Disusun oleh :
1. Anisa Rachmawati (1504005)
2. Aprilia Wulandari (1504006)
3. Azzi Nur Romandhoni (1504007)
4. Bayu Setio Aji (1504008)
I. TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri dari
bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdispersi ke seluruh pembawa yang tidak
bercampur.
(Ansel, 2005)
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan
yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur
tetapi saling antagonik. Pada bagian emulsi biasanya terdapat tiga bagian
utama yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari butiir-butir yang
biasanya terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang
terdiri dari air dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga
agar butir minyak tetap tersuspensi di dalam air.
(Winarno, 1992).
Emulsi adalah suspensi yang stabil dari suatu bahan cair di dalam bahan
cair lain, dimana bahan-bahan cair itu tidak tercampur. Kemantapan emulsi
diperoleh dengan penyebaran butir sangat halus bahan cair, yang disebut fase
dioperasi, menembus bahan lain, yang disebut fase tetap. Emulsi stabil
apabila cairan tersebut dapat menahan tanpa mengalami perubahan, untuk
waktu yang cukup lama,tanpa butir fase dispersi berkmpul satu sama lain atau
mengendap.
(Earle, 1969).
Emulsi merupakan sediaan berupa campuran yang terdiri dari 2 fase
cairan yang satu terdispersi didalam suatu larutan sangat halus dan merata
dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.sifat
fisika dari suatu emulsidan kestabilannya tidak dapat dipertimbangkan secara
terpisah. Oleh karena itu, bagian ini berkenaandengan sifat-sifat fisika yang
lebih penting dari emulsi, perubahan-perubahannya terhadap pengaruh luar
dan hubungannya dengan kestabilan emulsi.
(Lachman, 1994)
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) di
sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar
mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase
terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana
tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M di mana fase intern
adalah air dan fase extern adalah minyak.
(Anief, 2006)
Surfaktan (surface active agent) adalah suatu zat yang bersifat aktif
permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka, antara minyak dan
air karena strukturnya yang amphifilik, yaitu adanya dua gugus yang
memiliki derajat polaritas yang berbeda pada molekul yang sama. Gugus
hidrofilik bersifat mudah larut dalam air, sedangkan gugus hidrofobik bersifat
mudah larut dalam minyak.
(Pratomo 2005).
C. Komponen Emulsi
Adalah pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi.
Terdiri dari:
1. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinue
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalam
zat cair lain.
2. Fase kontinue/ fase exsternal/ fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan
dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
3. Emulgator
a. Emulgator
Emulgator menstabilkan dengan cara menempati antara
permukaan antara tetesan minyak dan air. Emulgator juga
mengurangi tegangan antar muka antara fase sehingga
meningkatakan proses emulsifikasi selama pencampuran.
1) Gom Arabikum
Menambahakan sekaligus 1 1/2 bagian kepada gom
itu, kemudian digerus sampaidiperoleh suatu masa yang
homogen.
2) Merah telur
Merah telur digerus dalam mortar dengan 3ml air dan
kemudian ditambahkansedikit-sedikit minyaknya. Setelah
diencerkan disaring dengan air kas.
3) Tragakan
Mula-mula tragakan digerus dengan air yang 20 kali
banyaknya, kepada mucilago ini ditambahkan bergantian
sejumlah kecil minyak dan air, sangatlah perlu
menamabahkan minyak dalam jumlah lebih kecil. 1 gram
tragakan = 10 gram gom arab.
4) Carboxymethyloellulose (CMC)
Larutannya dibuat dengan jalan menuangi zat dengan
air didih dan membiarkannya beberapa.
4. Komponen Tambahan
a. Pemanis dan Pewarna
Yaitu ditambahkan untuk memberikan rasa manis pada elik
sir. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol & propilenglikol
sebagai pengganti gula.
(Anonim, 2009).
b. Pengawet
Yaitu untuk menjaga agar eliksir tahan lama dan tetap stabil
dalam penyimpananyang lama. Eliksir dengan kadar alkohol
10%-12% dapat berfungsi sebagai pengawet. Konsentrasi
pengawet yang dapat digunakan Alkohol > 15% (batas max
penggunaan alkohol 15%), Propilen glikol 15- 30%, Metil
paraben 0,1- 0,25%, Propil paraben 0,1- 0,25%, dan As. Benzoat
0,1- 0,5%
Kriteria pengawet yang ideal yaitu efektif terhadap mikroba
dan berspektrum luas, stabil secara fisika, kimia, dan
mikrobiologi terhadap life time produk dan tidak toksik, cukup
melarut, tersatukan dengan komponen formula lainnya, rasa dan
bau dapat diterima pada konsentrasi yang digunakan. Sebagai
pengawet dapat digunakan turunan hidroksi-benzoat, misalnya
metil p- hidroksibenzoat dan propil p- hidroksibenzoat.
Pemakaian pengawet ini didasarkan atas rentang kerja pengawet
tsb pada pH 4-8. Kombinasi keduanya sering digunakan, karena
dapat memperluas spektrum kerja menjadi anti jamur dan anti
bakteri.
(Rowe, 2009)
c. Pelarut
Yaitu cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut
zat pembawa. Pelarut utama digunakan etanol untuk mempertinggi
kelarutan.
