Anda di halaman 1dari 64

PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOKIMIA KLINIS

NAMA :
NIM :

LABORATORIUM KIMIA ANALISA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Penuntun Praktikum
Biokimia Klinis ini dapat kami susun. Tak lupa, ucapan terimakasih kami haturkan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini.
Praktikum Biokimia Klinis merupakan salah satu praktikum yang diselenggarakan di
Bagian Kimia Analisa Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Sriwijaya. Praktikum Biokimia Klinis merupakan praktikum wajib pada semester
3 (tiga) berdasarkan Kurikulum S1 Farmasi Tahun 2021 yang tercantum sesuai SK Rektor
Universitas Sriwijaya Nomor 0187/UN9/SK.BAK.Ak/2021.
Buku Penuntun Praktikum Biokimia Klinis dimaksudkan untuk membekali
mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum khususnya pada kemampuan untuk
melakukan analisis sampel secara biokimia klinis. Penuntun Praktikum ini juga membantu
mahasiswa untuk memantapkan materi yang telah diberikan dalam perkuliahan.
Kami berharap agar semua pihak pengguna buku ini dapat mempergunakan dan
mengambil manfaat sebesar-besarnya. Mengingat buku Penuntun Praktikum ini disusun secara
ringkas, maka kami harapkan agar mahasiswa dapat memperdalam ilmu dengan mempelajari
lebih lanjut dari berbagai pustaka yang ada. Kritik dan saran yang membangun selalu kami
harapkan untuk penyempurnaan buku ini.

Indralaya, Agustus 2022


Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................................... 1


Kata Pengantar ...................................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................................... 3
Flowchart Pelaksanaan Praktikum di Laboratorium Kimia Analisa Farmasi ....................... 4
Rencana Pembelajaran Semester (RPS) ................................................................................ 6
Petunjuk Umum Praktikum Biokimia Klinis ........................................................................ 13
Pendahuluan .......................................................................................................................... 21
Percobaan 1. Uji Kualitatif Karbohidrat ............................................................................... 22
Percobaan 2. Uji Kualitatif Lipid dan Kolesterol .................................................................. 28
Percobaan 3. Uji Kualitatif Protein ....................................................................................... 33
Percobaan 4. Uji Aktivitas Enzim ......................................................................................... 37
Percobaan 5. Pemeriksaan Urin Secara Makroskopik dan Mikroskopik .............................. 43
Percobaan 6. Pemeriksaan Urin Terhadap Glukosa, Protein, dan Keton .............................. 49
Percobaan 7. Isolasi Protein dari Darah ................................................................................ 53
Percobaan 8. Pemeriksaan Protein Plasma, Kadar Glukosa, dan Kolesterol Darah .............. 58
Percobaan 9. Pengaruh Antioksidan terhadap Oksidasi Lipid .............................................. 62
Percobaan 10. Uji Kualitatif Kandungan Karbohidrat, Protein, dan Lipid dalam Makanan
Sehari-hari ............................................................................................................................. 65

3
FLOWCHART PELAKSANAAN PRAKTIKUM LAB. KIMIA ANALISA FARMASI

1. Persiapan Administrasi Praktikum


Dosen Koordinator
Laboran Admin Jurusan Kepala Laboratorium
Praktikum

MULAI

Revisi Modul Mendata jumlah praktikum


semester akan berjalan

Tidak

Menentukkan modul
Disetujui praktikum

Iya Mengecek ketersediaan


bahan sesuai dengan
Penyusunan jadwal modul praktikum
praktikum

Koordinasi terkait Menyiapkan absensi


absen praktikum

Mendapat laporan terkait


jadwal dan kesiapan
administrasi praktikum

SELESAI

2. Persiapan Sebelum Praktikum


Asisten Praktikum Laboran Praktikan

MULAI
Tidak

Menyebarkan
modul praktikum Menerima?
ke praktikan

Mengecek ketersediaan dan Iya


mempersiapkan permintaan
1 minggu sebelum,
Membaca isi modul dan tata tertib
mengisi form permintaan
praktikum
alat dan bahan sesuai
kebutuhan tema praktikum

SELESAI

4
3. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum
Dosen Koordinator
Praktikan Asisten Praktikum Laboran
Praktikum

MULAI

30 menit
sebelum

Tidak diperkenankan
masuk lab Mengecek kesiapan alat Mengganti status
dan bahan serta ruangan menjadi
kebersihan ruangan KOTOR
Tidak sesuai

Jas lab dan Mengecek kerapihan


sepatu? pakaian praktikan

Sesuai
Memantau kegiatan
Masuk lab dan cek praktikum
kelengkapan alat dan
bahan

Memberikan alat dan


Tidak bahan serta mencatat
Lengkap?
dalam form permintaan
alat/bahan
Iya

Memantau kegiatan
Kegiatan Praktikum
praktikum

Tidak

Selesai?

Iya
Tidak Sesuai Jika ada alat rusak,
Cuci alat, kembalikan laboran akan mencatat
bahan ke tempat
semula, buang sampah
ke tempatnya Cek

Meninggalkan
Laboratorium Sesuai

Mengganti status
Memastikan ruangan
ruangan menjadi
sudah bersih kembali
BERSIH

SELESAI

5
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA Nomor dokumen RPS :
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MKF 2108-1-22
JURUSAN FARMASI
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Tanggal
MATA KULIAH KODE RUMPUN MK BOBOT (SKS) SEMESTER Penyusunan
Praktikum Biokimia Klinis MKF 2108 Ilmu Dasar Farmasi 1 Tiga (3) 20 Juni 2022

Otoritas/Pengesahan
Dosen Pengembang RPS Koordinator MK Ketua Program Studi
Wakil Dekan Bidang Akademik

Dr. Hasanudin, M.Si apt. Elsa Fitria Apriani, Apt. Viva Starlista, apt. Dr. rer.nat Mardiyanto,
M.Farm M.Pharm.Sci M.Si
Capaian CPL-PRODI (yang dibebankan pada Mata Kuliah)
Pembelajaran (CP) S1 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius
S9 Menginternalisasi nilai, norma dan etika akademik
P1 Menguasai prinsip-prinsip dan konsep teoritis ilmu dasar farmasi
P2 Menguasai metode penelitian di bidang farmasi
P3 Menguasai aplikasi ilmu dasar farmasi
P4 Menguasai pengetahuan tentang manajemen farmasi, sosio-farmasi, hukum dan etika
farmasi, teknik komunikasi, serta prinsip dasar keselamatan kerja
CP-MK
1 Mampu menerapkan ilmu dasar farmasi serta mengembangkan kreativitas dan inovasi secara
saintifik dalam mememcahkan masalah kefarmasian
2 Memiliki dasar dasar keterampilan yang cukup untuk mengintrepretasikan hasil pemeriksaan
laboratorium terkait dengan kelainan-kelainan metabolisme, fungsi hati, dan ginjal
3 Menunjukkan kemampuan dalam memecahkan masalah terkait analisis biokimia klinis
Deskripsi Singkat MK Mata kuliah Praktikum Biokimia Klinis merupakan mata kuliah dengan bobot 1 SKS. Praktikum
Biokimia Klinis memberikan dasar keterampilan bagi mahasiswa untuk melakukan pengujian terhadap
molekul-molekul penting dalam kehidupan seperti karbohidrat, protein, lipid terhadap sampel urin,
darah, dan lain-lain
Bahan Kajian 1. Uji Kualitatif Karbohidrat
2. Uji Kualitatif Lipid dan Kolesterol
3. Uji Kualitatif Protein
4. Uji Aktivitas Enzim
5. Pemeriksaan Urin Secara Makroskopik dan Mikroskopik
6. Pemeriksaan Urin Terhadap Glukosa, Protein, dan Keton
7. Isolasi Protein dari Darah
8. Pemeriksaan Protein Plasma, Kadar Glukosa, dan Kolesterol Darah
9. Pengaruh Antioksidan terhadap Oksidasi Lipid
10. Project praktikum
Referensi Utama 1. Horton RH et al, 2006, Principles of Biochemistry, 4th ed, USA: Pearson Education, Inc
2. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, 2014, Harper’s illustrated biochemistry. USA:
McGraw-Hill
3. Lehninger AL, 2003, Principles of Biochemistry, New Delhi: Tata Mc Graw Hill Co
4. Elliot WH, Elliot DC, 1996. Biochemistry and Molecular Biology, New York: John Willey &
Sons
5. Koolman J, Rohm HK, 2001, Atlas Berwarna dan Teks Biokimia, alih bahasa Septelia Inawati,
Jakarta: Hipocrates
Media Pembelajaran Perangkat Lunak: Perangkat Keras:
1. Praktik Lab 1. Ms. Powerpoint 1. Laptop / komputer
2. Elearning Unsri
3. Youtube
Team Teaching 1. Apt. Dr. Budi Untari, M.Si
2. Apt. Viva Starlista, M.Pharm.Sci
Mata Kuliah Syarat MKF 1210 Biokimia
6
Sub-CP-MK / Metode Pembelajaran Bobot
Mg [Estimasi Waktu] Materi dan Media
Indikator/ Kriteria/ Penilaian
Ke-
Bentuk Penilaian Non-Tes Asinkron Pembelajaran (%)
Sinkron
Mandiri Kolaboratif (Tatap Muka/Virtual)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 1. Mampu memahami aturan selama praktikum biokimia Membaca buku penuntun Diskusi tentang aturan praktikum Pertemuan tatap muka atau Asistensi Praktikum dan 5%
klinis praktikum biokimia klinis biokimia klinis virtual Pendahuluan
2. Mampu mendeskripsikan cakupan pengujian biokimia [1 x 60’] [1 x 60’] [TM/TV 1 x 50’]
klinis beserta metode ujinya Praktik Laboratorium

Indikator: https://elearning.unsri.ac.id/
Mampu mengikuti segala aturan yang telah dibuat
Memahami cara melakukan analisis biokimia klinis

Kriteria:
1. Sikap dan Tanggung Jawab
2. Ketepatan dalam analisis biokimia klinis

Bentuk Penilaian Non-Tes:


Observasi
2 1. Mampu menjelaskan jenis-jenis protein dan Membuat laporan terkait hasil Kerjasama tim saat praktikum Pertemuan tatap muka atau Uji Kualitatif Protein 10%
metabolismenya uji kualitatif protein dan diskusi terkait laporan virtual
2. Mampu menjelaskan manfaat protein dalam tubuh [1 x 60’] praktikum antar tim [TM/TV 1 x 50’] Praktik Laboratorium
manusia [1 x 60’]
3. Mampu menjelaskan metode-metode pengujian protein https://elearning.unsri.ac.id/
4. Memiliki keterampilan dalam melakukan uji kualitatif
protein dalam sampel Youtube :
Lab. Kimia Analisa Farmasi
Indikator: Universitas Sriwijaya
1. Keaktifan mahasiswa selama praktikum
2. Kerjasama tim
Kriteria:
1. Penguasaan materi
2. Keterampilan praktikum
3. Teknik penyajian laporan praktikum
4. Komplesitas berpikir

Bentuk Penilaian Non-Tes:


Partisipasi

Bentuk Penilaian Tes:


3. Pretest

7
3 1. Mampu menjelaskan jenis-jenis karbohidrat dan Membuat laporan terkait hasil Kerjasama tim saat praktikum Pertemuan tatap muka atau Uji Kualitatif Karbohidrat 10%
metabolismenya uji kualitatif karbohidrat dan diskusi terkait laporan virtual
2. Mampu menjelaskan manfaat karbohidrat dalam tubuh [1 x 60’] praktikum antar tim [TM/TV 1 x 50’] Praktik Laboratorium
manusia [1 x 60’]
3. Mampu menjelaskan metode-metode pengujian https://elearning.unsri.ac.id/
karbohidrat
4. Memiliki keterampilan dalam melakukan uji kualitatif Youtube :
karbohidrat dalam sampel Lab. Kimia Analisa Farmasi
Universitas Sriwijaya
Indikator:
1. Keaktifan mahasiswa selama praktikum
2. Kerjasama tim
Kriteria:
1. Penguasaan materi
2. Keterampilan praktikun
3. Teknik penyajian laporan praktikum
4. Komplesitas berpikir

Bentuk Penilaian Non-Tes:


Partisipasi

Bentuk Penilaian Tes:


Pretest
4 1. Mampu menjelaskan jenis-jenis lipid dan kolesterol Membuat laporan terkait hasil Kerjasama tim saat praktikum Pertemuan tatap muka atau Uji Kualitatif Lipid dan 7,5%
beserta metabolismenya uji kualitatif lipid dan dan diskusi terkait laporan virtual Kolesterol
2. Mampu menjelaskan manfaat lipid dan kolesterol dalam kolesterol praktikum antar tim [TM/TV 1 x 50’]
tubuh manusia [1 x 60’] [1 x 60’] Praktik Laboratorium
3. Mampu menjelaskan metode-metode pengujian lipid
dan kolesterol https://elearning.unsri.ac.id/
4. Memiliki keterampilan dalam melakukan uji kualitatif
lipid dan kolesterol dalam sampel Youtube:
Lab. Kimia Analisa Farmasi
Indikator: Universitas Sriwijaya
1. Keaktifan mahasiswa selama praktikum
2. Kerjasama tim
Kriteria:
1. Penguasaan materi
2. Keterampilan praktikum
3. Teknik penyajian laporan praktikum
4. Komplesitas berpikir

Bentuk Penilaian Non-Tes:


Partisipasi

Bentuk Penilaian Tes:


Pretest

8
5 1. Mampu menjelaskan reaksi enzimatis pada reaksi Membuat laporan terkait hasil Kerjasama tim saat praktikum Pertemuan tatap muka atau Uji Aktivitas Enzim 10%
hidrolisis pati uji aktivitas enzim dan diskusi terkait laporan virtual
2. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi [1 x 60’] praktikum antar tim [TM/TV 1 x 50’] Praktik Laboratorium
aktivitas ennzim [1 x 60’]
3. Mampu menjelaskan metode uji aktivitas enzim https://elearning.unsri.ac.id/
4. Memiliki keterampilan dalam melakukan uji aktivitas
enzim dalam sampel Youtube:
Lab. Kimia Analisa Farmasi
Indikator: Universitas Sriwijaya
1. Keaktifan mahasiswa selama praktikum
2. Kerjasama tim
Kriteria:
1. Penguasaan materi
2. Keterampilan praktikum
3. Teknik penyajian laporan praktikum
4. Komplesitas berpikir

Bentuk Penilaian Non-Tes:


Partisipasi

Bentuk Penilaian Tes:


Pretest
6 1. Mampu menjelaskan jenis-jenis pemeriksaan urin Membuat laporan terkait hasil Kerjasama tim saat praktikum Pertemuan tatap muka atau Pemeriksaan Urin Secara 10%
secara makroskopik dan mikroskopik pemeriksaan urin secara dan diskusi terkait laporan virtual Makroskopik dan
2. Mampu menjelaskan manfaat pemeriksaan urin bagi makroskopik dan mikroskopik praktikum antar tim [TM/TV 1 x 50’] Mikroskopik
kesehatan [1 x 60’] [1 x 60’]
3. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan urin Praktik Laboratorium
secara makroskopik dan mikroskopik yang diperoleh
terhadap fungsi ginjal https://elearning.unsri.ac.id/

Indikator: Youtube:
1. Keaktifan mahasiswa selama praktikum Lab. Kimia Analisa Farmasi
2. Kerjasama tim Universitas Sriwijaya
Kriteria:
1. Penguasaan materi
2. Keterampilan praktikum
3. Teknik penyajian laporan praktikum
4. Komplesitas berpikir

Bentuk Penilaian Non-Tes:


Partisipasi

Bentuk Penilaian Tes:


Pretest
7 Evaluasi Tengah Semester : melakukan validasi hasil penilaian, evaluasi dan perbaikan proses pembelajaran berikutnya

9
8 1. Mampu mengidentifikasi keberadaan glukosa, protein, Membuat laporan terkait hasil Kerjasama tim saat praktikum Pertemuan tatap muka atau Pemeriksaan Urin Terhadap 7.5%
dan keton pada urin. pemeriksaan urin terhadap dan diskusi terkait laporan virtual Glukosa, Protein, dan Keton
2. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan glukosa, protein, dan keton praktikum antar tim [TM/TV 1 x 50’]
tersebut terhadap kesehatan. [1 x 60’] [1 x 60’] Praktik Laboratorium

Indikator: https://elearning.unsri.ac.id/
1. Keaktifan mahasiswa selama praktikum
2. Kerjasama tim Youtube:
Lab. Kimia Analisa Farmasi
Kriteria: Universitas Sriwijaya
1. Penguasaan materi
2. Keterampilan praktikum
3. Teknik penyajian laporan praktikum
4. Komplesitas berpikir

Bentuk Penilaian Non-Tes:


Partisipasi

Bentuk Penilaian Tes:


Pretest
9 1. Mampu menjelaskan tujuan dan manfaat dari isolasi Membuat laporan terkait hasil Kerjasama tim saat praktikum Pertemuan tatap muka atau Isolasi Protein dari Darah 10%
protein dalam darah bagi kesehatan isolasi protein dari darah dan diskusi terkait laporan virtual
2. Mampu mengerti dan terampil melakukan teknik [1 x 60’] praktikum antar tim [TM/TV 1 x 50’] Praktik Laboratorium
sentrifugasi untuk pemisahan bagian-bagian sel [1 x 60’]
3. Memiliki keterampilan dalam melakukan teknik https://elearning.unsri.ac.id/
biokimia umum lain yang penting dalam proses
isolasi protein Youtube:
Lab. Kimia Analisa Farmasi
Indikator: Universitas Sriwijaya
1. Keaktifan mahasiswa selama praktikum
2. Kerjasama tim
Kriteria:
1. Penguasaan materi
2. Keterampilan praktikum
3. Teknik penyajian laporan praktikum
4. Komplesitas berpikir

Bentuk Penilaian Non-Tes:


Partisipasi

Bentuk Penilaian Tes:


4. Pretest

10
10 1. Mampu menjelaskan batasan normal protein, glukosa, Membuat laporan terkait hasil Kerjasama tim saat praktikum Pertemuan tatap muka atau Pemeriksaan Protein Plasma, 10%
dan kolesterol dalam darah pemeriksaan protein plasma, dan diskusi terkait laporan virtual Kadar Glukosa, dan Kolesterol
2. Mampu menjelaskan teknik pemeriksaan protein kadar glukosa, dan kolesterol praktikum antar tim [TM/TV 1 x 50’]
Darah
plasma, kadar glukosa, dan kolesterol dalam darah darah [1 x 60’]
3. Memiliki keterampilan dalam malakukan analisis kadar [1 x 60’]
Praktik Laboratorium
gula dalam darah, protein serta kolesterol darah dari
sampel darah pasien
https://elearning.unsri.ac.id/
4. Mampu mengintrepretasikan hasil yang diperoleh
Youtube:
Indikator:
Lab. Kimia Analisa Farmasi
1. Keaktifan mahasiswa selama praktikum
2. Kerjasama tim
Universitas Sriwijaya
Kriteria:
1. Penguasaan materi
2. Keterampilan praktikum
3. Teknik penyajian laporan praktikum
4. Komplesitas berpikir

Bentuk Penilaian Non-Tes:


Partisipasi

Bentuk Penilaian Tes:


Pretest
11 1. Mampu menjelaskan prinsip pengujian menggunakan Membuat laporan terkait Kerjasama tim saat praktikum Pertemuan tatap muka atau Pengaruh Antioksidan 7,5%
metode Spektrofotometri UV-Vis pengaruh antioksidan terhadap dan diskusi terkait laporan virtual Terhadap Oksidasi Lipid
2. Mampu menjelaskan manfaat antioksidan dalam proses oksidasi lipid berdasarkan praktikum antar tim [TM/TV 1 x 50’]
oksidasi lipid analisis spektrofotometri UV- [1 x 60’] Praktik Laboratorium
3. Memiliki keterampilan dalam menentukan absorbansi Vis
dari pengaruh antioksidan terhadap oksidasi lipid [1 x 60’] https://elearning.unsri.ac.id/
4. Mampu menginterpretasikan hasil yang diperoleh
Youtube:
Lab. Kimia Analisa Farmasi
Indikator: Universitas Sriwijaya
1. Keaktifan mahasiswa selama praktikum
2. Kerjasama tim
Kriteria:
1. Penguasaan materi
2. Keterampilan praktikum
3. Teknik penyajian laporan praktikum
4. Komplesitas berpikir

Bentuk Penilaian Non-Tes:


Partisipasi

Bentuk Penilaian Tes:


Pretest

11
12-13 1. Mampu mengidentifikasi metode analisis kualitatif Melakukan survey lapangan Kerjasama tim saat praktikum Pertemuan tatap muka atau Project Praktikum: Uji 15%
yang sesuai serta membuat laporan terkait dan diskusi terkait laporan virtual Kualitatif Kandungan
2. Mampu menganalisis hasil dari pengujian kandungan hasil analisis sesuai project project praktikum antar tim [TM/TV 1 x 50’] Karbohidrat, Protein, dan
karbohidrat, protein, dan lipid dalam makanan sehari- praktikum [1 x 60’] Lipid dalam Makanan Sehari-
hari [1 x 60’] hari

Indikator: Praktik Lapangan dan


1. Keaktifan mahasiswa selama praktikum Laboratorium
2. Kerjasama tim
https://elearning.unsri.ac.id/
Kriteria:
1. Penguasaan materi
2. Keterampilan praktikum Youtube:
3. Teknik penyajian laporan praktikum Lab. Kimia Analisa Farmasi
4. Teknik penyajian presentasi hasil project praktikum Universitas Sriwijaya
5. Komplesitas berpikir

Bentuk Penilaian Non-Tes:


Partisipasi

Bentuk Penilaian Tes:


Presentasi Kelompok, Video Pembelajaran
14 Evaluasi Akhir Semester: melakukan validasi hasil penilaian akhir dan menentukan kelulusan mahasiswa.
Remedial dan Entri Nilai

Catatan: Jumlah Tatap Virtual (TV) paling banyak 50% dari jumlah pertemuan.

12
PETUNJUK UMUM
PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIS

A. Tata Tertib Praktikum


1. Praktikan harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai. Jika praktikan terlambat
hadir lebih dari 10 menit dari waktu praktikum dimulai maka praktikan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum.
2. Praktikan harus mengenakan jas praktikum dan sepatu tertutup selama mengikuti
praktikum. Dilarang mengenakan kaos oblong (tanpa krah) dan memakai sandal.
Rambut yang panjang terurai harus diikat. Praktikan harus membawa keperluan
praktikum yang dianjurkan.
3. Praktikan wajib memakai masker selama praktikum berlangsung. Jika diperlukan,
praktikan harus memakai sarung tangan. Praktikan harus mematuhi semua peraturan
yang berlaku, disiplin dan jujur dalam melaksanakan praktikum.
4. Setiap praktikum, praktikan harus mengisi dan menandatangani daftar hadir. Jika
berhalangan hadir, praktikan harus memberikan keterangan tertulis yang disertai
alasan yang sah dan disampaikan kepada dosen koordinator praktikum.
5. Praktikan yang tidak hadir tanpa keterangan yang sah sebanyak satu kali, tidak
diperkenankan melanjutkan/menyelesaikan praktikumnya.
6. Praktikan diwajibkan membuat laporan praktikum. Sebelum mengikuti praktikum
berikutnya, praktikan harus menyerahkan laporan praktikum materi sebelumnya
kepada asisten praktikum.
7. Praktikan harus mengembalikan alat-alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih dan
kering.
8. Praktikan harus mengembalikan botol-botol reagen kimia yang tertutup rapat ke
tempat semula.

B. Peralatan
1. Praktikan harus mengecek terlebih dahulu kelengkapan alat sesuai list alat yang
dipinjam masing-masing. Laporkan kelengkapan alat tersebut kepada analis/asisten
dengan menuliskannya pada selembar kertas yang ditandatangani oleh praktikan.
2. Kerusakan alat oleh praktikan selama praktikum menjadi tanggung jawab praktikan.

