KELOMPOK : 4
FARMASI : C
Anatasya Ainisyah 201910410311118
Laila Yoga Saputri 201910410311126
Nita Nuralia 201910410311135
Muhammad Riani 201910410311140
Dheanisa Puspatika 201910410311151
Andi Marsyanda F.M. 201910410311155
DOSEN PEMBIMBING:
Apt. DIAN ERMAWATI, M.Farm.
Dra. Apt. USWATUN CHASANAH, M.Kes.
Apt. RADITYA WEKA NUGRAHENI, M.Farm.
Apt. DYAH RAHMASARI, M. Farm.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui studi pustaka dari sediaan injeksi Bupivakain Hidroklorida 0,5%
Obat-obat yang rusak atau diinaktifkan dalam sistem saluran cerna atau
tidak diarbsorbsi dengan baik untuk memberikan respon yang memuaskan, dapat
diberikan secara parenteral. Cara parenteral juga disukai bila dibutuhkan absorbsi
segera, seperti pada keadaan darurat. Cara pemberian parenteral terutama
berguna dalam pengobatan pada pasien yang tidak dapat bekerja sama,
kehilangan kesadaran atau sebaliknya tidak dapat menerima obat secara oral.
Satu hal yang merugikan dari pemberian parenteral adalah bahwa sekali obat
sudah disuntikkan, tidak bisa ditarik lagi. Ini berarti, sekali zat berada dalam
jaringan atau ditempatkan langsung ke dalam aliran darah, pemusnahan obat
yang diperlukan karena efek tidak baik atau toksik atau suatu kelebih dosis
karena ketidakhati-hatian adalah hal paling sukar (Ansel, 2006).
1) Tujuan obat dibuat steril (seperti obat suntik) karena berhubungan langsung
dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh yang lain dimana
pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap yang berada di saluran cerna
atau gastrointestinal.
2) Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal
ini tidak berlaku relatif steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu
steril dan tidak steril.
3) Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik atau injeksi,
tablet implant, tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata
atau Guttae Ophth., cuci mata atau Collyrium dan salep mata atau Oculenta.
Syarat sediaan steril injeksi (Voight, 1995), antara lain:
1) Aman
Injeksi tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan efek
toksik.
2) Harus jernih
Injeksi yang berupa larutan harus jernih dan bebas dari partikel asing, serat
dan benang. Pada umumnya kejernihan dapat diperoleh dengan penyaringan.
Alat-alat penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik sehingga tidak
terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk menyadari bahwa larutan yang
jernih diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak
melepaskan partikel
3) Sedapat mungkin isohidris
Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh
lain, yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak
terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal
4) Sedapat mungkin isotonis
Isotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan
osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan
osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis
ke dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan
yang disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil)
terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh
yang akhirnya mengembang dan dapat pecah. Pada penyuntikan larutan yang
hipertonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar) terhadap cairan-
cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan
mengerutnya sel. Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi
penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya
larutan yang hipertonis dapat ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan
yang hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk membuat
larutan isotonis adalah natrium klorida dan glukosa.
5) Tidak berwarna
Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya penambahan zat warna
dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut, kecuali bila
obatnya memang berwarna.
6) Steril
Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup yang
patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam
bentuk tidak vegetatif (spora).
7) Bebas pirogen
Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume
besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang
mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.
2.4. Aseptik
Aseptik berarti bebas mikroorganisme. Teknik aseptik didefinisikan
sebagai prosedur kerja yang meminimalisir kontaminan mikroorganisme dan
dapat mengurangi risiko papar an terhadap petugas. Kontaminan kemungkinan
terbawa ke dalam daerah aseptik dari alat kesehatan, sediaan obat, atau petugas
jadi penting untuk mengontrol faktor-faktor ini selama proses pengerjaan produk
aseptis (Depkes, 2009)
2.5. Autoklaf
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan
yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan.
Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan
suhu 1210C (2500F). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda
adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch) (Ihsan Sunan,
2014). Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme (Madigan
dkk, 2006).
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan
mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf.
Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara
ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan
dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 Psi. Autoklaf
tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 Psi. (Marino and Benjamin,
1986; Lukas, 2006).
Natrium pH adjusment - qs qs qs
Hidroksida
Water for Pelarut - - ad 10 mL ad 60 ml
Injection
4.3 Perhitungan
4 Asam Klorida qs qs
5 Natrium qs qs
Hidroksida
6 WFI ad 10 mL Ad 60 mL
4.4 Cara Sterilisasi Bahan Obat
1. Preparasi
a. Ditambahkan WFI dalam sebanyak 90% dari total jumlah WFI kedalam
beakerglass.
b. Ditambahkan Benzalkonium Klorida dan aduk hingga tercampur
c. Ditambahkan Bupivakain Hydrochloride (dilarutkan secara perlahan)
d. Ditambahkan Natrium klorida, dan aduk hinga larut dan homogen
e. Kemudian cek pH. Buat pH larutan sebesar 6 (5,6-5,8) dengan
menambahkan Natrium Hidroksida 1% apabila kurang basa atau
menambahkan Asam Klorida 1% apabila kurang asam
f. Ditambahkan WFI hingga volume akhir tercapai,dan aduk hingga
homogen.
g. Saring larutan membran filter dengan diameter 0,45µm atau membran
filter lain yang lebih kecil diameternya
2. Pengisian sediaan dalam botol
a. Diisikan sejumlah yang ditentukan ke dalam vial yang kering dan bersih
dengan disaring larutan membran filter dengan diameter 0,45µm atau
membran filter lain yang lebih kecil diameternya
b. Pasang penutup vial dan beri segel
c. Sterilkan dalam autoklaf dengan suhu 1200C selama 15 menit. Dijaga
suhu agar tetap stabil,lalu didinginkan dengan water spray.