Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIAAN INJEKSI BUPIVAKAIN 0,5%


Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Steril

KELOMPOK : 4
FARMASI : C
Anatasya Ainisyah 201910410311118
Laila Yoga Saputri 201910410311126
Nita Nuralia 201910410311135
Muhammad Riani 201910410311140
Dheanisa Puspatika 201910410311151
Andi Marsyanda F.M. 201910410311155

DOSEN PEMBIMBING:
Apt. DIAN ERMAWATI, M.Farm.
Dra. Apt. USWATUN CHASANAH, M.Kes.
Apt. RADITYA WEKA NUGRAHENI, M.Farm.
Apt. DYAH RAHMASARI, M. Farm.

PROGAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba baik
patogen maupun non patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek
atau material. Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik
bentuk patogen, nonpatogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek
atau material. Hal tersebut dapat dicapai melalui beberapa cara penghilangan
secara fisika semua organisme hidup, misalnya melalui penyaringan atau
pembunuhan organisme dengan panas, bahan kimia, atau dengan cara lainnya.
Sterilisasi perlu dilakukan untuk mencegah transmisi penyakit, mencegah
pembusukan material oleh mikroorganisme, dan untuk mencegah kompetisi
nutrient dalam media pertumbuhan sehingga memungkinkan kultur organisme
spesifik berbiak untuk keperluan sendiri atau untuk metabolitnya (Agoes, 2009).

Berbeda dengan sediaan farmasi pada umumnya, produk steril haruslah


dibuat dengan persyaratan khusus, dengan tujuan meniadakan (memperkecil)
risiko kontaminasi mikroba, partikel partikulat, pirogen dan produk interaksi
lainnya (Agoes, 2009). Salah satu bentuk sediaan steril adalah sediaan injeksi.
Sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan
secara parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke
dalam atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006).

Injeksi adalah sediaan yang ditujukan untuk pemberian parenteral, dapat


dikonstitusi atau diencerkan dahulu menjadi sediaan sebelum digunakan
(Farmakope Indonesia Ed VI, hal 50). Wadah yang digunakan untuk produk
injeksi, salah satunya adalah vial. Vial merupakan wadah gelas yang umumnya
digunakan untuk dosis ganda, dengan kapasitas 5 ml, 10 ml, dan seterusnya.
Pelarut yang digunakan aqua, non aqua (minyak/ non minyak). Wadah dosis
ganda dilengkapi dengan penutup karet dan plastik untuk memungkinkan
penusukkan jarum suntik tanpa membuka atau merusak tutup (Ansel, 2005).

Bupivakain hidroklorida adalah anestesi lokal dari jenis amida memiliki


onset yang lambat dan lama durasi tindakan. Kecepatan onset dan durasi aksi
meningkat dengan penambahan vasokonstriktor, dan penyerapan ke dalam
sirkulasi dari situs injeksi berkurang. Akumulasi lambat terjadi dengan dosis
berulang. Ini digunakan terutama untuk anestesi infiltrasi dan blok saraf regional,
terutama epidural blok, tetapi dikontraindikasikan untuk paraservikal obstetrik
blok dan untuk digunakan dalam anestesi regional intravena (Blok Bier).
(Martindale hal 1855-1856)

Bupivacaine HCl adalah agen anstesi lokal yang banyak digunakan,


merupakan anestesi lokal tipe amida yang bekerja lama. Bupivicaine secara
reversibel berikatan dengan kanal ion natrium spesifik dalam membran neuronal,
menghasilkan penurunan permeabilitas membran yang bergantung pada
tegangan terhadap ion natrium dan stabilisasi membran; penghambatan
depolarisasi dan konduksi impuls saraf; dan hilangnya sensasi yang bisa
dibalikkan. Bupivacaine hidroklorida (anhidrat) adalah rasemat yang terdiri dari
jumlah ekivalen dextrobupivacaine hidroklorida dan levobupivacaine
hidroklorida. Bentuk monohydrate umumnya digunakan sebagai anestesi lokal.
Ini memiliki peran sebagai antagonis adrenergik, amphiphile, penghambat EC
3.1.1.8 (cholinesterase), penghambat EC 3.6.3.8 (Ca (2 +) - mengangkut ATPase)
dan anestesi lokal. Mengandung levobupivacaine hydrochloride (anhydrous),
dextrobupivacaine hydrochloride (anhydrous) dan bupivacaine (1+).
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana studi pustaka dari sediaan injeksi Bupivakain Hidroklorida 0,5%?

