 1)
keterlaksanaan sesuai jadwal, 2) disiplin dalam mengikuti workshop, 3)
antusias peserta workshop, 4) pembimbingan penggunaan Microsoft office
power point, 5) pembimbing pembuatan power point, 6) pembimbingan
pembuatan power point beranimasi, 7) pembimbingan pengggunaan internet
dan 8) pembimbingan penggunaan internet dalam pembelajaran.
Pelaksanaan diawali dengan penyampaian materi secara umum,
mengenai kebijakan pendidikan dalam lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten
Bone. Materi berikutnya adalah penyampaian materi tentang penggunaan
Microsoft office power point dan pembuatan power point beranimasi.
Kemudian dilanjutkan dengan praktek penggunaan computer/laptop dalam
pembelajaran dengan menggunakan power point. Untuk kesempurnaan
penggunaan TIK dan power point dalam pembelajaran, peserta diminta untuk
berlatih dan melanjutkan kegiatan masing-masing.
3) Monitoring dan Evaluasi
Tahapan kegiatan monitoring meliputi : melakukan pemantauan terhadap
kegiatan, mengidentifikasi kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai rencana,
melaksanakan perencanaan, mengatasi masalah jika terjadi permasalahan.
Sedangkan kegiatan evaluasi adalah melakukan penilaian terhadap pencapaian
indicator keberhasilan.
Monitoring dilaksanakan untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan
kemampuan guru dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Dalam
kegiatan monitoring dan evaluasi melibatkan, guru dan narasumber. Instrument
monitoring dan evaluasi diberikan setelah kegiatan berlangsung.
4) Refleksi
Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan calon kepala sekolah
terhadap guru mata pelajaran dalam peningkatan kemampuan pemanfaatan TIK
dalam pembelajaran, perhitungannya sebagai berikut :
Jumlah Nilai
Skor = x 100 %
32
Adapun kriteria penilaian yang digunakan pada siklus 1 seperti tampak pada
Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Kriteria penilaian yang digunakan pada siklus 1
Angka Huruf Keterangan
86-100 A Amat baik
71-85 B Baik
56-70 C Cukup
<55 D Kurang Baik

Adapun hasil tindakan pada siklus 1 tentang peningkatan kemampuan


guru dalam pemanfaatan TIK sebagaimana tertera pada tabel 3.2 berikut
Tabel 3.2 Hasil Tindakan Peningkatan Kemampuan guru pada siklus 1
Indikator
No Nama Jumlah Skor Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Baharuddin, S.Pd, M.Pd 4 3 3 C (Cukup)
2 Alimuddin L, S.Pd 2 3 2 C (Cukup)
3 Drs. Dasi 2 2 2 D (Kurang Baik)
4 Jasmir M, S.Pd 3 3 2 A (Amat Baik)
5 Hj. Hamsidar, S.Pd 3 3 2 D (Kurang Baik)
6 Fatmawati Yunus, S.Pd 2 2 2 B (Baik)
7 Hasni, S.Pd 3 3 B (Baik)
8 Muh.Idrus, S.Ag 2 3 A (Amat Baik)
9 Syawal, S.Pd 2 2 B (Baik)
10 Jumriani, S.Pd 3 3 A (Amat Baik)
11 Hamdana, S.Pd 3 3 C (Cukup)
12 Jumiarti S.E, S.Pd 4 4 B (Baik)
13 Faqih Ashari, S.Pd 4 4 B (Baik)
14 Rosmiati, S.Pd 4 4 D (Kurang Baik)
15 Hj. Fatma, S.Pd 4 3 C (Cukup)
Berdasarkan hasil penilaian terhadap peningkatan kemampuan guru dalam
pemanfaatan TIK dalam pembelajran tabel 3.2, dapat disimpulkan bahwa dari
15 orang peserta terdapat 3 orang guru memperoleh nilai 86-100 dengan
kategori (A), 2 orang memperoleh nilai 71-85 dengan kategori (B), 4 dan orang
guru yang masih mendapat nilai 56-70 dengan kategori (C) dan 6 orang guru
masih mendapat nilai dibawah 55 dengan kategori (D).
Sebagai tindak lanjut maka orang guru yang memperoleh nilai 56-70 dan
orang juga yang memperoleh nilai dibawah 55 tersebut diberikan
pendampingan oleh calon kepala sekolah dalam pemanfaatan TIK dalam
pembelajran untuk mempersiapkan revisi siklus 2 seperti pada tabel 3.3
berikut.
Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Kemampuan Guru pada Siklus 1
Kriteria Jumlah Presentase
(A) Amat baik 3 20%
(B) Baik 5 33,3%
(C) Cukup 4 26,6%
(D) Kurang Baik 3 20%

KEMAMPUAN GURU DALAM PEMANFAATAN TIK DALAM


PEMBELAJARAN

5
4.5
4
3.5 Column2
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Amat Baik (A) Baik (B) Cukup ( C ) Kurang Baik (D)
b) Siklus 2
1) Persiapan
Dengan mengamati setiap tahapan yang telah dilaksanakan dalam
kegiatan workshop peningkatan kemampuan guru dalam pemanfaatan TIK
dalam pembelajaran. Bersama panitia, mendiskusikan hal-hal yang harus
disempurnakan dalam kegiatan meningkatkan kemampuan guru dalam
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran melalui workshop disekolah.
Hasil diskusi dengan panitia dan guru kepada guru ahli / narasumber dan
kepada calon kepala sekolah diminta pendampingan kembali sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
2) Pelaksanaan
Kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang masih dianggap kurang pada
siklus 1 dilakukan oleh calon kepala sekolah melalui pendampingan dibantu
oleh panitia dan fasilitator. Calon kepala sekolah melakukan observasi kegiatan
saat pendampingan berlangsung pada tanggal 30 s/d 31 juli 2017.
3) Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan melalui observasi kegiatan yang melibatkan
narasumber dan calon kepala sekolah dengan kemampuan guru dalam
pemanfaatan TIK dalam pembelajran, yang penilaiannya dilakukan setelah
kegiatan siklus 2 berlangsung.
4) Refleksi
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan calon kepala
sekolah terhadap guru dalam meningkatkan kemampuan guru dalam
pemanfaatan TIK dalam pembelajran, dengan mengisi instrument monev dan
diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
jumlahnilai
Skor = x 100 %
32
Adapun kriteria penilaian yang digunakan pada siklus 2 seperti tampak
pada Tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.4 Kriteria penilaian yang digunakan pada siklus 2
Angka Huruf Keterangan
86-100 A Amat baik
71-85 B Baik
56-70 C Cukup
<55 D Kurang Baik

Adapun hasil tiindakan pada siklus 1 tentang peningkatan kemampuan


guru dalam pemanfaatan TIK sebagaimana tertera pada tabel 3.2 berikut
Tabel 3.5 Hasil Tindakan Peningkatan Kemampuan Guru Pada Siklus 2
Indikator
No Nama Jumlah Skor Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Baharuddin, S.Pd, M.Pd B (Baik)
2 Alimuddin L, S.Pd B (Baik)
3 Drs. Dasi D (Kurang Baik)
4 Jasmir M, S.Pd A (Amat Baik)
5 Hj. Hamsidar, S.Pd D (Kurang Baik)
6 Fatmawati Yunus, S.Pd B (Baik)
7 Hasni, S.Pd B (Baik)
8 Muh.Idrus, S.Ag A (Amat Baik)
9 Syawal, S.Pd B (Baik)
10 Jumriani, S.Pd A (Amat Baik)
11 Hamdana, S.Pd B (Baik)
12 Jumiarti S.E, S.Pd A (Amat Baik)
13 Faqih Ashari, S.Pd A (Amat Baik)
14 Rosmiati, S.Pd C (Cukup)
15 Hj. Fatma, S.Pd B (Baik)
Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan setelah mengisi dan
menghitung instrument monitoring dan evaluasi pada guru di siklus 2 melalui
kegiatan pendampingan dapat disimpulkan bahwa ternhyata memperoleh hasil
yang memuaskan, artinya orang yang mengikuti kegiatan pendampingan 5
orang memperoleh niali 86-100 dengan kategori (A),7 orang guru memperoleh
nilai 71-85 dengan kategori (B) dan 1 orang guru memperoleh niali 56-70
dengan kategori (C) dan 2 orang guru memperoleh nilai <55 dengan kategori
kurang baik (D). Secara umum dari orang guru yang mengikuti kegiatan
pendampingan pada siklus 2 telah dapat memperbaiki yang cukup maupun
yang kurang dalam memanfaatkan TIK dalam pembelajaran sebagaimana
tertera pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Kemampuan Guru pada Siklus 2
Kriteria Jumlah Presentase
(A) Amat baik 5 33,3%
(B) Baik 7 46,6%
(C) Cukup 1 6,67%
(D) Kurang Baik 2 13,3%

KEMAMPUAN GURU DALAM PEMANFAATAN TIK DALAM PEMBELAJARAN

7
6
5
4 Column2
3
2
1
0
Amat Baik (A) Baik (B) Cukup ( C ) Kurang Baik (D)
KEMAMPUAN GURU DALAM PEMANFAATAN TIK DALAM PEMBELAJARAN

8
7
6
5
Siklus 1
4 Column1
3
2
1
0
Amat Baik (A) Baik (B) Cukup ( C ) Kurang Baik (D)

2. Peningkatan Kompetensi Diri


Pada pelaksanaan workshop para peserta diharap mengisi instrument
peningkatan kompetensi diri yang terdiri dari 15 indikator yaitu :
a. Mampu menjaga dan memelihara kestabilan emosi selama kegiatan
workshop
b. Mampu berempati dengan teman sejawat selama kegiatan workshop
c. Mampu berbagi, peduli kepada sesama dan toleran melalui curah pendapat
dengan peserta workshop
d. Mampu menunjukkan kepedulian dan sikap toleran kepada peserta
workshop
e. Bertanggung jawab atas keterlaksanaan workshop sesuai rencana
f. Menunjukkan sikap sabar dalam berinteraksi dengan peserta workshop
g. Menunjukkan sikap bersahabat dalam menjadi pengarah dalam kegiatan
workshop
h. Menjadi teladan dalam berperilaku dalam kegiatan workshop
i. Menunjukkan kemampuan dalam merencanakan kegiatan berbagai pihak
terkait dalam merencanakan pelaksanaan kegiatan workshop
j. Menunjukkan sikap sabar melaksnakan pembimbingan dalam kegiatan
workshop
k. Menunjukkan sikap ulet pantang menyerah melaksanakan pembimbingan
dalam kegiatan workshop
l. Menerapkan cara yang menarik dalam pembimbingan guru pada kegiatan
workshop
m. Menerapkan cara inovatiff dalam pembimbingan guru pada kegiatan
workshop
n. Memberikan kebebasan dalam memilih cara terbaik yang disukai pada
peserta workshop
o. Menerapkan prinsip taat azas selama kegiatan workshop berlangsung.
Adapun rekapitulasi hassil pengisian instrument peningkatan kompetensi
diri seperti tabel 3.7 berikut
Tabel 3.7 Rekapitulassi Hasil Instrument Peningkatan Kompetensi Diri
Indikator Jumlah Skor Kriteria
No Nama
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Baharuddin, S.Pd, M.Pd
2 Alimuddin L, S.Pd
3 Drs. Dasi
4 Jasmir M, S.Pd
5 Hj. Hamsidar, S.Pd
6 Fatmawati Yunus, S.Pd
7 Hasni, S.Pd
8 Muh.Idrus, S.Ag
9 Syawal, S.Pd
10 Jumriani, S.Pd
11 Hamdana, S.Pd
12 Jumiarti S.E, S.Pd
13 Faqih Ashari, S.Pd
14 Rosmiati, S.Pd
15 Hj. Fatma, S.Pd
Berdasarkan hasil pengisian instrument peningkatan kompetensi diri yang
dilakukan peserta workshop dapat disimpulkan bahwa dari 15 orang guru yang
mengikuti kegiatan workshop orang memberikan nilai 86-100 dengan kategori
amat baik (A), orang guru memberikan nilai 71-85 dengan kategori baik (B)
artinya kompetensi dirinya baik seperti tertera pada tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 rekapitulasi peningkatan kompetensi diri
Kriteria Jumlah Presentase
(A) Amat baik
(B) Baik
(C) Cukup
(D) Kurang Baik

