FARMASI FISIKA
Semester III | Tahun Ajaran 2020/2021
Praktikan
Kelompok A-3
Modul 4
EMULSIFIKASI
I PRINSIP PERCOBAAN
1.1 Evaluasi Stabilitas emulsi
II TUJUAN PERCOBAAN
2.1 Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan untuk membuat
emulsi.
2.2 Membuat emulsi yang stabil dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 1 dari 48
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 2 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
2) Fase eksternal/fase kontinu/fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
3) Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
b. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam
emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis,
odoris, colouris, pengawet (preservative), dan anti oksidan.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 3 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
3.2 Emulgator
Emulgator merupakan komponen yang penting untuk memperoleh emulsi yang
stabil. Emulgator merupakan film penutup dari minyak obat agar menutui rasa tak
enak (Anief, 2007).
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 4 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
1) Anionik, pada sub bagian ini ialah surfaktan bermuatan (-). Bahan pengemulsi
ini rasanya tidak menyenangkan dan mengiritasi saluran pencernaan.
2) Kationik, aktivitas permukaan pada kelompok ini bermuatan (+). Komponen
ini bertindak sebagai bakterisid dan juga menghasilkan emulsi antiinfeksi
sepertimpada lotion kulit dan krem.
3) Non ionik, merupakan surfaktan tidak berpisah ditempat tersebar luas
digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika kerja keseimbangan molekul
antara hidrofik dan lipofilik
b. Emulgator alam
Banyak emulgator alam (tumbuhan, hewan). Bahan alam yang diperkirakan
hanyalah gelatin, lesitin dan kolesterol.
Gelatin merupakan suatu protein yang sejak lama digunakan sebagai emulgator.
Lesitin adalah bahan yang berasal dari hewan (telur) dan kacang kedele.
Kolesterol merupakan bahan yang diperoleh antara lain dari lemak bulu domba
dan sebagai konstituen utama dalam adeps lanae (Syamsuni, 2006: 130).
c. Padatan terbagi halus
Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus disekelilin tetesan
terdispersi dan menghasilkan emulsi yang meskipun berbutr kasar, mempunyai
stabilitas pisik. Hal ini dapat menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai
emulgator dari efek yang ditimbulkan dari pewarna dan serbuk halus.
Menurut Syamsuni (2006: 127-131), macam-macam emulgator yaitu:
a. Emulgator Alam
Emulgator alam, yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang
rumit. Dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:
1) Emulgator dari tumbuh-tumbuhan (Gom arab, tragakan, agar-agar, chondrus,
emulgator lain).
2) Emulgator hewani (Kuning telur dan adeps lanae).
3) Emulgator dari mineral (Magnesium Aluminium Silikat (Veegum), Bentanoit).
b. Emulgator Buatan atau Sintetis
1) Sabun
2) Tween 20, 40, 60, 80.
3) Span 20, 40, 80.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 5 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
bahwa banyak polimer dan padatan yang terbagi halus, tidak efisien dalam
menurunkan tegangan antarmuka, membentuk pembatas antarmuka yang baik sekali,
bertindak untuk mencegah penggabungan dan berguna sebagai zat pengemulsi.
b. Pembentuk Lapisan Antarmuka
Pembentukan lapisan-lapisan oleh suatu pengemulsi pada permukaan tetesan air
atau minyak tidak dipelajari secara terperinci. Pengertian dari suatu lapisan tipis
monomolekuler yang terarah dari zat pengemulsi tersebutpada permukaan fase dalam
suatu emulsi. Cukup beralasan untuk mengharapkan molekul amfifilik untuk mengatur
dirinya pada suatu antarmuka air, minyak dan bagian hidrofilik pada fase air. Juga
sudah ditetapkan dengan baik bahwa zat aktif permukaan cenderung berkumpul pada
antarmuka, dan pengemulsi diabsorbsi pada antar muka minyak dan air sebagai lapisan
monomolekuler. Jika kensentrasi zat pengemulsi cukup tinggi, pengemulsi membentuk
suatu lapisan yang kaku antara fase-fase yang tidak saling bercampur tersebut, yang
bertindak sebagai suatu penghalang mekanik. Baik terhadap adhesi maupun
menggabungnya tetesan-tetesan emulsi.
