LAPORAN PRAKTIKUM
KRIM
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau
dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan obat bagi penderita sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. (fadhli, 2016)
(Tjay, 2013)
Krim yaitu salep yang banyak mengandung air, mudah diserap oleh
kulit, merupakan tipe yang mudah dicucidengan air. (Nuraini W.2010)
I.3 PrinsipPercobaan
I.4 ManfaatPercobaan
TINJAUAN PUSTAKA
I. I Teori Umum
A. Pengertian krim
Krim yaitu salep yang banyak mengandung air, mudah diserap
oleh kulit, merupakan tupe yang mudah dicuci dengan air.
(Nuraini W.2010)
Krim adalah produk kosmetik yang mudah dan praktis
penggunaannya dan didefinisikan sebagai sediaan setengah padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai. Umumnya produk krim terbentuk dari minyak
yang dimasukkan ke dalam air pada fase minyak dan humektan yang
lebih banyak dari produk lotion. Krim terdiri dari 15% - 40% fase
minyak dan 5% - 15% fase humektan, dengan Diterbitkan oleh Balai
Besar Industri Hasil Perkebunan 76 Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Vol. 11 No. 2 Desember 2016: 75-87 karakteristik penampakannya
hampir sama dengan produk lotion (Windarwati, 2011).
1. Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60%
dandimaksudkan untuk pemakaian luar.
2. Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai.
3. Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa
emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengadung
air tidak kurang atau sama dengan (≥) 60 % dan dimasukkan untuk obat
luar. Umumnya digunakan di daerah yang relatif jarang terkena air
karena krim mudah tercuci.( Priyanto. 2018)
Sifat umum sediaan semi padat terutama krim ini adalah mampu
melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup
lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim yang digunakan
sebagai obat umumnya digunakan untuk mengatasi penyakit kulit seperti
jamur, infeksi ataupun sebagai anti radang yang disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit (Anwar, 2012).
B. Penggolongan Krim
Ada dua tipe krim, yaitu (Ardina, dkk. 2015):
1. Tipe minyak dalam air (M/A)
Tipe krim M/A merupakan krim yang fase luarnya air, jadi
mudah dicuci dengan air atau tidak lengket atau meninggalkan noda
pada pakaian.
Contoh: vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai
alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
2. Tipe air dalam minyak (A/M)
Tipe krim A/M merupakan krim dengan fase luarnya
minyak, tidak mudah dicuci dengan meninggalkan noda atau lengket
pada pakaian serta tidak mudah mengering
Contoh : cold cream adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada
kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari
butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
C. Persyaratan Krim
Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan
berikut:
a. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim
harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.
b. Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk
yang dihasilkan menjadi lunak serta homogen.
c. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling
mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui
dasar krim padat atau cair pada penggunaan. (Widodo, 2013)
D. Formula sediaan krim (Ardina, dkk. 2015)
1. Zat berkhasiat
Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat
menentukan cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat.
2. Fase minyak
Faseminyak, yaitubahanobat yang larutdalamminyak.Contoh
:asamstearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum,
minyaklemak, cera, cetaceum, vaselin, setilalkohol, stearilalkohol,
dansebagainya.
3. Fase air
Fase air, yaitubahanobat yang larutdalam air.Contoh : Na tetraborat
(borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na 2CO3,
Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na
laurilsulfat, Na setostearilalkohol, polisorbatum/ Tween, Span
dansebagainya).
4. Pengemulsi
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang dikendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim, umumnya
berupa surfaktan. Selain itu, dapat digunakan emulgid, lemak bulu
domba, setasiun, setilalkohol, stearilalkohol, golongan sorbitan,
polisorbat, PEG, dan sabun.
5. Zat tambahan
Zat tambahan yang digunakan adalah:
1. Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan
pengawet yang sering digunakan umumnyaadalah metilparaben
(nipagin) 0,12 – 0,18% danpropilparaben (nipasol) 0,02 – 0,05%.
2. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan. Contoh :dapar
fosfat.
3. Pelembabatau humectan, untuk meningkatkan hidrasi kulit.
Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak,
mengembang, dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan
lebih efektif. Contoh : gliserol, PEG, sorbitol.Antioksidan, untuk
mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak
tak jenuh. Contoh : tokoferol, alkil galla, BHT, dan Na sulfit.
( Voight R.2011)
Penggunaan bahan-bahan tambahan tersebut harus
disesuaikan dengan sifat fisikokimia bahan aktif yang digunakan.
Hasil campuran bahan aktif dan bahan-bahan tambahan tersebut
harus dapat menghasilkan sediaan semisolida yang memenuhi
persyaratan aman, efektif, stabil dan dapat diterima oleh
masyarakat. Aman berarti sediaan tersebut memiliki kandungan
bahan aktif yang sesuai dengan monografi dan tidak memberikan
pelepasan bahan aktif dalam jumlah yang sesuai dari sediaan pada
tempat penggunaannya. Stabil berarti sediaan tidak mengalami
perubahan sifat dan konsistensi baik secara fisika, kimia,
mikrobiologi, toksikologi, maupun farmakologi. .