3. Proses Pelaksanaan Workshop


Pada proses pelaksanaan workshop peserta juga diminyta untuk mengisi
instrument proses pelaksanaan workshop terdiri dari tiga komponen perencanaan
terdiri dari 9 deskripsi yaitu :
a. Koordinasi dengan pihak terkait
b. Musyawarah dengan guru sasaran
c. Membentuk kepanitiaan
d. Menyusun jadwal pelaksanaan
e. Ketersediaan daftar hadir peserta
f. Ketersediaan narasumber
g. Ketersediaan panduan
h. Ketersedian computer / laptop
i. Ketersediaan in focus
Komponen pelaksanaan terdiri dari 8 deskripsi yaitu :
a. Keterlaksanaan sesuai jadwal
b. Disiplin mengikuti workshop sesuai jadwal
c. Antusias peserta
d. Pembimbingan penggunaan Microsoft office power point
e. Pembimbingan pembuatan power point
f. Pembimbingan pembuatan power point beranimasi
g. Pembimbingan penggunaan internet
h. Pembimbingan penggunaan internet dalam pembelajaran
Komponen hasil terdiri dari 5 deskripsi yaitu :
a. Mampu mengguanakan computer
b. Mampu menggunakan Microsoft office power point
c. Mampu membuat bahan ajar pada power point
d. Mampu membuat bahan ajar pada power point animasi
e. Mampu menggunakan internet sebagai sumber belajar
Berdasarkan hasil pengisian instrument proses pelaksanaan workshop yang
dilakukan peserta dapat disimpulkan bahwa dari 15 orang guru yang mengikuti
kegiatan workshop semuanya menyatakan bahwa proses pelaksanaan workshop
memadai. Adapun rekpitulasi pengisisan instrument proses pelaksanaan workshop
sebagaimana tertera pada tabel 3.9 berikut.
3.9 Rekapitulasi Hasil Instrument Proses Pelaksanaan Workshop
Komponen Jumla Sko
Kriteria
No Nama Perencanaan Pelaksanaan Hasil h r
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5
1 Baharuddin, S.Pd, M.Pd
2 Alimuddin L, S.Pd
3 Drs. Dasi
4 Jasmir M, S.Pd
5 Hj. Hamsidar, S.Pd
6 Fatmawati Yunus, S.Pd
7 Hasni, S.Pd
8 Muh.Idrus, S.Ag
9 Syawal, S.Pd
10 Jumriani, S.Pd
11 Hamdana, S.Pd
12 Jumiarti S.E, S.Pd
13 Faqih Ashari, S.Pd
14 Rosmiati, S.Pd
15 Hj. Fatma, S.Pd
B. Supervisi Guru Junior
Tahap 1
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan kegiatan observasi guru junior, calon kepala
sekolah melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Berkooerdinasi dengan bagian kurikulum dan menjelaskan maksud
pelaksanaan supervisi sebagai bagian dari kegiatan OJL, untuk selanjutnya
secara bersama-sama menentukan guru yang akan disupervisi. Pada
pertemuan tersebut disepakati guru junior yang akan disupervisi yaitu
Hamdana, S.Pd, guru mata pelajaran matematika dan Jumiarti, S.E, S.Pd
guru mata pelajaran IPS.
b. Menghubungi guru yang akan disupervisi dan memberikan penjelaskan
secara rinci tentang tujuan supervisi dalam kaitannya dengan OJL, dan
selanjutnya bersama-sama menyepakati jadwal pelaksanaan supervisi dan
atau disesuaikan roster yang telah dibuat wakil kepala sekolah urusan
kurikulum hari senin tanggal 31 juli 2017 jam 2-3 untuk guru junior pertama
( Hamdana,S.Pd) dan hari senin tanggal 31 juli 2017 jam 7-8 untuk guru
junior kedua (Jumiarti,S.E,S.Pd)
c. Menyusun dan mendiskusikan perangkat pembelajaran yang akan
digunakan dalam proses supervisi. Agar guru memperoleh informasi yang
jelas tentang tujuan pelaksanaan supervisi, maka peserta memberikan
instrument yang akan digunakan dalam pelaksanaan observassi. Setiap item
dalam instrument didiskusikan secara mendetail sehingga guru memahami
substansi supervisi.
d. Mendiskusikan perangkat administrasi pembelajaran yang akan
diimplementasikan dalam proses pembelajaran
2. Pelaksanaan
Kegiatan supervisi akademik meliputi tiga tahapan kegiatan yaitu :
2.1. Pra observasi
Dalam tahapan ini guru diberitahu dan dinyatakan kesiapannya untuk
disupervisi oleh calon kepala sekolah, setelah ada sepekatan jadwal, guru
diminta untuk mengisi format pra observasi dan memberikan silabus dan RPP
yang akan digunakan pada saat disupervisi. Supervisor dalam hal ini calon
kepala sekolah menelaah silabus dan RPP yang telah diberikan oleh guru yang
akan disupervisi.
2.2. Observasi
Observasi yang dilakukan sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang telah
ditetapkan disekolah. Pelaksanaan observasi mengacu pada kesepakatan yang
telah disusun pada pra observassi. Supervisor dituntut untuk menyiapakan
perangkat atau instrument observasi dan disisi lain guru menyiapkan silabus
perangkat pembelajaran sesuai dengan hasil diskusi sebelum melakukan
observasi. Adapun langkah pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut :
a. Pengelolaan kelas
Mengawali proses pembelajran guru tidak merubah tempat duduk peserta
didik. Posisi tempat duduk dibiarkan seperti biasnaya tanpa sedikitpun
memberikan masukan. Ketika pembelajran telah berlangsung dan
membutuhkan diskusi kelompo,, guru kemudian membagi kelompok secara
acak dan mulai mengintervensi tempat duduk peserta didik yang dirasa tidak
menunjang pelaksanaan diskusi kelompok
b. Kegiatan pembelajaran
1) Kegiatan Pendahuluan
a. Guru memberi motivasi dan apresiasi
Sebelum memulai pembelajaran i) guru memberikan salam dan pserta
didik mempersiapka diri dilanjutkan dengan membaca doa serta
membaca beberapa ayat al-quran, ii) guru mengecek kesiapan belajar
dan kehadiran peserta didik dalam mengawali kegiatan pmebelajaran.
b. Guru memberi tahu kompetensi yang akan dicapai
c. Menyampaikan KD, indicator dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai
d. Menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan
e. Mengaitkan materi pembelajran sekarang dengan pembelajaran
sebelumnya
f. Menyampaikan manfaaat materi pembelajaran, ruang lingkup dan
teknik penilaian
2) Kegiatan Inti
Langkah-langkah nyata yang dilakukan dalam kegiatan inti dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Guru tampak menguasai materi pembelajaran
b. Guru mengelola kelas dengan baik
c. Metode pendekatan inovatif
d. Guru menggunakan alat batu/media pembelajaran (alat peraga, peta,
OHP, kaset, dan tape recorder, computer dan LCD, CD interaktif dan
sebagainya)
e. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membantu mengatasi kesulitan
peserta didik
f. Guru menggunakan teknik bertanya dengan bahasa yang baik dan benar
g. Guru mendorong peserta didik untuk memanfaatkan teknologi informasi
(computer, internet)
h. Peserta didik berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
i. Pada kegiatan pembelakaran nampak ada proses eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi
j. Peserta didik tampak ceria dan antusias dalam belajar
k. Ada penilaian untuk mengetahu pencapaian kompetensi (ketercapaian
tujuan pembelajaran)
l. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP
m. Pembelajaran diselesaikan tepat waktu
3) Penutup
Pada akhir kegiatan guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif
dengan langkah-langkah meliputi :
a. Membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik,
b. Melakukan refleksi yang mengaitkan materi pelajaran dengan sikap
spiritual dan social,
c. Memfasilitasi pengumpulan hasil kerja peserta didik sebagai bahan
portofolio mereka, dan
d. Memberi tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya
dan/atau tugas pengayaan dan/atau remedi.
2.3 Pasca Observasi Kelas
Pasca observasi dilakukan kegiatan refleksi secara singkat dengan guru
junior dengan ditanya setelah bagaimana perasaan/kesan guru junior tersebut
setelah melakukan proses pembelajaran yang diamati oleh calon kepala
sekolah, lalu calon kepala sekolah memberikan pujian terhadap hal-hal yang
sudah baik yang dilakukan oleh guru junior selama proses pembelajaran,
setelah itu guru junior diberi instrumen format 3 (pasca observasi). Setelah
mengisi instrumen format 3 guru junior diperlihatkan hasil penilaian format 1,
format 2 dan format 3. Pada observasi kedua terhadap guru yang sama
ditekankan untuk mengimplementasikan revisi-revisi yang disepakati pasca
observasi pertama sehingga proses pembelajaran telah berjalan dengan baik.
3. Tindak Lanjut dan Hasil
Tindak lanjut dan hasil, setelah mengisi instrumen pasca observasi calon
kepala sekolah memperlihatkan hasil penilaian format 1 tentang instrumen
penilaian silabus , format 2 tentang instrument penilaian RPP dan format 3
instrumen observasi kelas sebagai berikut :
Hasil penilaian guru junior yang pertama (Hamdana,S.Pd) format 1
instrumen penilaian silabus menunjukkan perolehan jumlah nilai 44 dari skor
maksimal 56, maka prosentase perolehannya adalah :
44
X 100 % = 78.6 % dengan klasifikasi B (Baik)
56
Format 2 instrumen penilaian RPP menunjukkan perolehan jumlah nilai
57 dari skor maksimal 72, maka prosentase perolehannya adalah :
57
X 100 % = 79,2% dengan klasifikasi B (Baik)
72
Format 3 instrumen observasi kelas guru yang disupervisi menunjukkan
perolehan jumlah nilai 55 dari skor maksimun 76 maka prosentase
perolehannya adalah:
55
x 100% = 72,4 % dengan klasifikasi B (Baik)
76
Sedang hasil penilaian guru junior yang kedua (Jumiarti, S.E, S.Pd)
format 1 instrumen penilaian silabus menunjukkan perolehan jumlah nilai 44
dari skor maksimal 56, maka prosentase perolehannya adalah :
44
X 100 % = 78,6% dengan klasifikasi B (Baik)
56
Format 2 instrumen penilaian RPP menunjukkan perolehan jumlah nilai
54 dari skor maksimal 72, maka prsentase perolehannya adalah :
54
X 100 % = 75 %dengan klasifikasi B (Baik)
72
Format 3 instrumen observasi kelas, guru yang disupervisi menunjukkan
perolehan jumlah nilai 59 dari 76 maka prosentase perolehannya adalah:
59
x 100% = 77,6% dengan klasifikasi B (Baik)
76
Setelah mengisi instrumen 3 calon kepala sekolah bersama guru junior
mendiskusikan hal-hal yang perlu ditingkatkan untuk revisi dalam
siklus 2 sebagai tindak lanjut.
Kesimpulan hasil observasi guru junior siklus 1 adalah sebagaimana
tertera pada tabel 3.10 berikut :
Tabel 3.10 Hasil observasi guru yunior pada siklus 1
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
No Nama Guru Junior Angk
Huruf Angka Huruf Angka Huruf
a
1 Hamdana, S.Pd 78,6 B 79,2 B 72,4 B
2 Jumiarti, S.E, S.Pd 78,6 B 75 B 77,6 B

Tahap 2
1. Perencanaan
Mendiskusikan jadwal untuk supervisi berikutnya, kapan kesediaan dari
guru junior tersebut, hasil diskusi dengan guru junior menyepakati untuk
melakukan sepervisi berikutnya di siklus 2 pada hari Kamis tanggal 3 Agustus
2017 jam 6-7 untuk guru junior kedua (Jumiarti, S.E, S.Pd) dan hari Jum’at
tanggal 4 Agustus 2017 jam 2-3 untuk guru yunior pertama (Hamdana,S.Pd)
2. Pelaksanaan
2.1. Pra observasi
Sebelum diobservasi guru junior terlebih dahulu mengisi instrumen
perencanaan kegiatan pembelajaran sebagaimana pada kegiatan siklus 1.
2.2 Observasi Kelas
Terlebih dahulu guru junior menyiapkan perangkat pembelajarannya
sebelum masuk di kelas. Dalam kegiatan observasi kelas guru junior
menyampaikan materi pembelajaran tahapan mulai pendahuluan hingga
penutup.
2.3 Pasca Observasi Kelas
Setelah observasi sebagaimana pada siklus 1, guru junior diberi pertanyaan
bagaimana perasaan/kesan setelah melakukan proses pembelajaran yang
diamati oleh calon kepala sekolah kemudian diberikan apresiasi terhadap hal-
hal yang sudah baik selama proses pembelajaran. Selanjutnya guru junior
diberi instrumen format 3 (pasca observasi) untuk diisi oleh guru junior dengan
memperlihatkan hasil penilaian format 1 dan format 2.
3. Tindak Lanjut dan Hasil
Hasil penilaian pada siklus 2 untuk format 1 instrumen penilaian silabus,
format 2 instrumen penilaian RPP dan format 3 instrumen observasi kelas
sebagai berikut :
Hasil penilaian guru junior yang pertama (Hamdana,S.Pd) format 1
instrumen penilaian silabus menunjukkan perolehan jumlah nilai 50 dari skor
maksimal 56, maka prosentase perolehannya adalah :
50
X 100 % = 89,3% dengan klasifikasi A (Amat Baik)
56
Format 2 instrumen penilaian RPP menunjukkan perolehan jumlah nilai
65 dari skor maksimal 72, maka prosentase perolehannya adalah :
65
X 100 % = 90,3% dengan klasifikasi A (Amat Baik)
72
Format 3 instrumen observasi kelas guru yang disupervisi menunjukkan
perolehan jumlah nilai 67 dari skor maksimun 76 maka prosentase
perolehannya adalah:
67
x 100% = 88,2 dengan klasifikasi A (Amat Baik )
76
Sedang hasil penilaian guru junior yang kedua (Jumiarti, S.E, S.Pd) format
1 instrumen penilaian silabus menunjukkan perolehan jumlah nilai 51 dari skor
maksimal 56, maka prosentase perolehannya adalah :
51
X 100 % = 91,1 dengan klasifikasi A (Amat Baik)
56
Format 2 instrumen penilaian RPP menunjukkan perolehan jumlah nilai
65 dari skor maksimal 72, maka prsentase perolehannya adalah :
65
X 100 % = 90.3 dengan klasifikasi A (Amat Baik)
72
Format 3 instrumen observasi kelas, guru yang disupervisi menunjukkan
perolehan jumlah nilai 68 dari 76 maka prosentase perolehannya adalah:
68
x 100% = 89,5 dengan klasifikasi A (Amat Baik)
76
Kesimpulan hasil observasi guru junior siklus 2 adalah sebagai tertera pada
tabel 3.11 berikut :
Tabel 3.11 Hasil Observasi Guru Yunior Pada Siklus 2
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
No Nama Guru Junior Angk
Huruf Angka Huruf Angka Huruf
a
1 Hamdana, S.Pd 89,3 A 90,3 A 88,2 A
2 Jumiarti, S.E, S.Pd 91,1 A 90,3 A 89,5 A