2. Bagaimana spesifikasi produk dan rancangan formulasi sediaan injeksi


Bupivakain Hidroklorida 0,5% ?

3. Bagaimana evaluasi mutu sediaan injeksi Bupivakain Hidroklorida 0,5% ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui studi pustaka dari sediaan injeksi Bupivakain Hidroklorida 0,5%

2. Mengetahui spesifikasi produk dan rancangan formulasi sediaan injeksi

Bupivakain Hidroklorida 0,5%

3. Mengetahui evaluasi mutu sediaan injeksi Bupivakain Hidroklorida 0,5%.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sediaan Parenteral
Sediaan parenteral ialah sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan
melewati kulit atau batas jaringan eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan
dengan adanya gravitasi atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh darah,
oragan, atau jaringan (Farmakope Indonesia ed.6, 2021). Sediaan parenteral
dibuat dengan teliti menggunakan metode yang dirancang untuk menjamin
bahwa sediaan memenuhi persyaratan Farmakope untuk sterilitas, pirogen, bahan
partikulat, dan kontaminan lain dan bila perlu mengandung bahan penghambat
pertumbuhan mikroba.

Obat-obat yang rusak atau diinaktifkan dalam sistem saluran cerna atau
tidak diarbsorbsi dengan baik untuk memberikan respon yang memuaskan, dapat
diberikan secara parenteral. Cara parenteral juga disukai bila dibutuhkan absorbsi
segera, seperti pada keadaan darurat. Cara pemberian parenteral terutama
berguna dalam pengobatan pada pasien yang tidak dapat bekerja sama,
kehilangan kesadaran atau sebaliknya tidak dapat menerima obat secara oral.
Satu hal yang merugikan dari pemberian parenteral adalah bahwa sekali obat
sudah disuntikkan, tidak bisa ditarik lagi. Ini berarti, sekali zat berada dalam
jaringan atau ditempatkan langsung ke dalam aliran darah, pemusnahan obat
yang diperlukan karena efek tidak baik atau toksik atau suatu kelebih dosis
karena ketidakhati-hatian adalah hal paling sukar (Ansel, 2006).

2.2. Sediaan Injeksi


Sediaan injeksi merupakan sediaan steril, berupa larutan, suspensi,
emulsi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau selaput lendir (Depkes RI,1995). Sediaan injeksi
diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita tidak dapat diajak
kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima pengobatan secaraoral
atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain (Ansel,1989).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi VI Hal.50
INJEKSI (Injections)
Sediaan parenteral adalah sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan
melewati kulit atau batas jaringan eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan
dengan adanya gravitasi atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh darah,
organ, atau jaringan. Sediaan parenteral dibuat dengan teliti mengunakan metode
yang dirancang untuk menjamin bahwa sediaan memenuhi persyaratan
Farmakope untuk sterilitas, pirogen, bahan partikulat, dan kontaminan lain dan
bila perlu mengandung bahan penghambat pertumbuhan mikroba. Injeksi adalah
sediaan yang ditujukan untuk pemberian parenteral, dapat dikonstitusi atau
diencerkan dahulu menjadi sediaan sebelum digunakan.

2.3. Sediaan Steril


Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroorganisme baik
vegetatif atau bentuk sporanya baik patogen atau nonpatogen. Produk steril
adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Tujuan suatu obat dibuat steril antara lain:

1) Tujuan obat dibuat steril (seperti obat suntik) karena berhubungan langsung
dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh yang lain dimana
pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap yang berada di saluran cerna
atau gastrointestinal.
2) Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal
ini tidak berlaku relatif steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu
steril dan tidak steril.
3) Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik atau injeksi,
tablet implant, tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata
atau Guttae Ophth., cuci mata atau Collyrium dan salep mata atau Oculenta.
Syarat sediaan steril injeksi (Voight, 1995), antara lain:
1) Aman
Injeksi tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan efek
toksik.
2) Harus jernih
Injeksi yang berupa larutan harus jernih dan bebas dari partikel asing, serat
dan benang. Pada umumnya kejernihan dapat diperoleh dengan penyaringan.
Alat-alat penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik sehingga tidak
terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk menyadari bahwa larutan yang
jernih diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak
melepaskan partikel
3) Sedapat mungkin isohidris
Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh
lain, yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak
terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal
4) Sedapat mungkin isotonis
Isotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan
osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan
osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis
ke dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan
yang disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil)
terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh
yang akhirnya mengembang dan dapat pecah. Pada penyuntikan larutan yang
hipertonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar) terhadap cairan-
cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan
mengerutnya sel. Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi
penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya
larutan yang hipertonis dapat ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan
yang hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk membuat
larutan isotonis adalah natrium klorida dan glukosa.
5) Tidak berwarna
Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya penambahan zat warna
dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut, kecuali bila
obatnya memang berwarna.
6) Steril
Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup yang
patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam
bentuk tidak vegetatif (spora).
7) Bebas pirogen
Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume
besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang
mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.

2.4. Aseptik
Aseptik berarti bebas mikroorganisme. Teknik aseptik didefinisikan
sebagai prosedur kerja yang meminimalisir kontaminan mikroorganisme dan
dapat mengurangi risiko papar an terhadap petugas. Kontaminan kemungkinan
terbawa ke dalam daerah aseptik dari alat kesehatan, sediaan obat, atau petugas
jadi penting untuk mengontrol faktor-faktor ini selama proses pengerjaan produk
aseptis (Depkes, 2009)

Kondisi aseptik adalah suatu keadaan yang dirancang untuk menghindari


adanya kontaminasi oleh mikroorganisme, pirogen maupun partikel baik pada
alat, kemasan, maupun bentuk sediaan selama proses pencampuran.Adapun
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan suatu kondisi aseptik:

a. Area yang digunakan. Pencampuran produk sediaan farmasi steril dilakukan


di ruangan type Class 100. Di rumah sakit, untuk mendapatkan type class
100 biasanya digunakan alat Laminar Air Flow.
b. Personal, yang meliputi pakaian dan perilaku petugas untuk meminimalkan
kontaminasi. Petugas yang akan bekerja pada area tersebut harus
mengenakan baju steril khusus yang bebas dan partikel dan bebas serat.
Baju petugas dilengkapi dengan penutup rambut, masker, sepatu dan sarung
tangan steril dengan tujuan menurunkan kontaminasi partikel dan bakteri
selama bekerja di ruang aseptik.

2.5. Autoklaf

Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan
yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan.
Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan
suhu 1210C (2500F). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda
adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch) (Ihsan Sunan,
2014). Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme (Madigan
dkk, 2006).

Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan
mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf.
Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara
ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan
dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 Psi. Autoklaf
tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 Psi. (Marino and Benjamin,
1986; Lukas, 2006).

Autoklaf ini dilengkapi pompa yang mengevakuasi hampir semua udara


dari dalam autoklaf. Cara kerjanya dimulai dengan pengeluaran udara. Proses ini
berlangsung selama 8-10 menit. Ketika keadaan vakum tercipta, uap dimasukkan
ke dalam autoklaf. Akibat kevakuman udara, uap segera berhubungan dengan
seluruh permukaan benda, kemudian terjadi peningkatan suhu sehingga proses
sterilisasi berlangsung. Autoklaf ini bekerja dengan suhu 132-135°C dengan
waktu 3-4 menit. Steam-Flush Pressure-Pulse Autoclave, autoklaf ini
menggunakan aliran uap dan dorongan tekanan di atas tekanan atmosfer dengan
rangkaian berulang. Waktu siklus pada autoklaf ini tergantung pada benda yang
disterilisasi (Spry C. 1997).
BAB III
PREFORMULASI