c. Penolakan Elektrik
Telah digambarkan bagaimana lapisan antarmuka atau kristal cair lamellar
mengubah laju penggabungan tetesan dengan bertindak sebagai pembatas. Disamping
itu, lapisan yang sama atau serupa dapat menghasilkan gaya listrik tolak antara tetesan
yang mendekat. Penolakan ini disebabkan oleh suatu lapisan listrik rangkap yang
dapat timbul dari gugus-gugus bermuatan listrik yang mengarah pada permukaan
bola-bola yang teremulsi M/A yang distabilkan dengan sabun Na. Molekul-molekul
surfaktan tidak hanya berpusat pada antarmuka tetapi karena sifat polarnya, molekul-
molekul tersebut terarah juga. Bagian bawah hidrokarbon dilarutkan dalam tetesan
minyak, sedangkan kepala (ioniknya) menghadap ke fase kontinu (air). Akibat
permukaan tetesan tersebut ditabur dengan gugus-gugus bermuatan, dalam hal ini
gugus karboksilat yang bermuatan negatif. Ini menghasilkan suatu muatan listrik pada
permukaan tetesan tersebut menghasilkan apa yang dikenal sebagai lapisan listrik
rangkap. Potensial yang dihasilkan oleh lapisan rangkap tersebut menciptakan suatu
pengaruh tolak menolak antara tetesan-tetasan minyak, sehingga mencegah
penggabungan. Walaupun potensial listrik tolak tidak dapat diukur secara langsung
untuk membandingkan dengan teori. Toeri kuantitas yang behubungan, potensial zet
dapat ditentukan. Potensial zeta untuk suatu emulsi yang distabilkan dengan surfaktan
sebanding dengan dengan potensial lapisan rangkap hasil perhitungan. Tambahan
pula, perubahan dalam potensial zeta parallel dengan perubahan potensial lapisn
rangkap jika elektrolit ditaburkan. Hal ini dan data yng berhubungan dengan besarnya
potensial pada antarmuka dapat digunakan untuk menghitung penolakan total atara
tetes-tetes minyak sebagai suatu fungsi dari jeruk antara tetesan tersebut.
d. Padatan Terbagi Halus
Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus disekeliling tetesan terdispersi
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 6 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
dan menghasilkan emulsi yang meskipun berbutir kasar, mempunyai stabilitas fisik.
Hal ini dapat menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai emulgator.
3.3 HLB
Tipe suatu emulsi yang dihasilkan bergantung pada sifat emulgator (zat pengemulsi)
yang digunakan dalam suatu formula . karakteristik ini dikenal sebagai Hidrophile –
Lipophile Balance (HLB). Umumnya masing-masing zat pengemulsi mempunyai
suatu bagian hidrofilik dengan salah satu diantaranya lebih atau kurang dominan
dalam mempengaruhi dengan cara yang telah diuraikan untuk membentuk tipe
emulsi. suatu metode telah dipikirkan dimana zat pengemulsi dan zat aktif
permukaan dapat digolongkan susunan kimianya sebagai keseimbangan HLB nya.
Dengan metode ini setiap zat mempunyai harga HLB atau angka yang menunjukan
polaritas dari zat tersebut Bahan-bahan yang sangat polar atau hidrofilik angkanya
lebih besar daripada bahan-bahan yang kurang polar dan nlebih lipofilik. umumnya
zat aktif permukaan itu mempunyai harga HLB yang ditetapkan antara 3 sampai 6
dan menghasilkan emulsi air-dalam-minhyak. Sedangkan zat-zat yang mempunyai
harga HLB antara 8 sampai 18 menghasilkan emulsi minyak – dalam – air. (Martin,
Alfred, 1994)
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 7 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
Alat:
- Cawan penguap
- Gelas ukur
- Gelas plastic
- Rotary stirrer
- Tabung sedimentasi
- Timbangan
- Water bath
-
Bahan:
- Air
- Minyak
- Setil alkohol
- Span 80
- Tween 80
V PROSEDUR KERJA
Dihitung jumlah tween 80 dan span 80 yang dibutuhkan untuk membuat ke lima tipe
emulsi tersebut.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 8 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
Kemudian kedua fase dipanaskan dalam cawan penguap diatas penangas air sampai
suhu mencapai 60℃ - 70℃.