Dari hasil wawancara kedua terlihat ada kepuasan, walaupun belum


sempurna, bahkan guru junior lebih antusias agar program supervisi dapat
berkesinambungan. Dengan supervisi akademik guru junior merasakan adanya
manfaat yang sangat baik terutama dalam penyiapan perangkat pembelajaran
maupun pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga nantinya akan berimflikasi
kemutu siswa. Dalam bentuk grafik peningkatan
100 89.3 90.3 88.2
90 78.6 79.2
72.4
80
70 Siklus 1
60 siklus 2
50
40
30
20
10
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3

100 91.1 90.3 89.5


90 78.6 77.6
75
80
70
siklus 1
60 siklus 2
50
40
30
20
10
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
Adapun perbandingan hasil penilaian instrument 1, instrumen 2 dan
instrument 3 setiap siklus dalam bentuk grafik berikut :

silabus 1
100

Observasi 2 RPP 1
50

Hamdana,S.Pd
0 Jumiarti, S.E, S.Pd

RPP 2 Observasi 1

silabus 2
C. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
1. Silabus
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI),
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan
penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata
pelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum
dilakukan secara rinci dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur
(PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT) namum hanya ditampilkan
dalam bentuk garis-besar kegiatan pembelajaran.
Menurut Mulyasa (2007) dinyatakan bahwa silabus merupakan rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan dan sumber belajar yang dikembangkan oleh
setiap satuan pendidikan.
KTSP SMP Negeri 4 Lappariaja dinyatakan bahwa silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
menilai hasil belajar peserta didik.
Prinsip pengembangan yang dilakukan oleh sekolah menganut prinsip
ilmiah, relevan, fleksibel, kontinuitas, konsisten, aktual dan kontekstual, efektif
dan efisien. Ilmiah artinya semua materi dan kegiatan harus benar, logis, dan
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Relevan artinya ruang lingkup,
kedalaman materi, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Fleksibel artinya silabus harus dilihat dari
dimensi peserta didik dan lulusan beserta penerapan kurikulum. Kontinuitas
artinya program pembelajaran berkesinambungan yang dikemas dalam silabus
yang mempunyai keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kepribadian
siswa. Konsisten artinya semua komponen dalam silabus mempunyai
konsistensi dalam membentuk kompetensi peserta didik. Memadai artinnya
semua komponen silabus bertujuan untuk mencapai kompetensi dasar yang
telah ditetapkan. Aktual dan kontekstual artinya ruang lingkup semua
komponen silabus dikembangkan berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni mutakhir yang sesuai kehidupan nyata di lingkungan peserta didik.
Efektif artinya semua kegiatan yang dilaksanakan terlaksanan dengan efektif
sesuai standar kompetensi yang ditetapkan. Efisien artinya memperkecil dan
menghemat penggunaan dana tapi dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
direncanakan.
2. RPP
Paradigma lama guru aktif dan siswa pasif masih melekat karena
kebiasaan yang sukar diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan
dan belum berubah menjadi paradigma membelajarkan siswa. Penerapan
strategi yang tepat merupakan jawaban untuk mengubah kebiasaan tersebut.
Persiapan mengajar yang tertuang dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan
pembelajaran di kelas, sudah tergambar dengan jelas bahwa guru sebagai
sutradara dan siswa menjadi pemain yang aktif. Guru memfasilitasi aktivitas
siswa dalam mengembangkan kompetensinya agar kompetensi yang
dipersyaratkan dapat dicapai secara tuntas.
Menyusun rencana pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak harus
dikuasai. Makna dari perencanaan atau program pembelajaran adalah suatu
proyeksi/pemikiran guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung.
Rencana pembelajaran secara rinci harus jelas ke arah mana siswa akan
dibawa (tujuan), apa yang harus dipelajari (isi bahan pelajaran), bagaimana
siswa mempelajarinya (metode dan teknik), dan bagaimana kita mengetahui
bahwa siswa telah mencapainya (penilaian).
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum terinci ke
dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur (KMTT). RPP yang baik disusun berdasarkan pada
prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran, baik mata pelajaran muatan nasional
ataupun mata pelajaran muatan lokal.
Seperti halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan
oleh guru-guru secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP
sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. RPP yang digunakan guru masih
terdapat beberapa kekurangan terutama dalam merumuskan tujuan
pembelajaran.
Tujuan yang dirumuskan umumnya hanya mengandung dua komponen
audience (A) dan behavior (B). Dalam standar proses dikehendaki bahwa
tujuan yang dicantumkan dalam RPP harus mengandung komponen ABCD
yang meliputi komponen siswa atau audience (A), tingkah laku yang
diinginkan atau behavior (B), proses bagaimana aspek tingkah laku yang
dikehendaki dapat terwujud (C) dan seberapa besar tingkat keberhasilan
peserta didik yang tercapai (D).
Menurut mulyasa (2007) dinyatakan bahwa RPP adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu
atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan
dalam silabus.
Pengembangan RPP yang dilakukan di SMP Negeri 4 Lappariaja
dilakukan oleh guru sendiri. Dalam hal ini pendidik diberi keleluasaan dalam
mengidentifikasi kebutuhan peserta didik, mengidentifikasi kompetensi yang
akan dikembangkan, dan menyusun program pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
3. Bahan Ajar
Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun
secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang
digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar bersifat
sistematis artinya disusun secara urut sehingga memudahkan siswa belajar. Di
samping itu bahan ajar juga bersifat unik dan spesifik. Unik maksudnya bahan
ajar hanya digunakan untuk sasaran tertentu dan dalam proses pembelajaran
tertentu, dan spesifik artinya isi bahan ajar dirancang sedemikian rupa hanya
untuk mencapai kompetensi tertentu dari sasaran tertentu. Dalam kegiatan
pembelajaran bahan ajar sangat penting artinya bagi guru dan siswa. Guru akan
mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas pembelajarannya jika
tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula bagi siswa, tanpa adanya
bahan ajar siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarnya. Hal tersebut
diperparah lagi jika guru dalam menjelaskan materi pembelajarannya cepat
dan kurang jelas. Oleh karena itu bahan ajar merupakan hal yang sangat
penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Bahan ajar dikemas berdasarkan silabus dan sesuai tujuan pembelajaran
yang tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Cakupan materi ajar
tidak terbatas pada materi ajar tetapi serangkaian perangkat yang dapat
membantu dan memfasilitasi peserta didik untuk menguasai sejumlah
kompetensi yang dituntut dalam pembelajaran.
Pembelajaran pada hakikatnya serangkaian kegiatan yang dilakukan guru
untuk membelajarkan siswa dengan menggunakan berbagai strategi dalam
mengelola bahan ajar. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah usaha-
usaha terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi
proses belajar dalam diri peserta didik.
Berkaitan dengan pembelajaran maka bahan ajar meliputi lingkup tentang
segala sesuatu yang dapat melibatkan peserta didik belajar aktif untuk
mencapai tujuan sehingga bahan ajar memuat materi ajar, semua alat atau
bahan yang digunakan dalam belajar, seperti buku pelajaran yang disediakan
secara nasional, media atau alat bantu yang digunakan (alat peraga, laptop,
LCD, dsb), dan lembar kerja siswa. Terkait dengan pelajaran muatan lokal
(bahasa daerah bugis) maka bahan ajar disesuaikan dengan kebutuhan lokal
dalam membentuk karakter untuk menghasilkan produk, gagasan, dan nilai-
nilai yang dapat dimanfaatkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
4. Instrumen Evaluasi
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran perlu
dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan
yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan
instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolok ukur yang ditetapkan
untuk memperoleh kesimpulan.
Evaluasi pada dasarnya merupakan upaya memberikan pertimbangan atau
harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam
rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya. Evaluasi dilakukan untuk menilai
pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diberikan. Untuk dapat
melakukan penilaian diperlukan alat yang disebut dengan instrumen evaluasi
antara lain dalam bentuk tes, non tes, unjuk kerja, proyek, observasi, dan
hasil/produk.
Dilihat dari caranya, penilaian atau evaluasi dibedakan menjadi dua, yaitu
penilaian kelas dan penilaian berkala. Penilaian kelas adalah penilaian yang
dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Sedangkan
penilaian berkala adalah penilaian yang dilakaukan secara berkala, tidak terus
menerus dan hanya pada waktu-waktu tertentu.
Mengingat faktor evaluasi merupakan faktor utama dalam membentuk
peserta didik yang bermutu maka evaluasi yang baik tidak hanya diberikan di
akhir kegiatan pembelajaran, tetapi harus dilakukan juga pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran.
D. Pengkajian Aspek Manajerial
1. Kajian RKS dan RKJM
a. Kajian RKS dan RKJM SMP Negeri 4 Lappariaja
Penyusunan RKS dan RKJM, tidak dilakukan oleh tim tetapi dilakukan
oleh wakil kepala sekolah, bendahara sekolah, dan ketua komite sekolah
sedangkan kepala sekolah bertindak sebagai fasilitator. RKS dan RKJM
yang telah dibuat tidak ditidak lanjuti dengan melakukan sosialisasi kepada
dewan Guru dan seluruh staf TU, seluruh pengurus komite sekolah,
Pemerintah Desa, dan Wakil dari siswa (OSIS).
Berdasarkan olah data data yang ada dan setelah melakukan wawancara
dengan pihak terkait ternyata di SMP negeri 4 Lappariaja belum pernah
melakukan penyusunan RKS termasuk RKT dan RKJM secara transparan.
Apa yang tertuang dalam RKS tidak diketahui oleh guru dan komite
sekolah. Walaupun demikian RKS yang telah dibuat sesuai dengan rambu-
rambu yang ada sebagaimana disebutkan dalam kondisi ideal yang
diharapkan. Kendala atau masalah lain yang dihadapi adalah adanya
kegiatan-kegiatan mendadak yang tidak tercantung dalam RKS. Hal yang
satu ini juga yang menjadi kesenjangan atau masalah yang terjadi di SMP
Negeri 4 Lappariaja.
Menyikapi kondisi tentang tidak adanya sosialisasi kepada guru dan staf
maupun dengan pengurus komite sekolah serta adanya kegiatan-kegiatan
yang dilakukan diluar program yang ada. Walaupun demikian hampir
seluruh kegiatan yang dilakukan di sekolah mengacu pada RKS yang ada.
Berdasarkan kesenjangan ini maka peran saya sebagai magang dari peserta
OJL menyarankan agar: (1) membentuk tim penyusun RKS dan RKJM, (2)
RKS dan RKJM yang telah disusun diajukan kepada dewan guru dan komite
sekolah, (3) mensosialisasikan RKS dan RKJM kepada dewan guru, staf
TU, wakil dari siswa, dan tokoh masyarakat. Adapun kegiatan yang
dilakukan diluar RKS atau RKT yang ada seyogyanya dilakukan dengan
menganut prinsip skala prioritas dan setelah mendapat persetujuan dari
dewan guru komite sekolah. Selain itu juga memberi masukan agar kondisi
yang yang terlaksana sekian tahun dalam penyusun RKS dan RKJM
dilakukan berdasarkan EDS.
Menindaklanjuti amanat peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010
tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pasal 51 yang
menyatakan bahwa satuan pendidikan harus membuat kebijakan tentang
perencanaan program dan pelaksanaannya secara transparan dan akuntabel,
maka RKS diterapkan setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan
dengan prinsip transparansi dan akuntabel tetap menjadi perhatian utama.
Model RKS yang dikembangkan di sekolah ini memuat kegiatan-
kegiatan pokok antara lain:
1. Pengembangan kurikulum.
2. Pengembangan proses pembelajaran.
3. Pengembangan kompetensi lulusan.
4. Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Pengembangan sara dan prasarana.
6. Pengembangan manajemen sekolah.
7. Pengembangan dan Pengalihan Sumber dana Pendidikan.
8. Pengembangan Penilaian Pendidikan.
Berdasarkan ketentuan permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang
standar pengelolaan pendidikan mengamanatkan penyusunan RKS harus
memuat kejelasan mengenai: (1) kesiswaan, (2) kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, (3) PTK serta pengembangannya, (4) sarana dan prasarana,
(5) keuangan dan pembiayaan, (6) budaya dan lingkungan sekolah, (7)
peran serta masyarakat dan kemitraan, dan (8) rencana kerja lain yang
mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu, maka masih
terlihat adanya relevansi dengan model RKS yang dikembangkan di sekolah
ini. Hal yang sama juga terlihat adanya kesesuaian dengan RKS yang
disusun berdasarkan hasil rekomendasi EDS.
Rencana kegiatan sekolah yang telah dilaksanakan dengan baik,
malahan ada sejumlah kegiatan yang tidak terdapat dalam prorgam kegiatan
sekolah dapat pula dilaksnakan. Hal ini dapat dilakukan walaupun tidak
mendapat persetujuan melalui rapat dewan guru dan komite sekolah.
Adanya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tidak berdasarkan RKS
disebabkan karena kegiatan tersebut adalah kegiatan tiba-tiba dan pada
umumnya bukan pula kegiatan yang paling utama. Pada dasarnya pemilihan
program sekolah berdasarkan skala prioritas sehingga jika ada kegiatan
tambahan tidak menjadi hambatan yang serius bagi kemajuan sekolah jika
sekiranya tidak dilakukan.
 Untuk itu, melalui tanya jawab, curah pendapat dan diskusi dengan
kepala sekolah dan wakil-wakil lainnya didapatkan titik temu bahwa jika
terjadi adanya kegiatan sekolah yang harus dilaksankan dan tidak sesuai
dengan rencana kerja sekolah (RKS) yang ada maka sebaiknya dibicarakan
terlebih dahulu dengan dewan guru pengurus komite sekolah melalui rapat
atau pertemuan yang difasilitasi oleh kepala sekolah, dengan prinsip
pelaksanaan kegiatan itu didasarkan pada kebutuhan skala prioritas
b. Kajian RKS dan RKJM SMP Negeri 1 Lappariaja
RKS dan RKJM mutlak dibuat oleh setiap satuan pendidikan khususnya
yang berada pada jenjang Pendidikan dasar dan Menengah. Hal ini
dipertegas dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun
2007 tentang standar pengelolaan pendidikan menyatakan bahwa sekolah
harus membuat rencana kerja sekolah (RKS) yang terdiri dari rencana kerja
jangka menengah (RKJM) dan rencana kerja tahunan (RKT).
RKJM menggambarkan sejumlah tujuan sekolah yang diharapkan dapat
dicapai dalam kurun waktu empat tahun sedangkan RKT dicapai dalam
kurun waktu satu tahunan. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 juga
menyebutkan bahwa RKT adalah rencana kerja tahunan yang berdasar pada
RKJM dan dinyatakan dalam rencana kegiatan anggaran sekolah (RKAS).
Dasar hukum lain yang mendukung penyusunan program kegiatan
sekolah adalah peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Pasal 51 peraturan
pemerintah ini menyatakan bahwa satuan pendidikan harus membuat
kebijakan tentang perencanaan program dan pelaksanaan secara transparan
dan akuntabel. Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud pasal 51 oleh
satuan pendidikan dituangkan dalam: (1) rencana kerja tahunan satuan
pendidikan, (2) anggaran pendapatan dan belanja tahunan satuan
pendidikan, dan (3) peraturan satuan atau program pendidikan.
Pengkajian RKS dan RKJM yang dilakukan memberikan pengalaman
langsung untuk melihat sejauh mana komponen ideal yang diharapkan
dilaksanakan pada satuan pendidikan SMP. Selain itu juga dapat
mengetahui sejauh mana yang telah dilakukan oleh sekolah jika
dibandingkan dengan kondisi yang ideal. Kesenjangan yang terjadi
mendorong pada pengkaji untuk menentukan alternatif solusi terbaik agar
kesenjangan yang terjadi dapat diatasi.
Penyusunan RKS dan RKJM, dilakukan oleh tim yang terdiri dari wakil
kepala sekolah dan urusan-urusan, bendahara sekolah, kepada TU, dan ketua
komite sekolah sedangkan kepala sekolah bertindak sebagai fasilitator. RKS
dan RKJM yang telah dibuat ditidak lanjuti dengan melakukan sosialisasi
kepada dewan Guru dan seluruh staf TU, komite sekolah, Pemerintah Desa,
dan Wakil dari siswa (OSIS).
Berdasarkan data yang ada dan pengalaman yang dialami benar bahwa
di SMP negeri 1 Lappariaja telah melakukan penyusunan RKS termasuk
RKT dan RKJM sehingga dalam setiap penyusunan RKS dan RKT bukan
menjadi hal baru hanya penyusunannya tidak melibatkan pemangku
kepentingan secara utuh, EDS tidak dimanfaatkan dalam penyusunan RKS
dan RKAS dan EDS tidak disusun oleh tim pengembang serta evaluasi dan
pelaporan tidak mengunakan instrument monev. Kendalah atau masalah
yang dihadapi adalah adanya kegiatan mendadak yang tidak tercantung
dalam RKS. Hal yang satu ini yang selalu menjadi kesenjangan atau
masalah yang terjadi di SMP Negeri 1 Lappariaja
Menyikapi kondisi adanya kegiatan yang dilakukan diluar program
yang ada maka sekolah melalukan penyesuaian dengan meminta
pemahaman dari dewan guru dan komite sekolah sehingga kegiatan yang
dilakukan tidak menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu maka hampir
seluruh kegiatan yang dilakukan di sekolah mengacu pada RKS yang ada.
Berdasarkan kesenjangan ini maka peran saya sebagai magang dari peserta
OJL menyarankan agar kegiatan yang dilakukan diluar RKS atau RKT yang
ada seyogyanya dilakukan dengan menganut prinsip skala prioritas dan
setelah mendapat persetujuan dari dewan guru komite sekolah. Selain itu
juga memberi masukan agar kondisi yang yang terlaksana sekian tahuan
dalam penyusun RKS dan RKJM dilakukan secara konsisten dengan
mengedepankan agar budaya mutu disekolah ini menjadi prioritas utama.
Menindaklanjuti amanat peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010
tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pasal 51 yang
menyatakan bahwa satuan pendidikan harus membuat kebijakan tentang
perencanaan program dan pelaksanaannya secara transparan dan akuntabel,
maka RKS diterapkan setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan
Kabupaten. Dengan demikian prinsip transparansi dan akuntabel tetap
menjadi perhatian utama.
Model RKS yang dikembangkan di sekolah ini memuat kegiatan-
kegiatan pokok yang mengacu pada standar nasional pendidikan dengan
memperhatikan EDS antara lain:
1. Pengembangan kurikulum.
2. Pengembangan proses pembelajaran.
3. Pengembangan kompetensi lulusan.
4. Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Pengembangan sara dan prasarana.
6. Pengembangan manajemen sekolah.
7. Pengembangan dan Pengalihan Sumber dana Pendidikan.
8. Pengembangan Penilaian Pendidikan.
Berdasarkan ketentuan permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang
standar pengelolaan pendidikan yang mengamanatkan penyusunan RKS
harus memuat kejelasan mengenai: (1) kesiswaan, (2) kurikulum dan
kegiatan pembelajaran, (3) PTK serta pengembangannya, (4) sarana dan
prasarana, (5) keuangan dan pembiayaan, (6) budaya dan lingkungan
sekolah, (7) peran serta masyarakat dan kemitraan, dan (8) rencana kerja
lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu, maka
masih terlihat adanya relevansi dengan model RKS yang dikembangkan di
sekolah ini. Hal yang sama juga terlihat adanya kesesuaian dengan RKS
yang disusun berdasarkan hasil rekomendasi EDS.
Rencana kegiatan sekolah yang telah dilaksanakan dengan baik,
malahan ada sejumlah kegiatan yang tidak terdapat dalam prorgam kegiatan
sekolah dapat pula dilaksnakan. Hal ini dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu mendapat persetujuan melalui rapat dewan guru dan komite sekolah.
Adanya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tidak berdasarkan RKS
disebabkan karena kegiatan tersebut adalah kegiatan tiba-tiba dan pada
umumnya bukan pula kegiatan yang paling utama. Pada dasarnya pemilihan
program-program sekolah berdasarkan skala prioritas sehingga jika ada
kegiatan tambahan tidak menjadi hambatan yang serius bagi kemajuan
sekolah jika sekiranya tidak dilakukan.
Untuk itu, melalui tanya jawab, curah pendapat dan diskusi dengan
kepala sekolah dan wakil-wakil lainnya didapatkan titik temu bahwa jika
terjadi adanya kegiatan sekolah yang harus dilaksankan dan tidak sesuai
dengan rencana kerja sekolah (RKS) yang ada maka sebaiknya dibicarakan
terlebih dahulu dengan dewan guru pengurus komite sekolah melalui rapat
atau pertemuan yang difasilitasi oleh kepala sekolah, dengan prinsip
pelaksanaan kegiatan itu didasarkan pada kebutuhan skala prioritas.

