Anda di halaman 1dari 35

FARMASETIKA

Apt. HERMANUS EHE HURIT, M.Farm

SESI-13

PEMBUATAN DAN EVALUASI


SEDIAAN EMULSI DAN SUSPENSI

www.esaunggul.ac.id
VISI
o Menjadi perguruan tinggi kelas dunia berbasis
intelektualitas, kreatifitas dan kewirausahaan, yang
unggul dalam mutu pengelolaan dan hasil
pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi.
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu
dan relevan
2. Menciptakan suasana akademik yang kondusif
3. Memberikan pelayanan prima kepada seluruh
pemangku kepentingan

www.esaunggul.ac.id
BUKU REFERENSI
1. Anief, M., 2013, Ilmu Meracik Obat, Ed. Ke 16 Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
2. Anonim, 1958, Nederlandche Pharmacopee, zesde uitgave, De
Minister van Sociale Zaken en Volksgezondheid, s’Gravenhage.
3. Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi II, Departemen
Kesehatan RI., Jakarta.
4. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen
Kesehatan RI., Jakarta.
5. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen
Kesehatan RI., Jakarta.
6. Jenkins G.L. et al., 1957, Scoville’s The Art of Compounding, 9th Ed.,
Mc. Graw, Hill Book Co. Inc., New York, Toronto, London.
7. Syamsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC,
Jakarta
www.esaunggul.ac.id
Sediaan Emulsi
Pengertian Emulsi
 Emulsi merupakan suatu sistem dispersi, dimana salah satu fase
terdispersi dlm fase lainnya dgn adanya suatu zat pengemulsi.
 Emulsi: suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri drbulatan-
bulatan kecil zat cair yg terdistribusi ke seluruh pembawa yg tdk
bercampur. Dlm batasan emulsi, fase terdispers dianggap sbg
fase dlm & medium dispersi sebagai fase luar / fase kontinyu.
 Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil secara
termodinamika dengan kandungan paling sedikit dua fase cair
yang tidak dapat bercampur, satu diantaranya didispersikan
sebagai globula dalam fase cair lain. Ketidakstabilan kedua fase
ini dapat dikendalikan menggunakan suatu zat
pengemulsi/emulsifier / emulgator. Terdapat bbrp jenis emulsi,
mulai dr yg sederhana hingga kompleks (Pawlik et al., 2013).

www.esaunggul.ac.id
Tipe Emulsi dan Sifat Emulsi
1) Tipe Emulsi
a) Sistem emulsi minyak dalam air (M/A) atau oil in
water (O/W) adalah sistem emulsi dengan
minyak sebagai fase terdispersi dan air sebagai
fase pendispersi. Emulsi tersebut dapat
ditemukan dalam beberapa bahan pangan yaitu
mayonnaise, susu, krim dan adonan roti.
b) Berkebalikan dengan M/A, emulsi air dalam
minyak (A/M) atau water in oil (W/O) adalah
emulsi dengan air sebagai fase terdispersi dan
minyak sebagai fase pendispersi. Jenis emulsi
ini dapat ditemukan dalam produk margarin dan
mentega (Winarno, 1997).
www.esaunggul.ac.id
c) Emulsi jenis minyak dalam air dalam minyak (m/a/m)
Emulsi minyak dalam air dalam minyak (m/a/m),
juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat
dengan mencampurkan suatu pengemulsi m/a
dengan suatu fase air dalam suatu mikser dan
perlahan-lahan menambahkan fase minyak untuk
membentuk suatu emulsi minyak dalam air (Martin,
et al., 1993).
d) Emulsi jenis air dalam minyak dalam air(a/m/a)
Emulsi a/m/a juga dikenal sebagai emulsi ganda,
dapat dibuat dengan mencampurkan suatu
pengemulsi a/m dengan suatu fase minyak dalam
suatu mikser dan perlahan-lahan menambahkan
fase air untuk membentuk suatu emulsi air dalam
minyak.
www.esaunggul.ac.id
Tipe emulsi (a) m/a; (b) a/m; (c) a/m/a; (d) m/a/m
dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Martin, et al., 1993).