Dimasukan fase air dan fase minyak kedalam matkon (gelas plastik) secara
bersamaan,lalu diaduk menggunakan rotary stirrer selama 5 menit dengan
kecepatan 500 rpm.
Setelah 5 menit, emulsi dimasukan ke dalam tabung sedimentasi dan diberi label sesui
dengan nilai HLB masing-masing (diusahakan tinggi emulsi sama setiap sedimentasinya).
Diamati kestabilan emulsi selama 4 hari bila terjadi creaming ukur tinggi emulsi yang
membentuk krim.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 9 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
VI DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1 5
2 7
3 9
4 11
5 13
1 5 0.65 9.35 15 29 35 50
2 7 2.52 7.48 12 14 15 15
3 9 4.39 5.61 10 10 18 18
4 11 6.26 3.74 0 0 0 2
5 13 8.13 1.87 0 16 6 7
Setil Alkohol
Tipe Emulsi Nilai HLB Butuh Minyak (gr) Tween 80 (gr) Span 80 (gr) Air (gr)
(gr)
1 5 20 0.65 9.35 2 68
2 7 20 2.52 7.48 2 68
3 9 20 4.39 5.61 2 68
4 11 20 6.26 3.74 2 68
5 13 20 8.13 1.87 2 68
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 10 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
Diketahui :
Emulgator total = 10 g
HLB Tween 80 = 15
10 g = a + Jumlah Span 80
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 11 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
( gram S80 × HLB S80 )
( 10 gram × 7 ) = ( a gram × 15 ) + ( (10 – a ) gram × 4,3)
70 gram = 15 a gram + ( 43 – 4,3 a ) gram
70 gram = 43 gram + ( 15 a – 4,3 a ) gram
( 70 - 43 ) gram = 10,7 a gram
27 gram = 10,7 a gram
27
a = 10,7 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 2,52 𝑔𝑟𝑎𝑚
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 12 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
( gram S80 × HLB S80 )
( 10 gram × 11 ) = ( a gram × 15 ) + ( (10 – a ) gram × 4,3)
110 gram = 15 a gram + ( 43 – 4,3 a ) gram
110 gram = 43 gram + ( 15 a – 4,3 a ) gram
( 110- 43 ) gram = 10,7 a gram
67 gram = 10,7 a gram
67
a = 10,7 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 6,26 𝑔𝑟𝑎𝑚
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 13 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
VII PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang Emulsi dimana menurut Anief
(2004: 132) emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Menurut Gennaro (1969: 298) emulsi memiliki beberapa
tipe yaitu M/A (minyak/air), suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai
tetesan-tetesan dalam fase air dan di istilahkan emulsi minyak dalam air dan A/M
(air/minyak), dimana jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah medium
pendispersi, maka emulsi disebut emulsi air dalam minyak.
Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang
sangat penting karena mutu dan kestabilan emulsi banyak dipengaruhi oleh
emulgator yang digunakan. Mekanisme kerja dari emulgator adalah menurunkan
tegangan permukaan, serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-
globul fase pendispersi. Emulgator yang digunakan pada percobaan ini merupakan
emulgator yang termasuk golongan surfaktan, yaitu Tween 80 dan Span 8
Mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang
digunakan, mekanisme kerja dari emulgator adalah menurunkan tegangan antar
permukaan, air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-
globul fase pendispersi. Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator
merupakan faktor yang sangat penting karena mutu dan kestabilan emulsi banyak
dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Emulgator yang digunakan pada
percobaan ini merupakan emulgator yang termasuk golongan surfaktan.