2. Kajian Pengelolaan Kurikulum


a. Kajian Pengelolaan Kurikulum SMP Negeri 4 Lappariaja
KTSP SMPN 4 Lappariaja tidak jauh berbeda dengan kurikulum
SMPN 1 Lappariaja. Kurikulum disusun oleh tim pengembang kurikulum
yang dibentuk oleh kepala sekolah. Tim ini bekerja merampungkan
kurikulum dengan menggabungkan dokumen 1 ,dokumen 2 dan dokumen 3.
Kurikulum ditandantangani kepala sekolah, ketua komite dan kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten Bone.
Kurikulum tahun pelajaran 2017/2018 masih terpisah antara dokumen
1,dokumen 2 dan dokumen 3. Silabus dan RPP sebagai lampiran kurikulum
masih terpisah-pisah permata pelajaran. Kurikulum SMPN 4 Lappariaja
disusun berdasarkan panduan penyusunan KTSP yang diterbitkan BSNP
untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dokumen I kurikulum
disusun dengan kerangka sebagai berikut:
Halaman Judul
Halaman Penetapan/Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Rosional
B. Landasan
C. Tujuan
BAB II. TUJUAN PENDIDIKAN SMP NEGERI 2 LAPPARIAJA
A. Visi Sekolah
B. Misi Sekolah
C. Tujuan Sekolah
BAB III. STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A. Struktur Kurikulum
B. Muatan Kurikulum
1. Mata Pelajaran
2. Muatan Lokal
3. Pengembangan Diri
4. Pengaturan Beban Belajar
5. Ketuntasan Belajar
6. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN
Lampiran :
1. SK Tim Pengembang
2. Silabus Mata Pelajaran
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pada bagian struktur kurikulum yang mengatur tentang jumlah jam
pelajaran, menetapkan kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran
muatan nasional, 1 mata pelajaran muatan lokal dengan jumlah jam
pelajaran 32 jam perminggu ditambah dengan kegiatan pengembangan diri
yang setara dengan 2 jam pelajaran per minggu. Penambahan jumlah jam
pelajaran menjadi 36 pelajaran perminggu tentu masih memungkinkan
dilaksanakan.
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi
(SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP.
Kegiatan penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri
ataupun berkompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata
pelajaran. Diakui bahwa silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum
sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih
mencontoh silabus dari sekolah-sekolah lain dengan beberapa perbaikan-
perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi
ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur (KMTT). Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip
perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun
mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan
penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata
pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP
sekolah lain dengan beberapa perubahan-perubahan. Namun tentu ada juga
beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran
sendiri ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau
siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat Bone.
Berdasarkan RPP yang digunakan guru masih terdapat beberapa kekurangan
terutama dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan yang dirumuskan
hanya mengandung komponen audience (A) dan behavior (B) tanpa
mencantumkan dengan proses bagaimana aspek tingkah laku yang
dikehendaki dapat terwujud (C) dan seberapa besar tingkat keberhasilan
peserta didik yang tercapai (D). Menyikapi masalah ini maka dilakukanlah
curah pendapat, diskusi, dan tanya jawab dengan guru-guru pada kedua
sekolah untuk menyamakan persepsi tentang rumusan tujuan pembelajaran
yang baik
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan
RPP sebagian sudah menggunakan metode yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, kreatif, menantang dan memotivasi siswa. Sebagian guru
masih ada yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan model
pembelajaran langsung.
b. Kajian Pengelolaan Kurikulum SMP Negeri 1 Lappariaja
Kurikulum satuan pendidikan (KTSP) disusun untuk mengatasi
kurikulum nasional yang kurang menyentuh permasalahn pendidikan yang
belum sepenuhnya sesuai dengan karakteristik, kondisi, dan potensi daerah,
sekolah, masyarakat, dan peserta didik. Penyusunan KTSP didorong oleh
adanya keinginan seluruh masyarakat dan stakeholders pendidikan agar
sekolah turut berperan serta kurikulum yang merupakan center of teaching-
learning proces sehingga sekolah turut berperan serta lebih aktif, kreatif,
dan inovatif dalam penyusunan kurikulum sesuai dengan potensi sekolah.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh tim pengembang kurikulum sekolah yang
mengacu pada permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi,
nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan dan panduan
penyusunan KTSP yang diterbitkan oleh BSNP tahun 2006. Panduan
tersebut memuat tentang konsep dasar, prinsip, prosedur dan kriteria
pengembangan KTSP
Dokumen KTSP mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. KTSP merupakan pedoman
operasional setiap komponen sekolah dalam rangka melaksanakan tugas dan
fungsinya untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah. Penyusunan
KTSP sangat diperlukan untuk mengakomodasi semua potensi yang ada
dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam bidang
akademis maupun non akademis, memelihara budaya daerah, mengikuti
perkembangan iptek yang dilandasi iman dan takwa.
Pelaksanaan pengakajian pengelolaan kurikulum sekolah oleh calon
kepala sekolah memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk memahami
pengelolaan kurikulum sekolah yang ideal dan membandingkannya fakta
nyata yang telah dibuat oleh sekolah sehingga ditemukan adanya beberapan
kesenjangan. Kesenjangan ini mendorong untuk memberikan kontribusi
atau solusi agar kondisi ideal yang diharapkan dapat tercapai. Oleh
karenanya kegiatan pengkajian pengelolaa kurikulum sekolah memberikan
pengalaman yang sangat berharga jika nantinya setalah menjadi kepala
sekolah.
Kurikulum di SMP Negeri 1 Lappariaja dikembangkan berdasarkan
prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menajdi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan potensi peserta didik
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di SMPN 1 Lappariaja
tahun pelajaran 2017/2018 disusun oleh tim pengembang kurikulum yang
dibentuk oleh kepala sekolah. Tim ini bekerja merampungkan kurikulum
dengan menggabungkan dokumen 1 , dokumen 2 dan dokumen 3. KTSP
tahun 2017/2018 ditandantangani kepala sekolah, ketua komite sekolah dan
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bone.
KTSP Dokumen I SMPN 1 Lappariaja disusun berdasarkan panduan
penyusunan KTSP yang diterbitkan BSNP untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah. KTSP dokumen I kurikulum disusun dengan sistimatika
sebagai berikut:
Halaman Judul
Halaman Penetapan/Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Rosional
B. Landasan
C. Tujuan
BAB II. TUJUAN PENDIDIKAN SMP NEGERI 1 LAPPARIAJA
A. Visi Sekolah
B. Misi Sekolah
C. Tujuan Sekolah
BAB III. STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
A. Struktur Kurikulum
B. Muatan Kurikulum
1. Mata Pelajaran
2. Muatan Lokal
3. Pengembangan Diri
4. Pengaturan Beban Belajar
5. Lingkup dan Jam Kerja Guru
6. Ketuntasan Belajar
7. Kriteia Kenaikan Kelas
8. Kriteria Kelulusan
9. Mutasi Siswa
BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN
Bab V PENUTUP
Lampiran :
1. SK Tim Pengembang
2. Silabus Mata Pelajaran
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Visi sekolah adalah: ″Unggul dalam prestasi yang berdasarkan Iptek
dan Imtaq″ menggambarkan tujuan yang ingin oleh SMPN 1 Lappariaja.
Pada bagian struktur kurikulum yang mengatur tentang jumlah jam
pelajaran, menetapkan kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran
muatan nasional, 1 mata pelajaran muatan lokal dengan jumlah jam
pelajaran 33 jam perminggu ditambah dengan kegiatan pengembangan diri
yang setara dengan 2 jam pelajaran per minggu. Penambahan jumlah jam
pejaran menjadi 36 pelajaran perminggu tentu masih memungkinkan
dilaksanakan.
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi
(SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP.
Kegiatan penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri
ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP
mata pelajaran. Diakui bahwa silabus yang dikembangkan oleh guru-guru
belum sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian
masih mencontoh silabus dari sekolah-sekolah lain dengan beberapa
perbaikan-perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi
ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur (KMTT). Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip
perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun
mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan
penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata
pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP
sekolah lain dengan beberapa perubahan-perubahan. Namun tentu ada juga
beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran
sendiri ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau
siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat Bone.
Berdasarkan RPP yang digunakan guru masih terdapat beberapa kekurangan
terutama dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan yang dirumuskan
hanya mengandung komponen audience (A) dan behavior (B) tanpa
mencantumkan dengan proses bagaimana aspek tingkah laku yang
dikehendaki dapat terwujud (C) dan seberapa besar tingkat keberhasilan
peserta didik yang tercapai (D).
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan
RPP sebahagian sudah menggunakan metode yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan, kreatif, menantang dan memotivasi siswa. Sebahagian guru
masih ada yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan model
pembelajaran langsung.
3. Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Kajian Pendidik dan Tenaga Kependidikan di SMP Negeri 4
Lappariaja
Tenaga pendidik di SMP Negeri 4 Lappariaja berjumlah 16 orang
termasuk kepala sekolah yang terdiri dari 11 guru berstatus PNS 5 orang
guru Non PNS dengan 12 rombongan belajar. Berdasarkan permendiknas
nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas
sekolah yang mewajibkan guru mengajar 24 jam tatap muka dengan tugas
tambahan, jumlah 17 guru dengan jumlah rombongan belajar 12 buah sudah
memenuhi jumlah jam mengajar minimal 24 jam perpekan.
SMP Negeri 4 Lappariaja pada tahun pelajaran 2017/2018 membina
siswa sebanyak 300 orang juga belum memiliki tenaga konselor.
Berdasarkan permendiknas nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban
kerja guru dan pengawas sekolah yang mewajibkan konselor mengampu
bimbingan dan konseling sedikitnya 150 siswa, maka jumlah konselor yang
dibutuhkan selayaknya sebanyak 2 orang. Fakta lain yang ditemukan di
SMP Negeri 4 Lappariaja adalah masih terdapat beberapa guru mata
pelajaran yang mengajar tidak berdasarkan latar belakang pendidikannya.
Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya penempatan guru sesuai dengan
jurusan yang dibutuhkan. Pengangkatan guru honor juga sebagian mendapat
tugas yang tidak sesuai dengan kualifikasi akademiknya. Walaupun
demikian mereka telah diikatkan dalam kegiatan pelatihan atau MGMP.
Tenaga kependidikan sekolah terbagi menjadi tenaga administrasi sekolah,
tenaga perpustakaan dan laboran. Kualifikasi akademik tenaga kependidikan
yang ada minimal berijazah SMA/SMK dan bahkan sudah ada yang
berkualifikasi akademik S1.
Tenaga kependidikan sehari-hari bertugas sebagai tenaga administrasi
sekolah bagian pelaksana urusan sarana dan prasarana. Standar kualifikasi
pendidikan tenaga administrasi sekolah bagian pelaksana urusan sarana dan
prasarana berdasarkan permendiknas nomor 24 tahun 2008 adalah minimal
lulusan SMA/MA/SMK/MAK. Dengan demikian TAS tersebut sudah
memenuhi standar kualifikasi akademik. Jumlah tenaga kependidikan yang
dimiliki SMPN 4 Lappariaja saat ini berjumlah 4 orang terbagi menjadi
tenaga administrasi sekolah, tenaga perpustakaan. Kepala tenaga
administrasi SMPN 4 Lappariaja berkualifikasi S1 jurusan Bahasa Indonesia
sehingga tidak relevan dengan tugasnya. Kepala TU juga belum memiliki
sertifikat kepala tenaga administrasi sekolah yang dikeluarkan oleh lembaga
yang ditetapkan pemerintah. Satu hal yang mendukung dalam pelaksanaan
tugas-tugasnya sebagai kepala TU adalah karena sudah mempunyai
pengalaman kerja selama 31 tahun sebagai TAS. Pelaksana urusan tenaga
administrasi rata-rata sudah memiliki kompetensi yang memadai kecuali di
bidang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Tenaga perpustakaan SMPN 4 Lappariaja adalah seorang pegawai
Non PNS dengan kualifikasi akademik D3 dan belum memiliki sertifikat
kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah serta pengalaman kerja 6
tahun.
SMPN 4 Lappariaja hanya memiliki 1 laboratorium yaitu laboratorium
IPA. Laboran yang ditugaskan berasal dari jalur guru dengan kualifikasi
pendidikan S1. Berdasarkan permendiknas nomor 26 tahun 2008 tentang
standar tenaga laboratorium sekolah, tenaga laboran minimal lulusan
diploma 2 (D2) yang relevan dengan peralatan laboratorium dan memiliki
sertifikat.
b. Kajian Pendidik dan Tenaga Kependidikan di SMP Negeri 1
Lappariaja
Sekolah sebagai suatu sistem sehingga setiap komponen saling
berpengaruh untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah yang memiliki
kepemimpinan yang kuat haruslah dapat mengelola semua komponen yang
ada saling sinergi satu sama lain unuk mewujudkan visi dan misi sekolah.
Salah satu komponen yang perlu dikelola secara profesional adalah tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan.
Pembelajaran merupakan roh sebuah institusi pendidikan. Sekolah
yang baik dan bermutu dapat dilihat dari efektivitas pembelajaran yang
dilakukan guru. Dibalik itu komponen tenaga kependidikan lainnya turut
pula mempengaruhi aspek pelayan pembelajaran, misalnya laboran,
perpustakaan dan konselor. Oleh karena itu maka pengelolaan tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan secara profesional mutlak perlu untuk
dilaksanakan. Jelas bahwa pendidik dan tenaga kependidikan merupakan
salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang proses
pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam
pendayagunaan dan pengelolaannya agar tujuan sekolah dapat tercapai
secara maksimal.
Pendidik dan tenaga kependidikan yang dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya masing-masing secara baik sangat terkait dengan kompetensi
yang mereka miliki. Peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas)
yang mengatur tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah
nomor 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah, nomor 13 tahun
2007 tentang standar kepala sekolah, nomor 16 tahun 2007 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru, nomor 24 tahun 2008 tentang
standar tenaga administrasi sekolah, nomor 25 tahun 2008 tentang tenaga
perpustakaan, nomor 26 tahun 2008 tentang standar tenaga laboratorium
sekolah dan nomor 27 tahun 2008 tentang standar kualifikasi dan
kompetensi konselor.
Melalui pengkajian tenaga pendidik dan tenaga kependidikan bagi
calon kepala sekolah sangat bermanfaat dan diharapkan dengan pengalaman
yang diperoleh membandingkan kondisi ideal dan kondisi nyata dapat
mengetahui dengan baik bagaimana mengelola tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan agar masing-masing dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
dengan baik.
Tenaga pendidik di SMP Negeri 1 Lappariaja berjumlah 33 orang
termasuk kepala sekolah yang terdiri dari 26 guru berstatus PNS dan sisanya
adalah Non PNS dengan 24 rombongan belajar. Kualifikasi pendidikan 4
orang dengan kualifikasi S2 dan 29 orang dengan kualifikasi S1.
Berdasarkan Permendiknas nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban
kerja guru dan pengawas sekolah yang mewajibkan guru mengajar 24 jam
tatap muka termasuk dengan tugas tambahan, jumlah 33 guru dengan
jumlah rombongan belajar 24 sudah memenuhi jumlah jam mengajar
minimal 24 jam perpekan.
SMP Negeri 1 Lappariaja pada tahun pelajaran 2017/2018 membina
siswa sebanyak 598 orang yang tidak memiliki tenaga konselor .