www.esaunggul.ac.id
Tipe Emulsi yang pertama sebagai “minyak dlm air” / “air
dalam minyak” dari emulsi. Jenis emulsi tergantung pada
sifat-2 fase terdispersi & fase kontinyu. Jika fasa minyak
didispersikan dlm fasa berair kontinu, emulsi dikenal sbg
“minyak dalam air”. Jika fase air  fase terdispersi & fase
minyak  fase kontinu, maka dikenal sbg “air dlm minyak”
e) Emulsi rangkap (duplex emulsion) merupakan jenis
emulsi yang lebih kompleks dibandingkan emulsi W/O
dan O/W. Emulsi rangkap merupakan emulsi yang
tersusun oleh mikrostruktur kompleks dimana droplet
yang terdispersi mengandung droplet dengan ukuran
lebih kecil di bagian dalamnya. Metode emulsifikasi ini
digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, pangan dan
pemisahan kimiawi. Jenis emulsi ini terdiri dari emulsi
ganda (double emulsion) dan emulsi berkelipatan
(multiple emulsion) (Aserin, 2008).
www.esaunggul.ac.id
2) Sifat Emulsi
Apakah emulsi minyak dan air berubah menjadi emulsi “air dalam
minyak” atau emulsi “minyak dalam air” tergantung pada fraksi
volume kedua fase dan jenis pengemulsi yang digunakan untuk
mengemulsi mereka.
b. Komponen Emulsi
Komponen Emulsi dpt digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
Komponen Dasar
Bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi.
Terdiri atas:
o Fase dispers/fase internal/fase discontinue Yaitu zat cair yang
terbagi-2 menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
o Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam
emulsi yg berfungsi sbg bhn dasar (pendukung) dr emulsi tsb.
o Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi.
www.esaunggul.ac.id
Macam-macam Emulgator
a) Emulgator Alam seperti : Tumbuh-
tumbuhan ( Gom Arab, tragachan, agar-
agar, chondrus), Hewani ( gelatin,
kuning telur, kasein, dan adeps lanae),
Tanah dan mineral ( Veegum/
Magnesium Alumunium Silikat).
b) Emulgator Buatan: Sabun, Tween
(20,40,60,80), Span (20,40,80).

www.esaunggul.ac.id
2. Komponen Tambahan
Merupakan bahan tambahan yang sering
ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil
yang lebih baik, antara lain :
o Corrigen : Corigen actionis ( memperbaiki kerja
obat), Corigen saporis (memperbaiki rasa obat),
corrigen odoris (memperbaiki bau obat), corrigen
colouris (memperbaiki warna obat), corigen
solubilis (memperbaiki kelarutan obat)
o Preservative (pengawet) : Preservative yang
digunakan a.l: metil dan propil paraben, asam
benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan
klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri
asetas, dll.
www.esaunggul.ac.id
Tujuan Pembuatan Emulsi
o Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli
farmasi dapat membuat suatu preparat yang stabil dan rata
dari campuran dua cairan yang tidak saling bisa bercampur.
o Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi m/a
memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan
tersebut mempunyai rasa yang lebih enak walaupun yang
diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya,
dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada
pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan
sampai ke lambung.
o Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat
mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat
dicernakan dan lebih mudah diabsorpsi (Ansel, 1989).