13
3. Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum dan letakkan diatas meja kerja.
Alat-alat yang tidak digunakan sebaiknya disimpan di dalam lemari agar tidak
mengganggu selama bekerja.
4. Setelah selesai praktikum, alat-alat yang dipinjam harus segera dikembalikan ke dalam
lemari penyimpanan dalam keadaan utuh dan bersih.

C. Zat dan Pereaksi


1. Zat yang akan dianalisis harus diletakkan dalam wadah tertutup agar tidak
terkontaminasi dengan kotoran-kotoran yang akan mempersulit analisis.
2. Gunakan pereaksi yang telah disediakan dan jangan mengembalikan pereaksi yang
berlebih ke dalam botolnya untuk menghindari kontaminasi dan kesalahan
pengambilan.
3. Zat padat harus diambil dengan sendok atau spatula yang bersih dan kering.
4. Botol-botol pereaksi yang digunakan untuk bersama tidak boleh dipindahkan ke
tempat yang sulit dijangkau untuk praktikan lainnya.
5. Botol pereaksi yang telah digunakan harus dikembalikan ketempat semula.

D. Bahan-Bahan Berbahaya
1. Hindarkan dan jauhkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter,
methanol, dan lain-lain.
2. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan luka bakar
seperti asam-asam kuat (HCl, H2SO4, HNO3), basa-basa kuat (KOH, NaOH, NH4OH),
serta oksidator-oksidator kuat (O2, air brom, senyawa klor).
3. Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan menghasilkan gas-
gas beracun harus dilakukan di lemari asam. Pada saat bekerja di lemari asam,
perhatikan batas maksimal pembukaan pintu lemari asam. Jangan melebihi batas yang
telah ditentukan.

E. Teknik Percobaan
1. Cara mengidentifikasi bau: Jangan mengidentifikasi bau bahan kimia atau uap secara
langsung didekatkan ke hidung tetapi lakukan dengan cara mengibaskan uap dengan
tangan ke arah hidung.

14
2. Pemisahan endapan
a. Penyaringan
Cara standar untuk memisahkan endapan padat dari suatu cairan adalah dengan
cara menyaringnya. Kertas saring berfungsi sebagai suatu saringan yang halus, ada
kertas saring yang halus dan ada pula yang kasar. Selain itu kualitasnya juga
bermacam – macam.
b. Dekantasi
Zat padat seringkali cepat tenggelam ke dasar bejana dan dalam hal ini sebagian
besar cairan dapat dituangkan secara hati – hati tanpa mengganggu endapannya,
cara ini disebut dekantasi.
c. Sentrifugasi
Proses pemisahan ini mempunyai prinsip yang sama dengan dekantasi. Sentrifuge
adalah alat untuk mempercepat proses pengendapan dengan menggantikan gaya
gravitasi dengan gaya sentrifugal.
3. Pembakar Bunsen atau lampu spiritus yang tidak digunakan supaya dipadamkan.
Nyalakan bila memang akan digunakan. Pemadaman tidak boleh dilakukan dengan
cara ditiup melainkan tutup menggunakan penutup Bunsen.
4. Pengenceran asam kuat atau basa kuat yang mempunyai bobot jenis lebih besar dari
air, lakukan dengan cara menuangkan asam atau basa tersebut ke dalam air dan bukan
sebaliknya (hati-hati dengan pereaksi yang pekat).
5. Jika melakukan pemanasan dengan tabung reaksi, maka mulut tabung reaksi jangan
diarahkan kearah muka sendiri atau orang lain. Akan tetapi, arahkan ketempat kosong
dengan sambil digoyang-goyangkan. Lakukan pemanasan tersebut dengan tabung
reaksi dijepit dengan penjepit.

F. Peralatan Laboratorium
No Nama Alat Fungsi
1 Tabung Reaksi Digunakan untuk mereaksikan zat, dapat
dipanaskan pada nyala api oksidasi. untuk tabung
reaksi dengan gelas bukan borosilikat bersifat
tidak tahan panas

15
2 Tabung Sentrifugal Tabung sentrifugal mempunyai bentuk tabung
yang salah satu ujungnya menyerupai kerucut.
Tabung ini digunakan unttuk tempat bahan yang
diendapkan dengan alat sentrifuge.

3 Corong Corong adalah alat laboratorium berbentuk


kerucut dan terdapat bagian seperti tabung yang
sempit. Corong digunakan untuk memindahkan
larutan dan atau menyaring yang biasanya
menggunakan kertas saring.

4 Corong Buchner Corong buchner digunakan untuk menyaring


dengan dipasangkan pada labu penyaring dan
pompa penghisap (vacum pump).

5 Corong Pisah Corong pisah adalah peralatan laboratorium dari


gelas yang digunakan dalam proses pemisahan
cairan dari dua fase yang tidak dapat bercampur.

6 Pipet Tetes Terbuat dari gelas dilengkapi karet digunakan


untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil
(tetes)

7 Pipet Ukur Digunakan untuk mengukur cairan atau larutan.


Jumlah volumenya berdasarkan volume yang
dikeluarkan.

8 Pipet Volume Digunakan untuk mengukur volume tepat


berdasarkan volume yang dikeluarkan.

16
9 Balon Pipet Digunakan untuk memompa larutan dari pipet
ukur dan volume

10 Mikropipet dan Tip Digunakan untuk memindahkan cairan yang


bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari
1000 µl

11 Gelas Ukur Digunakan untuk mengukur volume cairan atau


larutan. Jumlah volume berdasarkanpada volume
didalamnya

12 Labu Ukur Untuk membuat larutan dengan konsentrasi


tertentu dan mengencerkan larutan secara akurat

13 Gelas Beaker Digunakan untuk menuang, membuat dan


mendidihkan larutan. Dapat digunakan juga
untuk mengukur volume larutan yang tidak
memerlukan tingkat akurasi yang tinggi

14 Erlenmeyer Bentuk mirip beaker glass memiliki leher yang


sempit, dengan keuntungan mengurangi
penguapan zat cair dalam pemanasan dan
menghindari tumpah ketika dalam proses
pengadukan. Pada sisi luarterdapat skala yang
menunjukan perkiraan
15 Gelas Arloji Terbuat dari gelas sebagai penutup dan
menimbang bahan kimia yang berwujud padat
atau kristal.

17
16 Cawan Penguap Digunakan untuk menguapkan zat cair/pelarut
yang tidak dikehendaki karena permukaan lebar
untuk meleburkan basis salep/suppositoria untuk
menimbang zat cair dalam jumlah besar
17 Cawan Petri Digunakan untuk tempat pertumbuhan
mikrobiologi

18 Mortir dan Stamper Digunakan untuk menggerus sampel dan


menghomogenisasi

19 Plat Tetes Digunakan untuk mereaksikan suatu zat


dengan jumlah yang kecil. Biasanya di dalam
pengujian kimia alat ini digunakan sebagai
tempat mereaksikan sampel dengan indikator
zat warna.
20 Desikator Digunakan untuk menghilangkan kadar air
dari suatu bahan atau sampel. Biasanya bentuk
desikator menyerupai toples kaca yang ada di
rumah kita.

21 Batang Pengaduk Digunakan untuk mencampur zat atau bahan


kimia guna mendukung keperluan
laboratorium

22 Spatula Digunakan untuk mengambil berbagai bahan


kimia.

23 Sendok Tanduk Digunakan untuk mengambil sample serbuk


kimia.

24 Penjepit Tabung Digunakan sebagai penjepit tabung


reaksi, kertas saring, dan berbagai benda
laboratorium lainnya saat proses pemanasan.

18
25 Pembakar Bunsen Digunakan untuk proses pemanasan,
pembakaran, serta untuk sterilisasi alat
laboratorium.

26 Kaki Tiga Digunakan untuk menyangga pembakar


spiritus.

27 Kawat Kasa Digunakan untuk menahan gelas beaker dan


labu ukur saat sedang melakukan pemanasan.

28 Kawat Nikrom Digunakan untuk pengujian nyala api pada


bahan kimia tertentu.

29 Timbangan Analitik Digunakan untuk penimbangan suatu sampel


dengan tingkat keakuratan yang sangat tinggi.

30 Vortex Digunakan untuk melakukan proses


homogenisasi atau menyeragamkan cairan

31 Hotplate Magnetic Stirrer Digunakan untuk menghomogenkan suatu


larutan dengan pengadukan dan panas.

32 Sentrifuge Digunakan untuk engendapkan atau


memekatkan sel mikroorganisme sehingga dapat
dipisahkan antara medium dan selnya yang
mengendap.

33 Mikroskop Digunakan ntuk melihat objek atau


mikrooganisme yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mata kasar contoh kristal

19
34 Waterbath Digunakan untuk memanaskan cairan dengan
direndam pada air yang terkontrol suhu
pemanasannya

35 Lemari Asam Digunakan sebagai tempat pengujian senyawa


pekat.

36 Spektrofotometri UV-Vis Digunakan untuk mengukur kadar suatu


senyawa

37 Kuvet Digunakan untuk tempat penyimpanan sampel


pada spektrofotometri UV-Vis

20
PENDAHULUAN

Biokimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari kimia dalam


kehidupan. Ilmu ini menggambarkan kandungan kimia dalam sel hidup dengan reaksi dan
proses yang terjadi. Biokimia mempelajari proses kehidupan yang dimulai dari sel, karena sel
adalah satuan terkecil dari kehidupan. Sel sebagai satuan terkecil kehidupan mmeiliki struktur
dan organisasi yang unik. Keunikan sel itulah yang akan dijelaskan oleh biokimia berdasarkan
kaidah-kaidah biologi dan kimia.
Biokimia klinis merupakan bagian ilmu paling luas pada laboratorium medis
termasuk ilmu tentang pembentukan substansi organik dan anorganik selama reaksi biokimia
dan dan aktivitas enzim di dalam serum, plasma, darah, urin, cairan cerebrospinal dan cairan
biologis lainnya. Pengukuran yang dapat dilakukan adalah melihat adanya karbohidrat, lipid,
protein, kolesterol, dan lain-lain.
Analisis biokimia klinis baik pada darah dan cairan tubuh lainnya menyusun
hampir 40% dari seluruh analisis laboratorium. Mereka dapat mengkarakteristik seluruh
kondisi tubuh seperti indikator keseimbangan asam basa, dan organ individual seperti enzim
spesifik organ. Karena pertukaran zat antara organ dan jaringan dimediasi oleh aliran darah,
maka plasma darah mengandung berbagai konsentrasi semua zat yang memasuki tubuh dan
disintesis oleh tubuh. Oleh karena itu, praktikum biokimia klinis merupakan praktikum wajib
yang harus dilakukan di bidang Farmasi.

21
PERCOBAAN 1.
UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan uji keberadaan karbohidrat secara kualitatif yang
merupakan keterampilan dasar dalam bidang keahlian biokimia.

2. Dasar Teori
Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat (H2O). Rumus umumnya
dikenal sebagai Cx(H2O)n. Aldehida (-CHO) dan keton (=CO) merupakan gugus fungsi yang
terdapat pada karbohidrat. Senyawa ini juga mengandung banyak gugus hidroksil (-OH).
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi organisme hidup. Pada manusia,
karbohidrat disimpan dalam bentuk glikogen, terutama di hati (2-8%) dan otot (0,5-1%).
Glikogen hati terutama berguna untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal (70-90
mg/100 ml darah), sedangkan glikogen otot bertindak sebagai penyedia energi untuk
keperluan kontraksi.
Karbohidrat memiliki beberapa sifat, seperti:
1. Dapat beroksidasi
2. Dapat bereduksi
3. Dapat berkondensasi dan berpolimerisasi
4. Dapat membentuk glikosida
Berdasarkan jumlah penyusunnya, karbohidrat dibagi menjadi tiga jenis yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
a. Monosakarida atau disebut gula sederhana adalah karbohidrat yang paling sederhana,
sehingga zat tersebut tidak dapat diuraikan menjadi karbohidrat yang lebih sederhana
lagi. Rumus umumnya adalah CnH2nOn. Monosakarida dibagiberdasarkan jumlah atom
C yaitu biosa (diosa), triosa, tetrosa, pentosa (arabinosa, xilosa, ribose), heksosa
(glukosa, fruktosa, galaktosa dan mannosa)
b. Oligosakarida, yaitu di-, tri-, tetra-, penta-, dan heksasakarida. Yang terpenting secara
biologis adalah disakarida, misal sukrosa, maltosa, laktosa dan selobiosa. Disakarida
adalah gula yang dapat dihidrolisis menjadi dua monosakarida.
c. Polisakarida adalah polimer dari monosakarida, yang mempunyai berat molekul tinggi.
Biasanya tidak larut dalam air dan membentuk koloid. Tidak mempunyai rasa manis.