Berdasarkan permendiknas nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban
kerja guru dan pengawas sekolah yang mewajibkan konselor mengampu
bimbingan dan konseling sedikitnya 150 siswa, maka jumlah konselor yang
dibutuhkan selayaknya sebanyak 4 orang.
Fakta lain yang ditemukan di SMP Negeri 1 Lappariaja adalah masih
terdapat beberapa guru mata pelajaran yang mengajar tidak berdasarkan
latar belakang pendidikannya. Hal ini diakibatkan oleh tidak adanya
penempatan guru sesuai dengan jurusan yang dibutuhkan. Pengangkatan
guru honor juga sebagian mendapat tugas yang tidak sesuai dengan
kualifikasi akademiknya. Walaupun demikian mereka telah diikatkan dalam
kegiatan pelatihan atau MGMP.
Tenaga kependidikan sekolah terbagi menjadi tenaga administrasi
sekolah, tenaga perpustakaan dan laboran. Tenaga TAS berjumlah 9 orang
dengan kualifikasi pendidikan 4 orang S1, 1 orang dengan kualifikasi
pendidikan D2 , 3 orang dengan kualifikasi SMA atau sederjat dan 1 orang
dengan kualifikasi SMP.
Tenaga kependidikan tersebut sehari-hari bertugas sebagai tenaga
administrasi sekolah bagian pelaksana urusan sarana dan prasarana. Standar
kualifikasi pendidikan tenaga administrasi sekolah bagian pelaksana urusan
sarana dan prasarana berdasarkan permendiknas nomor 24 tahun 2008
adalah minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK. Dengan demikian TAS
tersebut sudah memenuhi standar kualifikasi akademik.
Kepala tenaga administrasi SMPN 1 Lappariaja berkualifikasi SMA
atau sederajat sehingga tidak relevan dengan tugasnya. Kepala TU juga
belum memiliki sertifikat kepala tenaga administrasi sekolah yang
dikeluarkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah. Satu hal yang
mendukung dalam pelaksanaan tugas-tugasnya sebagai kepala TU adalah
karena sudah mempunyai pengalaman kerja selama 31 tahun sebagai TAS.
Pelaksana urusan tenaga administrasi rata-rata sudah memiliki kompetensi
yang memadai di bidang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
4. Kajian Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah
a. Kajian Pengelolaan Sarpras di SMP Negeri 4 Lappariaja
Lahan yang dimiliki sekolah seluas 9931 m2 yang terdiri dari lahan
terbangun dan lahan terbuka. Status kepemilikan lahan merupakan milik
pemerintah yang dilengkapi dengan bukti kepemilikan yang sah berupa
sertifikat.
Bangunan berupa gedung yang dimiliki berjumlah 9 unit bangunan
yang terdiri dari 1 unit kantor, 1 unit perpustakaan, 1 unit laboratorium, 1
unit mushollah, 1 unit ruang keterampilan dan 5 unit tempat belajar untuk
12 rombongan belajar. Penghubung antara dua gedung dilengkapi dengan
ruang sirkulasi yang memudahkan untuk menjangkau setiap gedung.
Pembangunan gedung-gedung tertata dengan baik yang menyebabkan lahan
yang tersedia masih luas untuk digunakan untuk bangunan lainnya. Selain
itu lahan yang tersedia dapat digunakan sebagai lapangan olahraga basket,
volly ball, tenis meja, bulu tangkis, lapangan upacara, dan persiapan untuk
pembagunan tempat parkir kendaraan guru maupun siswa.
b. Kajian Pengelolaan Sarpras di SMP Negeri 1 Lappariaja
Mutu sekolah yang diharapkan dapat terwujud apabila adanya
pendanaan yang cukup serta kepala sekolah dan guru yang memiliki mental
baik, bertanggung jawab, disiplin, dinamis, bersatu dan menjalin kerjasama
menjadi sebuah tim yang kompak dalam bersama-sama berjuang untuk
mewujudkan visi dan misi sekolah dalam bentuk aksi secara utuh. Oleh
karena itu, kekuatan utama yang ada di sekolah adalah kepala sekolah, staf
tata usaha, dan guru yang selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap
kegiatan sekolah. Guru merupakan unsur penting perlu dikelola dengan
baik, karena guru termasuk sebagai perencana, pelaku dan penentu
terwujudnya tujuan sekolah. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran
aktif guru meskipun sekolah tersebut telah memiliki peralatan yang canggih.
Sarana dan prasarana yang bagaimanapun baiknya tidak akan ada
manfaatnya jika guru yang ada di dalamnya tidak memberdayakan dirinya.
Guru merupakan sebuah pribadi yang unik dan kompleks, oleh karena
mereka mempunyai pikiran, perasaan, status, keinginan dan latar belakang
yang berbeda-beda yang dibawah ke dalam sekolah sehingga sepatutnya
perlu dikelola secara utuh dan profesional pula. Guru selain mampu, cakap
dan terampil, juga tidak kalah pentingnya adalah kemauan dan kesungguhan
mereka untuk bekerja secara efektif dan efisien. Keberhasilan program
pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana
pendidikan yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara
optimal.
Kepala sekolah selaku manajer diharapkan dapat memberikan
pengelolaan sarana dan prasasarana sekolah secara profesional. Pengelolaan
yang efektif dan efisien diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
penggunaan sarana dan prasarana dalam rangka mewujudkan budaya mutu
sekolah.
Lahan yang dimiliki sekolah seluas 7839 meter persegi yang terdiri
dari lahan terbangun dan lahan terbuka. Status kepemilikan lahan
merupakan milik pemerintah yang dilengkapi dengan bukti kepemilikan
yang sah berupa akta dan sertifikat.
Bangunan berupa gedung yang dimiliki berjumlah 18 unit bangunan
yang terdiri dari 1 unit kantor, 1 unit perpustakaan, 2 unit laboratorium, 1
unit ruang keterampilan, 1 unit mushollah, 1 unit asrama,1 unit rumah
jabatan kepala sekolah dan 10 unit tempat belajar untuk 24 rombongan
belajar. Penghubung antara dua gedung dilengkapi dengan ruang sirkulasi
yang memudahkan untuk menjangkau setiap gedung.. Selain itu lahan yang
tersedia dapat digunakan sebagai lapangan olahraga basket, volly ball, tenis
meja, bulu tangkis, lapangan upacara, dan persiapan pembagunan tempat
parkir kendaraan guru dan siswa.
5. Kajian Pengelolaan Peserta Didik
a. Kajian Pengelolaan Peserta Didik di SMP Negeri 4 Lappariaja
Sejak awal beroperasinya SMPN 4 Lappariaja sampai dengan saat ini
minat orang tua siswa untuk menyekolahkan putra-putrinya sangat tinggi.
Citra SMPN 4 Lappariaja dimata orang tua siswa masih tergolong baik.
Bahkan tak sedikit diantara mereka yang mengatakan bahwa mereka adalah
alumni sehingga ingin anaknya juga dapat bersekolah di sekolah ini.
Besarnya minat lulusan sekolah dasar yang mendaftar dari tahun ke
tahun di SMPN 4 Lappariaja mendorong perlunya proses penerimaan
peserta didik baru yang diperketat.
Pentingnya pelaksanaan seleksi PPDB yang adil, jujur dan transparan
mendorong lulusan dari sekolah dasar mempersiapkan diri dengan matang.
Dengan pelaksanaan PPDB yang adil, jujur dan transparan akan
menghasilkan calon-calon siswa baru yang mempunyai kemampuan standar
sehingga proses pengembangannya lebih mudah dibanding dengan
menerima calon siswa yang memiliki kompetensi dibawah standar.
Seluruh rangkaian seleksi PPDB dilaksanakan secara gratis tanpa
memungut biaya dari orang tua atau calon siswa yang mendaftar. Proses
seleksi penerimaan siswa baru di SMPN 4 Lappariaja dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Calon siswa mengambil formulir yang disiapkan panitia secara gratis;
b. Formulir yang telah diisi lengkap dikembalikan ke panitia dengan
melampirkan syarat-syarat yang diminta diantaranya: foto kopi
ijazah/STTB/SKHUN, foto siswa, pernyataan orang tua/wali, dan tata
tertib sekolah yang sudah ditandatangani orang tua/wali siswa;
c. Pada saat pengembalian formulir, calon siswa sekaligus mengikuti tes
membaca latin dan mengaji bagi yang beragama Islam;
d. Mengikuti tes tertulis pada hari yang ditentukan. Materi pelajaran yang
masuk dalam tes seleksi adalah matematika, bahasa Indonesia,IPS dan
IPA.
e. Pengumuman lulus;
f. Pendaftaran ulang;
g. Pembagian gugus untuk kegiatan PLS;
h. Mengikuti kegiatan PLS;
i. Pembagian kelas
Pelaksanaan orientasi siswa baru belum dilaksanakan dengan baik
sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Pengurus OSIS lebih banyak berperan
dalam pelaksanaan orientasi tanpa adanya kontrol yang baik dari pihak guru
atau panitia orientasi. Orientasi bagi siswa-siswa baru dilaksanakan dengan
melibatkan guru, pegawai, dan pengurus OSIS sehingga tujuan
pelaksanaannya dapat tercapai.
Pengaturan kenaikan kelas di SMPN 4 Lappariaja diatur dalam
kurikulum. Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat:
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas
yang diikuti.
b. Maksimal memiliki 3 (tiga) mata pelajaran yang nilainya dibawah nilai
KKM.
c. Memiliki nilai minimal ″baik″ pada aspek kepribadian, dan kelakuan.
d. Dapat membaca Al-Quran
e. Kehadiran tatap muka pada tiap mata pelajaran minimal 80%.
Pembinaan dan pengembangan bakat, minat, kreatifitas, dan
kemampuan peserta didik dilakukan pada kegiatan pengembangan diri
siswa. Kegiatan ini dilaksanakan setara 2 jam pelajaran pada hari Sabtu
setiap pekannya. Kegiatan pembinaan dan pengembangan siswa
dilaksanakan berdasarkan bakat dan minat yang paling menonjol dari siswa
tersebut. Setiap siswa hanya boleh memilih satu jenis kegiatan
pengembangan diri. Pemilihan dan pengelompokan siswa ke dalam kegiatan
pengembangan diri dilakukan dengan cara membagikan formulir pemilihan
kegiatan pengembangan diri yang disiapkan oleh sekolah. Jenis-jenis
kegiatan pengembangan diri siswa ditentukan berdasarkan kemampuan dan
kesiapan sekolah dalam pembinaan dan pengembangan bakat tersebut.
Kegiatan pengembangan diri siswa yang dibina sekolah berdasarkan
kondisi obyektif sekolah adalah :
1. Kepramukaan
2. Kepalangmerahan
3. Olah raga
4. Kesenian
Kegiatan pembinaan peserta didik sebagaimana diatur dalam
permendiknas nomor 39 tahun 2008 juga sudah dilaksanakan di SMPN 4
Lappariaja. Jenis kegiatan pembinaan dimaksud adalah:
1. Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
2. Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia, antara lain
3. Pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara
4. Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan
minat
SMPN 4 Lappariaja belum melakukan usaha untuk melacak alumni ke
mana mereka melanjutkan atau sudah bekerja di mana saja mereka. Cara
yang dilakukan hanyalah meminta data dari SMA terdekat dan informasi
dari masyarakat. Cara ini tentunya belum optimal karena tidak
teradministrasi dengan baik.
b. Kajian Pengelolaan Peserta Didik di SMP Negeri 1 Lappariaja
Pengelolaan peserta didik (kesiswaaan) termasuk salah satu substansi
pengelolaan pendidikan dan menduduki posisi strategis karena ini
merupakan pusat layanan pendidikan. Berbagai macam kegiatan, baik yang
berada di dalam maupun di luar latar institusi persekolahan, tertuju kepada
peserta didik. Semua kegiatan pendidikan, yaitu yang berkenaan dengan
manajemen akademik, layanan pendukung akademik, sumber daya manusia,
sumber daya keuangan, sarana prasarana dan hubungan sekolah dengan
masyarakat, senantiasa diupayakan agar menjadi layanan pendidikan yang
andal bagi peserta didik.
Pengelolaan peserta didik adalah suatu pengaturan terhadap peserta
didik di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik
lulus, bahkan setelah menjadi alumni. Oleh karena itu, kegiatan pengelolaan
peserta didik meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Perencanaan peserta didik;
2. Penerimaan peserta didik;
3. Orientasi peserta didik baru;
4. Mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik di sekolah;
5. Mengatur evaluasi peserta didik;
6. Mengatur kenaikan tingkat peserta didik, mutasi dan drop out.
7. Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan disiplin peserta didik.
8. Mengatur layanan peserta didik yang meliputi: layanan kepenasehatan
akademik dan administratif, layanan bimbingan dan konseling peserta
didik.
9. Mengatur organisasi peserta didik yang meliputi: Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS) dan organisasi alumni
Sejak awal beroperasinya SMPN 1 Lappariaja sampai dengan saat ini
minat orang tua siswa untuk menyekolahkan putra-putrinya sangat tinggi.
Citra SMPN 1 Lappariaja dimata orang tua siswa masih tergolong baik.
Bahkan tak sedikit diantara mereka yang mengatakan bahwa mereka adalah
alumni sehingga ingin anaknya juga dapat bersekolah di sekolah ini.
Besarnya minat lulusan sekolah dasar yang mendaftar dari tahun ke
tahun di SMPN 1 Lappariaja mendorong perlunya proses penerimaan
peserta didik baru yang diperketat.
Pentingnya pelaksanaan seleksi PPDB yang adil, jujur dan transparan
mendorong lulusan dari sekolah dasar mempersiapkan diri dengan matang.
Dengan pelaksanaan PPDB yang adil, jujur dan transparan akan
menghasilkan calon-calon siswa baru yang mempunyai kemampuan standar
sehingga proses pengembangannya lebih mudah dibanding dengan
menerima calon siswa yang memiliki kompetensi dibawah standar.
Seluruh rangkaian seleksi PPDB dilaksanakan secara gratis tanpa
memungut biaya dari orang tua atau calon siswa yang mendaftar.
Proses seleksi penerimaan siswa baru di SMPN 1 Lappariaja
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Calon siswa mengambil formulir yang disiapkan panitia secara gratis;
b. Formulir yang telah diisi lengkap dikembalikan ke panitia dengan
melampirkan syarat-syarat yang diminta diantaranya: foto kopi
ijazah/STTB/SKHUN, foto siswa, pernyataan orang tua/wali, dan tata
tertib sekolah yang sudah ditandatangani orang tua/wali siswa;
c. Pada saat pengembalian formulir, calon siswa sekaligus mengikuti tes
membaca latin dan mengaji bagi yang beragama Islam;
d. Mengikuti tes tertulis pada hari yang ditentukan. Materi pelajaran yang
masuk dalam tes seleksi adalah matematika, bahasa Indonesia, IPS dan
IPA.
e. Pengumuman lulus;
f. Pendaftaran ulang;
g. Pembagian gugus untuk kegiatan PLS;
h. Mengikuti kegiatan PLS;
i. Pembagian kelas.
Pelaksanaan orientasi pesera didik baru belum dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Pengurus OSIS lebih banyak
berperan dalam pelaksanaan orientasi tanpa adanya kontrol yang baik dari
pihak guru atau panitia orientasi. Orientasi bagi siswa-siswa baru
dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan melibatkan guru,
pegawai, dan pengurus OSIS sehingga tujuan pelaksanaannya dapat
tercapai.
Pengaturan kenaikan kelas di SMPN 1 Lappariaja diatur dalam
kurikulum. Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat :
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas
yang diikuti.
b. Maksimal memiliki 3 (tiga) mata pelajaran yang nilainya dibawah nilai
KKM.
c. Memiliki nilai minimal ″baik″ pada aspek kepribadian, dan kelakuan.
d. Dapat membaca Al-Quran
e. Kehadiran tatap muka pada tiap mata pelajaran minimal 85%.
Pembinaan dan pengembangan bakat, minat, kreatifitas, dan
kemampuan peserta didik dilakukan pada kegiatan pengembangan diri
siswa. Kegiatan ini dilaksanakan setara 2 jam pelajaran pada hari Sabtu
setiap pekannya. Kegiatan pembinaan dan pengembangan siswa
dilaksanakan berdasarkan bakat dan minat yang paling menonjol dari siswa
tersebut. Setiap siswa hanya boleh memilih satu jenis kegiatan
pengembangan diri. Pemilihan dan pengelompokan siswa ke dalam kegiatan
pengembangan diri dilakukan dengan cara membagikan formulir pemilihan
kegiatan pengembangan diri yang disiapkan oleh sekolah. Jenis-jenis
kegiatan pengembangan diri siswa ditentukan berdasarkan kemampuan dan
kesiapan sekolah dalam pembinaan dan pengembangan bakat tersebut.
Kegiatan pengembangan diri siswa yang dibina sekolah berdasarkan
kondisi obyektif sekolah adalah :
1. Kepramukaan
2. Kepalangmerahan
3. Olah Raga
4. Kesenian
Kegiatan pembinaan peserta didik sebagaimana diatur dalam
permendiknas nomor 39 tahun 2008 juga sudah dilaksanakan di SMPN 1
Lappariaja. Jenis kegiatan pembinaan dimaksud adalah:
1. Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
2. Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia,
3. Pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara
4. Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan
minat
SMPN 1 Lappariaja belum melakukan usaha untuk melacak alumni ke
mana mereka melanjutkan atau sudah bekerja. Hal yang agak mudah
dilakukan sekarang untuk melacak alumni adalah dengan memanfaatkan
situs-situs pertemanan di internet. Sekolah juga dapat membuat web atau
blog yang dapat diakses oleh alumni-alumni kemudian melampirkan satu
menu untuk pelacakan alumni. Cara ini tentunya hanya bisa mendeteksi
alumni-alumni yang paham dengan penggunaan internet tetapi paling tidak
sudah ada satu usaha melacak alumni-alumni sekolah.