www.esaunggul.ac.id
Teori Emulsifikasi
o Tidak ada teori emulsifikasi yg umum, krn emulsi dpt dibuat dgn
menggunakan bbrp tipe zat pengemulsi yg masing-2 berbeda
tergtg pd cara kerjanya dgn prinsip yang berbeda untuk
mencapai suatu produk yang stabil.
o Adanya kegagalan dr 2 cairan yg tdk dpt bercampur utk tetap
bercampur diterangkan dgn kenyataan bhw gaya kohesif antara
molekul-2 dari tiap cairan yang memisah lebih besar daripada
gaya adhesif antara kedua cairan.
o Gaya kohesif dr tiap-2 fase dinyatakan sbg suatu energi
antarmuka / tegangan pd batas antara cairan-2 tersebut. Faktor
yg umum utk zat pengemulsi  pembtkan suatu lap., apakah itu
monomolekular, multimolekular / partikel
o Ada bbrp teori emulsifikasi yang menjelaskan bagaimana zat
pengemulsi bekerja dalam menjaga stabilitas dari dua zat yang
tidak saling bercampur, yaitu adsorpsi monomolekuler, adsorpsi
multimolekuler, dan adsorpsi partikel padat.
www.esaunggul.ac.id
Penggunaan Emulsi
Penggunaan emulsi dibagi mjd 2 gol., yaitu emulsi
pemakaian dlm & emulsi pemakaian luar.
a. Emulsi untuk pemakaian dalam Emulsi untuk pemakaian
dalam meliputi pemakaian per oral. Emulsi untuk
penggunaan oral biasanya mempunyai tipe m/a.
Emulgator mrp film penutup dr minyak obat agar
menutupi rasa tdk enak. Flavor di(+)kan pd fase ekstern
agar rasanya lebih enak. Emulsi jg berguna utk
menaikkan absorpsi lemak mll ddg usus (Anief, 1994).
b. Emulsi utk pemakaian luar Emulsi utk pemakaian luar
meliputi pemakaian pd injeksi intravena yg digunakan
pada kulit / membran mukosa yaitu lotion, krim & salep.
Produk ini scr luas dignkan dlm farmasi & kosmetik utk
penggunaan luar. Emulsi parenteral byk dignkan pd
makanan & minyak obat utk hewan & manusia (Anief,
1994). www.esaunggul.ac.id
Pembuatan Emulsi
Dalam membuat emulsi dapat dilakukan dengan metode
gom kering, metode gom basah dan metode botol.
a. Metode gom kering atau metode continental
Korpus emulsi mula-mula dibuat dengan empat bagian
lemak, dua bagian air dan satu bagian gom, selanjutnya
sisa air dan bahan lain ditambahkan. Metode ini juga
disebut metode
1. Cara mencampurnya  empat bgn minyak & 1 bagian
gom diaduk & dicampur dlm mortir yg kering dan bersih
sampai tercampur benar, lalu ditambahkan dua bagian
air sampai terjadi korpus emulsi. Tambahkan sirup dan
tambahkan sisa air sedikit demi sedikit. Bila ada cairan
alkohol sebaiknya ditambahkan setelah diencerkan
sebab alkohol dapat merusak emulsi (Anief, 1994).
www.esaunggul.ac.id
b. Metode gom basah atau metode Inggris
Cara ini dilakukan sebagai berikut, dibuat
musilago yang kental dengan sedikit air lalu
ditambahkan minyak sedikit demi sedikit dengan
diaduk cepat. Bila emulsi terlalu kental, tambahkan
air sedikti demi sedikit agar mudah diaduk dan
diaduk lagi ditambah sisa minyak. Bila semua
minyak sudah masuk ditambah air sambil diaduk
sampai volume yang dikehendaki. Cara ini
digunakan terutama bila emulgator yang akan
dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan dulu
dalam air (Anief, 1994).

www.esaunggul.ac.id
c. Metode botol
o Untuk membuat emulsi dari minyak-minyak
menguap dan mempunyai viskositas rendah.
Caranya, serbuk gom arab dimasukkan ke dalam
botol kering, lalu ditambahkan dua bagian air
kemudian air campuran tersebut dikocok dengan
kuat dalam keadaan wadah tertutup.
o Suatu volume air yang sama dengan minyak
kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit, terus
mengocok campuran tersebut setiap kali
ditambahkan air. Jika semua air telah ditambahkan,
emulsi utama yang terbentuk bisa diencerkan
sampai mencapai volume yang tepat dengan air atau
larutan zat formulatif lain dalam air (Ansel, 1989).