3.1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat

Bupivakain merupakan anestetik lokal yang mempunyai masa kerja


panjang, dengan efek blokade terhadap sensorik lebih besar dari pada
motorik. Karena efek ini, bupivakain lebih populer digunakan untuk
memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pasca pembedahan.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa bupivakain dapat mengurangi dosis
penggunaan morfin dalam mengontrol nyeri pada pasca pembedahan caesar.
Pada dosis efektif yang sebanding, bupivakain lebih kardiotoksik daripada
lidokain. Lidokain dan bupivakain, keduanya menghambat saluran Na+
jantung (cardiac Na+ channels) selama sistolik. Namun bupivakain
terdisosiasi jauh lebih lambat daripada lidokain selama diastolik, sehingga
fraksi yang cukup besar tetap terhambat pada akhir diastolik. Manifestasi
klinik berupa aritmia ventrikular yang berat dan depresi miokard. Keadaan
ini dapat terjadi pada pemberian bupivakain dosis besar. Toksisitas jantung
yang disebabkan oleh bupivakain (Farmakologi dan Terapi FK UI Ed. 5, hal.
266).
Bupivakain dimetabolisme di hati dan diekskresi dalam urin dengan
hanya 5 – 6% dalam bentuk unchanged drug. Bupivakain terdistribusi dalam
ASI dalam jumlah kecil, menembus plasenta namun rasio konsentrasi fetal
dan maternal relatif kecil. Bupivakain juga berdifusi kedalam CSF
(Martindale 36th. Ed., 2009, p.1855). Bupivakain HCl merupakan anestesi
lokal tipe amida, memiliki onset lambat dan durasi kerja yang panjang.
Kecepatan onset dan durasi kerja dapat ditingkatkan dengan penambahan
vasokonstriktor, dan absorbsi menuju sirkulasi dari tempat injeksi
mengalami penurunan. Bupivakain digunakan terutama untuk anestesi
infiltrasi dan blok saraf regional dan anestesi regional intravena (Bier’s
block) (Martindale 36th. Ed., 2009, p.1855).
Pada dosis yang direkomendasikan produk bupivakain memblok sensori
secara sempurna (complete sensory blockade) namun konsentrasi larutan
bupivakain yang digunakan memberi efek hingga blokade saraf (motor
blockade achieved). Secara umum, larutan 0,25% menghasilkan incomplete
motor block, konsentrasi 0,5% biasanya akan memblok saraf dan
memberikan beberapa relaksasi otot, sedangkan complete motor block dan
relaksasi otot dapat dicapai dengan konsentrasi 0,75%. Dosis bupivakain
yang digunakan tergantung pada lokasi injeksi dan prosedur yang digunakan,
juga status pasien sendiri (Martindale 36th. Ed., 2009, p.1855).

Mekanisme kerja : bupivakain menstabilkan membran saraf dan mencegah


pembentukan dan konduksi impuls saraf, sehingga memberikan efek
anestesi lokal. Bupivakain menyebabkan blokade propagasi impuls yang
reversibel seperti anestesi lokal lainnya di sepanjang serabut saraf dengan
mencegah pergerakan ion natrium ke dalam melalui membran sel serabut
saraf. Saluran natrium dari membran saraf dianggap sebagai resepor untuk
molekul anestesi lokal (Bupivakain Hydrochloride Injection, USP 2004
p21).
Onset and duration of action : onset kerjanya cepat dan anestesi
berlangsung lama. Durasi kerja anestesi lokal tergantung pada tempat
injeksi, cara pemberian, konsentrasi dan volume. Bupivakain Hydrochloride
Injection 0,5% memiliki durasi kerja yang lama yaitu 205 jam setelah injeksi
epidural tunggal dan hingga 12 jam setelah blokade saraf perifer. Bila
digunakan dalam konsentrasi rendah 0,25% efeknya lebih sedikit dan durasi
kerjanya lebih pendek (Bupivakain Hydrochloride Injection, USP 2004
p21).
Farmakokinetik :
➢ Absorpsi : konsentrasi dalam plasma tergantung pada dosis, cara
pemberian, kondisi hemodinamik/sirkulasi pasien, dan vaskularisasi
tempat suntikan. Setelah injeksi Bupivakain Hydrochloride Injection
untuk blok saraf kaudal, epidural, atau perifer memiliki tingkat puncak
30-45 menit dalam darah.
➢ Distribusi : anestesi lokal terikat pada protein plasma dalam berbagai
derajat, agen lipofilik seperti Bupivakain jauh lebih terikat pada protein
daripada senyawa yang lebih hidrofilik. Bupivakain sekitar 95% terikat
protein pada orang dewasa. Umumnya, semakin rendah konsentrasi obat
dalam plasma, semakin tinggi persentase obat yang terikat pada protein
plasma.
➢ Ekskresi : waktu paruh eliminasi plasma dari injeksi bupivakain
hidroklorida pada orang dewasa adalah 2,7 jam. Pada bayi, waktu paruh
antara 6-22 jam, sehingga secara signifikan lebih lama dibandingkan
dengan orang dewasa.ginjal adalah organ ekskresi utama untuk sebagian
anestesi lokal dan metabolitnya. Ekskresi urin dipengaruhi oleh perfusi
ginjal dan faktor yang mempengaruhi pH urin (Bupivakain
Hydrochloride Injection, USP 2004 p22-23).
3.2. Tinjauan Sifat Fisiko-Kimia Bahan Obat
Rumus Molekul : C18H28N2O.HCl.H2O
Rumus Bangun :