6. Kajian Pengelolaan Keuangan Sekolah


a. Kajian Pengelolaan Keuangan di SMP Negeri 4 Lappariaja
Pengelolaan keuangan sekolah merupakan salah satu substansi
pengelolaan sekolah yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan
pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di sekolah, substansi
pengelolaan keuangan sekolah dilakukan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau
pengendalian. 
Menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen keuangan merupakan
tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan,
perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan  Dengan
demikian, manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan,
pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah.
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami
pengelolaan keuangan sekolah. Mengkaji pengelolaam keuangan sekolah
pada kegiatan on the job learning (OJL) bertujuan untuk melatih calon
kepala sekolah: (1) dapat mengidentifikasi sumber-sumber keuangan
sekolah, (2) dapat menentukan alokasi-alokasi pembiayaan sekolah dengan
baik, dan (3) memahami mekanisme pertanggungjawaban keuangan
sekolah.
Sumber keuangan SMPN 4 Lappariaja yaitu dari dana bantuan
operasional sekolah (BOS) APBN.
Jumlah dana BOS diberikan sekolah berdasarkan jumlah siswa yang
dibina pada tahun pelajaran 2017/2018 ini yaitu sebanyak 300 orang.
Sehingga perkiraan jumlah dana BOS yang terima untuk satu tahun adalah
300  Rp. 1,000,000 = Rp. 300.000.000,- Pencairan dana BOS dilaksanakan
setiap triwulan sehingga dalam satu tahun dana BOS dicairkan sebanyak 4
kali.

Sumber Dana
No. Mata Anggaran dan Uraian Kegiatan Pend. Lain-
BOS
Gratis lain
1. Belanja Pegawai
1) Honorarium GTT dan PTT  - -
2) Tunjangan kepala sekolah - - -
3) Tunjangan wakil kepala sekolah - - -
4) Tunjangan wali kelas - - -
5) Tunjangan Kepala TAS - - -
6) Tunjangan pengelola - - -
7) Honorarium guru PNS - - -
2. Belanja Barang dan Jasa
1) ATK pelaksanaan PSB  - -
2) Pembelian buku referensi - -
Sumber Dana
No. Mata Anggaran dan Uraian Kegiatan Pend. Lain-
BOS
Gratis lain
perpustakaan 
3) Transpor guru pada - -
pembelajaran remedial dan 
pengayaan
- -
4) ATK pelaksanaan ujian  - -
5) Biaya penyusunan LHBS  - -
6) Pembelian bahan habis pakai
 - -
7) Perawatan ringan sekolah
 - -
8) Pembayaran rekening telepon,
listrik dan koran. 
- -
9) Pelaksanaan PKB guru
- -
10) Alat peraga pembelajaran 
- -
11) Biaya penyusunan pelaporan 
dana 
3. Belanja Modal
1) Pembelian LCD  - -
2) Pembelian laptop  - -
2) Pengadaan meja  - -
siswa/guru/pegawai

4. Belanja Sosial
1) Beasiswa Siswa Miskin - - -
2) Transpor siswa miskin  - -
3) Hadiah siswa berprestasi  - -
4) Transpor pelatihan guru dan  - -
pegawai
5) Pelaksanaan PKB guru  - -

