PERCOBAAN VI
UJI STERILITAS
Disusun oleh:
Shift/Kelompok :
A/3 Anggota :
Siti Anggina Ismiyati S 10060319014
Ega Mulya Permata D 10060319015
Daifa Ermanda Mawali 10060319016
Ayu Suci Dewi 10060319018
Ratna Khoerunsa 10060319019
Nabia Shofura Mahardika 10060319020
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba
hidup, baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non
patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap
untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis,
tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan
pelindung yang kuat) (Depkes RI, 1995).
d. Sterilisasi gas
Bentuk sediaan steril antara lain yaitu injeksi, infus, dan tetes mata:
1. Injeksi
a. Ampul
b. Vial
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang
umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume
0,5-100 ml. Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk
mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume
sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup
dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi
untuk menghisap cairan injeksi (Voight, 1995).
Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial
(takaran ganda):
1) Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga
kemungkinan adanya kontak dengan lingkungan luar yang ada
mikroorganismenya
2) Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus
dihitung isotonis (0,6% – 0,2%) (Depkes RI, 1995:13)
3) Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya
2. Infus
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang
cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman
dan dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama, rasionya dalam tubuh adalah
air 57%; lemak 20,8%; protein 17,0%; serta mineral dan glikogen 6%. Ketika
terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi
untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit larutan untuk infus
intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel (Lukas, 2006).
Adapun penggolongan sediaan infus berdasarkan komposisi dan kegunaannya adalah:
a. Infus Elektrolit
Pada cairan fisiologi tubuh manusia, tubuh manusia mengandung 60% air
dan terdiri atas cairan intraseluler (di dalam sel) 40% yang mengandung ion-
ion K+, Mg2+, sulfat, fosfat, protein, serta senyawa organik asam fosfat seperti
ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan
ekstraseluler (di luar sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan
terbagi atas cairan interstisial (di antara kapiler dan sel) 15% dan plasma darah
5% dalam sistem peredaran darah serta mengandung beberapa ion seperti Na+,
klorida, dan bikarbonat.
b. Infus Karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa
yang cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi
kebutuhan glikogen otot kerangka, hipoglikemia, dan lain-lain.
c. Infus Plasma Expander atau Penambah Darah
Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang digunakan
untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar,
operasi, dan lain-lain (Lukas, 2006)
3. Tetes Mata
Sediaan tetes mata adalah cairan atau suspensi steril yang mengandung
satu ataulebih zat aktif, tanpa atau dengan penambahan zat tambahan yang
sesuai. Sediaan inidigunakan pada mata dengan cara meneteskan obat tersebut
pada selaput lendir di sekitarkelopak dan bola mata.Sediaan tetes mata
merupakan larutan steril, yang dalam pembuatannya memerlukan
pertimbangan yang tepat terhadap pemilihan formulasi sediaan,
sepertipenggunaan bahan aktif, pengawet, isotonisitas, dapar, viskositas, dan
pengemasan yang cocok (Ansel, 1989).
Tetes mata (obat tetes mata) adalah larutan steril atau minyak, suspensi,
atau emulsi ditujukan untuk penggunaan ke dalam kantung konjungtiva. Tetes
tetes mata harus jernih dan bebas dari partikel ketika diperiksa di bawah
kondisivisibilitas yang sesuai.Water for Injection harus digunakan dalam
pembuatan tetes mata berair (Ansel, 1989).
Menurut FI Edisi III (1979) Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa
larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada
selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata.
Tabel 1.1 Tabel Bahan Media Thioglikolat Cair (Fluid Thioglycolate Media)
VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini mengenai tentang uji sterilitas, dimana proses
pengujian sterilitas memahami untuk menentukan apakah sedian atau alat
yang digunakan harus berada dalam kondisi steril. Uji sterilitas merupakan
suatu cara pengujian untuk mengetahui suatu sediaan atau bahan farmasi
atau alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan harus dalam keadaan steril.
Dengan demikian sediaan dan peralatan tersebut harus bebas dari
mikroorganisme. Jadi, hanya dikenal sediaan dan peralatan tersebut steril
atau tidak steril, tidak ada istilah hampir atau setengah steril.
Uji sterilitas ini dapat dilakukan pada sediaan obat seperti obat tetes
mata, injeksi, infus maupun pada alat kesehatan seperti kasa steril, jarum
suntik, benang bedah, dan lain-lain. Pada percobaan uji sterilitas kali ini,
sampel yang digunakan adalah obat tetes mata. Obat tetes (Guttae) sendiri
adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspense, dimaksudkan
untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan
yang dihasilkan penetes baku dalam Farmakope Indonesia. Sediaan obat
tetes dapat berupa tetes mulut (Guttae Oris), tetes telinga (Guttae
Auriculares), tetes hidung (Guttae Nasales), tetes mata (Guttae
Ophthalmicae). Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau
suspense yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir
mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. Tetes mata harus memenuhi
syarat – syarat yang telah ditentukan, yaitu :
1. Steril
4. Larutan jernih
Dari syarat yang telah disebutkan, salah satunya adalah steril. Untuk
itulah uji sterilitas ini dilakukan.
VII. Kesimpulan
Lachman, L., Herbert, A.L., and Joseph, L.K. (2008) Teori dan Praktek Industri
Farmasi Edisi III, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.