( Voight R.2011)
E. Kelebihan Dan Kekurangan Sediaan Krim
1. Kelebihan sediaan krim
a. Mudah menyebar rata.
b. Praktis
c. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A
(Minyak dalam Air).
d. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi biasanya tidah
diketahui pasien.
e. Amaan digunakan dewasa maupun anak anak
f. Memberikan rasa dingin terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).
g. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada
bayi, pada fase A/M (air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup
tinggi.
h. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascaraa,krim mata,krim
kuku, dan deodoran.
i. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak
menyebabkan kulit berminyak.
(Elmitra.2017)
2. Kekurangan
a. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam
minyak) karena terganggu sitem campuran terutama disebabkan
karena perubahan suhu dan pwwrubahan komposisi disebabkan
penambahan salah satu fase secara berlebihan atau kamu
pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
b. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam
keadaan panas.
c. Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak)
d. Mudah Pecah, Disebabkan Dalam pembuatan formulanya tidak pas
e. Pembuatannya harus secara aseptik. .( Voight R.2011)
II.2 Uraian Bahan
1. Miconazole Cream (OOP,2015.Hal 103)
Khasiat : Berkhasiad fungsid kuad dengan spektrum kerja
lebar sekali ,lebih aktif dan efektif terhadap
dermatofit biasa dan candida daripada fungsi
statistika lainnya tetapi kurang berkhasiat pada
aspergillus.
Kegunaan : Untuk mengobati infeksi kulit dan kuku , juga
penggunaannya sebagai krim/tablet vagina yang
dapat digunakan oleh wanita hamil.
Efek samping : dapat berupa iritasi, reaksi alergi dan rasa
terbakar di kulit.
Dosis : infeksi kulit 1-2 dd salep 2% (garam nitrat)
selama 3-5 minggu, infeksi kuku 1-2 dd tingtur
2% selama 8 bulan atau lebih. Krim vaginal 2%
(Gyno-Daktarin).
2. Nisagon (ISO Vol.51-Tahun 2017 s/d 2018.Hal 336)
Indikasi : inflamasi dermatotis yang responsif terhadap
kortikosteroid bila terkomplikasi dengan infeksi
sekunder disebabkan organisme yang rentang
terhadap neomisin.
Kontra indikasi : Hipersensitif penggunaan pada daerah luas
khususnya selama kehamilan.
Kemasan : Tube 5 g.
BAB III
METODEOLOGI PERCOBAAN
III.1 Resep
Dr. XXXXX
SIK.222/KANDEP/YKM/95
Praktek: Jl.Cendrawasih No. 17
Telp. 0411 - XXXXX
Tanggal 5 April 2019
R/ Miconazole cream 1
Betason N 1
m.f. cream
s. ue
Pro :
Umur :
Alamat :
III.2 SkriningResep
a. Inscipto
Nama, alamat,dan telepon dokter.Tempat dan tanggal pasien dan
simbol resep R/
b. Invocation
Nama bahan atau obat dan kualitasnya.Bentuk sediaan yang
diminta serta jumlahnya.
c. Signature
Petunjuk atau carapakai obat untuk pasien yang dimaksud.
d. Subscripto
Paraf, tanda tangan dokter dan nama pasien, umur dan alamat
pasien.
R Recipe Ambillah
m misce Campur
F fac Buat
S signa Tanda
Ue Ususexternus PemakaianLuar
PenggunaanUntukObatLuar
Apoteker: Kelompok 4
IV.1 Hasil
IV.2 Pembahasan
A. Kesimpulan
1. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik
bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air
2. Ada dua tipe krim, yaitu minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak
(A/M).
3. Formula sediaan krim yaitu : zat berkhasita, zat pembawa, pengemulsi,
dan zat tambahan.
4. Kelima basis krim adalah: Kelima macam basis tersebut sebagai berikut
:Basis Hidrokarbon (Oleaginous), Basis Absorbsi (anhydrous), Basis
Absorbsi (W/O type), Basis Tercuci (O/W type), Basis terlarut.
B. Saran
Adapun saran untuk praktikum ini yaitu pada saat sebelum
praktikum ini yaitu pada saat sebelum praktikum hendaknya mahasiswa
memperhatikan materi dengan baik pada saat melakukan praktikum, agar
tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Elmitra. 2017. Dasar Dasar Farmasetika Dan Seediaan Semi Solid. Deepublisher:
Yogyakarta.
Fadli.2016.Jurnal Tanggung Jawab Hukum Dokter Dan Apoteker Dan Apoteker
Dalam Pelayanan Resep Makassar: Universitas Islam Indonesia.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Depkes RI. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Juwita AP, Paulina V. Yamlean Y, Edy HJ. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol
Daun Lamun (Syringodium isoetifolium.)Jurnal Ilmiah Farmasi.
12(02): 2302 – 2493.
Disiapkan
1. Jumat 08:00 alat dan
05/04/2019 bahan yang
akan
digunakan
Dimasukka
n kedalam
lumpang
Miconazole
Cream
Gerus
Miconazole
Cream
Masukkan
Nisagon
kedalam
lumpang.
Gerus
hingga
semua
bahan
tercampur
dan
homogen.
Setelah
homogen
sediaan
dimasukkan
kedalam pot
cream
Jangan lupa
berikan
etiket.
Lampiran buku