6) Workshop  - -
Penggunaan dana sekolah yang bersumber dari BOS mengacu pada
petunjuk yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dana BOS harus
digunakan untuk sepenuhnya peningkatan mutu sekolah secara
keseluruhan. Penyalahgunaan penggunaan dana BOS merupakan tindak
pidana yang harus dipertanggung jawabkan. Penggunaan dana sekolah
dilaporkan ke pihak pemerintah melalui Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten Bon
b. Kajian Pengelolaan Keuangan di SMP Negeri 1 Lappariaja
Sumber keuangan SMPN 1 Lappariaja yaitu dari dana bantuan
operasional sekolah (BOS) APBN, Jumlah dana BOS diberikan sekolah
berdasarkan jumlah siswa yang dibina SMPN 1 Lappariaja. Pada tahun
pelajaran 2017/2018 pemerintah menetapkan besarnya biaya satuan BOS
untuk SMP di Kabupaten sebesar Rp. 1.000,000 persiswa. Tahun pelajaran
2017/2018 sekolah membina sebanyak 598 siswa sehingga perkiraan jumlah
dana BOS yang terima sekolah untuk satu tahun adalah 598  Rp.1.000,000
= Rp. 598.000.000. Pencairan dana BOS dilaksanakan setiap triwulan
sehingga dalam satu tahun dana BOS dicairkan sebanyak 4 kali.
Penggunaan dana sekolah yang bersumber dari BOS APBN mengacu
pada petunjuk yang telah ditetapkan. Penggunaan dana sekolah dilaporkan
ke pihak pemerintah melalui Kantor dinas pendidikan Kabupaten Bone
7. Kajian Pembinaan Tenaga Administrasi Sekolah
a. Kajian Pembinaan TAS di SMP Negeri 4 Lappariaja
Salah satu tugas Kepala Sekolah adalah memastikan bahwa
administrasi sekolah dapat dilaksanakan dengan baik dalam rangka
menunjang pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan yang tepat,
penyusunan rencana kerja sekolah, pelaksanaan pembelajaran, dan
pelaporan kinerja sekolah. Tugas-tugas administrasi tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik apabila sekolah memenuhi standar, seperti
tertuang dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Administrasi Sekolah.
Permendiknas menetapkan bahwa Tenaga Administrasi Sekolah perlu
memiliki 4 kompetensi, yaitu: (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi
sosial, (3) kompetensi teknis administrasi sekolah, dan (4) kompetensi
manajerial ketatausahaan sekolah. Guna menjamin terselenggaranya
administrasi sekolah yang baik maka kepala sekolah harus melakukan
pembinaan berkelanjutan kepada tenaga administrasi sekolah melalui
berbagai media, kesempatan, dan cara-cara yang simpatik.
Empat dimensi kompetensi TAS yang diharapkan dibina oleh kepala
sekolah berdasarkan permendiknas nomor 24 tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Administrasi Sekolah adalah :
1. Dimensi kompetensi kepribadian
2. Dimensi kompetensi sosial
3. Dimensi kompetensi teknis
4. Dimensi kompetensi manajerial
Model pembinaan tenaga administrasi sekolah pada 4 dimensi
kompetensi tersebut yang dilakukan kepala SMPN 4 Lappariaja adalah:
a. Melakukan pertemuan dengan tenaga administrasi sekolah setiap
sebulan.
b. Melakukan pertemuan face to face dengan TAS yang memerlukan
pembinaan khusus.
c. Memberikan contoh tauladan melalui perkataan dan perbuatan.
d. Memanfaatkan guru dan tenaga administrasi yang memiliki kompetensi
lebih.
e. Mengikutkan pada kegiatan pelatihan-pelatihan baik tingkat kabupaten,
tingkat provinsi ataupun tingkat nasional.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan tenaga-
tenaga administrasi SMPN 4 lappariaja, model pembinaan yang berupa
pemberian sanksi dan reward belum dilakukan kepala sekolah. Bentuk
pembinaan dengan pemberian sanksi dapat dilakukan bagi tenaga
administrasi yang sudah banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran sesuai
dengan kode etik, tugas dan fungsinya. Demikian pula bentuk pembinaan
dengan pemberian reward atau penghargaan bagi tenaga administrasi yang
memiliki prestasi supaya mereka lebih semangat dalam menjalankan tugas-
tugas dan fungsinya.
b. Kajian Pembinaan TAS di SMP Negeri 1 Lappariaja
Empat dimensi kompetensi TAS yang diharapkan dapat dibina oleh
kepala sekolah berdasarkan permendiknas nomor 24 tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Administrasi Sekolah adalah :
1. Dimensi kompetensi kepribadian
2. Dimensi kompetensi sosial
3. Dimensi kompetensi teknis
4. Dimensi kompetensi manajerial
Model pembinaan tenaga administrasi sekolah pada 4 dimensi
kompetensi tersebut yang dilakukan kepala SMPN 1 Lappariaja adalah:
a. Melakukan pertemuan dengan tenaga administrasi sekolah setiap
sebulan.
b. Melakukan pertemuan face to face dengan TAS yang memerlukan
pembinaan khusus.
c. Memberikan contoh teladan melalui perkataan dan perbuatan.
d. Memanfaatkan guru dan tenaga administrasi yang memiliki kompetensi
lebih.
e. Mengikutkan pada kegiatan pelatihan-pelatihan baik tingkat Kabupaten,
tingkat Propinsi ataupun tingkat Nasional.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, tenaga
administrasi dan pengalaman saya mengabdi di SMPN 1 Lappariaja, model
pembinaan yang berupa pemberian sanksi dan reward belum dilakukan
kepala sekolah. Bentuk pembinaan dengan pemberian sanksi dapat
dilakukan bagi tenaga administrasi yang sudah banyak melakukan
pelanggaran-pelanggaran sesuai dengan kode etik, tugas dan fungsinya.
Demikian pula bentuk pembinaan dengan pemberian reward atau
penghargaan bagi tenaga administrasi yang memiliki prestasi supaya mereka
lebih semangat dalam menjalankan tugas-tugas dan fungsinya.
8. Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
a. Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran di SMPN 4
Lappariaja
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengalami
perkembangan yang sangat signifikan dalam belasan tahun terakhir ini.
Berbagai bidang mulai mengadopsi teknologi ini dengan berbagai alasan.
Bidang pendidikan pun tidak lepas dari hal ini. Saat ini TIK banyak
digunakan untuk menunjang proses pembelajaran.
TIK dapat didefinisikan sebagai teknologi (hasil rekayasa manusia)
yang memungkinkan proses penyampaian informasi dan proses komunikasi
dapat dilakukan secara lebih optimal dan efisien. Pada umumnya alasan
orang menggunakan TIK pada suatu bidang adalah mengenai masalah
efisiensi dan optimisasi. Peningkatan produktifitas adalah alasan utama
mengapa orang pada umumnya menggunakan TIK. Dengan menggunakan
TIK, pekerjaan yang memerlukan waktu lama jika diproses secara manual
(oleh manusia) bisa dikerjakan lebih cepat oleh mesin (komputer).
Guru-guru SMPN 4 Lappariaja pun banyak memanfaatkan TIK dalam
pembelajarannya terutama Komputer/Laptop dan LCD Proyektor.
Pemanfaatan alat TIK oleh guru dalam pembelajaran sangat tergantung
kepada ketersediaan alat-alat TIK yang dibutuhkan termasuk sarana
pendukung lainnya misalnya aliran listrik dan sebagainya.
Salah satu alat TIK yang sering digunakan dalam pembelajaran akhir-
akhir ini adalah komputer dan LCD Proyektor. SMPN 4 Lappariaja hanya
memiliki satu unit LCD yang sering digunakan guru-guru dalam
pembelajarannya. Karena hanya satu unit sehingga dipakai bergantian oleh
guru-guru.
b. Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran di SMPN 1
Lappariaja
Guru-guru SMP Negeri 1 Lappariaja melaksanakan proses
pembelajaran sehari-hari sangat bervariasi, tergantung tingkat penguasaan
model-model pembelajaran sebagaimana layaknya proses pembelajaran di
sekolah-sekolah lainnya di Indonesia. Berbagai cara digunakan untuk
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan diantaranya
menggunakan TIK.
Mengacu pada definisi TIK menurut UNESCO (2004) yang
mengatakan bahwa TIK adalah teknologi yang digunakan untuk
berkomunikasi dan menciptakan, mengelola dan mendistribusikan
informasi, maka dapat dikatakan bahwa guru-guru SMPN 1 Lappariaja telah
memanfaatkan TIK dalam pembelajaran sejak lama.
Televisi adalah salah satu teknologi informasi dan komunikasi yang
sudah pernah di gunakan dalam pembelajaran di SMPN 1 Lappariaja.
Televisi yang seharusnya aktif setidak-tidaknya yang ada di Perpustakaan
tetapi saat ini tidak berfungsi lagi.Walaupun TV ini dilengkapi dengan
antena parabola yang dapat menangkap siaran-siaran TV Edukasi namun
tidak mendapat perhatian lagi dari kepala sekolah. Dengan demikian tidak
ada lagi guru yang memanfaatkan TV Edukasi dalam pembelajaran.
Komputer adalah teknologi yang belasan tahun terakhir sangat banyak
digunakan dalam pembelajaran. Komputer sangat banyak membantu guru
dalam menampilkan macam-macam peragaan yang sulit dilakukan guru
dengan alat lainnya. Misalnya, guru biologi dapat dengan mudah
memperagakan organ-organ tubuh dengan bantuan komputer dan masih
banyak lagi kemudahan lainnya. Guru-guru dapat menganalisis hasil
ulangan dengan cepat dengan menggunakan pasilitas pengolah angka pada
komputer. Singkatnya, komputer dengan berbagai program yang tersedia di
dalamnya sangat bermanfaat dalam menunjang keberhasilan guru dalam
pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Hampir semua guru SMPN 1 Lappariaja sudah memiliki komputer
pribadi atau laptop dan tetapai baru sekitar 50% yang mampu
mengoperasikan komputer. Semua perangkat pembelajaran guru sudah
diketik dengan menggunakan komputer.
9. Kajian Sistem Monitoring dan Evaluasi
a. Kajian Monitoring dan Evaluasi di SMP Negeri 4 Lappariaja
Peningkatan peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa akhir-
akhir ini dalam penyelenggaraan pendidikan masih sangat minim yaitu
hanya dilibatkan pada dukungan input (dana), bukan pada proses pendidikan
seperti pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas.
Berkaitan dengan akuntabilitas, tampaknya sekolah tidak mempunyai beban
untuk mempertanggung jawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada
masyarakat, khususnya orang tua siswa sebagai salah satu unsur utama yang
berkepentingan dengan pendidikan.
Kepala sekolah sebagai ujung tombak dan merupakan salah satu
faktor yang mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan
dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap. Kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan
mengambil inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah,
sehingga dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah berfungsi sebagai
administrator, manajer, pengawas, dan pemimpin. Dalam melaksanakan
tugas kepengawasan di sekolah, salah satu kemampuan yang harus dikuasai
oleh seorang kepala sekolah adalah kemampuan pengendalian program.
Pengendalian program kegiatan sekolah sangat penting bagi
kelancaran dan peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran di