22
Beberapa polisakarida yang penting diantaranya: pati, glikogen, inulin, dextrin, dan
selulosa.

3. Prosedur Kerja
A. Uji Molisch.
- Pembuatan Pereaksi Molisch
Pereaksi ini terdiri dari alfa-naftol dan alkohol atau kloroform. Sebanyak 5 gram alfa-
naftol dilarutkan dalam 100 ml alkohol atau kloroform.
- Prinsip
Dalam asam kuat panas yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau
derivatnya. Senyawa furfural dan derivatnya dapat membentuk senyawa berwarna
ungu pada bidang batas karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan α -
naftol dalam peraksi mollisch. Reaksi ini dapat dijadikan sebagai pengenal untuk
karbohidrat, walaupun tidak spesifik untuk karbohidrat. Hasil negatif merupakan
suatu bukti bahwa sampel bukan atau tidak mengandung karbohidrat.
- Prosedur Kerja
Masukkan 2 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes pereaksi
molisch, homogenkan. Miringkan tabung reaksi, tambahkan sebanyak 2 mL H2SO4
pekat dengan hati-hati melalui dinding tabung sampai terbentuk dua lapis larutan.
Amati warna pada bidang batas antara asam dan larutan air. Perhatikan cincin warna
ungu yang terjadi.
B. Uji Iodin
- Pembuatan Pereaksi Iodin
Sebanyak 2,5 gram KI dilarutkan dengan aquades sampai volumenya 20 mL,
campurkan larutan ini dengan 1,26 gram iodin lalu encerkan sampai volumenya 1 L
- Prinsip
Larutan amilum apabila diberi larutan iodium akan berwarna biru. Warna biru tersebut
disebabkan oleh molekul amilosa yang membentuk senyawa amilopektin. Senyawa
amilopektin dengan iodium akan memberikan warna biru (pati), coklat (glikogen),
merah (dekstrin).
- Prosedur Kerja
Masukkan 1 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes larutan iodin.
Amati perubahan warna yang terjadi.

23
C. Uji Benedict
- Pembuatan Pereaksi Benedict
Larutkan 1,73 gram CuSO4.5H2O dalam 10 ml aquades. Lalu larutkan 17,3 gram Na-
Sitrat dan Na-Karbonat dengan 50 ml aquades. Campur semua larutan dan
ditambahkan aquades sampai 100 ml
- Prinsip
Dalam suasana alkalis, sakarida (karbohidrat) akan membentuk enediol yang mudah
sekali dioksidasi. Sakarida yang sukar membentuk enediol seperti sukrosa tidak
bereaksi dengan tes ini. Untuk zat pengoksida (oksidator) dalam reaksi ini dipakai
cupri dalam larutan alkalis yang akan membentuk Cu2O. Adanya Natrium karbonat
dan Natrium sulfat membuat pereaksi benedict bersifat basa lemah sehingga Endapan
yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, jingga atau merah menunjukkan reaksi
positif.
- Prosedur Kerja
Masukkan 2.5 mL pereaksi Benedict ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 8 tetes
larutan yang diperiksa. Panaskan dengan dalam waterbath salama 15 menit, kemudian
dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadi.
D. Uji Barfoed
- Pembuatan Pereaksi Barfoed
Larutkan 13,3 gram kristal tembaga asetat dalam 200 mL air, saring bila perlu.
Kemudian, tambahkan 1,9 mL asam asetat glasial. Pereaksi dibuat baru setiap kali
digunakan.
- Prinsip
Dalam suasana asam, monosakarida akan mereduksi Cu2+ dalam reagen barfoed lebih
cepat dibandingkan dengan disakarida untuk membentuk endapan merah Cu2O.Uji ini
dapat membedakan karbohidrat golongan monosakaridan dan disakarida berdasarkan
waktu terbentuknya endapan merah bata Cu2O.
- Prosedur Kerja
Tambahkan 2 mL pereaksi Barfoed ke dalam 2 mL larutan yang diperiksa. Panaskan
dalam waterbath selama 10 menit. Dinginkan di bawah air yang mengalir. Amati
endapan merah yang terbentuk di dasar tabung.

24
E. Uji Fehling
- Pembuatan Pereaksi Fehling
Larutan Fehling A : CuSO4.5H2O sebanyak 3,5 gram ditambahkan sampai 100 ml
aquades
Larutan Fehling B : K-Na-Tartrat sebanyak 34,6 gram ditambahkan NaOH sebanyak
10 gram dan ditambahkan sampai 100 ml aquades.
- Prinsip
Gugus aldehida dan keton bebas dalam molekul karbohidrat dapat mereduksi Cu2+
yangterdapat dalam pereaksi Fehling menjadi Cu+ berupa endapan merah Cu2O.
- Prosedur Kerja
Sediakan tabung reaksi dan beri label pada masing-masing tabung. Pada masing-
masing tabung tersebut diisi 5 tetes Fehling A dan Fehling B (dengan perbandingan
1 : 1). Panaskan dalam water bath selama 10 menit. Kemudian tambahkan 5 tetes
larutan uji. Panaskan lagi selama 10 menit. Amati perubahan warna dan endapan yang
terjadi.
F. Uji Seliwanoff
- Pembuatan Pereaksi Seliwanoff
Campurkan 3,5 mL resorcinol 0,5% dengan HCl pekat, kemudian encerkan dengan
akuades menjadi 35 mL
- Prinsip
Reaksi Selliwanoff didasarkan atas pembentukan 4-hidroksi-metil-furfural yang
kemudian berkondensasi dengan resorsinol membentuk kompleks berwarna merah
atau merah muda. Uji ini spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugusan keton
(ketosa). Karbohidrat lain dalam konsentrasi tinggi dapat memberikan hasil yang
serupa.
- Prosedur Kerja
Masukkan 3 mL pereaksi Seliwanoff ke dalam 1 mL larutan yang akan diuji. Didihkan
selama 30 detik, kemudian dinginkan. Amati perubahan warna yang terjadi.
G. Uji Osazon
- Prinsip
Proses pemanasan karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atau keton dengan
fenilhidrazin berlebih akan menghasilkan hidrazon atau osazon. Osazon akan
membentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Monosakarida pada uji osazon tidak

25
akan larut dalam air mendidih sedangkan disakarida akan larut dalam air dan akan
terbentuk kembali saat didinginkan kecuali sukrosa.
- Prosedur Kerja
Masukkan 5 mL larutan uji ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 10 tetes asam asetat
dan 3 tetes fenil hidrasin. Panaskan selama 10 menit di dalam air mendidih. Pindahkan
setengah dari tabung ke tabung reaksi yang lain. Panaskan dengan api langsung hingga
terbentuk endapan Kristal. Amati Kristal di bawah mikroskop

26
DATA HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 1. UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT

Acc Asisten Praktikum


Nama :
Tanggal :
Paraf :
27
PERCOBAAN 2.
UJI KUALITATIF LIPID DAN KOLESTEROL

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan mampu mendeteksi keberadaan lipid secara kualitatif melalui uji
kelarutan dan ketidakjenuhan serta melakukan uji kualitatif kolesterol.

2. Dasar Teori
Lipid adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam
tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah
lipid. Lipid adalah ester asam lemak atau senyawa organik lain yang memiliki sifat fisik
seperti lemak. Sifat fisik yang dimaksud adalah (1) Tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organik seperti : eter, aseton, kloroform, dan benzene. Pelarut tersebut dinamakan
dengan pelarut lemak (2) Ada hubungan dengan asam lemak (3) Mempunyai kemungkinan
digunakan sebagai bahan makanan. Lemak dan minyak merupakan salah satu golongan
Lipid. Lemak atau minyak adalah ester asam lemak dan gliserol. Gliserol ialah suatu tri-
hidroksida alkohol yang terdiri dari 3 atom karbon, yang pada masing-masing atom karbon
mengikat gugus –OH. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat 3 molekul asam lemak.
Oleh karena itu lemak disebut juga trigliserida.
Kolesterol merupakan sterol utama dalam tubuh manusia. Kolesterol merupakan
komponen struktural membran sel dan lipoprotein plasma dan juga merupakan bahan awal
pembentukan asam empedu serta hormon steroid. Sterol dan derivatnya sukar larut dalam
larutan berair tetapi larut dalam pelarut organik, terutama alkohol. Sehingga senyawa ini
dimasukkan kedalam golongan lipid. Ketidaknormalan dalam metabolisme atau
pengankutan kolesterol lewat plasma rupa-rupanya ada kaitannya dengan dengan
perkembangan arterosklerosis. Selain itu batu empedu yang yang terjadi tersusun terutama
dari kolesterol. Kolesterol dihubungkan dengan metabolisme lipid, dan merupakan sumber
untuk sintesa hormon steroid.

3. Prosedur Kerja
A. Uji Deteksi Lipid
Siapkan kertas minyak. Teteskan 1 tetes bahan uji. Diamkan hingga kering dan amati
dibawah sinar.

28
B. Uji Kelarutan Lipid
Siapkan lima buah tabung reaksi. Isi masing-masing tabung dengan akuades, alkohol
96%, eter, kloroform, larutan Na2CO3 sebanyak 1 mL. Lalu tambahkan ke dalam setiap
tabung 2 tetes bahan uji, homogenkan. Biarkan beberapa saat amati kelarutan yang
terjadi.
C. Uji Ketidakjenuhan Lipid
- Prinsip
Larutan I2 akan mengadisi ikatan rangkap pada asam lemak.

Gambar 2. Proses adisi asam lemak oleh I2


- Prosedur Kerja
Masukkan bahan uji sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi. Tambahkan sedikit demi
sedikit larutan I2 (betadine) sampai terbentuk warna kuning. Catat berapa tetes
larutan I2 yang digunakan hingga warna merah coklat yang terbentuk tidak hilang.
Warna larutan yang tidak hilang menandakan bahwa sampel mengandung asam
lemak jenuh.
D. Uji Ketengikan Lipid
- Prinsip
Ketengikan merupakan perubahan kimiawi dari lemak atau minyak sehingga terjadi
perubahan bau dan rasa dari minyak tersebut. Lemak tidak jenuh bila mengalami
oksidasi, ikatan rangkapnya dapat berubah menjadi peroksida lemak yang
menyebabkan terjadinya ketengikan. Ikatan rangkap yang tersisa direaksikan I2 yang
terbentuk dari larutan KI-KIO3 dalam suasana asam. Semakin banyak ikatan rangkap
dalam minyak semakin banyak pula KI-KIO3 yang di butuhkan. Saat ikatan rangkap
telah habis bereaksi, terjadi kelebihan I2 dalam larutan, sehingga larutan berwarna
coklat.
- Prosedur Kerja
Masukkan bahan uji ke dalam tabung reaksi lalu tambahkan 1 mL HCl 2N.
Tambahkan tetes demi tetes larutan I2 hingga warna iodium menetap (merah
kecoklatan). Hitung jumlah tetesan yang ditambahkan.