www.esaunggul.ac.id
Zat pengemulsi
o Tahap awal dalam pembuatan suatu emulsi adalah
pemilihan zat pengemulsi. Zat pengemulsi harus
mempuyai kualitas tertentu. Salah satunya, harus dapat
dicampurkan dengan bahan formulatif lainnya dan tidak
boleh terurai dalam preparat (Ansel, 1989).
o Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang
paling penting agar memperoleh emulsa yang stabil.
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film
(lapisan) di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi
dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen
dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase
terpisah(Anief, 1996).
o Daya kerja emulsifier (zat pengemulsi) terutama
disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat
baik pada minyak maupun air (Winarno, 1992).
www.esaunggul.ac.id
Uji Stabilitas Fisik Sediaan Emulsi
Evaluasi stabilitas fisik sediaan emulsi dilakukan dalam dua
kondisi suhu yaitu suhu 25C (suhu kamar) dan suhu 40 C
dengan cara menyimpan sediaan pada climatic chamber
dengan suhu yang diatur 40 C dan kelembaban 75%.
Evaluasi yang dilkukan terhadap sediaan emulsi yaitu:
1. Uji organoleptis: pengamatan sed. emulsi dilakukan dgn
mengamati dr segi penampilan, rasa, aroma &
homogenitas dr sediaan
2. Uji tipe emulsi: uji tipe emulsi dilakukan dgn
menggunakan methylene blue yg dpt memberi warna biru
pd emulsi tipe O/W.

www.esaunggul.ac.id
1. Uji viskositas: pengukuran viskositas sediaan
dilakukan dengan menggunakan viskometer
Brookfield. Viskometer yang digunakan adalah
Viskometer Brookfiled DV-E dgn spindle nomor 2.
2. Uji pH: pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pH meter. Elektroda sebelumnya
telah dikalibrasi. Kemudian elektroda dicelupkan ke
dalam sediaan, pH yang muncul diamati dan dicatat.
Kriteria nilai pH emulsi adalah pH oral (5,5-7,5).
3. Uji ukuran globul: diameter globul emulsi diukur
menggunakan instrument Particle Size Analyzer. 6
Kriteria ukuran globul sediaan emulsi berada pada
rentang 0,1-100 μm.

www.esaunggul.ac.id
PEMBUATAN DAN EVALUASI
SEDIAAN SUSPENSI
Pengertian
1. Farmakope Indonesia IV Th. 1995 :Suspensi adalah
sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi Oral :
sediaaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk
penggunaan oral.
2. Farmakope Indonesia III, Th. 1979
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan
obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa

www.esaunggul.ac.id
3. USP XXVII, 2004
a. Suspensi oral : sediaan cair yg menggunakan partikel-2
padat terdispersi dlm suatu pembawa cair dgn flavouring
agent yg cocok yg dimaksudkan utk pemberian oral.
b. Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-
partikel padat yang terdispersi dlm suatu pembawa cair yg
dimaksudkan utk pemakaian pd kulit.
c. Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-2
mikro dgn maksud ditanamkan di luar telinga.
4. Fornas Edisi 2 Th. 1978
Suspensi  sediaan cair yg mengandung obat padat, tdk
melarut & terdispersikan sempurna dlm cairan pembawa, /
sed. padat tdr dr obat dlm btk serbuk halus, dgn/tanpa zat
tambahan, yg akan terdispersikan sempurna dlm cairan
pembawa yg ditetapkan. Yg pertama berupa suspensi jd
sedangkan yg ke2 berupa serbuk utk suspensi yg hrs
disuspensikan lbh dahulu sblm digunakan..
www.esaunggul.ac.id
5. Pengertian suspensi secara umum
o Suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair.
o Sistem terdispers terdiri dari partikel kecil
yang dikenal sebagai fase dispers,
terdistribusi keseluruh medium kontinu atau
medium dispersi.
o Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya
ditambahkan bahan tambahan yang disebut
bahan pensuspensi atau suspending agent.

