Achmad Faiz1, Debbie Irani2, Nabila Putri3, Ketut Putri4, Rahma Ayu5
Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya
Email: kelompok3B@gmail.com
ABSTRACT
Parenteral preparations are preparations intended for injection through the skin or other external tissue
boundaries where the active substance is administered by gravity or force, flowing directly into blood
vessels, organs or tissues. Parenteral preparations are carefully manufactured using methods designed to
ensure that they meet pharmacopoeial requirements for sterility, pyrogens, particulate matter, and other
contaminants and, where necessary, contain microbial growth inhibitors. The strellitation method used in this
experiment was two initial strellisations and final strellisations. Steam heating was used in the initial
strellisation and autoclave was used in the final strellisation. The autoclave strellisation method was used at a
temperature of 121℃ with a long time of 5 minutes. Injection preparations must not be hypotensive, which
is hypotensive if the concentration of the solution outside the cell (one solution) is lower than inside the cell
(the other solution). If this happens, water will move from outside the cell to inside the cell by osmosis,
causing cell swelling and even hemolysis or blood cell fragments can occur. Preparations that are slightly
hypertonic can still be tolerated because they only cause pain during injection.
ABSTRAK
Sediaan parenteral adalah sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan melewati kulit atau batas jaringan
eksternal lain dimana zat aktif yang diberikan dengan adanya gravitasi atau kekuatan, mengalir langsung ke
pembuluh darah, organ, atau jaringan. Sediaan parenteral dibuat dengan cermat menggunakan metode yang
dirancang untuk menjamin bahwa sediaan memenuhi persyaratan farmakope untuk sterilitas, pirogen, bahan
partikulat, dan kontaminan lain dan bila perlu mengandung bahan penghambat pertumbuhan mikroba.
Metode strelitasi yang digunakan pada percobaan ini terdapat dua strelisasi awal dan strelisasi akhir. Pada
strelisasi awal digunakan pemanasan uap dan pada stelisasi akhir digunakan autoklaf. Metode strelisasi
meggunakan autoklaf digunakan pada suhu 121℃ dengan waktu lama yang digunakan selama 5 menit.
Sediaan injeksi tidak boleh bersifat hipotensi dimana hipotensi apabila konsentrasi larutan diluar sel (larutan
yang satu) lebih rendah dibandingkan didalam sel (larutan lainnya). Apabila hal tersebut terjadi maka air
akan berpindah dari luar sel ke dalam sel secara osmosis sehingga terjadi pembengkakan sel bahkan bisa
terjadi hemolisis atau pecahnya keping sel darah. Sediaan yang bersifat sedikit hipertonis masih dapat
ditoleransi karena hanya membuat rasa nyeri saat penyuntikan.
mengandung bahan penghambat pertumbuhan sediaan harus sama atau paling tidak
mikroba (Depkes RI, 2020). mendekati pH fisiologis tubuh, yaitu 6,8 –7,4.
Hal ini dimaksudkan agar tidak menyebabkan
Penggunaan parenteral digunakan
phlebesetis (inflamasi pada pembuluh darah)
untuk obat yang absorbsinya buruk melalui
dan throbosis (timbulnya gumpalan darah
saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin
yang dapat menyumbat pembuluh darah)
yang tidak stabil dalam saluran cerna.
(Adriana, 2020).
Pemberian parenteral juga digunakan untuk
pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam Salah satu bentuk sediaan yang sering
keadaan yang memerlukan kerja obat yang digunakan adalah injeksi, menurut Farmakope
cepat. Pemberian parenteral memberikan Indonesia Edisi IV, injeksi umumnya berupa
kontrol paling baik terhadap dosis yang larutan obat dalam air yang bisa diberikan
sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh secara intravena dan dikemas dalam wadah
(Noviani, 2017). 100 mL atau kurang. Sediaan steril injeksi
dapat berupa ampul, ataupun berupa vial.