29
E. Uji Akrolein
- Prinsip
Uji akrolein dilakukan untuk mendeteksi adanya glirerol. Terjadi reaksi hidrolis
antara lipid dengan KHSO4 menghasilkan bau akrolein yang menyengat (seperti bau
alkohol).
- Prosedur Kerja
Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan, lalu kedalam tabung dimasukan 10
tetes sampel. Tambahkan juga KHSO4 sejumlah volume yang sama dengan dengan
sampel, lalu dipanaskan pelan-pelan langsung diatas api. Kemudian diperhatikan bau
akrolein yang menusuk hidung.
F. Uji Lieberman-Burchard
- Prinsip
Asam sulfat ditambahkan ke dalam sampel yang berisi kolesterol maka molekul air
berpindah dari gugus C3 kolesterol. Kemudian kolesterol teroksidasi membentuk
3,5-kolestadiena. Produk ini mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau.
Warna hijau disebebkan karena adanya gugus hidroksi dari kolesterol yang bereaksi
dengan pereaksi Lieberman Burchard dan meningkatkan konjugasi dari ikatan tak
jenuh dalam cincin yang berdekatan. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif.
- Prosedur Kerja
Sedikit kolesterol (air kaldu) dilarutkan dalam kloroform sampai larut semuanya.
Kemudian ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid dan melalui dinding tabung
ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat, lalu dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan
beberapa menit. Diperhatikan perubahan warnanya
G. Uji Salkowski
- Prinsip
Adanya kolesterol dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa reaksi warna.
Salah satu diantaranya adalah reaksi Salkowski. Apabila kolesterol dilarutkan dalam
kloroform pekat dan larutan ini dituangkan di atas larutan asam sulfat pekat dengan
hati-hati. Bagian asam akan berwarna kuning dan berfluoresensi hijau bila dikenai
cahaya. Bagian kloroform akan berwarna biru dan berubah menjadi merah dan ungu.
- Prosedur Kerja
Masukkan bahan uji ke dalam tabung reaksi lalu tambahkan 2 mL kloroform.
Tambahkan 2 mL asam sulfat pekat dengan hati-hati, kemudian digoyangkan.
Diamkan beberapa lama sekitar 2-3 menit. Amati perubahan warna yang terjadi pada
30
lapisan atas dan lapisan bawah. Sorot bagian bawah larutan dengan lampu senter.
Reaksi positif jika lapisan atas kloroform berwarna merah coklat hingga ungu
sedangkan lapisan bawah asam sulfat berfluoresensi hijau.

31
DATA HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 2. UJI KUALITATIF LIPID DAN KOLESTEROL

Acc Asisten Praktikum


Nama :
Tanggal :
Paraf :
32
PERCOBAAN 3.
UJI KUALITATIF PROTEIN

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan mampu mendeteksi keberadaan protein pada sampel dengan uji
kualitatif berdasarkan perubahan warna yang terbentuk.

2. Dasar Teori
Protein merupakan makromolekul yang memegang peranan penting pada hampir
semua proses biologi. Fungsi protein dalam tubuh antara lain membantu perkembangan sel
dan menjaga pertahanan tubuh. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik
karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Di samping itu
hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dari paru- paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein.
Protein tersusun atas polimer asam amino, dimana asam amino merupakan
senyawa yang terdiri dari gugus amina (-NH2), gugus karboksil (-COOH) dan rantai
samping (R). Rantai samping (alkil) ini yang membedakan antara asam amino satu dengan
asam amino yang lainnya.

Gambar 1. Struktur Asam Amino


Dua atau lebih asam amino dapat membentuk polipeptida melalui pembentukan
ikatan peptida. Ikatan ini dibentuk antara gugus amina pada asam amino satu dengan gugus
karboksilat pada asam amino yang lain. Ikatan peptida pada rantai polipeptida ditunjukkan
pada Gambar 2.

Gambar 2. Ikatan Peptida pada Protein

33
Adanya protein dalam suatu sampel dapat diketahui secara kualitatif dengan
menggunakan uji biuret, uji ninhidrin, uji Xantoprotein, uji Sulfur, dan uji Neuman.

3. Prosedur Kerja
A. Uji Biuret
- Prinsip
Reagen biuret akan bereaksi dengan ikatan peptida protein pada sampel. Adanya
protein sampel ditunjukkan perubahan sampel menjadi warna ungu. Pembentukan
warna disebabkan karena adanya kompleks ion Cu+ dengan ikatan peptida protein.
- Prosedur Kerja
Sebanyak 2 mL larutan uji ditambahkan dengan 1 mL NaOH 10%. Setelah itu
ditambahkan 2-3 tetes larutan CuSO4 akan terjadi warna ungu atau merah bila positif.
Warna biru berarti negatif.
B. Uji Ninhidrin
- Prinsip
Ninhidrin merupakan oksidator lunak yang akan bereaksi dengan asam amino
menghasilkan senyawa hidrindantin. Selanjutnya ninhidrin akan bereaksi dengan
hidrindantin dan amoniak menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna biru.
- Prosedur Kerja
Sebanyak 3 ml larutan protein ditambah 10 tetes larutan ninhidrin. Panaskan 1-2
menit. Didiamkan sampai dingin akan terbentuk larutan biru
C. Uji Xantoprotein
- Prinsip
Terjadi reaksi nitrasi antara HNO3 dengan sampel dimana terjadi subtitusi atom H+
dengan NO2 yang akan menghasilkan senyawa kompleks. Dengan adanya pemanasan
reaksi akan berlangsung lebih cepat dan mulai terbentuk senyawa kompleks kuning
jingga apabila dalam sampel terdapat asam amino aromatik (inti benzene). Warna
senyawa kompleks kuning jingga dipertegas dengan penambahan NaOH 50% pada
sampel sehingga warna kuning jingga dapat terlihat dengan jelas.
- Prosedur Kerja
Sebanyak 2 ml larutan uji ditambah 1 mL HNO3 pekat. Panaskan selama 1 menit,
kemudian diinginkan di air yang mengalir. Masukkan NaOH 40% dalam tabung

34
dengan perlahan lahan dan hati-hati sampai terlihat perubahan warna. Warna orange
atau kuning tua pada bidang pembatasan menunjukkan reaksi positif.
D. Uji Sulfur
- Prinsip
Asam amino yang mengandung sulfur seperti sistein, sistein, dan metionin (gugus
sulfhidril/tiol) bereaksi dengan timbal asetat dalam suasana basa untuk membentuk
endapan coklat. Asam amino yang mengandung belerang ini didegradasi dalam media
basa kuat untuk melepaskan ion sulfida (S2-) dalam bentuk H2S (hidrogen sulfida). Ion
sulfida dapat bereaksi dengan timbal (II) asetat membentuk endapan hitam kecoklatan.
- Prosedur Kerja
Sebanyak 1 mL larutan uji ditambah 1 mL NaOH 40%. Panaskan selama 1 menit
untuk merubah S organik menjadi NaS. Setelah itu tambahkan 1 tetes Pb asetat, maka
akan terjadi warna coklat atau hitam karena terbentuk PbS.
E. Uji Neuman
- Prinsip
Uji neuman dilakukan untuk mendeteksi kandungan fosfor. Protein yang ditambah
asam nitrat dan asam sulfat akan mengeluarkan asap putih dan larutan yang berwarna
kuning cerah yaitu larutan ammonium fosfomolibdat. Apabila ammonium molibdat
bereaksi dengan gugus fosfat yang dilepaskan dengan bantuan HNO3 sehingga akan
membentuk senyawa ammonium fosfomolibdat yang mempunyai warna endapan
kuning.
- Prosedur Kerja
Masukkan 200 μl larutan protein ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 ml asam nitrat
pekat dan 200 μl H2SO4 pekat. Didihkan sampai volumenya berkurang hingga 0,5 ml.
Biarkan sampai dingin pada suhu ruang, tambahkan larutan ammonium molibdate.
Amati terbentuknya endapan berwarna kuning.

35
DATA HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 3. UJI KUALITATIF PROTEIN

Acc Asisten Praktikum


Nama :
Tanggal :
Paraf :
36
PERCOBAAN 4.
UJI AKTIVITAS ENZIM

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu melakukan hidrolisis berbagai macam pati secara enzimatis dan
membuktikan bahwa pati sebagai polisakarida merupakan polimer dari 1,4-α-glukosa.

2. Dasar Teori
Enzim adalah protein katalisator dalam sistem hidup. Reaksi pada sel hidup, yang
berlangsung sangat cepat pada perkiraan pH dan suhu tubuh netral, dapat terjadi karena
adanya enzim. Enzim disintesis di dalam sel, banyak enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa
kehilangan aktivitasnya. Enzim bekerja sangat spesifik. Suatu enzim hanya dapat
mengkatalisis beberapa reaksi, malah sering hanya satu jenis reaksi saja. Spesifisitas enzim
tersebut dapat dibedakan atas kekhususan optis dan gugus.
Kecepatan reaksi enzim dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, suhu,
konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, activator, inhibitori, koenzim, dan lain-lain.
a. Pengaruh Suhu
Suhu rendah mendekati titik beku biasanya tidak merusak enzim. Pada suhu saat enzim
masih aktif, kenaikan suhu sebesar 10oC menyebabkan aktivitas enzim menjadi dua kali
lebih besar (Q10 = 2). Reaksi berlangsung paling cepat pada suhu optimum. Suhu
optimum enzim dalam tubuh manusia sekitar 37oC. Namun bila suhu dinaikkan terus
menerus melebihi suhu optimum, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena
mengalami denaturasi. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif jika dipanaskan sampai
suhu 60oC.

Gambar 1. Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Reaksi Enzim

37
b. Pengaruh pH
Pengukuran pada pH yang berbeda menunjukkan bahwa akitivitas optimum sebagian
besar enzim dalam tubuh terjadi pada pH antara 5-9, kecuali beberapa enzim seperti
pepsin (pH optimum 2). Ini disebabkan:
1. Pada pH sangat rendah atau tinggi, enzim akan terdenaturasi.
2. Pada pH rendah atau tinggi, enzim atau substrat dapat mengalami perubahan muatan
sehingga aktivitasnya berubah.

Gambar 2. Pengaruh pH terhadap Kecepatan Reaksi Enzim


c. Pengaruh Konsentrasi Enzim
Kecepatan reaksi enzim (V) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim (E). Semakin
banyak jumlah enzim, maka semakin cepat reaksinya. Pada reaksi enzim, molekul
enzim berikatan dengan substrat (S) membentuk kompleks enzim-substrat (ES).
Kompleks ini kemudian dipecah menjadi hasil reaksi (P) dan enzim bebas (E).
E + S ↔ ES ↔ E + P
Sampai batas tertentu, makin banyak kompleks ES terbentuk, maka makin cepat reaksi
berlangsung.

Gambar 3. Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Kecepatan Reaksi Enzim


d. Pengaruh Konsentrasi Substrat
Bila konsentrasi substrat [S] bertambah, sedangkan keadaan lainnya tetap, maka
kecepatan reaksi enzim juga meningkat sampai batas maksimum (Vmax), yaitu saat
enzim sudah jenuh oleh substrat. Di titik A dan B, belum semua enzim bereaksi dengan
substrat sehingga penambahan S akan meningkatkan jumlah ES dan kecepatan reaksi

38
enzim (V) sesuai dengan penambahan S. Di titik C, semua enzim sudah bereaksi dengan
S sehingga penambahan S tidak akan menambah kecepatan reaksi enzim karena tidak
ada lagi enzim yang bebas. Di titik B, kecepatan reaksi enzim tepat di setengah (½)
kecepatan maksimum. Konsentrasi substrat yang menghasilkan setengah (½) kecepatan
maksimum disebut Km atau tetapan Michaelis.

Gambar 3. Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Kecepatan Reaksi Enzim


e. Pengaruh Oksidasi
Gugus sulfhidril (-SH) suatu enzim sangat penting untuk aktivitasnya. Jika gugus ini
teroksidasi, maka terbentuk ikatan disulfida (S-S) yang menyebabkan aktivitas enzim
hilang. Oksidasi dapat disebabkan oleh oksigen udara atau oleh oksidator lain.
Terkadang enzim dapat aktif kembali jika dilakukan penambahan zat pereduksi tertentu
seperti glutation atau sistein (R-SH). Reduktor ini mengubah kembali ikatan disulfida
menjadi gugus sufhidril.
f. Pengaruh Faktor Lain
Enzim dapat dirusak oleh pengocokan atau penyinaran dengan sinar UV alfa, beta, dan
gamma. Penyinaran menyebabkan terbentuknya peroksida yang kemudian
mengoksidasi gugus aktif enzim.
Enzim dapat digunakan untuk hidrolisis suatu pati. Tubuh manusia mengandung
enzim salah satunya dalam air liur. Air liur biasanya sedikit asam, dengan pH sekitar 6,8.
Dapar (buffer) dalam air liur membantu mempertahankan pH mulut sekitar 7,0. Ptialin
adalah enzim amilase di air liur yang berfungsi memecah pati menjadi dekstrin dan
maltosa. Kemampuan ptialin memecah pati dapat diperiksa dengan larutan iodium, yang
khas membentuk warna biru tua dengan pati.