www.esaunggul.ac.id
Jenis Jenis Suspensi
a. Suspensi oral adalah sediaan cair rnengandung-partikel
padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan
bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk
penggunaan oral.
o Beberapa suspensi-yang diberi etiket sebagai susu atau
magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi
dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa
campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih
dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan.
o Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel
padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang
ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa
suspense yang diberi etiket sebagai "lotio" termasuk
dalam kategori ini.
www.esaunggul.ac.id
b. Suspensi tetes telinga adalah sediaan : cair
mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
di teteskan telinga bagian luar. Suspensi optalmik adalah
sediaan cair steal yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada
mata. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan
pada kornea. Suspensii obat mata tidak boleh digunakan
bila terjadi masses yang mengeras atau penggumpalan.
c. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi
serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat
kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk
membentuk larutan yg memenuhi semua persyaratan utk
suspensi steril stlh penambahan bhn pembawa yg sesuai.
www.esaunggul.ac.id
Persyaratan Sediaan Suspensi
1. Menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah :
a. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
b. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
c. Dpt mengandung zat & bahan menjamin stabilitas suspensi
d. Kekentalan suspensi tdk bolah terlalu tinggi agar mudah
dikocok / dituang
e. Karakteristik suspensi hrs sedemikian rupa shg ukuran
partikel dr Suspensi tetap agak konstan utk jangka
penyimpanan yang lama
2. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah :
a. Suspensi tdk boleh di injeksikan scr i.v dan intratekal
b. Suspensi yg dinyatakan utk dignkan utk cr ttt hrs
mengandung anti mikroba, suspensi harus dikocok sebelum
digunakan.
www.esaunggul.ac.id
Keuntungn
o baik digunakan untuk orang yang sulit
mengkonsumsi tablet, pil, kapsul. terutama untuk
anak-anak
o memiliki homogenitas yang cukup tinggi
o lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna
luas permukaan kontak dengan permukaan
saluran cerna tinggi
o dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat
o dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak
stabil dalam air

www.esaunggul.ac.id
Kerugian Suspensi
Kesulitan dalam formulasi suspensi adalah pembasahan fase
padat oleh medium suspensi, yang artinya, suspensi
merupakan suatu sistem yang tidak dapat bercampur,
o memiliki kestabilan yang rendah
o jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali,
sehingga homogenisitasnya menjadi buruk
o alirang yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit
untuk dituang
o ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan
o suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan
o pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem
dispersi akan meningkat apabila terjadi perubahan
temperatur pada tempat penyimpanan

www.esaunggul.ac.id
Hubungannya dengan Flokulasi dan Deflokulasi
o Pembentukan suspensi terdiri dari dua sistem yaitu
sistem flokulasi dan sistem deflokulasi.
o Dalam flokulasi dan deflokulasi, peristiwa memisahnya
(mengendapnya fase terdisper) antara fase terdisper
dan fase pendisper tjd dlm rentang wkt yang berbeda.
o Dimana pada flokulasi terpisahnya dua fase tersebut
lebih cepat dibandingkan dengan deflokulasi.
o Namun, endapan dari flokulasi dapat didispersikan
kembali sedangkan endapan deflokulasi tidak karena
telah terbentuk caking, hal ini disebabkan oleh ukuran
partikel pada suspensi yang terdeflokulasi sangat
kecil, hingga membentuk ikatan antar partikel yang
erat dan padat.
www.esaunggul.ac.id
Cara menstabilkan Sediaan Suspensi:
o Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen-2 yang
terdapat dalam formulasi tersebut, salah satu adalah suspending
agent. Penggunaan suspending agent bertujuan untuk
meningkatkan viskositas dan memperlambat proses
pengendapan sehingga menghasilkan suspensi yang stabil.
o Suspensi yang stabil harus tetap homogen, partikel benar-benar
terdispersi dengan baik dalam cairan, zat yang terdispersi harus
halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok endapan
harus cepat terdispersi kembali beberapa suspending
agent yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan
suspensi adalah Pulvis Gummi Arabici. CMC Na
(Carboxymethylcellulose Natrium) dan PGS (pulvis gummosus).
Beberapa Alasan pemilihan suspending agent karena mudah
 larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus
cahaya, tidak merubah struktur kimia, bersifat alami, dan dapat
menghindari pengendapan.
www.esaunggul.ac.id
Cara Pembuatan Suspensi Secara Umum
a. Metode dispersi
Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah
terbentuk, kemudian diencerkan
b. Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam
pelarut organik yang hendak dicampur dengan air.
Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini
kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi
dalam air sehingga akan terjadi endapan halus
tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan
halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi.