Bobot Molekul : 342,90 g/mol


Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol; sukar larut
dalam kloroform dan dalam aseton (FIEd. VI, 2020, hlm. 332). Mudah larut
dalam air dan alkohol, sedikit larut dalam aseton dankloroform (Martindale
36th. Ed., 2009, p.1854).
Stabilitas : Larutan Bupivakain HCl 1% dalam air memiliki pH 4,5
samapi 6,0 (Martindale 36th Ed. 2009 p.1854). Rasa sakit terkait infiltrasi
anestesi lokal dapat dikurangi dengan larutan dapar (buffer) hingga pH
fisiologis dengan sodium bikarbonat. Meskipun buffering sendiri tidak
menunjukkan kompromis efikasi terhadap anestesi, alkalisasi larutan dapat
menurunkan kelarutan dari anestesi lokal dan menyebabkan presipitasi.
Untuk meningkatkan stabilitas larutan anestesi lokal biasanya disiapkan
dalam pH asam dan direkomendasikan jikalarutan dalam buffer, maka harus
segera digunakan (larutan mengandung adrenaline membutuhkan pH asam
(Martindale 36th. Ed., 2009, p.1852).
Penyimpanan injeksi bupivakain hidroklorida pada suhu 20 – 25°C,
penyimpangan yang diperbolehkan antara 15 – 30°C (Product Monograph
Bupivacaine Hydrochloride Injection, USP, 2019, p. 23).
Kandungan : Bupivakain Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
98,5% dan tidak lebih dari 101,5% C18H28N2O.HCl, dihitung sebagai zat
anhidrat (FI Ed. VI, 2020, hlm. 332).
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; melebur pada lebih
kurang 248°C disertai peruraian (FI Ed. VI hal. 332).
Injeksi : Bupivakain Hidroklorida adalah larutan steril bupivakain
hidroklorida dalam Air untuk Injeksi. Injeksi bupivakain hidroklorida
mengandung bupivakain hidroklorida, C18H28N2O.HCl, tidak kurang dari
93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (FI
Ed. VI hal. 333).
3.3. Karakteristik Bahan Tambahan
1. Benzalkonium Klorida (FI VI, hal 270) (HPE 6th, hal. 56)

Rumus molekul : [C6H5CH2N(CH3)2R]C1


Berat molekul : 372,028 g/mol
Pemerian :
Gel kental atau potongan seperti gelatin, putih atau kekuningan. Biasanya
berbau aromatik lemah. Larutan dalam air berasa pahit, jika dikocok sangat
berbusa dan biasanya sedikit alkali. Benzalkonium klorida muncul sebagai
bubuk amorf putih atau putih kekuningan, gel tebal, atau serpihan agar-
agar. Ini higroskopis, sabun saat disentuh, dan memiliki bau aromatik yang
ringan dan rasa yang sangat pahit.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol; bentuk
anhidrat mudah larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam eter.
Fungsi : Preservative
Konsentrasi : 0,01%
pH : 5-8 (10% b/v larutan)
2. Natrium Klorida (FI VI, hal 1225)
Sinonim : Sodium Chloride
Rumus molekul : NaCl
Berat molekul : 58,44 g/mol
Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih; rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut
dalam etanol
Fungsi : Pengisotonis
pH : 4,5- 7,0
3. Asam Hidroklorida (FI VI, hal. 185) (HPE 6th, hal. 308)
Sinonim : Hydrochloric Acid
Rumus molekul : HCl
Berat molekul : 36,46 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika
diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Bobot jenis lebih
kurang 1,18
Kelarutan : Larut dalam air (Martindale 36th, 2322) Larut dalam
dietil eter, etanol (95%), dan methanol (HPE 6th, 308)
Fungsi : pH adjustment (acidifying agent)
pH : 0,1 (10% v/v Larutan)
4. Natrium Hidroksida (FI VI, hal 1224) (HPE 6th, hal. 648)
Sinonim : Sodium Hydroxide
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 40,00 g/mol
Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pelet
kecil, serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh dan menunjukkan
pecahan hablur. Jika terpapar di udara, akan cepat menyerap karbon
dioksida dan lembab.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Fungsi : pH adjustment (Alkalizing agent)
pH : ≈ 12 (0,05% v/v larutan)
5. Water for Injection (WFI) / Air untuk Injeksi (FI VI, 71) (HPE 6th,
766)
Air untuk persiapan obat-obatan untuk pemberian parenteral. Air untuk
injeksi adalah air yang telah dimurnikan dengan cara destilasi atau proses
pemurnian lain yang setara atau lebih baik dari destilasi untuk menurunkan
kontaminan mikroba dan zat kimia.
Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.

3.4. Permasalahan dan Penyelesaian Terkait Bahan Obat


➢ Permasalahan
a) Penyuntikan larutan yang tidak isotonis ke dalam tubuh dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan
b) Sediaan dapat menunjukkan perubahan warna, materi partikulat,
kekaburan atau kebocoran
c) Kelarutan bupivakain dibatasi pada pH >6,5 penambahan alkali dapat
terjadi pengendapan
d) Larutan hidroklorida bupivakain yang tidak mengandung epinefrin
dapat di autoklaf.
(Product Monograph of Bupivakain Hydrochloride Injection, USP,
2019)
➢ Penyelesaian
a) Pada sediaan ditambahkan bahan pengisotonis (NaCl)
b) Sediaan di simpan pada suhu 15°C - 30°C, buang bagian yang tidak
terpakai dan jangan sampai beku
c) Pemberian Alkali harus di waktu yang benar
d) Autoklaf pada tekanan 15 pon, 121°C (250°F) selama 15 menit.
(Product Monograph of Bupivakain Hydrochloride Injection, USP,
2019)
3.5. Spesifikasi Sediaan

NAMA Spesifikasi NO. 0145


PERUSAHAAN INJEKSI BUPIVAKAIN
HIDROKLORIDA 0,5%
Departemen Seksi Tanggal berlaku:
PT Pengawasan Mutu Penelitian & 29 Maret 2022
Pengembangan
Produk
Disusun oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh: Mengganti
Dheanisa Anatasya Nita Nuralia No. -
Puspatika Ainisyah Tanggal:
Tanggal: Tanggal: 25 Maret 2022
23 Maret 2022 24 Maret 2022
Bentuk Sediaan Injeksi
Pemerian Larutan steril bupivakain hidroklorida dalam air untuk
injeksi. Mengandung bupivakain hidroklorida tidak kurang
dari 93,0 % dan tidak lebih dari 107% dari jumlah yang
tertera di etiket.
Bahan Aktif Obat Bupivakain hidroklorida 0,5%
Rujukan -
Karakteristik Massa molekul: 342,9 g/mol
Fisis/Kimawi pH : 6,0
Sifat : lipofilik
Durasi kerja : 2-5 jam
Kelarutan Larut bebas dalam air. Sedikit larut dalam alkohol. Praktis
tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Spesifikasi Kemasan Lihat spesifikasi No. A1 Dari No. 0145
dan Penandaan
Penyimpanan Disimpan di tempat dalam wadah tertutup baik dalam
wadah dosis ganda dari kaca tipe I. Injeksi yang
mengandung bupivacain 0,5% atau kurang dapat dikemas
dalam wadah dosis ganda 50 ml

3.6. Rancangan Sediaan

➢ Bentuk dan volume sediaan yang dibuat :


• Bentuk sediaan : Bupivakain Injeksi (Vial)
• Dosis : 5 mg/ml
• pH : 6,0 (4,0 – 6,5 (FI VI, hal. 334))
➢ Permasalahan Formulasi
Jangan dibekukan
➢ Pengatasan Yang Dilakukan
Disimpan pada suhu ruang (15oC-30oC
BAB IV
TAHAP FORMULASI