39
3. Prosedur Kerja
a. Penyiapan larutan pati 1 %
Timbang pati terlarut 1 gram dan masukkan pati ke gelas kimia lalu ditambahkan 100
ml akuades. Panaskan perlahan hingga mendidih selama 15 menit, lalu dinginkan pada
suhu ruang sambil terus diaduk. Gunakan larutan tersebut untuk uji.
b. Pengujian aktivitas amilase
1. Percobaan Mucin
Masukkan 1 mL saliva yang telah disaring kemudian tambahkan pereaksi biuret ke
dalam tabung, dan lakukan hal yang sama seperti pada uji biuret pada Percobaan 2.
Amati perubahan yang terjadi.
2. Hidrolisis amilum oleh enzim amilase
Siapkan 2 tabung reaksi dan masukkan sebanyak 2-5 mL larutan amilum/pati 1%.
Masukkan saliva pada masing-masing tabung, selanjutnya inkubasi selama 15 menit.
Tambahkan pereaksi benedict pada tabung 1 dan pereaksi I2 dalam KI pada tabung
2. Amati perubahan yang terjadi
c. Uji pengaruh temperatur terhadap aktivitas ptialin
- Siapkan 4 tabung reaksi dan masukkan masing-masing 2-5 mL larutan pati 1% ke
dalam tabung. Tabung pertama dimasukkan ke dalam air es, tabung ke-2 pada
penangas dengan suhu 38oC, tabung ke-3 pada suhu ruang. Tambahkan 2 tetes saliva
ke dalam tabung tersebut dengan perbandingan 1:9, campurkan dengan baik.
- Panaskan saliva encer dalam penangas air (mendidih) selama 5 menit, selanjutnya
tambahkan ke dalam tabung no.4 dan campurkan dengan baik.
- Dari masing-masing tabung ambil sampel sebanyak 1 ml dengan interval 5 menit
tambahkan iodine ke dalam sampel dan catat pemecahan yang terjadi dengan amati
perubahan pada masing-masing tabung.
d. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Siapkan 3 tabung rekasi, masukkan sebanyak 2ml HCl 0,4% pada tabung 1, 2mL
akuades pada tabung 2 dan 2 mL Na2CO3 1% pada tabung 3 (catat pH). Tambahkan
sebanyak 2 mL larutan amilum 1% pada masing-masing tabung. Campurkan dengan
baik, selanjutnya tambahkan 1 mL enzim dan homogenkan kembali. Inkubasi pada suhu
ruang selama 15 menit. Masing- masing tabung dibagi menjadi 2 tabung lakukan uji
iodine dan benedict pada masing-masing tabung.

40
DATA HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 4. UJI AKTIVITAS ENZIM

Acc Asisten Praktikum


Nama :
Tanggal :
Paraf :
41
PERCOBAAN 5.
PEMERIKSAAN URIN SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urin secara makroskopis dan mikroskopis
serta menginterpretasikan hasil yang didapat dengan kesehatan ginjal.

2. Dasar Teori
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan
dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Urin disaring dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, kemudian
dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Pemeriksaan makroskopis urin dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
gangguan kesehatan pada ginjal kita. Pemeriksaan makroskopis yang dapat dilakukan
diantaranya:
a. Volume
Volume urine normal orang dewasa adalah 800-1600 mL/24 jam tergantung dari
pemasukan cairan, penguapan, dan sebagainya. Volume urin siang hari biasanya 3-4
kali lebih banyak dibandingkan pada malam hari. Volume urin dapat menjadi indikator
kesehatan manusia. Peningkatan jumlah urin (poliuria) ditemukan pada penderita
diabetes mellitus (DM), diabetes Insipidus, nefritis kronis, pada saat penyembuhan
edema dan penyembuhan dari febris acuta. Sedangkan pengurangan jumlah urin
(oliguria) ditemukan pada penderita nefritis akut, aklampsi, diare berat, muntah-muntah
hebat, terlalu banyak keluar keringat, dan demam. Ada juga gejala anuria dimana tidak
terbentuk urin yang biasa terjadi pada kolaps dengan tekanan darah sistolik (70 mmHg),
nefritis akut yang berat, dan keracunan HgCl2.
b. Warna
Warna urin normal adalah kuning muda, hal ini disebabkan karena adanya pigmen
dalam urin (Urokrom dan Urobilin). Faktor yang mempengaruhi warna urin, antara lain:
1. Konsentrasi urine; makin tinggi konsentrasi, warna urin makin pekat/gelap
2. Keasaman urin ; makin alkalis, warna urine makin gelap
3. Adanya pengaruh pigmen-pigmen dan pengaruh obat-obatan
- Darah, menyebabkan urine berwarna merah, coklat, keruh (berawan)

42
- Bilirubin, menyebabkan urine berwarna kuning tua, coklat kehijauan
- Fenol, salisilat dan resorsinol menyebabkan urine berwarna hijau gelap
- Antipirin menyebabkan urine berwarna kuning hitam
- Phenacetin, menyebabkan urine berwarna kuning
c. Kekeruhan
Urine normal biasanya jernih, dapat menjadi keruh karena:
1. Fosfat dan nanah
Kekeruhan putih dan tebal dalam urine alkalis atau netral disebabkan karena
fosfat/karbonat atau pus/nanah. Fosfat/carbonat menghilang pada penambahan asam
cuka 6% (carbonat akan timbul gas), sedangkan pada pus/nanah tidak hilang pada
penambahan asam.
2. Darah
Darah menyebabkan urine merah keruh, pada pemeriksaan sedimen ditemukan
erythrocyte
3. Bakteri
Biasanya kekeruhan merata, bakteri dapat dilihat dalam sedimen dengan pewarnaan
Gram
4. Spermatozoa
d. Keasaman/reaksi
Urine normal pH 4,7-7,5 dengan rata-rata 6. Untuk memeriksa pH urine dipakai kertas
lakmus merah dan lakmus biru. Bila lakmus biru dicelupkan dalam urin berubah menjadi
merah, berarti urin asam Bila lakmus merah dicelupkan ke urin berubah warna jadi biru,
berarti urin basa/alkalis.
e. Berat jenis
Dipakai urinometer yang kecil, dengan skala 1000-1040, yang
selalu dikalibrasikan pada temperature 15°C. Normal BJ uribe sewaktu adalah 1.002-
1.030, sedangkan urin 24 jam adalah 1.015-1.025. Hasil pemeriksaan BJ harus dikoreksi
terhadap:
1. Suhu ruang
Per 3oC diatas 15oC → hasil ditambah 1 (0.001)
Per 3oC dibawah 15oC → hasil dikurang 1 (0.001)
2. Per 1% glukosa → hasil dikurangi 4 (0.004)
3. Per 1% protein → hasil dikurangi 3 (0.003)

43
Contoh:
Pada penetapan BJ urine yang mempunyai kadar glukosa 1% dan kadar protein 1%,
didapatkan hasil BJ adalah 1010 pada suhu ruangan 18°C! Maka nilai BJ yang
sebenarnya dari urine tersebut adalah:
1010 + 1 – 4 – 3 = 1004
Bila jumlah urine tidak cukup untuk pemeriksaan berat jenis maka tambahkan air
dengan jumlah yang sama danhasil pemeriksaan dikalikan dua terhadap tiga angka
dibelakang koma.
Bila BJ urin > 1020 artinya faal ginjal sangat baik. Sedangkan bila BJ urin < 1020, ada
beberapa kemungkinan
1. Ada gangguan faal ginjal akibat penyakit primer dari ginjal (Glomerulonefritis)
2. Ada udem yang dikeluarkan pada malam hari, misalnya pada penderita
dekompensasi jantung
f. Bau
Bau urin disebabkan oleh sebagian asam-asam organic yang mudah menguap, yaitu:
1. Bau aromatic timbul karena pemecahan ureum di dalam urin oleh bakteri
2. Bau buah (fruity) terdapat pada ketonuria
3. Bau jengkol terdapat pada keracunan jengkol, sering disertai proteinuria

Selain pemeriksaan makroskopis, untuk mengetahui keberadaan benda asing di


dalam urin dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis menggunakan
mikroskop dan diamati bentuk kristal yang terjadi.

44
Gambar 1. Beberapa Contoh Bentuk Sedimen Urin dalam Mikroskopik

3. Prosedur Kerja
a. Volume urine
Tampung urin selama 24 jam lalu diukur volumenya menggunakan dengan gelas ukur.

45
b. Pemeriksaan warna dan kejernihan urin
Pemeriksaan dilakukan dengan cara memasukkan urine kedalam tabung reaksi yang
bening dan bersih kemudian diarahkan pada datangnya cahaya dan amati warna dan
kejernihannya.
c. Pemeriksaan pH urine
pH urin diukur menggunakan indikator universal pH.
d. Pemeriksaan BJ urin
BJ urin diukur menggunakan urinometer. Pertama-tama cek terlebih dahulu satuan suhu
urinometer apakah dalam °C atau °F, jika suhu yang tertera dalam °F konversi menjadi
°C. Kemudian urin dituangkan kedalam tabung urinometer sampai terisi kira-kira tiga
perempatnya. Urinometer dicelupkan dengan hati-hati jangan sampai membentur dasar
tabung ketika dilepaskan, dan urinometer diperhatikan jangan sampai menempel pada
dinding tabung. Suhu urin diukur dengan thermometer. Kemudian BJ dibaca pada skala,
angka terdapat pada batas antara bagian urinometer yang tenggelam dan yang muncul
diatas permukaan urin.
e. Pemeriksaan Mikroskopis
Sebanyak 2 ml urine dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian disentrifuse dengan
kecepatan kurang lebih 2000 rpm selama 5 menit. Setelah di sentrifuse bag atas urin
dibuang yang tinggal hanya bagian bawahnya saja. Urin tersebut diamati dibawah
mikroskop dan dilihat bentukan yang ada.

46
DATA HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 5. PEMERIKSAAN URIN SECARA MAKROSKOPIS DAN
MIKROSKOPIS

Acc Asisten Praktikum


Nama :
Tanggal :
Paraf :
47
PERCOBAAN 6.
PEMERIKSAAN URIN TERHADAP GLUKOSA, PROTEIN, DAN KETON

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu mengidentifikasi keberadaan glukosa, protein, dan keton dalam urin
serta menginterpretasikan hasil yang didapat dengan kesehatan.

2. Dasar Teori
Pada kondisi normal, urine yang dikeluarkan tidak mengandung glukosa, protein
maupun keton. Sehingga jika pada pemeriksaan urine di dapatkan hasil negatif pada
pemeriksaan glukosa, protein dan juga keton maka seseorang berada dalam kondisi normal.
Glukosa, protein, dan keton bisa saja terdapat pada urine seseorang jika terjadi masalah
kesehatan pada orang tersebut.
Kondisi terdapat glukosa dalam urine atau glikosuria dapat disebabkan oleh
karena:
- Diabetes Melitus
- Diabetes Gestasional
- Renal glikosuria
- Kondisi hiperglikemia lain seperti pada Cushing Syndrome, stres yang berkepanjangan,
dan sebagainya
Protein dalam urine atau dikenal dengan proteinuria dapat terjadi oleh karena
berbagai hal diantaranya:
- Infeksi ginjal
- Lupus nefritik
- Sindrom nefrotik
- Preeklampsia pada wanita hamil, dan sebagainya
Sedangkan kondisi dimana adanya keton dalam urin disebut juga ketonuria. Pada
dasarnya keton adalah produk yang dihasilkan oleh tubuh saat tubuh membakar protein dan
lemak sebagai sumber energinya (dalam kondisi normal, tubuh akan membakar glukosa
sebagai sumber energi utama). Protein dan lemak akan mulai dibakar sebagai sumber
energi bila tidak terdapat glukosa yang masuk ke dalam tubuh (atau bila glukosa tidak bisa
masuk ke dalam sel-sel tubuh untuk dibakar sebagai sumber energi).