Adapun tujuan utama dari percobaan ini adalah untuk membuat emulsi atau
sediaan yang stabil dengan cara menentukan HLB butuh minyak dan untuk
menentukan ketidakstabilan emulsi. Karena emulsi yang tidak stabil akan bekerja
tidak efektif. Hal tersebut bisa menyebabkan kerugian terhadap pasien karena
dosis dari suatu obat sediaan farmasi akan menjadi tidak tepat. Ketika obat yang
mengandung minyak dan air jika saat dituangkan dalam sendok, ternyata yang
tertuang hanya bagian minyak yang sebagian besar dalam minyak tersebut tedapat
banyak zat aktif maka pasien bisa saja mengalami overdosis yang nantinya akan
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 14 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
menimbulkan efek samping. Sedangkan jika hanya air yang tertuang maka obat
tersebut tidak akan bereaksi dalam tubuh pasien.
Adapun beberapa cara lain dalam metode pembuatan emulsi seperti Metode
gom kering atau bisa disebut metode continental dimana zat pengemulsi (gom
arab) dengan minyak, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus
emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia; metode gom basah atau
metode inggris dimana zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air agar membentuk
suatu mucillago, lalu perlahan lahan minyak dicampurkan untuk membentuk
emulsi, setelah itu diencerkan dengan sisa air; metode botol atau botol forbes
dimana disini digunakan untuk minyak menguap dan zat zat yang bersifat minyak
dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental), minyak dan sebuk gom
dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup
botol kemudian campuran tersebut dikocok kuat, lalu tambahkan sisa air sedikit
demi sedikit sambil dikocok
R/ Minyak 20 g
Emulgator total 10 g
(Tween 80 dan Span 80)
Setil alcohol 2 g
Air ad. 75 g
Pada percobaan emulsi tercantum R/ dimana menurut Anief (2010: 1-9) R/
adalah recipe yang memiliki arti ambilah. Selain itu tercantum ad. yang dimana
menurut Anief (2010: 1-9) ad. memiliki arti hingga. Resep tersebut dapat diartikan
ambilah minyak sebanyak 20 gram, emulgator total sebanyak 10 gram (campuran
dari Tween 80 dan Span 80), Setil alkohol sebanyak 2 gram, kemudian tambahkan
air hingga 100 gram.
Untuk membuat emulsi yang sesuai nilai HLB yang dibutuhkan,
penggunaan surfaktan sangat diperlukan. Namun nilai HLB yang dimiliki
surfaktan tidak ada yang sama persis dengan nilai HLB yang dibutuhkan untuk
membuat emulsi tersebut. Maka dari itu solusinya pengunaan kombinasi surfaktan
dengan nilai HLB rendah dan tinggi akan memberikan hasil yang lebih baik. Hal
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 15 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 16 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 17 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
adalah adanya intensitas pencampuran yang berbeda dan pengadukan yang kurang
merata, suhu yang tidak konstan, ketidaktelitian dalam pengamatan kestabilan
emulsi, HLB butuh yang digunakan tidak sesuai untuk paraffin dan suhu yang
tidak sama dari kedua fase ketika dicampur dimana kenaikan temperatur dapat
mengurangi tegangan antarmuka dan viskositasnya
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 18 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
VIII KESIMPULAN
5 0,65 9,35
7 2,52 7,48
9 4,39 5,61
11 6,26 3,74
13 8,13 1,87
2. Dari semua emulsi yang dibuat, emulsi yang mendekati stabil adalah pada
tipe emulsi 4 dengan nilai HLB butuh yaitu 11. Karena nilai HLB
butuhnya mendekati nilai HLB minyak. Selain itu pada fase 4 ini tidak
terjadi tpembentukan cream dari hari pertama sampai hari ke 3.
3. Semua emulsi yang dibuat memiliki tipe O/W atau minyak dalam air.
4. HLB butuh minyak pada percobaan ini yaitu 12.
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 19 dari 9
Laporan Praktikum Farmasi Fisika 1442H/2020
M
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Farmasi Terpadu Unit E – Farmasetika | Program Studi Farmasi | Fakultas MIPA – Unisba Halaman 20 dari 9