www.esaunggul.ac.id
Suspending Agent
1). Pengertian Suspending
Agent Suspending agent adalah bahan tambahan
yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut
dalam pembawa dan meningkatkan viskositas
sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat.
2). Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk
memperbesar kekentalan (viskositas), tatapi
kekentalan yang berlebihan akan mempersulit
rekonstitusi dengan pengocokan.
3). Penggolongan Suspending Agent: Alami dan sintetis

www.esaunggul.ac.id
Evaluasi atau Penilaian Stabilitas Suspensi
1) Volume sedimentasi: Salah satu syarat dari suatu suspensi
adalah endapan yang terjadi harus mudah terdispersi dengan
pengocokan yang ringan sehingga perlu dilakukan pengukuran
volume sedimentasi.
2) Derajat flokulasi: Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari
suspense flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir
suspense deflokulasi (Voc)
3) Metode reologi: dpt digunakan utk membantu menentukan
perilaku pengendapan & pengaturan pembw & sifat yg menonjol
mengenai susunan partikel dgn 7an utk perbandingan. Metode
reologi menggunakan viskometer Brookfield.
4) Perubahan ukuran partikel: Digunakan cara Freeze - thaw
cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu
dinaikkan sampai mencair kembali (> titik beku) Dgn cara ini dpt
dilihat pertumbuhan kristal & dpt menunjukkan kemungkinan
keadaan berikutnya setelah disimpan lama pd temperatur kamar.
www.esaunggul.ac.id
5) Volume Sedimentasi: Vol. sedimentasi diamati dari hari pertama
sampai bbrp wkt. Suspensi tsb diukur tinggi sedimen akhir (Hu)
& tinggi suspensi awal (Ho). Vol. sedimentasi mrp perbandingan
antara tinggi sedimen akhir dgn tinggi suspensi awal.
6) Viskositas: Viskositas ditetapkan dengan viskosimeter elektrik
pada suhu 25 °C. viskositas yang sesuai menghasilkan sediaan
suspense yang baik karena sediaan jadi lebih mudah dituang.
7) Kemudahan Dituang: Suspensi dituang dari botol dengan
kemiringan kurang lebih 450, wkt yg diperlukan utk mencapai
volume ttt dicatat. Wkt yg digambarkan saat penuangan
suspense jg akan menggambarkan nilai viskositas suspensi tsb.
8) Ukuran Partikel: Uk. partikel ditentukan scr mikroskopis. Ukuran
partikel juga menentukan system suspensi pd suatu sediaan.
9) Redispersibilitas: Suspensi yg telah disimpan dikocok dgn
kecepatan ttt menggunakan alat penggojok. Wkt yg diperlukan
utk terdispersi kembali dicatat. Kemampuan terdispersi kembali
oleh suatu sediaan suspense mrp parameter penting yg
menggambarkan stabilitas suspensi. www.esaunggul.ac.id
Terima Kasih

www.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai