REGULER II B
DosenPembimbing:
Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M. Kes
NILAI PARAF
A. FORMULA TUGAS
M.f.10ml vial
III. TEORI
A. Teori Steril
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu alat, bahan atau sediaan sama sekali
bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak, baik dalam bentuk
vegetative maupun spora. Sterilisasi adalah penghancuran secara lengkap semua
mikroorganisme hidup dan spora-sporanya dari alat, bahan atau sediaan.
Steril adalah istilah yang mempunyai kondisi konotasi relatif, dan kemungkinan
menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar
proyeksi kinetis angka kematian mikroba. Produk steril adalah sediaan terapetis dalam
bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Semua komponen dan
proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi.
Sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisi bebas mikroba atau setiap
proses yang dilakukan baik secara fisika ,kimia, dan mekanik untuk membunuh semua
bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Sterilisasi yang sering dilakukan untuk
alat-alat praktikum terbagi menjadi sterilisasi kering dan sterilisasi basah
(Hadioetomo,1993).
1. Panas kering
Cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara panas kering yang
tinggi. Sterilisasi panas kering dibedakan atas:
a) Panas membara
Dengan jalan menaruh benda yang akan disterilkan dalam nyala api
bunsen sampai merah membara. Alat yang disterilkan yaitu sengkelit, jarum,
ujung pinset dan ujung gunting.
b) Melidah-apikan
Dengan melewatkan benda dalam api bunsen, namun tidak sampai
menyala terbakar. Alat yang disterilkan yaitu scalpel, kaca benda, mulut
tabung dan mulut botol.
c) Udara kering
Oven merupakan ciri umum yang dimaksud. Alat ini terbuat dari kotak
logam, udara yang terdapat di dalamnya mendapat udara panas melalui panas
dari nyala listrik. Alat yang disterilkan yaitu tabung reaksi, cawan petri,
pipet, scalpel dari logam, gunting dan botol. Pemanasan satu jam dengan
temperatur 160oC dianggap cukup.
2. Panas Basah
Panas basah adalah pemansan menggunakan air atau uap air. Uap air adalah
media penyalur panas yang terbaik dan terkuat daya penetrasinya. Panas basah
mematikan mikroba. Oleh karena koagulasi dan denaturasi enzim dan protein
protoplasma mikroba. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah selama 15
menit pada suhu 121oC. Sterilisasi panas basah dapat dibedakan atas tiga golongan
yaitu:
a) Panas basah < 100oC (Pasteurisasi)
Pasteurisasi yaitu pemanasan pada suhu 60oC selama 30 menit.
Pasteurisasi tidak dapat membunuh spora atau dipanaskan pada suhu 71,6-
80oC selama 15-30 detik kemudian cepat-cepat di dinginkan.
b) Panas basah pada suhu 100oC
Disini menggunakan air mendidih (suhu100oC) selama 10menit. Untuk
mematikan bentuk spora dilakukan pemansan 3 hari berturut-turut selama
15-45 menit sehingga spora yang tidak mati pada pemanasan pertama akan
beruah menjadi bentuk vegetatif pada hari kedua steleh inkubasi pada shu
37oC begitu pula spora yang tidak mati pada hari kedua, akan berubah
menjadi bentuk vegetatif pada hari ketiga.
c) Panas basah >100oC
Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak steril, sehingga biasa
dipergunakan di rumah sakit dan laboratorium besar. Cara ini menggunakan
tangki yang diisi dengan uap air yang disebut autoclave. Alat yang
disterilkan adalah alat dari kaca, kain kasa, media pembenihan, cairan
injeksi, dan bahan makanan.
B. Definisi Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau supensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melebihi kulit atau
selaput lendir (Farmakope Indonesia edisi III, hal 13).
Injeksi adalah Injeksi yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang,
umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi
tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kapiler. (Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV)
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa
larutan, emulsi, suspense atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan (Anief, 2007).
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah
obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam
wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang
dikemas dalam wadah 100ml atau kurang.
F. Definisi Vial
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya
digunakan pada dosis ganda dan memilikikapasitasatauvolume 0,5-100 ml. Vial dapat
berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat,
larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila
diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau
ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. (R. Voight hal 464).
Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran
ganda):
1. Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan adanya
kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya.
2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis
(0,6% – 0,2%) (FI IV hal. 13)
3. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya
4. Zat pengawet (FI IV hal 17) keculai dinyatakan lain, adalah zat pengawet yang
cocok yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam wadah
ganda/injeksi yang dibuat secara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai bakterisida
tidak perlu ditambahkan pengawet.