48
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan
dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan
dalam jenis pemeriksaan semi kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan enzimatik
dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi kuantitatif
dan kuantitatif. Sedangkan pemeriksaan urine terhadap protein dapat dilakukan dengan
metode presipitasi menggunakan asam asetat serta uji heller. Penetapan kadar protein
dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkan timbulnya kekeruhan pada urin. Kekeruhan
yang ringan akan sangat sukar untuk dilihat, maka harus menggunakan tabung yang bersih
dan bagus. Jika tabung yang akan digunakan sudah tergores, maka tabung tersebut harus
diganti.

3. Prosedur Kerja
a. Pemeriksaan Glukosa: Uji Benedict
Pereaksi benedict dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml. Kemudian
ditambahkan 0.5 ml urin. Larutan dikocok dengan hati-hati dan dididihkan selama 2
menit dalam penangas air atau langsung diatas nyala api kecil. Perubahan warna yang
terjadi diamati.
Uji Benedict ini sifatnya semikuantitatif sehingga dapat digunakan sebagai rujukan
untuk menentukkan kadar glukosa dalam urin.
Warna Keterangan Jumlah
Biru hijau, tidak ada endapan - 0.0 – 0.1 g/dl
Hijau dengan endapan kuning + 0.5 – 1 g/dl
Kuning ++ 1 – 1.5 g/dl
Orange +++ 1.5 – 2.5 g/dl
Merah ++++ 2.5 – 4 g/dl
b. Pemeriksaan Protein: Uji Heller
- Prinsip:
Bila protein ditambah dengan asam, akan terjadi pengendapan. Bila ditambah
berlebihan, endapan yang telah terbentuk akan larut kembali. HNO3 merupakan asam
yang kurang melarutkan kembali, hal ini disebabkan karrena HNO3 menyebabkan
protein terdenaturasi, sehingga terjadi koagulasi. Kemudian, reaksi nitrasi akan
terjadi dan terdapat cincin putih pada perbatasan dua cairan.

49
- Prosedur Kerja:
Asam nitrat dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml. Kemudian 2 ml urin
ditambahkan kedalam pereaksi dengan cara memiringkan tabung dan mengalirkan
urin pakai pipet melalui dinding tabung secara perlahan-lahan Kemudian diamati
perubahan yang terjadi berupa cincin putih pada perbatasan dua cairan.
c. Pemeriksaan Protein: Uji Pemanasan dengan Asam Asetat
Tabung diisi dengan urin sebanyak ¾ nya. Didihkan selama 1-2 menit. Kekeruhan yang
terjadi disebabkan oleh fosfat, karbonat, atau albumin. Tambahkan 3 tetes asam asetat
10% tetes demi tetes dalam keadaan mendidih. Kekeruhan yang disebabkan oleh
karbonat dan fosfat akan hilang, sedangkan bila kekeruhan karena protein maka tidak
akan hilang.
Kekeruhan yang timbul saat pemanasan dapat menjadi nilai rujukan semikuantitatif
untuk kandungan protein yang ada dalam urin.
Kekeruhan Keterangan Jumlah
Tidak ada kekeruhan -
Kekeruhan sedikit sekali -
Kekeruhan sedikit (tanpa butir-butir + 10-50 mg %
Kekeruhan jelas (berbutir-butir) ++ 50-200 mg %
Kekeruhan hebat (berkeping-keping) +++ 200-500 mg %
Menggumpal ++++ >500 mg %
d. Pemeriksaan Keton: Uji Rothera
Urin sebanyak 3 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 3 tetes larutan
Na Nitroprusid 5%, kemudian ditambahkan 3 ml larutan Ammonium likuid 10%.
Ditambahkan lagi 3 ml larutan ammonium sulfat jenuh. Perubahan warna yang terjadi
diamati, apabila warna ungu seperti warna kalium permanganate maka reaksi tersebut
positif.

50
DATA HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 6. PEMERIKSAAN URIN TERHADAP GLUKOSA, PROTEIN, DAN
KETON

Acc Asisten Praktikum


Nama :
Tanggal :
Paraf :
51
PERCOBAAN 7.
ISOLASI PROTEIN DALAM DARAH

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu memahami teknik sentrifugasi untuk isolasi protein dalam darah.

2. Dasar Teori
Protein dari suatu bahan dapat dianalisa dengan isolasi protein. Tujuan dari isolasi
protein adalah untuk mendapatkan protein dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga
kemudian dilakukan analisa lebih lanjut. Isolat protein adalah produk turunan yang
memiliki kandungan protein hingga 90% dalam berat kering. Tahapan dalam isolasi protein
biasanya terdiri dari 2 tahap yaitu penghancuran sel dan pemisahan partikel tertentu dari
suspensi melalui sentrifugasi. Prinsip dari isolasi protein adalah dengan mengkondisikan
suatu bahan ke titik isoelektriknya untuk mengendapkan molekul-molekul protein. Protein-
protein tertentu dapat diendapkan dari campuran bermacam protein. Pengendapan dapat
dilakukan dengan penambahan zat kimia tertentu, yaitu garam netral seperti ammonium
sulfat (salting out), pelarut organik seperti aseton dan ethanol atau zat pengendap atau asam
trikloroasetat. Sebelum dilakukan pengendapan, dilakukan proses penghancuran sel (lisis
sel) yaitu dengan menggunakan sonicator. Kemudian, filtrat hasil sonicator disentrifugasi
untuk menghilangkan komponen lain yang mengganggu kemurnian dari protein.

3. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Larutan
Buffer Cuci: siapkan 100ml buffer yang berisi 150mM NaCl, 5mM Na2HPO4,
0,1mM EDTA. Tentukan pH =7,4. Simpan di kulkas atau di dalam es.
Buffer Hemolisis: siapkan 100ml buffer yang berisi 5mM Na2HPO4, 0,1mMEDTA.
Tentukan pH =8. Simpan di kulkas atau di dalam es.
b. Pemisahan Sel Darah dan Plasma
1. Pakailah sarung tangan dan teknik keselamatan di laboratorium yang benar.
2. Sekitar 4-5 ml darah diambil dari seseorang dari grup meja Anda. Diharap dapat +/-
1,5 ml plasma dari darah yang diambil (500 μl plasma dibutuhkan untuk
prosedurenya pengendapan dengan garam tinggi, 500 μl plasma untuk pengendapan
dengan etanol, dan 500 μl plasma lagi merupakan sampel protein plasma (P)).

52
3. Transfer darah ke tabung sentrifus klinik. Pakai tabung sentrifus klinik yang lain,
agar seimbang dan masukkan ke dalam alat sentrifus klinik. Putar selama 5 menit.
4. Transfer semua plasma (yaitu bagian supernatant) ke tabung mikrosentrifuse (2ml)
yang bersih dan kering. Tandai tabung dengan “plasma” dan letak di dalam es. Inilah
merupakan sampel plasma.
5. Dengan hati-hati buang sisa supernatan ke dalam tempat buangan cairan biologis
dengan pipet tetes.
6. Tambah 6 ml buffer cuci yang dingin ke tabung sentrifus klinik tersebut. Tutup dan
vorteks pelan-pelan supaya sel-sel bercampur rata dengan buffer.
7. Pakai tabung sentrifus klinik yang lain, agar seimbang (misalnya dari grup meja lain)
dan masukkan ke dalam alat sentrifus klinik. Putar selama 5 menit.
8. Dengan hati-hati buang supernatan ke dalam tempat buangan cairan biologis dengan
pipet tetes. Ulangi langkah 6-8 sekali lagi. Endapan ini merupakan sel-sel darah (B).
c. Isolasi Protein Dari Sel-Sel Darah (B)
1. Pada tabung sentrifus klinik yang berisi sel-sel darah (B), tambahkan 6 ml buffer
hemolisis yang dingin. Tutup dan vorteks kuat.
2. Pakai tabung sentrifus klinik yang lain, agar seimbang (misalnya dari grup meja lain)
dan masukkan ke dalam alat sentrifus klinik. Putar selama 10 menit.
3. Dengan hati-hati ambil 1 ml supernatan dari atas tabung sentrifus klinik dan masukan
ke dalam tabung reaksi mikrosentrifus yang 2 ml. Tandai tabungnya dan letak di
dalam es. Inilah merupakan sampel protein sitoplasmik (S). Langsung simpan di
bagian atas kulkas.
4. Buang +/- 5 ml supernatan lagi ke dalam tempat buangan cairan biologis dengan
pipet tetes.
5. Tambahkan 7 ml buffer hemolisis yang dingin. Vortex dengan kuat.
6. Pakai tabung sentrifus klinik yang lain, agar seimbang (misalnya dari grup meja lain)
dan masukkan ke dalam alat sentrifus klinik. Putar selama 10 menit.
7. Buanglah supernatant ke dalam tempat buangan cairan biologis dengan hati- hati.
2ml yang paling bawah (termasuk endapan kalau ada) ditransfer ke tabung
mikrosentrifus 2 ml yang sudah ditandai. Ini merupakan sampel protein membran
(M).
8. Pakai tabung mikrosentrifus yang lain, agar seimbang dan masukkan kedalam alat
mikrosentrifus supaya hinge ke tengah alat. Putar selama 30 menit pada kecepatan
14.000 rpm.
53
9. Selama Anda tunggu hasil langkah teruskan dengan bagian C.
10. Ketika periode mikrosentrifus sudah siap, keluarkan tabung mikrosentrifus dengan
hati-hati. Mudah-mudahan Anda akan melihat pengendapan yang agak halus. Buang
supernatan ke tempat buangan cairan biologis. Tambah 500 μl buffer hemolisis/cuci
dan tutup tabung. Simpan di atas es/ di bagian atas kulkas.
d. Bagian C. Pengendapan Protein Plasma (P) dengan Larutan Garam
Berkonsentrasi Tinggi
1. Pada tabung mikrosentrifus 1,5ml tambahkan 250μl larutan (NH4)2SO4 yang jenuh.
Tambahkan 500μl sampel plasma dari tabung yang disimpan tadi.
2. Tutup dan vorteks kuat sebentar. Biarkan diam selama 5 menit di temperatur ruangan.
3. Pakai tabung mikrosentrifus yang lain, agar seimbang (dan masukkan ke dalam alat
mikrosentrifus. Putar selama 3 menit pada kecepatan tinggi.
4. Dengan hati-hati transfer 500 μl supernatan ke tabung reaksi mikrosentrifus lain yang
sudah ditandai. Letakkan di atas es. Inilah merupakan sampel protein supernatan
garam tinggi (GS). Langsung simpan di bagian atas kulkas.
5. Pakailah tisu untuk mengeringkan bagian atas endapannya. Tambah 1ml larutan 50%
(NH4)2SO4 (yang tak jenuh) dan campur baik dengan pipet tetes.
6. Pakai tabung mikrosentrifus yang lain, agar seimbang (misalnya dari grup meja lain)
dan masukkan ke dalam alat mikrosentrifus. Putar selama 3 menit pada kecepatan
tinggi.
7. Buanglah supernatan dan keringkan bagian di atas endapannya dengan tisu. Inilah
merupakan sampel protein pengendapan garam tinggi (GP). Tambah 500 μl buffer
hemolisis dan simpan di bagian atas kulkas.
e. Bagian D. Pengendapan Protein Plasma dengan Etanol
1. Pada tabung mikrosentrifus 1,5ml tambahkan 250μl etanol absolut yangdingin.
Tambahkan 500μl sampel plasma dari tabung yang disimpan tadi.
2. Tutup dan vorteks kuat sebentar. Biar diam selama 5 menit di atas es.
3. Pakai tabung mikrosentrifus yang lain, agar dan masukkan ke dalam alat
mikrosentrifus. Putar selama 3 menit pada kecepatan tinggi.
4. Dengan hati-hati transfer supernatan ke tabung reaksi mikrosentrifus lain yangsudah
ditandai. Letakkan di atas es. Inilah merupakan sampel protein supernatan etanol
(ES).

54
5. Pakailah tisu untuk mengeringkan bagian atas endapannya. Tambah 1ml etanol 50%
dan campur baik dengan pipet otomatik – jagalah supaya tabung mikrosentrifus
sedingin mungkin (yaitu kerjakan dengan cepat dan selalusimpan di atas es)
6. Pakai tabung mikrosentrifus yang lain, agar seimbang dan masukkan ke dalamalat
mikrosentrifus. Putar selama 3 menit pada kecepatan tinggi.
7. Buanglah supernatan dan keringkan bagian di atas endapannya dengan tisu. Inilah
merupakan sampel protein pengendapan etanol tinggi (EP). Tambah 500 μl buffer
hemolisis dan simpan di atas es/bagian atas kulkas.
8. Uji dengan elektroforesis atau dengan biuret

55
DATA HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 7. ISOLASI PROTEIN DALAM DARAH

Acc Asisten Praktikum


Nama :
Tanggal :
Paraf :
56
PERCOBAAN 8.
PEMERIKSAAN KADAR PROTEIN, GLUKOSA DAN KOLESTEROL DALAM
DARAH

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu menentukkan kadar protein, glukosa, dan kolesterol dalam darah secara
kuantitatif serta menginterpretasikan hasil yang diperoleh.

2. Dasar Teori
Darah adalah jaringan yang beredar dalam sistem pembuluh darah yang
sebenarnya tertutup. Darah terdiri atas unsur padat yaitu sel darah merah dan putih serta
trombosit, sedang yang di dalam medium cair adalah plasma. Sebagian besar sel-sel darah
berada di dalam pembuluh-pembuluh, akan tetapi seldarah putih dapat bermigrasi melintasi
dinding pembuluh darah guna melawan infeksi. Plasma darah terdiri dari air, elektrolit, zat
makanan, protein dan hormone. Plasma terdiri dari air kurang lebih 92% dan 8% adalah
zat- zat lainnya, yang akan dibagi-bagi berdasar berat molekul. Molekul yang beratnya
50.000 gram/molekul adalah protein yang merupakan 7/8 dari fraksi plasma sedangkan
sisanya adalah molelul yang beratnya kurang dari 50.000 gram/molekul meliputi glukosa,
lipid, asam amino, hormon, NaCl dan elektrolit lain, produk buangan metabolit seperti,
urea, asam urat dan kratinin.
Darah dapat menjadi parameter klinis untuk melihat kondisi normal tubuh
manusia. Beberapa pengujian yang dapat dilakukan menggunakan sampel darah antara lain
pengukuran kadar glukosa, protein, dan kolesterol. Dalam keadaan normal, glukosa akan
didistribusikan oleh darah ke seluruh tubuh terutama otak, hati, sel darah merah, ginjal, dan
jaringan lemak. Glukosa yang didistribusikan ini dikenal dengan istilah glukosa darah.
Kadar glukosa darah normal manusia adalah kurang dari 140 mg/dL. Namun ada kondisi
dimana kadar glukosa darah lebih rendah (hipoglikemia) dan lebih tinggi (hiperglikemia)
dari normal. Selain glukosa, protein juga dapat terdeteksi dalam darah. Albumin adalah
protein yang dihasilkan oleh hati dan jenis protein terbanyak di dalam darah, yaitu sekitar
50–60%. Albumin berfungsi untuk membantu regenerasi jaringan tubuh dan menjaga
cairan tubuh agar tidak bocor keluar dari pembuluh darah. Selain itu, albumin juga
berfungsi untuk mendistribusikan beberapa zat ke seluruh tubuh, di antaranya hormon,
vitamin, mineral, bilirubin, lemak, serta obat-obatan. Kadar albumin normal berkisar antara
3,5 hingga 5,9 g/dL. Kondisi kekurangan albumin dikenal dengan istilah hipoalbuminemia.
57
Gejala yang muncul pada penderita hipoalbuminemia adalah pembengkakan wajah, kulit
kasar dan kering, rambut menipis, sesak nafas, tubuh lemah, gangguan irama jantung, berat
badan bertambah, hilang nafsu makan, dan lain-lain. Selain glukosa dan protein, kadar
kolesterol juga menjadi parameter klinis pemeriksaan darah. Kolesterol merupakan
senyawa lemak yang diproduksi oleh berbagai sel dalam tubuh, dan sekitar seperempat
kolesterol yang dihasilkan dalam tubuh diproduksi oleh sel-sel hati. Pada dasarnya tubuh
membutuhkan kolesterol untuk tetap sehat. Namun jika kadar kolesterol terlalu tinggi
dapat meningkatkan risiko jantung, stroke, dan penyumbatan pembuluh darah. Kadar
kolesterol total kurang dari 200 mg/dL dianggap normal untuk kesehatan.

3. Prosedur Kerja
a. Penyiapan Plasma Darah
1. Untuk pembuatan plasma, masukkan terlebih dahulu antikoagulan (EDTA 10%) dan
pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak keliru.
2. Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi
hemolisis.
3. Homogenisasi dengan lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabungkeras-keras
agar tidak hemolisis.
4. Diamkan tabung selama 30 menit dalam suhu kamar
5. Centrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm
6. Plasma yang terbentuk dimasukkan ke dalam disposible cup atau ependorpkemudian
diberi label.
b. Penentuan Total Protein Darah
1. Siapkan 3 tabung reaksi . Tabung reaksi 1 diisi dengan 0,5 ml plasma darah dan 2
ml pereaksi biuret (Uji). Tabung reaksi 2 diisi dengan 0,5 ml standar Albumin dan 2
ml pereaksi biuret (Standar). Tabung reaksi 3 diisi dengan 0,5 ml Aquadest dan 2
ml pereaksi biuret (Blanko)
2. Larutan diinkubasi 5 menit pada suhu ruang dan diukur absorbansi dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 546 nm. Kadar total protein
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
Auji − Ablank
Kadar Protein Sampel = x C std
Astd − Ablank

58
c. Penentuan Glukosa Darah
1. 0,5 ml plasma darah ditambah 1,5 ml aquades dan 1,5 ml Ba(OH)2 0,3 N. Larutan
dihomogenkan dan ditambah 1,5 ml ZnSO4 5% kemudian diaduk dan disentrifuge
3000 rpm selama 15 menit. Blanko dibuat dengan mengganti sampel dengan
aquades. Sementara larutan standard dibuat dengan mengantikan sample dengan
larutan glukosa 25 ppm.
2. Masing-masing tabung ditambah 0,5 ml reagen Nelson lalu dihomogenkan dengan
vortex dan dipanaskan selama 20 menit kemudian didinginkan. Sebanyak 0,5 ml
arsenomolibdat ditambahkan lalu dihomogenkan dengan vortex dan ditambah lagi
dengan 3,5 ml H2O. Larutan dihomogenkan dengan vortex kemudian diukur pada
panjang gelombang 540 nm. Kadar glukosa dihitung dengan persamaan berikut.
Auji − Ablank
Kadar Glukosa Sampel = x C std
Astd − Ablank
d. Penentuan kadar kolesterol darah metode Liebermann-Burchard.
1. Tabung sentrifuge diisi 5 ml aseton alkohol dan 0,5 ml plasma darah lalu
dihomogenkan dengan vortex. Larutan direbus dengan penangas air mendidih
sampai mulai mendidih dan didinginkan. Disentrifuge pada 3000 rpm selama 15
menit. Supernatan diinkubasi sampai seluruh aseton alkohol menguap.
2. Residu ditambah 2 ml khloroform lalu dihomogenkan dengan vortex. Larutan
sampel yang diduga mengandung kolesterol dalam kloroform tersebut diencerkan
dengan 1 ml campuran asam sulfat dan asetat anhidrit (1:30) (pereaksi liberman
Buchard). Blanko dibuat dengan mencampur 2 ml kloroform dan 1 ml asetat anhidrit.
Sementara standard dibuat dengan mencampur 2 ml kolesterol 25 ppm dengan 1 mL
pereaksi liberman buchard. Tabung tersebut ditempatkan dalam ruang gelap selam
kurang lebih 15 menit hingga terbentuk warna hijau. Dibaca pada panjang
gelombang 680 nm. Kadar kolesterol dalam darah dihitung dengan persamaan
berikut.
Auji − Ablank
Kadar Kolesterol Sampel = x C std
Astd − Ablank

59
DATA HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 8. PEMERIKSAAN KADAR PROTEIN, GLUKOSA, DAN
KOLESTEROL DALAM DARAH

Acc Asisten Praktikum


Nama :
Tanggal :
Paraf :
60
PERCOBAAN 9.
PENGARUH ANTIOKSIDAN TERHADAP OKSIDASI LIPID

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mengetahui pengaruh antioksidan terhadap oksidasi lipid

2. Dasar Teori
Lipid mempakan biomolekul yang paling rentan terhadap oksidasi terutama asam-
asam lemak tak jenuh. Tingkat ketidak jenuhan, jumlah dan ikatan rangkap suatu asam
lemak berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi. Oksidasi pada lipid
sering disebut sebagai autooksidasi karena reaksi dapat terjadi walaupun tanpa ada zat
pengoksidasi. Oksidasi lipid biasanya berlangsung melalui proses pembentukan radikal
bebas yang terdiri dari tiga proses dasar yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi.

Gambar 1. Proses auto oksidasi lipid

RH, R', RO', ROO', ROOH dan M berturut-turut merupakan simbol untuk asam
lemak tidak jenuh atau ester dengan atom H pada atom karhon alilik, radikal alkil, radikal
alkoksi, radikal peroksi, hidroperoksida dan logam transisi.
Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat mencegah kerusakan pada makanan
yang mengandung lemak. Adanya antioksidan dalam lemak akan mengurangi kecepatan
proses oksidasi. Secara umum, antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat
menunda, memperlarnbat atau mencegah terjadinya proses oksidasi lipida. Dalarn arti
khmq antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah teijadinya reaksi
autooksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipida

61
3. Prosedur Kerja
a. Prinsip
Oksidasi asam lemak tak jenuh berganda pada tahap awal akan menghasilkan diena
terkonjugasi, yaitu senyawa yang mengandung susunan ikatan rangkap – tunggal –
rangkap. Ikatan rangkap dari lemak atau minyak akan berubah menjadi peroksida
lemak yang menyebabkan terjadinya ketengikan. Adanya Vitamin E menyebabkan
proses oksidasi ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal diperlambat sehingga jumlah
ikatan rangkap dapat dipertahankan. Efek antioksidan ini diamati dengan metode
Spektrofotometri. Ikatan rangkap akan mengabsorbsi sinar UV pada panjang
gelombang 240 nm. Semakin banyak ikatan rangkap semakin besar absorbansi sinar
UV.
b. Prosedur Kerja
1. Sampel uji yang digunakan adalah minyak jelantah.
2. Sediakan 3 tabung reaksi dan tandai dengan 1, 2, dan 3, kemudian isikan pada
masing-masing tabung 5 ml minyak tak jenuh
3. Tambahkan 10 tetes H2O2 pada tabung ke- 2 dan ke-3
4. Tambahkan 10 tetes larutan vitamin E pada tabung ke-3
5. Ukur absorbansi sinar UV pada ketiga sampel minyak goreng pada panjang
gelombang 240 nm dengan spektrofotometr UV-Vis
6. Catat absorbansi ketiga sampel minyak goreng diatas.
7. Bandingkan ketiga absorbansi sampel minyak tersebut.

62
DATA HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 9. PENGARUH ANTIOKSIDAN TERHADAP OKSIDASI LIPID

Acc Asisten Praktikum


Nama :
Tanggal :
Paraf :
63
PERCOBAAN 10.
PROJECT PRAKTIKUM
UJI KUALITATIF KANDUNGAN KARBOHIDRAT, PROTEIN, DAN LIPID
DALAM MAKANAN SEHARI-HARI

1. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu melakukan uji kandungan karbohidrat, protein, dan lipid dalam
makanan sehari

A. Prosedur Kerja
1. Tiap kelompok akan mendapatkan undian terkait uji kandungan apakah karbohidrat,
protein, atau lipid.
2. Identifikasi jenis makanan yang mengandung karbohidrat, protein, atau lipid sesuai
undian masing-masing.
3. Gunakan 5 sampel berbeda.
4. Lakukan uji kualitatif terhadap kandungan karbohidrat, protein, atau lipid pada ke-5
sampel yang anda pilih.
5. Pengerjaan project praktikum dilakukan selama 2 minggu yaitu 1 minggu awal untuk
survey lapangan, proses pengujian di laboratorium dan dokumentasi sedangkan minggu
ke 2 adalah paparan hasil berupa presentasi, makalah, dan video pembelajaran.

64

Anda mungkin juga menyukai