Sediaan injeksi adalah sediaan steril,
Adapun syarat sediaan steril adalah sterilitas,
berupa larutan, suspensi, emulsi atau serbuk
bebas kontaminasi pirogenik dan endotoksin,
yang harus dilarutkan atau disuspensikan
bebas partikulat, stabil secara fisika, kimia,
dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dan mikrobiologi, isotonis, dan isohidris
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
(Dewantisari & Musfiroh, 2020).
atau melalui kulit atau selaput lendir. Salah
satu sedian injeksi berupa ampul. Ampul Sediaan injeksi memiliki beberapa
merupakan wadah berbentuk silindris yang keuntungan diantaranya respon fisiologis
terbuat dari gelas yang memiliki ujung yang cepat dapat dicapai segera bila
runcing dan bidang dasar datar (Alaydrus, diperlukan, alternatif obat-obat yang tidak
2020). efektif secara oral atau dapat dirusak oleh
saluran pencernaan, untuk pasien yang tidak
Sediaan injeksi harus memenuhi
kooperatif, memperbaiki kerusakan serius
persyaratan yang ditetapkan untuk sediaan
pada keseimbangan cairan dan elektrolit, dan
parenteral, seperti syarat isohidris, steril,
bila makanan tidak dapat diberikan melalui
bebas pirogen dan isotonis. Hal ini
mulut, nutrisi dipenuhi melalui rute
dikarenakan pemberiaan sediaan ini langsung
parenteral. Namun, injeksi juga memiliki
diinjeksikan melalui pembuluh darah. Zat
kerugiaan diantaranya sediaan harus diberikan
pengisotonis yang digunakan pun tidak hanya
oleh orang yang terlatih dan membutuhkan
NaCl, namun dapat pula digunakan dextrose.
waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
Sediaan juga harus bersifat isohidri, yaitu pH
pemberian rute lain, dibutuhkan ketelitian system (BCS) kelas IV yaitu mempunyai
untuk pengerjaan secara aseptik dari beberapa kelarutan rendah (6 mg/L di dalam air) dan
rasa sakit tidak dapat dihindari, sulit permeabilitas rendah (log Pow = 1.72) (Dewi
mengembalikan efek fisiologisnya, bentuk dkk., 2022).
sediaan parenteral lebih mahal dibandingkan
II. METODE PENELITIAN
metode rute yang lain, dan reaksi sensitivitas
2.1 Waktu dan Tempat
lebih sering terjadi pada parenteral daripada
Pembuatan sediaan injeksi furosemide
bentuk sediaan lain (Tungadi, 2017).
dilakukan di Laboratorium Teknologi
bekerja pada lengkung Henle bagian menaik Indralaya, Sumatera Selatan. Waktu
dan merupakan obat diuretik kuat. Furosemid pembuatan sediaan injeksi furosemide yakni
Sediaan injeksi yang telah dibuat kemudian harus dapat melebur dan tertutup rapat,
dikemas didalam pengemas ampul ataupun memenuhi persyaratan pemeriksaan kualitas
vial. Pemilihan pengemasan untuk sediaan pengemas serta tutup wadah dosis ganda
injeksi disesuaikan dengan jenis dosis dan harus memungkinkan pengembalian isi tanpa
jumlah volume sediaan yang dibuat. Kemasan merusak tutup, mudah ditusuk jarum suntik
ampul yang digunakan untuk sediaan dengan dan dapat ditutup kembali untuk mencagah
jenis single dose yang memiliki volume kontaminasi mikroba
sekitar 1-10 mL. Kemasan ampul tidak perlu
Suatu sediaan injeksi harus steril
ditambahkan pengawet. Selain itu sediaan
haruslah memperhatikan nilai to isi tas dari
yang dikemas dengan ampul multiple dose
sediaan atau larutan yang dibuat, dimana
yang memiliki volume 5-100 mL dan perlu
kemampuan suatu larutan dalam
ditambahkan pengamat karena mencegah
memvariasikan ukuran dan bentuk sel dengan
kontaminasi pada penggunaan dosis
mengubah jumlah air dalam sel tersebut
berikutnya. Suatu wadah kemasan untuk
disebut sebagai tonisitas sediaan injeksi yang
sediaan steril haruslah memperhatikan
baik haruslah isotonis terhadap cairan yang
Metode strelitasi yang digunakan pada ada ditubuh. Larutan yang bersifat isotonis
percobaan ini terdapat dua strelisasi awal dan dimana larutan tersebut memiliki konsentrasi
strelisasi akhir.Pada strelisasi awal digunakan yang sama antara larutan injeksi dengan
pemanasan uap dan pada stelisasi akhir cairan yang ada didalam tubuh sehingga tidak
digunakan autoklaf .Metode strelisasi terjadi migrasi air menuju satu arah.
meggunakan autoklaf digunakan pada suhu
Sediaan injeksi tidak boleh bersifat
121℃ dengan waktu lama yang digunakan
hipotensi dimana hipotensi apabila
selama 5 menit.Hal- hal yang dilakukan
konsentrasi larutan diluar sel (larutan yang
sebelum melakukan injeksi yaitu dilakukan
satu) lebih rendah dibandingkan didalam sel
penyerapan PH dengan indicator PH atau uni
(larutan lainnya). Apabila hal tersebut terjadi
versal setelah volume larutan mendekati
maka air akan berpindah dari luar sel ke
volume yang diminta,mengeringkan pyrogen
dalam sel secara osmosis sehingga terjadi
dengan norit setelah larutan dibuat sampai
pembengkakan sel bahkan bisa terjadi
volume yang diencerkan.