sekolah. Kepala Sekolah harus memahami fungsi perencanaan, pelaksanaan,
dan tindak lanjut dari monitoring, evaluasi, dan pelaporan yang menjadi
salah satu kegiatan program untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan SMPN 4
Lappariaja tidak ada bedanya dengan pelaksanaan kegiatan monitoring dan
evaluasi di SMPN 4 Lappriaja. Kegiatan monitoring dan evaluasi
dilaksanakan belum berdasarkan prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi
program. Kegiatan monitoring dan evaluasi tidak melalui tahap persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan
tanpa ada pembagian tugas dan tanggung jawab, tidak menggunakan
instrumen.
Monitoring dan evaluasi dilakukan di SMP Negeri 4 Lappariaja hanya
dengan mengumpulkan informasi secara lisan atau berdasarkan bukti dan
fakta di lapangantanpa menggunakan instrumen yang valid. Hasil
monitoring dan evaluasi yang diperoleh kemuadian diinformasikan kepada
warga sekolah untuk memperoleh umpan balik.
b. Kajian Monitoring dan Evaluasi di SMP Negeri 1 Lappariaja
Monitoring dan evaluasi terkait erat dengan program. Program adalah
rencana intervensi atau kegiatan untuk mencapai tujuan, yaitu memenuhi
suatu kebutuhan sekolah atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Misalnya program kurikulum adalah bertujuan untuk memperlancar
pelaksanaan kurikulum di sekolah. Jadi program pada dasarnya adalah
penjabaran ide untuk mencapai tujuan.
Monitoring dan evaluasi pada dasarnya terdiri dari dua aspek kegiatan,
yaitu monitoring dan evaluasi. Monitoring bertujuan untuk supervisi artinya
untuk mengetahui apakah program berjalan sebagaimana yang
direncanakan, apa hambatan yang terjadi dan bagaimana para pelaksana
mengatasi masalah. Monitoring menekankan pada pemantauan proses
pelaksanaan program dan sedapat mungkin tim/petugas pemonitor
memberikan saran untuk mengatasi masalah yang terjadi.
Evaluasi adalah proses untuk menentukan sampai tingkat mana tujuan
telah dicapai. Jadi evaluasi merupakan suatu kegiatan pengumpulan dan
penggunaan informasi untuk membuat keputusan mengenai suatu program.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program mencapai sasaran
yang telah ditetapkan. Jadi penelitian evaluasi berusaha memberikan
informasi yang akurat dan obyektif tentang pelaksanaan program. Dengan
demikian maka evaluasi lebih menekankan pada aspek out put
Kegiatan monitoring dan evaluasi program SMPN 1 Lappariaja
dilaksanakan belum berdasarkan prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi
program. Kegiatan monitoring dan evaluasi tidak melalui tahap persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan
tanpa ada persiapan, pembagian tugas dan tanggungjawab, tidak
menggunakan instrumen.
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan informasi
secara lisan atau berdasarkan bukti dan fakta yang ditemukan di lapangan.
Hasil monitoring dan evaluasi yang diperoleh kemudian diinformasikan
kepada warga sekolah untuk memperoleh umpan balik. Model pelaksanaan
monitoring dan evaluasi yang dilakukan di sekolah sangat tergantung
kepada kemauan kepala sekolah serta pemahaman terhadap pelaksanaan
monitoring dan evaluasi itu sendiri.
E. Peningkatan Kompetensi berdasarkan AKPK yang kurang di Sekolah
Magang 2
Pembuatan laporan untuk kegiatan peningkatan kompetensi berdasarkan
hasil AKPK yang kurang/rendah di sekolah magang kedua.Berdasarkan hasil
AKPK diperoleh data bahwa kompetensi yang perlu ditingkatkan di sekolah
magang 2 adalah kompetensi kewirausahaan. Upaya untuk peningkatan
kompetensi kewirausahaan secara langsung di SMP Negeri 1 Lappariaja
dilakukan dengan melalui tahapan kegiatan meliputi: persiapan, hasil.
a. Persiapan
Sebagaimana lazimnya setiap kegiatan pasti didahului dengan persiapan,
pertama-tama kami mengunjungi SMP Negeri 1 Lappariaja tanggal 16 Juni
2017, menemui kepala sekolah dan menyampaikan maksud dan tujuan kami,
sebagai tindak lanjut dari on the job learning calon kepala sekolah, bahwa salah
satu aspek yang perlu kami pelajari di sekolah bapak adalah peningkatan
kompetensi sosial, kepala sekolah menerima kami dengan ramah, kami telah
persiapkan angket sekaligus wawancara tentang kompetensi sosial yang
dimiliki oleh kepala sekolah magang 2, dan telah disepakati jadwal wawancara
dan pengisian angket yaitu tanggal, 9 Agustus 2017.
Bahkan beliau menyampaikan beberapa hal tentang kompetensi
kewirausahaan yang harus dimiliki oleh calon kepala sekolah. Dalam konteks
persekolahan seorang kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi
kewirausahaan dalam menjalankan tugasnya. Kompetensi dalam bidang ini
adalah meliputi : (1) menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah (2) bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah
sebagaiorganisasi yang efektik (3) memiliki motivasi yang kuat untuk sukses
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah, (4)
pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menhadapi kendala
yang dihadapi sekolah, (5) memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola
kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta
didik.Kewirausahaan dalam kontes ini adalah penguatan jiwa, nilai dan
semangat kewirausahaan untuk kepentingan pendidikan yang bersifat social
bukan untuk kepentingan komersial.. Kewirausahaan dalam pendidikan yang
diambil adalah karakteristiknya ( sifatnya), sepertiinovatif, bekerja keras,
motivasi yang kuat, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik, serta
memiliki naluri kewirausahaan bukan mengomersialkan sekolah dalam
mengembangkan sekolah.
Ada dua istilah yang sering dipakai unruk menggambarkan asal-usul
istiah kewirausahaan, yaitu “entrepreneurship” (bahasa Inggris),
“enterepreneur” (bahasa Prancis) yang berate seorang yang melakukan sesuatu
usaha (baru) yang berisiko. Alam bahasa Indonesia istilah entrepreneur
diterjemahkan “pengusaha” atau orang yang memiliki usaha. Pada tahun
1970-an “entrepreneur sebagai “wiraswsta” yang berbeda dengan pengusaha.
Pada tahun 1980-an digunakan istila “wirausaha” sebagai padanan istilah
“entrepreneur” . Wirausaha diartikan sebagai seorang pahlawan dalam usaha
atau orang yang berani melakukan suatu usaha.
Drucker (1985) menilai wirausaha dalam arti jiwa atau nilai-nilai seperti
adanya keinginan untuk melakukan perubahan ( bersifat harus) terhadap
sesuatu yang baru ( greedy for new things). Bebeda sedikit defenisi yang
disampaikan oleh Zimmerer ( 2005) menyebutkan kewirausahaan sebagai suatu
proses penerapan kreativitas dan keinovatian dalam kehidupan. Defenisi yang
lebih lengkap dikemukakan dalam Inpres Nomor 4 tahun 1995 tanggal 30 Juni
1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan. Dalam inpres tersebut kewirausahaan diartikan sebagai
semangat, sikap, prilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha
dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan,
menerapkan cara kerja,teknologi dan produksi baru dengan meningkatkan
efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Edy Legowo dkk (2001) dalam penelitiannya menemukan sebelas
karakteristik pribadi wirausaha yaitu (1) berani mengambil resiko tingkat
sedang ,(2) kreatif dan inovatif,(3) motivasi berprestasi, (4) kemandirian,(5)
keuletan, (6) kepemimpinan,(7) berorientasi masa depan, (8) internal locus of
control, (9) komunikatif dan reflektif, (10) perilaku instrumental, (11)
penghargaan terhadap uang. Karakter kompetensi kewirausahaan yang sangat
penting bagi seorang kepala sekolah adalah (1) karakter inovatif adalah
karakteristik yang dimiliki seorang pemimpin yang memiliki kemampuan
berpikir kreatif, mengembangkan ide-ide baru yang bermanfaat di setiap
kesempatan, memanfaatkan sumber daya yang tersedia, dan mampu
memecahkan masalah, (2) kerja keras dan pantang menyerah ialah kegiatan
maksimal yang banyk menguras tenaga, pikiran, dan waktu untuk
menyelesaikan sesuatu, (3) motivasi berprestasi tinggi ialah dorongan untuk
melakukan sesuatu dalam untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan yang
dianggap penting, (4) berani mengambil resiko yaitu kemampuan seseorang
untuk mau mengambil langkah dalam ketidakpastian dan mengambil beban
tanggung jawab untuk masa depan, (5) proaktif berarti melakukan sesuatu
dengan inisiatif sendiri kemudian bertanggung jawab terhadap perilakunya
sendiri.
Strategi pengembangan karakter kewirausahaan dapat diintegrasikan
dalam proses pembelajran,kegiatan ekstrakuriler dan budaya sekolah
b. Pelaksanaan
Berdasarkan kesepakatan awal dari kepala sekolah SMP Negeri 2
Lappariaja (sekolah magang 2), bahwa wawancara dan pengisian angket
tentang kompetensi kewirausahaan yang dimiliki oleh beliau, yaitu tanggal 9
Agustus 2017, sebagai tindak lanjut dari analisis kemampuan peningkatan
keprofesian (AKPK) pada jaring laba-laba salah satu kompetensi yang harus
kami ditingkatkan adalah kompetensi kewirausahaan, maka sebagai calon
kepala sekolah menindaklanjuti kesekolah magang 2 yaitu SMP Negeri 1
Lappariaja
Dari hasil wawancara yang kami lakukan terhadap kepala sekolah SMP
Negeri 1 Lappariaja ternyata kompetensi kewirausahaan kepala sekolah
tersebut baik, dapat menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah , guru bahkan siswa serta orang tua siswa dapat dia libatkan.
Dalam merencanakan pengembangan sekolah selalu mengundang pihak
orang tua siswa membicarakan langkah-langkah yang akan ditempuh dan
diprogramkan dalam satu tahun kedepan, salah satu terobosannya yaitu
mengolah sampah menjadi barang berharga disamping membantu petugas
kebersihan menjaga kebersihan lingkungan sekolah juga bernilai ekonomis.
Salah satu bentuk pengolahan yang kami temukan pada SMP Negeri 1
Lappariaja adalah sebagai berikut :

c. Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dan angket yang telah di isi oleh kepala
sekolah SMP Negeri 1 Lappariaja (sekolah magang 2), maka kami
mendapatkan hasil bahwa kompetensi kewirausahaan beliau sangat baik, hal
ini juga dibuktikan dengan pengakuan seorang guru bahwa kepala sekolah
mereka memang sangat kreatif dan dapat menciptakan inovasi yang berguna
dan bernilai ekonomi serta memiliki motivasi yang kuat dan mampu
memikirkan langka-langka yang ditempuh untuk sukses dalam
mengembangkan mutu sekolah serta mampu mencari jalan keluar jika
menghadapi hambatan.
Kepala sekolah SMP negeri 1 Lappariaja juga sangat terbuka kepada
teman guru sehingga segala program yang direncanakan melibatkan semua
komponen yang ada disekolah mereka.

Anda mungkin juga menyukai