F. Monografi bahan :
1. Oleum lecoris Aselli/ Minyak Ikan
a. Warna : Kuning pucat
b. Rasa : khas, agak manis
c. Bau : khas, tidak tengik
d. Pemerian : Cairan
e. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P,
mudah larut dalam kloroform P,
dalam eter P dan dalam eter minyak
tanah P.
f. Bobot jenis : 0,917 g/ml sampai 0,924 g/ml
g. pH larutan : < 1,2
h. Khasiat dan penggunaan : Sumber vitamin A dan vitamin D
(Anonim, 1979)
2. Glycerolum/ Gliserin
a. Warna : Jernih, Tidak berwarna
b. Rasa : Manis diikuti rasa hangat
c. Bau : Tidak berbau
d. Pemerian : Cairan seperti sirup, higroskopik
e. Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan
etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam
minyak lemak.
f. Bobot jenis : 1,255 g/ml sampai 1,260 g/ml, sesuai
dengan kadar 98,0% sampai 100,0%
C3H8O3
g. Khasiat : Zat tambahan
(Anonim, 1979)
3. Gummi Arabicum/ Gom Arab
a. Warna : Putih sampai putih kekuningan
b. Rasa : Tawar seperti lendir
c. Bau : Tidak berbau
d. Pemerian : Serbuk
e. Kelarutan :Mudah larut dalam air, menghasilkan
Larutan yang kental dan tembus cahaya.
Praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
f. Khasiat : Zat pengemulsi
(Anonim, 1979)
4. Oleum Cinnamomi/ Minyak Kayu Manis
a. Warna : Kuning
b. Rasa : Rasa khas
c. Bau : Bau khas
d. Pemerian : Cairan, suling segar.
e. Kelarutan : Dalam etanol Larutkan 1 ml dalam 8 ml
etanol (70%) P, opalesensi yang terjadi
tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang
dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak
nitrat 1 N ke dalam campuran 0,5 ml
natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air.
f. Khasiat : Zat tambahan, karminativum
(Anonim, 1979)
5. Aqua destilata/ Air Suling
a. Warna : Tidak berwarna
b. Bau : Tidak berbau
c. Pemerian : Cairan jernih
d. Kegunaan : Zat tambahan atau pelarut
(Anonim, 1979)
II. FORMULASI STANDAR
Glycerolum 10 gram
(Anonim, 1978)
Glycerolum 14 gram
B. Bahan :
1. Oleum lecoris Aselli
2. Glycerolum
3. Gummi arabicum
4. Oleum Cinnamomi
5. Sodium benzoat 0,1%
6. Essen dan Flavour
7. Aqua destilata
V. DOSIS
100
Untuk mencapai kadar emulsi 100%, maka = 300 𝑋 100% = 33,3%
100%
Dosis 1 X pakai untuk mencapai 100%, maka = 33,3% 𝑋 5𝑚𝑙 = 15 𝑚𝑙
10 𝑔𝑟
2. Glycerolum = 215 𝑚𝑙 𝑋 300 𝑚𝑙 = 13,95 𝑔𝑟
30 𝑔𝑟
3. Gummi Arabicum = 215 𝑚𝑙 𝑋 300 𝑚𝑙 = 41,86 𝑔𝑟
6 𝑔𝑡𝑡
4. Oleum Cinnamomi = 215 𝑚𝑙 𝑋 300 𝑚𝑙 = 8,37 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠 = 8 tetes
0,1%
5. Sodium Benzoat = 215 𝑚𝑙 𝑋 300 𝑚𝑙 = 0,139 𝑔𝑟 → 139 𝑚𝑔
VII.Cara Kerja
Masukkan Gummi Arabicum ke dalam mortir, aduk
engan sebagian
Tambahkan Oleum
dengan lecorisOleum
sebagian Aselli,lecoris
aduk ad homogen
Aselli, aduk ad homogen
Tambahkan dengan
Tambahkan sebagian
dengan air aquades
sebagian
Tambahkan sedikit demi sedikit sisa Oleum lecoris Aselli dan Oleum
Cinnamomi, aduk ad homogen + gliserol
Aduk ad homogen
“Kocok Dahulu”
2. Homogenitas
Isi pikno dengan air hingga penuh, lalu direndam dalam es hingga
suhunya 20 dibawah suhu percobaan karena pemuaian.
Lalu air yang menempel di pikno dibersihkan
X. HASIL
1. Organoleptis
Uji Organoleptis Hasil Pengamatan
Warna Merah Muda
Bau Khas minyak ikan
Rasa Manis
2. Homogenitas
Homogen
3. Berat Jenis
p p+a a p p+e e
Replikasi I 22,200 45,900 23,700 22,200 46,600 24,400
Replikasi II 22,200 45,900 23,700 22,200 46,600 24,400
Replikasi III 22,200 46,000 23,800 22,200 46,700 24,500
Rata-rata 22,200 45,933 23,733 22,200 46,633 24,433
(𝑝+𝑎)− 𝑝 (𝑝+𝑒)− 𝑝
Vp = Bj =
𝐵𝑗 𝑉𝑝
45,933 𝑔 − 22,00 𝑔 46,633 𝑔 −22,200 𝑔
= 𝑔 =
0,99 ⁄𝑚𝑙 23,973 𝑚𝑙
𝑔
= 23,973 ml = 1,019 ⁄𝑚𝑙
4. pH
Replikasi I 5
Replikasi II 5
Replikasi III 5
pH Rata-Rata 5
5. Viskositas
Replikasi I 4,5 dap’s
Replikasi II 4,5 dap’s
Replikasi III 4,5 dap’s
Viskositas Rata-Rata 4,5 dap’s
I. KESIMPULAN
A. Praktikan telah mampu membuat sediaan emulsi minyak ikan sebanyak
300 ml
B. Hasil uji kontrol kualitas sediaan emulsi yang dibuat adalah :
1. Uji Organoleptis :
a. Warna : Merah Muda
b. Bau : Khas minyak ikan
c. Rasa : Manis
2. Homogenitas : Homogen
4. pH :5
5. Viskositas : 4,5 dap’s
6. Tipe emulsi : Minyak dalam air (M/A)
DAFTAR PUSTAKA