hemolisis atau pecahnya keping sel darah.
persyaratan yang telah ditentukan. Syarat Sediaan yang bersifat sedikit hipertonis masih
wadah untuk sediaan injeksi antara lain tidak dapat ditoleransi karena hanya membuat rasa
boleh bereaksi dengan bahan obat, harus nyeri saat penyuntikan. Sediaan yang bersifat
jernih, tidak berwarna. Ampul untuk kaca hipertonis dapat dinaikkan tingkat
tonisitasnya dengan cara menambahkan uji dari control kualitas ini memiliki fungsi
sejumlah zat sesuai dengan perhitungan yang dan tujuan yang berbeda-beda
dilakukan sebelumnya. Metode perhitungan
Uji kebocoran dilakukan dengan
tonisitasnya dapat dilakukan dengan berbagai
tujuan untuk mengetahui adanya kebocoran
metode perhitungan antara lain metode
pada sediaan. Hal ini untuk bertujuan untuk
evaluasi, faktor disosiasi, penurunan titik
mencegah sediaan yang diproduksi
beku, metode white-vincent dan metode
terkontaminasi oleh adanya pori atara cela
sprowl. Selain isotonis ad faktor isohidris juga
pada kemasan. Pengujiannya dilakukan
perlu diperhatikan dimana nilai pH dari
dengan menggunakan wadah yang berisikan
sediaan injeksi harus sama dengan cairan
cairan metilen blue sebanyak 0,5% - 1,0%
yang ada didalam tubuh agar tidak
kemudian ampul/vial dimasukkan dalam
menimbulkan rasa sakit saat disuntikkan.
wadah tersebut selama 15 hingga 30 menit.
3.2 Kontrol Kualitas Sediaan Injeksi Jika kondisi larutan dalam ampul ini berubah
maka sediaan tersebut lolos dari uji
Kontrol sediaan memiliki konsep
kebocoran.
dasar dengan melakukan sebuah uji atau
evaluasi terhadap sediaan injeksi yang akan Kebocoran ditandai dengan adanya
dilakukan proses produksi. Proses produksi warna biru di dalam ampul. Uji kebocoran ini
yakni dengan memperhatikan persyaratan dilakukan untuk memastikan bahwa ampul
yang telah ditentukan. Tujuan dari control yang digunakan benar-benar baik kondisinya.
kualitas terhadap sediaan injeksi ini untuk Jika terdapat kebocoran akan ada
mengetahui keamanan dan kelayakan pakai kemungkinan obat untuk keluar, sehingga
dari sedian injeksi yang dibuat serta agar dosis yang didapatkan tidak sesuai dengan
untuk mendapatkan sediaan yang bermutu dan dosis yang diinginkan. Selain itu adanya
berkualitas baik.Kontrol kualitas ini akan kebocoran dapat menyebabkan partikel asing
dilakukan dengan beberapa uji yakni ada 13 masuk, partikel ini dapat berupa
uji diantara nya ada uji kejernihan, uji mikroorganisme atau pirogen, yang
kebocoran, uji pH, uji sterilisasi, uji menandakan bahwa larutan tersebut tidak lagi
pirogenitas, uji penetapan bobot jenis, uji ster Dari pengamatan yang dilakukan, cairan
bahan partikulat, uji penentuan volume metilen blue tidak ada yang masuk dalam
terpindahkan, uji penentuan viskositas dan sediaan sehingga warna cairan sediaan tidak
aliran, uji stabilitas, uji organoleptis, uji ada warna biru dalam sediaan, jadi uji
sterilitas, dan uji kualitatif. Setiap parameter kebocoran dapat memenuhi syarat.Hasil
percobaan menunjukkan bahwa ampul
uji volume dengan menggunakan squit. memenuhi syarat karena syarat dari uji
Berdasarkan data diketahui bahwa hanya vial stabilitass ini pada sediaannya tidak terdapat
yang memenuhi syarat dan yang lain tidak partikel asing tidak adanya perubahan warna
memenuhi syarat dimana volume sediaan pada cairan
yakni 2 mL.
cairan kedala piknometer dan ditimbang. Uji untuk mengetahui efek yang tidak diinginkan
keseragman bobot dilakukan untuk evaluasi jika tidak memenuhi persyaratan. Uji yang
terhadap sediaan sehingga sediaan memenuhi cepat menimbulkan bahaya pada pasien.
syarat yang steril pada uji. Sediaan steril yang memenuhi berbagai
persyaratan uji baru dapat diedarkan dan
digunakan. Sediaan injeksi steril yang
memenuhi persyaratan akan menghasilkan
efek yang optimal saat digunakan.Sediaan
injeksi yang diproduksi memenuhi
persyaratan akan memiliki nilai mutu yang
baik pada suatu industry yang membuatnya.
Gambar 5. Uji Keseragaman Bobot
Uji sterilitas dilakukan dengan tujuan
Uji stabilitas dilakukan dengan menempatkan bahan utama yang harus
menggunakan oven pada suhu 37derajat C. memenuhi syarat berkenaan dengan uji
tidak mengalami perubahan dari sebelum sterilitas. Metode uji sterilitas ini dapat
dimasukkannya kedalam oven. Jadi hasil yang dilakukan dengan cara inokulasi langsung
diperoleh dari pengamatan tidak memenuhi kedalam media uji.
syarat karena sudah terkontaminasi pada uji
Perhitungan tonisitas dilakukan untuk
sebelumnya. Uji stabilitas juga dilakukan
mengetahui apakah larutan bersifat isotonis,
pada suhu ruang yang diperoleh hasil sediaan
hipertonis atau hipotonis. Isotonis suatu
yang berwarna kuning keruh, bau, dan
keadaan dimana tekanan osmose larutan obat
terdapat partikel halus sehingga tidak
yang sama dengan tekanan osmose tubuh kita 6. Kontrol kualitas terdiri dari uji fisika,
(darah, air mata). Sedangkan hipotonis kimia, dan biologi.
keadaan dimana tekanan osmostis larutan obat 7. Penambahan pH adjustment untuk
kurang dari tekanan osmotis cairan tubuh. mendapatkan pH target sediaan, sedangkan
Hipertonis yaitu tekanan osmotis larutan obat penambahan larutan dapar untuk
lebih dari tekanan osmotis cairan tubuh. mempertahankan sediaan yang dihasilkan
Tekanan osmotik diartikan sebagai gaya yang
dapat menyebabkan air atau bahan pelarut Saran
lainnya melintas masuk melewati membrane Saran yang dapat diberikan dalam
semipermeable ke dalam larutan pekat. penelitian ini adalah perlunya dilakukan
penelitian lanjutan tentang peubah
IV. KESIMPULAN SARAN
pengamatan cadangan karbon bawah
Kesimpulan
permukaan tanah, dan nekromasa tumbuhan
Berdasarkan hasil praktikum
dari kondisi lahan tidak terbakar dan pasca
kesimpulan yang dapat diambil yaitu :
terbakar sebagai data pendukung dalam
1. Ampul dengan single dose dibuat dengan
kandungan karbon pada kondisi dilahan
tidak menggunakan pengawet, sedangkan
tersebut.
ampul dengan double dose bisa menggunakan
pengawet
DAFTAR PUSTAKA
2. pada uji stabilitas sediaan cairan ampul
Alaydrus, Syafika, dkk. 2020, Analisis Kdar
injeksi furosemide melakukan perubahan
Ranitidin Injeksi Ditinjau dari
warna yang dimana menandakan bahwa
Lamanya Penyimpanan Menggunakan
sediaan tersebut tidal stabil.
Metode Spektrofotometri UV-VIS,
3. wadah ampul merupakan wadah sediaan
Jurnal Farmasi Indonesia
yang hanya bisa sekali pakai
AFAMEDIS, 1(1) : 44-48.
4. Berdasarkan hasil uji, menandakan bahwa
sediaan injeksi furosemide ada yang Andriana. 2020, Injeksi Furosemid dalam
memenuhi uji dan ada yang tidak memenuhi Bentuk Sediaan Ampul, Jurnal
uji. FMIPA Farmasi, 2(1) : 1-11.
5. Kontrol kualitas bertujuan untuk Depkes RI. 2020, Farmakope Indonesia, edisi
mendapatkan sediaan injeksi yang steril dan VI, Departemen Kesehatan, Jakarta,
memenuhi persyaratan uji sehingga aman Indonesia.
untuk digunakan dan dapat memberikan efek Dewantisari, D. dan Musfiroh, I. 2020,
terapi yang optimal Strategi Peningkatan Objektivitas
Hasil Uji Inspeksi Visual Sediaan