G. ZAT AKTIF
1. Farmakodinamik
a. Mekanisme Kerja
Aminofilin atau teofilin menghambat enzim fosfodiesterase (PDE) sehingga
mencegah pemecahan cAMP dan cGMP masing-masing menjadi 5'-AMP dan
5'- GMP. Penghambatan PDE menyebabkan akumulasi cAMP dan cGMP
dalam sel sehingga menyebabkan relaksasi otot polos termasuk otot polos
bronkus. Aminofilin ataupun teofilin relatif nonselektif dalam menghambat
subtipe PDE. Aminofilin ataupun teofilin merupakan suatu antagonis
kompetitif pada reseptor adenosin. Adenosin dapat menyebabkan
bronkokonstriksi pada pasien asma dan memperkuat pelepasan mediator dari
sel mast yang diinduksi oleh rangsang imunologis, karena itu dengan
pemberian aminofilin atau teofilin dapat mengatasi bronkokonstriksi yang
terjadi pada pasien asma. Atas dasar kedua harus atas makna aminophiline
dapat menimbulkan efek relaksasi otot polos bronkus atau bronkodilator pada
pasien asma.
b. Efek pada susunan saraf pusat
Aminofilin atau teofilin merupakan perangsang SSP yang kuat, bila dosis
pemberian ditinggikan maka mampu memberikan efek gugup, gelisah,
insomnia, tremor, dan kejang. Tetapi dengan dosis rendah metilxantin seperti
aminofilin dapat merangsang SSP yang sedang mengalami depresi, misalnya
pemberian aminofilin dosis 2mgkgbb dengan cepat akan memulihkan keadaan
narkosis pada individu yang mendapat 100 mg morfin IV untuk anestesia.
c. Efek Pada Medula Oblongata
Metilxantin seperti aminofilin dapat merangsang pusar nafas pada medula
oblongata dengan meningkatkan kepekaan pusat nafas terhadap perangsangan
CO2. Selain itu juga dapat menimbulkan mual dan muntah karena
perangsangan sentral maupun perifer. Muntah dapat diinduksi bila kadar
dalam plasma melebihi 15 mcgml.
- Rash, hiperglikemia.
6. Kontra-Indikasi
Tidak dianjurkan untuk anak berusia kurang dari 12 tahun. Hipersensitif terhadap
aminofilina atau komponen obat. Penderita tukak lambung.
H. PRE FORMULASI
b Formula Acuan
(sumber : fornas edisi 2 hal 21)
AMINOPHYLLINE INJECTION
Injeksi Aminofilina
Komposisi : Tiap ml mengandung :
Aminophyllinum 24 mg
Aqua pro injection ad 1 ml
Catatan :
1. pH 9,2 sampai 9,6
2. digunakan air untuk injeksi bebas udara, dari hindari kontak dengan logam
3. dapat ditambahkan etilendiamina
4. aminofilina dapat diganti dengan 20 gr teofilina dan 5,5 g etilendiamina
5. sterilisasi dengan cara sterilisasi A atau C.
VII. PERHITUNGAN
Tiap ml mengandung :
Aminophyllinum 1,26g
NaCl 100mg
NaOH/HCL qs
Aquadest ad 50ml
VIII. TABEL STERILISASI ALAT
XIII. PENGEMASAN
a. Kotak Obat
b. Etiket
c. Browsur
AMINOFILA
Aminopilin 2,4%
Tiap 10 ml mengandung :
Aminopilin 2,4%
Indikasi :
Untuk meredakan dan mengatasi obstruksi sel napas
yang berhubungan dengan asma dan penyakit pau.
KontraIndikasi: Hipersensitif
Dosis :
Dewasa : IV 250-500mg/hari
Anak : 6-12 tahun 50-100 mg/hari
1-5 tahun 25-50 mg/hari
1.1 tahun 10-25 mg/hari
Efek Samping :
-Gastrointestinal misalnya mual,muntah
-Susunan saraf pusat misalnya sakit
kepala,kardiovaskuler,misalnya palpitasi
Cara Penyimpanan :
Simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu 25-30
derajat C, terlindung dari cahaya
PT.CARMILA MEDIKA
PALEMBANG INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :
Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Jakarta :
Dekpes RI
Niazi K. Sarfaraz. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manaufacturing Formulations. New
York : Informa Healthcare USA
Tjay,Hoan,Tan dkk 2007.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,Dan Efek-Efek
Sampingnya.Jakarta : PT Elex Media Komputindo
FORMULA INDUK
INJEKSI MENADION
NO. NAMA PRODUK
JUMLAH
REGISTRASI FILAMIN
PRODUKSI
PRODUKSI
2 Vial
NO. BETS PT. CARMILA MEDIKA
@2,4%
PALEMBANG – INDONESIA
TANGGAL
TANGGAL PRODUKSI
FORMULA ..............................................
............................................
2021
NaOH qs qs
Aquadest Pelarut Ad 10 ml
AMINOFILA AMINOFILA
Aminopilin 2,4% Aminopilin 2,4%
Indikasi : Indikasi :
Untuk meredakan dan mengatasi obstruksi sel napas Untuk meredakan dan mengatasi obstruksi sel napas
yang berhubungan dengan asma dan penyakit pau. yang berhubungan dengan asma dan penyakit pau.
Dosis : Dosis :
Dewasa : IV 250-500mg/hari Dewasa : IV 250-500mg/hari
Anak : 6-12 tahun 50-100 mg/hari Anak : 6-12 tahun 50-100 mg/hari
1-5 tahun 25-50 mg/hari 1-5 tahun 25-50 mg/hari
1.3 tahun 10-25 mg/hari 1.4 tahun 10-25 mg/hari