4.1 Formulasi Berdasarkan Studi Literatur

1) Formula 1 (Batch Size 1 L)

Bupivacaine Hydrochloride Injection 0,25%


Bill of Materials (Batch Size 1 L)
Scale/Ml Item Material Quantity UOM
2,50 Mg 1 Bupivacaine, 2,64 G
Hydrochloride use
Bupivacaine HCl, USP,
Monohydrate

1,00 Mg 2 Mehyl Paraben NF 1,00 G


(Asetoform M) Powder
8,55 Mg 3 Sodium Chloride, USP 8,55 G
QS Mg 4 Sodium Hydroxide, Qs Mg
Reagent-Grade Pellets
QS mL 5 Acid Hydrochloric, Qs mL
Reagent-Grade Pellets
QS mL 6 Water for injection 1,00 L

*Hanya digunakan untuk adjust pH


(Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Sterile Products, Volume
6.p.133)
2.) Formulasi 2
Bupivakain Hidroklorida Injeksi, USP
Konsentrasi Bupivakain Hidroklorida Natrium Klorida
mg/mL mg/mL
0,25 % 2,5 8,6
0,5 % 5 8,1
0,75 % 7,5 7,6
Mungkin mengandung Natrium Hidroksida dan / atau Asam Klorida untuk
pengaturan pH. Botol dosis ganda mengandung methyl paraben 1 mg/mL
ditambahkan sebagai pengawet. (United States Pharmacopeia).

4.2 Formulasi Terpilih

Nama Bahan Fungsi % % Rentang Kebutuhan Kebutuhan


Rentang yang dalam 10 dalam 60
(%) Digunakan mL mL
(%)

Bupivakain HCl Bahan aktif 0,25; 0,5; 0,5 0,055 g 0,3300 g


0,75

Benzalkonium Preservative 0,01 0,01 0,0011 g 0,0066 g


Klorida
Natrium Klorida Pengisotonis - 0,9 0,0895 g 0,5940 g

Asam Klorida pH adjusment - qs qs qs

Natrium pH adjusment - qs qs qs
Hidroksida
Water for Pelarut - - ad 10 mL ad 60 ml
Injection
4.3 Perhitungan

No. Nama Bahan Dalam 10 mL Dalam 60 mL


Volume Sediaan 10 mL + 10 % = 11 mL 60 mL + (10% x 60 ml) =
Akhir 66 mL
1 Bupivakain HCL 0,5 % b/v x 11 mL 0,5 % b/v x 66 mL
0,5% = 0,0550 g = 0,3300 g
2 Benzalkonium 0,01 % b/v x 11 mL 0,01 % b/v x 66 mL
Klorida = 0,0011 g = 0,0066 g
3 Natrium Klorida 0,9 % b/v x 11 mL 0,9 % b/v x 66 mL
= 0,0990 mg = 0,5940 mg
➔ Nilai isotonitas ➔ Nilai isotonitas
• Bupivakain HCl • Bupivakain HCl
= 0,17 x 0,055 g = 0,17 x 0,33 g
= 0,00935 g = 0,0561 g
• Benzalkonium Klorida • Benzalkonium Klorida
= 0,18 x 0,0011 g = 0,18 x 0,0066 g
= 0,000198 g = 0,001188 g
• Total • Total
= (0,00935 + 0,000198) g = (0,0561+0,001188) g
= 0,009548 g = 0,057288 g
➔ Kebutuhan NaCl ➔ Kebutuhan NaCl
= (0,099 – 0,009548) g = (0,594 – 0,057288) g
= 0,089452 ~ 0,0895 g = 0,536712 ~ 0,5367 g

4 Asam Klorida qs qs
5 Natrium qs qs
Hidroksida
6 WFI ad 10 mL Ad 60 mL
4.4 Cara Sterilisasi Bahan Obat

Nama Bahan Fungsi Cara Sterilisasi


Bupivakain Bahan aktif Disterilkan dengan filtrasi 0,45 µm
Hidroklorida dan sterilisasikan pada autoclave
uap 1150C
Natrium Klorida Agen Hipotonis -
Sodium Hydroxide Dapar -
Acid Hydrochloric Dapar -
Benzalkonium Klorida Antimikroba Disterilkan dengan autoklaf pada
Pengawet suhu 1200C selama 15 menit
Water for injection Pelarut -

Dari cara sterilisasi tersebut, maka sterilisasi sediaan dilakukan dengan


cara autoklaf pada suhu 1200C selama 15 menit.

4.5 Cara Kerja

1. Preparasi
a. Ditambahkan WFI dalam sebanyak 90% dari total jumlah WFI kedalam
beakerglass.
b. Ditambahkan Benzalkonium Klorida dan aduk hingga tercampur
c. Ditambahkan Bupivakain Hydrochloride (dilarutkan secara perlahan)
d. Ditambahkan Natrium klorida, dan aduk hinga larut dan homogen
e. Kemudian cek pH. Buat pH larutan sebesar 6 (5,6-5,8) dengan
menambahkan Natrium Hidroksida 1% apabila kurang basa atau
menambahkan Asam Klorida 1% apabila kurang asam
f. Ditambahkan WFI hingga volume akhir tercapai,dan aduk hingga
homogen.
g. Saring larutan membran filter dengan diameter 0,45µm atau membran
filter lain yang lebih kecil diameternya
2. Pengisian sediaan dalam botol
a. Diisikan sejumlah yang ditentukan ke dalam vial yang kering dan bersih
dengan disaring larutan membran filter dengan diameter 0,45µm atau
membran filter lain yang lebih kecil diameternya
b. Pasang penutup vial dan beri segel
c. Sterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1200C selama 15 menit. Dijaga
suhu agar tetap stabil,lalu didinginkan dengan water spray.

4.6 Alat dan Wadah yang Digunakan dan Cara Sterilisasinya

No. Nama Wadah Ukuran Jumlah Cara Sterilisasi Suhu Waktu

Batang Pemanasan Kering


1. 30 cm 1 180°C 30 menit
pengaduk (Oven)
Pemanasan Kering
2. Beaker Glass 100 ml 1 180°C 30 menit
(Oven)
Pemanasan Kering
3. Gelas Ukur 100ml 1 180°C 30 menit
(Oven)
Pemanasan Kering
4. Corong gelas 100 mm 1 180°C 30 menit
(Oven)
Membran Pemanasan basah
5. 0,45 𝜇m 1 120°C 15 menit
Filter dengan Autoklaf
( Dimasukkan
dahulu ke dalam
plastik
tahan panas)
Pemanasan Kering
6. Vial 50 mL 2 180°C 30 menit
(Oven)
Tutup karet Pemanasan basah
7. - 2 120°C 15 menit
vial dengan autoklaf
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2009, Handbook of Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutica


Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, l Excipients, Sixth Edition,
Rowe R. C., Sheskey, P. J., R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor),
London, P Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press
harmaceutical Press and American Pharmacists and American Pharmacists
Assosiation
Anggreni Ayuhastuti. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Praktikum
Teknologi Sediaan Steril. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Ansel, H.C., 2006. Pengantar Sediaan Farmasi . Edisi keempat, Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.
Brayfield A. 2014. Martindale The Complete Drug Reference, 38th Edition :
Pharmaceutical Press
Depkes RI. 2009. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik DITJEN Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
Gunawan. 2016. Farmakologi dan Terapi Ed. 6. Jakarta : Badan Penerbit FK UI
Insan Sunan K. S. 2017. Penentuan Tingkatan Jaminan Sterilitas Pada Autoklaf
Dengan Indikator Biologi Spore Strip. Farmaka Volume 14 Nomor 1: 59-
69.
Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia, Ed. VI. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Lukas, S., 2006, Formulasi Steril. Yogyakarta : penerbit C.V ANDI OFFSET
National Center for Biotechnology Information. "PubChem Compound
Summary for CID 2474, Bupivacaine" PubChem,
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Bupivacaine. Diakses 20
Maret 2021
Niazi S., K., 2004. Handbook Handbook of Pharmaceutical Pharmaceutical
Manufacturing Manufacturing Formulations Formulations Sterile
Products. London. CRC Press
Product Monograph of Bupivacaine Hydrochloride Injection, USP. 2019.
Bupivacaine Hydrochloride Injection, USP
BUKTI LITERATUR

Anda mungkin juga menyukai